webnovel

Tubuh Baru

Banyak lubang di seluruh tubuhku. Lubang yang paling besar ada di antara perut dan dadaku. Salib besi hitam menancap di sana. Bukan salib biasa, tapi salib sihir yang tidak akan bisa dicabut berapa kali pun aku menggunakan sihirku.

Kalau kupikir lagi, sekarang mungkin sudah lebih tiga tahun kami di sini. Di dunia yang tidak mengenal sains, melainkan sihir. Dunia fantasi ala abad pertengahan. Dunia yang mengharuskan kami bertarung melawan monster. Dengan kemampuan dan senjata sihir.

Sekarang orang-orang yang kuanggap teman, tidak, dari bumi kami memang berteman, membunuhku. Karena kemampuanku yang dianggap berbahaya. Setiap orang dari kami yang dipanggil ke dunia ini diberi kemampuan sihir. Ada juga beberapa orang yang beruntung mendapatkan senjata sihir. Awalnya aku menyembunyikan kemampuanku.

"Dengan ini kekaisaran telah memberi hukuman mati pada Andra si Lidah Emas!" kata Syd, jenderal kekaisaran Alecia, kekaisaran terkuat di dunia ini.

Ya. Teman-temanku membunuh ratusan pasukan kekaisaran dan mengambinghitamkan diriku. Tidak, mereka bukan teman lagi. Mereka bajingan bangsat! Aku bersumpah jika aku diberi kesempatan hidup sekali lagi, aku akan membunuh mereka semua. Aku akan membantai semua orang yang dekat dengan mereka! Aku akan mencabik-cabik kulit dan daging mereka semua! Aku akan menghancurkan kekaisaran ini!

Tapi itu mustahil. Salib di perutku ini adalah senjata sihir milik kekaisaran yang bahkan katanya sanggup melukai dewa dan para iblis kelas atas. Aku yang sebenarnya lemah ini pasti akan mati. Satu-satunya alasan mengapa aku masih hidup adalah karena aku memberi perintah pada tubuhku untuk bertahan, dengan kemampuan sihirku. Kemampuan yang mampu memberi perintah absolut pada siapa pun dan apa pun.

Dingin. Rasa sakitnya sudah tidak terasa lagi. Kesadaranku mulai menghilang. Untuk terakhir kalinya aku menatap mereka semua. Teman-teman sekelasku dulu, para prajurit kekaisaran dan Syd. Aku bersumpah akan membantai mereka semua!

"Aku ... akan membunuh kalian semua .... Bangsat!!!"

Aku hanya bisa meneriakkan itu di akhir sambil menyeringai dan tertawa. Aku ... mati. Atau begitulah pikirku.

***

Gelap. Rasanya seperti tenggelam di laut. Namun tidak sampai ke dasar. Rasanya hanya terus jatuh tak berhenti. Seperti ini rasanya mati? Sejak datang ke dunia fantasi ini, nalar manusia sudah tidak ada gunanya. Semua yang ada di sini adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia di bumi.

Berapa lama rasanya begini-begini saja. Mungkin berhari-hari, berbulan, atau bertahun. Mau itu dewa, iblis, atau apa pun itu aku tidak peduli. Kalau saja mereka mendengarkan, kumohon berikan aku kesempatan sekali lagi.

"Aku mungkin beruntung bisa menemukan jiwa semengerikan dirimu ini. Kauingin hidup?"

Suara siapa itu? Jiwa? Maksudnya diriku? Apa doaku terkabul?

"Genggamlah tanganku. Aku akan memberikan hidupku ini untukmu. Kauingin, bukan?"

Menggenggam tanganmu? Bajingan, dari suaramu kau pasti lelaki. Menjijikkan sekali mendengarnya.

"Yah, kau tidak memiliki hak untuk menolak. Dengan sisa kekuatan ini, aku menunjukmu, jiwa yang tersesat, ke dalam tubuh ini!"

Apa-apaan mantra sihir itu? Dalam sekejap rasanya ada bayangan di depanku. Orang ini ... siapa dia? Memanggil jiwa orang yang telah mati ke dalam tubuhnya? Kemampuan curang macam apa itu?

Ketika membuka mata, apa yang kulihat adalah dinding-dinding gua yang putih. Aku beranjak dan mencoba berjalan. Tidak ada luka di tubuh ini. Ketika memasuki gua lebih dalam, ada sebuah genangan air. Tentu saja itu bukan air biasa. Aku tidak tahu pasti, tapi mungkin itu adalah air yang biasa digunakan gereja di dunia ini. Air suci.

Semua orang tahu bahwa air suci hanya ada di bagian dalam dungeon. Pemilik asli tubuh ini, orang yang memanggil jiwaku, ada urusan apa dia di bagian dalam dungeon hanya seorang diri. Hanya ada dua tipe orang yang senekat ini ke bagian dalam dungeon. Orang yang ingin mati dan ... orang yang sangat kuat.

Pemilik asli tubuh ini, adalah tipe yang kedua. Karena tubuh ini aku bisa merasakannya, mana yang melimpah. Mana merupakan elemen terpenting dari penciptaan sihir, bisa dibilang sumber dari sihir itu sendiri. Bukan hanya itu, tubuh juga memiliki fisik yang kuat. Dan yang paling mengejutkan, dia cukup tampan. Wajah tampan yang kulihat dari bayangan air suci, adalah wajahku sekarang. Ini bukan wajah dari orang bumi sepertiku. Ini ... wajah penduduk asli dunia ini.

Rambut perak, kulit putih, tanpa bekas luka, dan pakaian armor sihir yang modis. Hanya seorang bangsawan kelas atas atau ksatria terhormat dengan penampilan seperti ini. Dia bukan orang biasa. Jika aku harus hidup sebagai dirinya mulai sekarang, ini akan sulit.

Bisa juga hidup dengan identitas baru. Tanpa peduli siapa dia dan dari mana dia. Tapi yang penting aku harus keluar dulu dari dungeon ini, atau mungkin aku harus mengalahkan naga yang kelaparan di belakangku ini.

"Bukankah begitu, kadal bangsat?"

Kalau bukan karena tubuh ini, aku tidak akan bisa menyadari keberadaan naganya. Tapi sekarang aku bisa merasakan mana yang tersebar. Naga ini ... biasa disebut Dragon of Silence. Monster tipe naga yang bisa menyembunyikan keberadaannya. Hanya ada satu tempat di mana bos monsternya adalah naga ini. Dungeon of Silence, labirin monster mematikan yang akan membunuhmu tanpa sadar adanya musuh.

Baiklah. Kita lihat, apakah aku bisa menggunakan sihirku yang lama.

"TUNJUKKAN DIRIMU SELALU, JANGAN PERNAH BERSEMBUNYI!"

Naga yang terkenal akan kemampuan membunuh dalam diam, tidak bisa menggunakan kamuflase di depanku. Bagus. Sepertinya aku masih bisa menggunakan kemampuan sihirku. Meski aku tidak yakin awalnya. Tapi saat ini sudah terbukti.

"Sekarang, bagaimana kalau kita coba kemampuan tubuh ini? Aku cukup yakin ini tubuh seorang ksatria."

Aku menahan serangan dari naga yang besarnya mungkin puluhan kali atau ratusan kali lipat dariku. Fisik tubuh ini sudah ditempa sedemikian rupa. Belum lagi pergerakan yang cepat dan ringan. Namun aku belum terbiasa dengan tubuh ini. Orang yang hampir tidak pernah bertarung sebelumnya sepertiku tidak mungkin jadi kuat hanya karena tubuhnya kuat.

Dari awal aku hanya mengandalkan refleks tubuh ini. Aku harus bisa membiasakan diri. Sampai sekarang aku hanya menghindari tiap serangan. Mungkin sudah saatnya mencoba sihirnya.

"Aku tak tahu sihir apa, tapi kuharap itu bisa mengalahkan naganya dengan sekali serangan. Tunggu ... bagaimana dengan api?"

Sebuah kobaran api keluar dari telapak tanganku. Aku mengarahkan tanganku ke atas dan membentuk kumpulan api besar berwarna biru. Dan membakar naga itu hingga melelehkan tulangnya. Sudah kuduga ... tubuh ini punya bakat yang hebat dalam sihir. Tapi karena aku tidak tahu sihir yang biasa digunakan tubuh ini, aku menciptakan sihir apiku sendiri dengan kemampuan lidah sihirku.

"Kukuku .... Ini benar-benar gawat. Para pahlawan dunia lain, kekaisaran, dan kalian warga bajingan, aku akan membawa bencana pada kalian!"

Aku akan menjadi yang terkuat di dunia ini dan menghajar para dewa sialan yang mengirimku ke sini. Tapi, aku tidak sadar. Naga tadi ... jiwanya keluar dan ikut terbakar. Api yang bukan hanya membakar tubuh, tapi juga jiwanya. Siapa sebenarnya pemilik asli tubuh ini?

Terserahlah, aku akan keluar dulu dari dungeon dan mencari tahu informasi. Atau begitulah pikirku lagi. Apa-apaan?

Di luar dungeon ada banyak ksatria dan beberapa bangsawan.

"Tuan muda! Kau selamat? Syukurlah tuan Ed!" teriak seorang lelaki tua bangka.

Ed? Aku? Tidak, Ed itu ... pasti pemilik asli tubuh ini. Haruskah aku senang atau sedih. Awalnya aku hanya ingin hidup dengan identitas baru.

"Sayang ...?"

Siapa lagi sekarang? Wanita pirang? Oh, wanita yang memanggilku sayang, dia seorang bangsawan. Istri, tunangan, atau kekasih atau mungkin keluarga Ed? Sepertinya aku terjebak sesuatu yang merepotkan. Namun ini mungkin tidak buruk juga. Dengan ini, aku bisa mencari semua informasi yang dibutuhkan. Untuk membantai habis kekaisaran dan seluruh pahlawan dunia lain yang pernah kuanggap teman.