webnovel

I love you, kakak!

Hidup Day sangat membosankan. Dia tidak memiliki ibu, hanya memiliki seorang ayah yang sibuk bekerja dan jarang ada di rumah serta seorang kakak yang tidak bisa diajak bergurau. Kakaknya, Eros, sangat dingin. Tidak pernah suka jika Day bersikap akrab dan dekat-dekat dengannya ketika berada di sekolah. Karena hal itu Day seringkali merasa kalau Eros malu mengakui Day sebagai adiknya sendiri. Hal itu terkadang mengganggu pikiran Day. Hingga akhirnya Day tahu alasan mengapa Eros bersikap dingin kepadanya. "Jangan terlalu dekat denganku Day." "Tapi kenapa kak? Aku adikmu." "Justru itu. Aku takut jika kau terlalu dekat denganku, maka aku akan semakin jatuh cinta padamu. Kamu adiku, tidak sepantasnya aku memiliki perasaan ini." "Perasaan apa?" "perasaan ingin memilikimu seutuhnya."

Amethys_Sel · Teen
Not enough ratings
17 Chs

8. Membolos demi menemani Day di rumah

Eros selalu berangkat sekolah lebih dulu dengan mangendarai Ducati Panigale V4 Superleggera hitam miliknya. Penampilannya yang keren dan berkarisma selalu berhasil menarik perhatian publik. Setiap tiba di parkiran, semua mata yang yang ada disana langsung tertuju padanya.

Eros melepas helm fullfacenya, menaruhnya di kaca spion. Teman-temannya yang sengaja menunggu di parkiran sambil duduk-duduk di motor milik mereka masing-masing langsung berseru dan menyambut Eros dengan bertos ria.

"Eroooss!!"

Eros menoleh, seketika satu alisnya naik ketika Sarah berjalan menuju ke arahnya sambil memasang wajah sedih.

"Apa?" tanya Eros, risih.

"Kamu kemarin cuma becanda kan?? Kita masih pacaran kan?" tanyanya sambil menggelayuti lengan kekar Eros.

"Eros jawaabb!!" desak Sarah. "Lagipula kan kemarin aku udah terima hukumannya. Otomatis gak jadi juga dong putusnya."

"Terserah," sergah Eros acuh tak acuh, ia berlalu mengabaikan Sarah membuat teman-temannya menatap Sarah prihatin.

"Sabar ya Sarah," ucap Hugo. "Kalau jodoh gak akan kemana kok. Tapi kalo nanti Eros kemana-mana, berarti Eros bukan jodoh lo." Sontak ucapan Hugo membuat Langit dan yang lainnya menahan tawa.

"Hugo!!" Sarah menghentakkan kakinya kesal.

••••

Seperti hari-hari biasa, Eros and the geng duduk-duduk di anak tangga dekat koridor. Salah satu rutinitas mereka di pagi hari adalah mengecengi siswi-siswi yang berlalu lalang di depan mata mereka. Kecuali Eros, tujuan utama dia selalu berada disini adalah untuk merekam wajah Dayana, memandangi kecantikan wajah Day di pagi hari saat Day baru tiba di sekolah.

Dahi Eros berkerut ketika melihat Rion mendekat ke arah tangga tanpa kehadiran Day di sisinya. Eros berdiri mencegah Rion.

"Kenapa?" Rion bertanya.

"Ikut gue." Meski bingung, Rion menurut mengikuti tujuan Eros. "Dimana Day?" tanya Eros sesudah mereka berada di tempat yang sepi.

"Saat kau pergi sekolah, nyeri haidnya kambuh lagi. Makanya Tuan besar tidak mengizinkan dia berangkat ke sekolah, beliau menyuruh Day tetap beristirahat di rumah saja." Lalu Rion menunjukkan amplop putih ke hadapan Eros. "Surat izin," katanya.

Tanpa permisi lagi Eros pergi, Rion menatapnya aneh.

Aries, Hugo, June dan Jovan berseru-seru bertanya mau kemanakah Eros ketika laki-laki itu berlari melewati mereka begitu saja. Langit yang lebih pendiam daripada yang lain hanya menatap punggung Eros sambil menduga-duga.

"Bolos gak tuh?" tebak Jovan.

"Pasti itu mah. Tapi tumben gak ngajakin kita?" tanya Hugo.

"Mungkin Eros ada urusan penting," ujar Langit.

"Kejar jangan?" tanya Hugo. Saat mereka beranjak terdengar bel masuk yang membuat Langit menyuruh mereka agar masuk ke kelas saja daripada menyusul Eros.

••••

Bel masuk berbunyi ketika Eros sampai di parkiran. Tak peduli, Eros tetap memakai helmnya dan mengendarai motornya menuju gerbang. Seorang guru yang sedang jaga beserta seorang satpam berteriak menghadangnya.

"Mau kemana kamu Eros? Tak dengar bel musuk sudah berbunyi?! Bukannya masuk kelas malah mau membolos!"

"Saya ada urusan. Tolong bukakan gerbangnya." Eros menjawab datar.

"Masuk Eros!! Atau kamu mau dapat poin minus karena keluar saat KBM berlangsung?!"

"Terserah bapak saja. Saya tak peduli." Lalu Eros menatap satpam di sampingnya. "Bukakan gerbangnya sekarang juga."

Pak Satpam melirik guru yang berjaga namun guru tersebut menggeleng.

"Bapak lupa saya anak siapa? Saya bisa aja nyuruh papa saya buat mecat bapak dari daftar guru di sekolah ini. Bapak mau kehilangan pekerjaan bapak cuma karena menghalangi saya pulang ke rumah?" ancam Eros membuat mereka tak berkutik. guru tetsebut mendengus, lalu mengkode satpam untuk membukakan gerbang.

Saat gerbang baru terbuka setengah, dengan cepat Eros menancap gas membawa motornya keluar dari sana, tanpa sempat berterimakasih pada mereka.

••••

Sena yang melihat Eros kembali ke rumah sebelum jam pulang sekolah sontak kebingungan. Ia mendekati Eros yang berjalan tergesa-gesa menaiki tangga. "Tuan Eros, kenapa anda pulang? Apa ada masalah?"

"Tidak ada, aku hanya sedang malas sekolah," jawabnya. "Day ada dimana?"

"Nona Day ada di kamarnya." Eros bergegas melanjutkan langkahnya. meski bingung, Sena memilih kembali ke dapur untuk melakukan pekerjaan yang belum selesai.

Eros telah masuk ke kamar Day. Dia melihat bagaimana adiknya terisak sambil meringkuk. Matanya yang berair terpejam, bibirnya digigit kuat-kuat. Melihat ekspresinya, dapat Eros duga kalau nyeri yang Day rasakan sangatlah menyakitkan.

Sejenak Eros melupakan gengsinya, fokusnya sekarang adalah Day. Hanya Day. Eros mendekat ke kasur, gerakkannya duduk di tepi kasur rupanya terasa oleh Day hingga membuat Day membuka matanya.

Mata merah itu membulat saat bertemu dengan mata tajam Eros yang kali ini cukup sayu.

"Kak Eros?!" pekiknya. "Sedang apa kakak disini?! Kakak tidak sekolah?"

"Sekolah, tapi hanya sebentar." Eros menjawab sekenanya.

"Bagaimana bisa hanya sebentar?! Kakak membolos?" Eros diam saja menatap Day. Day menganga. "Kalau papa tahu kakak membolos, pasti papa akan marah."

"Makanya jangan diberitahu," ujar Eros dengan suara lemah. Tiba-tiba Eros melepas sepatunya tanpa melepas kaos kakinya lalu ikut merebahkan diri di samping Day. Day yang kaget menjengit, menggeser tubuhnya menjauh. Untung saja kasur yang mereka tempati berukuran king size, makanya Day tidak jatuh saat ia beringsut seperti tadi.

Day memandang Eros horor. "Kak Eroa sebenarnya kenapa?! Kenapa tiba-tiba tidur di kamarku?!"

"Diam. Aku mengantuk." Eros beralibi sambik memejamkan matanya.

"Tapi kamar kakak kan di sebelah kamarku, pindah sana!" usir Day sambil sesekali meringis ketika perutnya sakit.

Eros membuka matanya dan menatap Day tajam, lalu menarik tubuh adiknya itu ke dalam dekapannya. "Kalau sedang sakit jangan teriak-teriak."

Day membatu saat salah satu tangan Eros melingkar di pinggangnya. Saat ini mereka dalam posisi saling berhadapan, sangat dekat dan menyelami netra satu sama lain. Suhu tubuh Eros yang hangat membuat jantung Day semakin berdebar kencang. Sikap Eros sekarang sangat asing baginya, namun sangat nyaman di waktu yang bersamaan.

"Kak?"

"Hm?" Eros menatap mata Day lekat. Tatapan sayu dan lembut.

"Kakak sakit?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kakak begini? Aneh sekali." Day mencoba terkekeh demu mencairkan suasana. Eros tersenyum.

"Kau tidak masuk sekolah, Rion bilang nyeri haidmu kambuh. Makanya aku pulang. Untuk menemanimu."

Day mengerjap tak percaya. "Ini kakakku kan?"

Eros mendengus membuat Day tertawa. Gara-gara Eros, Day sedikit lupa dengan rasa sakit di perutnya.

"Day, lain kali kalau sakit, bilang padaku ya," pintanya. Day hanya bisa menggeleng takjub. "Perutmu masih sakit?"

"Hanya sedikit."

Lalu, tanpa diduga Eros menyingkap kaos tipis yang Day kenakan, membuat perut ratanya terekspos nyata. Tiba-tiba Day menahan napas, pipinya memanas dengan bulu tubuh yang meremang tatkala telapak tangan Eros menyentuh perutnya. Mata Day terpejam, napasnya memburu. "Enghh ... " Day mengerang ketika Eros mengusapi perutnya.

"Bagian ini yang sakit?" Eros bertanya sambil terus mengusapi perut Day, nanun dengan mata yang fokus pada wajah Day yang seperti tengah menahan sesuatu. "Bibik bilang perut bagian bawah. Berarti disini?" Tangan kekar dan hangat Eros bergerak turun, menurunkan sedikit hotpants yang Day kenakan. Jari-jari Day meremas seragam Eros ketika nyeri di perutnya berganti dengan rasa menggelitik entah apa. Eros terus mengelusinya sampai membuat Day semakin meringkuk. Kepalanya terantuk dada bidang Eros.

"Kak Eros enghh ... sudah ... geli ... "

Eros tersenyum lantas menarik kepala Day untuk tidur di atas lengannya dan satu tangannya yang lain tetap mengusapi perut rata Day. Eros melakukannya sampai Day tertidur nyaman di pelukannya. Eros mencium kening adiknya lantas ikut tertidur bersama.