webnovel

I love you, kakak!

Hidup Day sangat membosankan. Dia tidak memiliki ibu, hanya memiliki seorang ayah yang sibuk bekerja dan jarang ada di rumah serta seorang kakak yang tidak bisa diajak bergurau. Kakaknya, Eros, sangat dingin. Tidak pernah suka jika Day bersikap akrab dan dekat-dekat dengannya ketika berada di sekolah. Karena hal itu Day seringkali merasa kalau Eros malu mengakui Day sebagai adiknya sendiri. Hal itu terkadang mengganggu pikiran Day. Hingga akhirnya Day tahu alasan mengapa Eros bersikap dingin kepadanya. "Jangan terlalu dekat denganku Day." "Tapi kenapa kak? Aku adikmu." "Justru itu. Aku takut jika kau terlalu dekat denganku, maka aku akan semakin jatuh cinta padamu. Kamu adiku, tidak sepantasnya aku memiliki perasaan ini." "Perasaan apa?" "perasaan ingin memilikimu seutuhnya."

Amethys_Sel · Teen
Not enough ratings
17 Chs

9. Perhatian langka dari Eros

Eros mengerjap, rasa pusing mulai mendera kepalanya karena ia tak terbiasa tidur di pagi hari. Saat ia melihat jam dinding, jarum pendek jam menunjukkan pukul sepuluh. Ia kembali menatap Day yang masih tertidur pulas di pelukannya.

Eros tersenyum tipis, lalu menyalipkan anak rambut yang menutupi wajah sang adik. Eros berpikir kalau tubuh Day pasti akan sakit jika terus-terusan tidur dalam posisi seperti ini. Maka dengan penuh kehati-hatian Eros memperbaiki posisi tidur Day menjadi telentang. Ia mengibaskan tangannya saat terasa kesemutan. Lalu, setelah memperbaiki letak selimut yang menutupi tubuh Day, Eros turun dari kasur. Mengambil sepatunya dan keluar dari kamar itu.

Usai Eros keluar, giliran Day yang terbangun, ia terbangub karena merasa ada yang tak nyaman di bagian bawahnya. Day mengucek mata, mencari-cari keberadaan Eros. Ia berpikir sejenak, apakah barusan ia bermimpi? Bermimpi Eros datang ke kamarnya, memeluknya dan mengelusi perutnya hingga ia tertidur. Tapi, mimpi tidak akan terasa senyata itu. Bahkan gelayar aneh yang tersisa dari hangatnya elusan tangan Eros masih terasa di perutnya sampai detik ini. Mengingat itu Day tersenyum malu.

Day hendak mencari bukti apakah tadi ia bermimpi atau betulan kenyataan dengan carabmencari keberadaan sang kakak. Namun, saat ia baruvmenyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya, "KYAAA!!" Ia menjerit kaget saat menemukan bercak darah di sprei putih yang melapisi kasur.

"Ada apa Day?!" Day melirik pintu dengan ceoat. Eros mendekatinya dengan wajah panik. Mata Day membulat ketika mengetahui kalau Eros hanya memakai celana dalam saja. Sontak Day membungkam mulut dan matanya dengan kedua telapak tangan.

"Kenapa kakak tidak pakai celana??" tanyanya tertahan. Lalu saat terdengar suara Sena yang mendekati kamar, tanpa pikir panjang Day segera berlari menuju pintu dan menguncinya dari dalam.

"Nona Day kenapa berteriak?! Apa yang terjadi?!" Sena mengetuk pintu berulang kali sambil bertanya panik.

"Tidak ada, bik!! Maaf membuatmu terkejut!! Day tidak kenapa-kenapa, sungguh!!" Day menjawab dengan cepat, terpaksa berbohong. Day tidak ingin Sena melihat kakaknya dengan keadaan setengah bugil seperti ini. "Day hanya terkejut karena bangun jam sepuluh pagi. Eheheh."

"Astaga, non. Bibik pikir kenapa. Kalau butuh apa-apa, panggil bibik saja ya."

"Baik, bi. Maaf sekali lagi."

Setelah Sena tak terdengar, Day mendelik pada Eros yang kini menatapnya sok lugu.

"Kenapa kesini tidak pakai celana?!!!"

"Aku kaget mendengar teriakanmu, makanya tanpa pikir panjang aku langsung datang kesini."

"Memang sebelumnya kakak sedang apa sampai tidak pakai pakaian segala??"

"Aku sedang mengganti seragam sekolahku." Day skeptis. "Kau sendiri kenapa berteriak sih?" tanya Eros kesal.

Day gelegapan. "Itu ... sprei kasurku terkena darah haid yang tembus."

"Memangnya tidak pakai softek?"

"Pakailah! Enak saja!" sewot Day.

"Terus kenapa tembus sampai sebanyak itu?" Eros menunjuk noda darah di sprei dengan dagunya.

"Namanya juga menstruasi. Meskipun sudah pakai pembalut, kalau darahnya banyak pasti bakal tembus." Day mencari pembelaan.

"Lain kali pakai popok saja."

"What?!" pekik Day. "Lebih baik kakak keluar sekarang, aku mau ganti pembalut."

"Tidak mau. Aku mau lihat caramu memakai benda itu." Eros duduk di kursi sambil bersedekap, menatap Day.

"Mesum!" Eros terkekeh. "Lagipula aku akan ganti di kamar mandi. Kau tidak akan bisa melihatnya!"

"Aku ikut masuk."

"Jangan kurang ajar, tuan Eros!" Eros tertawa lepas membuat Day sempat termangu menatapnya. Tawa lepas pertama Eros.

Day berdeham, berjalan menyamping, agar Eros tidak melihat celana bagian bokongnya yang pasti terdapat noda darah. Sambil sesekali melirik Eros, Day membuka lemari, mengambil celana dalam dan hotpants baru, lalu sebuah pembalut bersayap. Membawanya menuju kamar mandi.

Usai mengganti semuanya dengan yang baru, Day berjalan tanpa menghiraukan Eros yang masih senantiasa duduk menonton apa yang Day lakukan. Day sedikit canggung saat ia melepaskan sprei di kasurnya.

"Kenapa masih disini?"

"Ingin saja." Day mencibir karena lagi-lagi Eros menjawab dengan singkat. "Bagaimana perutmu? Masih sakit atau tidak?"

"Sudah lebih baik."

"Tanganku manjur juga ternyata." Day terdiam, berarti apa yang sebelumnya terjadi bukanlah mimpi. "Kalau menstruasimu sudah selesai beritahu aku," suruh Eros.

"Harus?"

"Harus. Karena aku ingin kau membalas perbuatan baikku itu. Dengan cara mengusapiku balik."

Day tak paham, namun Eros sudah terlanjur keluar dari kamarnya.