webnovel

Edward van Einzswerg

Saat itu adalah tahun terakhirku di SMA. Sekolah mengadakan karya wisata terakhir untuk angkatanku, sebagai bentuk perpisahan. Meski awalnya aku enggan mengikutinya, tapi aku tetap ikut. Ada keinginan untuk merasakan momen yang akan menjadi kenangan nantinya. Seperti itulah yang kuinginkan.

Sebuah danau yang terbesar di Asia Tenggara, kami pergi ke sana. Bukan destinasi yang buruk. Malam ketika lebih dari 200 siswa berkumpul, bersama para guru. Malam itu yang mengubah segalanya.

Di lantai, cahaya terang benderang menyilaukan. Orang-orang berpikir hal itu bagian dari acara. Tentu saja bukan. Karena cahaya itu membentuk pola lingkaran. Yang di tengah-tengahnya ada sejumlah huruf kuno. Seperti kesetrum listrik, seperti naik lift berkecepatan tinggi. Kami berpindah tempat.

Kami berteleportasi. Sebagai seorang pencinta fantasi, aku mengerti hal ini. Dalam keadaan lain itu mungkin menjadi lelucon, atau mungkin kami akan senang saat berandai-andai. Namun ini asli. Kami bukan lagi di bumi. Seluruh kekaisaran dan kerajaan di dunia Fraxia, berkumpul melakukan pemanggilan pahlawan.

Pahlawan apanya. Mereka hanya memanggil orang dari dunia lain secara acak. Dengan cepat mereka menjelaskan situasinya. Sebagian orang mengerti, sebagian lain mengamuk tidak terima. Namun kami harus mengikuti alur. Karena kami tidak bisa pulang sebelum "Gelombang Kekacauan" musnah. Itu adalah peristiwa di mana para monster di dunia ini membludak dan bertambah kuat. Sehingga para dewa memanggil pahlawan dari dunia lain untuk menyelamatkan dunia ini.

Omong kosong. Dewa ampas seperti apa yang repot-repot memanggil orang-orang dunia lain seperti ini. Aku bertanya-tanya, mengapa bukan orang di dunia Fraxia saja yang diberi kekuatan, atau mereka sendiri yang turun tangan.

Masih banyak guru dan siswa lain yang mencoba memahami hukum dunia Fraxia ini. Seperti tidak adanya sains di sini. Semuanya menggunakan sihir. Belum lagi kemunculan monster. Juga adanya ras lain selain manusia, seperti elf, iblis, dan bahkan malaikat.

Secara teknis, dunia Fraxia ini terdiri dari dua kekaisaran, tiga kerajaan besar, dan satu wilayah ordo suci. Selain itu masih ada wilayah teritorial iblis dan wilayah teritorial elf. Ada beberapa wilayah lain yang tidak termasuk ke dalam wilayah besar tadi. Seluruh siswa dan guru dipencar ke berbagai wilayah untuk berlatih menghadapi "Gelombang Kekacauan". Mereka menyortir berdasarkan kemampuan.

Ada hal yang berubah dari kami saat memasuki dunia ini. Yaitu sihir. Setiap orang memiliki energi sihir atau biasa disebut mana. Dan diberi kemampuan atau skill untuk bertahan hidup. Bahkan ada beberapa orang yang beruntung seperti ketua kelasku yang mendapat senjata sihir pemberian dewa. Hanya ada tujuh orang yang memiliki senjata sihir pemberian dewa. Namun hanya ada enam orang yang jujur. Karena satu orang lagi adalah aku.

Aku tidak memiliki kemampuan hebat seperti yang lainnya. Seperti mengeluarkan sihir elemen, penguatan fisik, atau peningkatan kecerdasan. Aku hanya memiliki kemampuan suara manipulasi. Dengan berbicara, aku bisa mengontrol pikiran orang-orang. Namun tidak kuat pengaruhnya. Sampai aku sadar pada perubahan lidahku. Muncul garis-garis hitam di lidahku saat kugunakan mana. Lidahku ternyata adalah senjata sihir. Itulah yang kusimpulkan. Dengan menggunakan lidah serta kemampuan manipulasi, aku bisa mengontrol dan memberi perintah mutlak pada siapa pun.

Ini adalah kemampuan yang berbahaya. Karenanya aku menyembunyikan kebenaran dari semua orang. Dengan berbohong kalau kemampuanku adalah tawaran. Aku mengatakan bahwa kemampuan menawarku sangat hebat. Dengan memanfaatkan hal itu, aku masuk ke dalam bidang diplomatik salah satu kekaisaran, Alecia. Sambil mencari segala informasi dan pengetahuan di dunia ini. Karena mau sekeras apa pun aku berlatih, aku tidak bisa menjadi kuat. Agar tidak menjadi beban, hanya itu yang bisa kulakukan. Sementara siswa lainnya bertambah kuat. Pemilik senjata sihir juga semakin banyak. Karena senjata sihir akan semakin kuat mengikuti pemiliknya.

Ada satu hal yang baru kutahu setelah bertahun di kekaisaran. "Gelombang Kekacauan" hanya bisa dihentikan oleh para pahlawan dunia lain. Meski sekuat apa pun orang-orang di dunia Fraxia. Karena asal bencana itu juga dari dunia lain. Untuk tidak mengganggu keseimbangan semesta lebih jauh, dunia ini tidak boleh ikut andil. Dengan kata lain dunia ini hanya seperti arena yang tidak sengaja dimasuki kekacauan. Harus ada lawannya, yang sama-sama dari dunia lain. Padahal kami hanya diberitahu kalau dunia ini tidak bisa melawannya sendiri, sehingga dipanggil orang-orang dari dunia lain yang akan dimasuki oleh "Gelombang Kekacauan" juga, yaitu Bumi.

Sudah selama tiga tahun aku di dunia ini. Barulah "Gelombang Kekacauan" muncul. Itu benar-benar sebuah bencana. Namun bukan berarti tidak bisa diatasi. Sehingga banyak pihak mulai meremehkan bencananya. Belum lagi perseteruan antar siswa. Iri, dengki, dan pertarungan malah muncul di antara para pahlawan dunia lain. Mereka saling menjatuhkan. Bahkan saling membunuh. Kepala sekolah dan beberapa guru sudah mati sebagai akibatnya. Dan para siswa yang masih hidup tidak lebih dari seratus orang.

Masalahnya tidak sampai di sana. Kekaisaran dan kerajaan, wilayah elf dan iblis juga berseteru. Pasalnya mereka kehilangan petarung mereka, para pahlawan dunia lain. Sehingga mereka saling menyalahkan.

Aku juga tidak beruntung. Penyihir terkuat kekaisaran Alecia, Yunalesca, mengetahui kemampuan dan senjata sihirku. Hingga mengumumkan ke penjuru negeri. Hal ini malah dimanfaatkan para bangsawan bangsat di sana untuk menjatuhkanku. Karena otoritasku sekelas bangsawan tertinggi, Duke. Andra si Lidah Emas, negosiator dan ahli strategi. Itulah diriku, para prajurit kekaisaran bahkan mengelu-elukan namaku sebagai dewa perang. Tidak perlu kekuatan, hanya dengan strategiku pasti kemenangan datang, kata mereka. Sang Kaisar Lucius von Alecia mulai khawatir dengan kemampuanku. Mereka bersekongkol dan memberitakan ke seluruh dunia, bahwa aku, Andra si Lidah Emas, adalah dalang perseteruan para pahlawan dunia lain, mencoba menggulingkan kaisar dengan kemampuan sihirku.

Aku diburu. Dijatuhi hukuman mati. Aku kehilangan harta yang susah payah kukumpulkan saat menjadi diplomat. Aku kehilangan kepercayaan semua orang. Teman-teman bangsat itu hanya tertawa melihatku. Karena dari awal mereka menganggap bahwa aku adalah halangan. Mendapat pengaruh padahal lemah, begitu mereka menyebutku. Orang-orang yang kukenal dari Bumi sudah berubah. Kekaisaran menjebakku.

Awalnya aku berniat menggunakan kemampuanku, untuk menyelamatkan diri. Namun setiap menggunakannya, aku butuh mana dalam jumlah besar, sedangkan mana-ku sangat sedikit. Karenanya aku menggunakan mana alami di sekitar, dan memerintahkan untuk masuk ke dalamku. Tapi hal itu tidak bisa terwujud. Kekaisaran mengetahui cara kerja kemampuanku. Berkat penelitian penyihir jalang si Yunalesca. Mereka menggunakan senjata sihir dewa milik kekaisaran, sebuah salib besar yang mampu menyerap mana. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Menyedihkan. Pada akhirnya aku mati di tangan Syd, jenderal kekaisaran yang pernah kuanggap guru bertarungku. Dia bahkan tidak berekspresi saat menancapkan salib itu padaku.

Namun sekarang akan berbeda. Aku bukan lagi Andra si Lidah Emas. Sekarang aku adalah Edward van Einzswerg. Seorang bangsawan Viscount dari kekaisaran Myriad, salah satu kekaisaran selain Alecia.

Secara garis besar, sekarang aku mengerti mengapa Edward, pemilik tubuh sebelumnya pergi ke dungeon. Monster dari Dungeon of Silence mulai keluar dungeon dan menyerang warga di wilayahnya. Ah, setiap bangsawan memiliki wilayahnya sendiri di sini. Semakin tinggi kedudukan bangsawan itu, makin luas dan maju wilayahnya. Ed (Edward) pergi bersama beberapa prajurit dan tunangannya, wanita bangsawan yang memanggilku sayang tadi. Di tengah misi, semua orang meninggalkan dungeon karena terlalu berbahaya. Sementara Ed menahan serangan monster sendirian. Namun menurutku, Ed sengaja ditinggal agar mati.

Sepertinya Edward ini memiliki musuh yang cukup merepotkan. Yang sengaja menjebaknya di dalam dungeon dan berhasil membuatnya kewalahan. Padahal ia cukup kuat. Tapi misteri terbesar kenapa jiwanya mati hingga memanggil jiwaku masih belum terjawab.

Bagaimana pun itu perkara yang mudah. Wanita bangsawan itu, Elvina van Bonsvary, yang bertunangan denganku, akan menjawabnya. Sejauh ini dia orang paling mencurigakan yang kutemui. Mari kita jadikan dia budak. Aku harus menyelesaikan masalah Edward agar aku bisa menyiapkan rencana pembantaian kekaisaran Alecia. Namun ada sesuatu yang akan mengejutkanku.

"Tuan, beberapa pahlawan dunia lain datang ingin bertemu Anda. Mereka bilang mereka ingin tahu cerita bagaimana Anda selamat. Sekaligus meminta maaf kelalaian mereka di dungeon sebelumnya," kata pelayan pribadiku. Seorang pria paruh baya yang dipanggil Mori.

Tunggu dulu. Pahlawan dunia lain? Di dungeon? Berarti ... Ed, si pemilik tubuh sebelumnya pergi ke dungeon bersama beberapa pahlawan. Siapa sebenarnya Edward ini, sampai dirinya dijebak oleh para pahlawan yang pernah mengkhianatiku. Entah aku pun tidak tahu sebelum menemui mereka. Ini kesempatan yang bagus untuk memulai rencanaku. Bagaimana kalau kubunuh pahlawan palsu bajingan itu dulu?