webnovel

GUARDIAN OF DESTINY

BERKISAH TENTANG SEORANG PEMUDA YANG SEDARI KECIL SELALU DISIKSA OLEH ORANG TUANYA DAN MELIHAT CAHAYA YANG MENGUBAH DIRINYA MENJADI SANG PAHLAWAN YANG ABADI

VUBRA_GLADORI · Fantasy
Not enough ratings
12 Chs

TANGISAN TAK BERALASAN

Sudah dua hari sejak aku bertemu dengan ibuku malam itu dan wajahnya masih ada di pikiranku, aku masih bertanya-tanya apa kejadian selanjutnya setelah dia di antar oleh Ren. Semoga saja dia tidak memberitahukan alamatku dan masih menjaga rahasiaku agar tidak di ketahui oleh orang lain. Aku tiduran di sofa karena hari ini masih waktu liburan dan belum ada tugas sama sekali dari markas, aku hanya menghabiskan waktu dengan menonton televisi dan bermain game saja. Namun kali ini agak berbeda, ponselku berbunyi karena ada telepon dan saat aku mengangkatnya, hanya terdengan seorang sedang menangis dengan menyebut namaku. Aku sontak kaget dan menanyakan namanya karena nomor telepon ini belum terdaftar di kontakku, si penelpon ini bersuara wanita dengan tangisan yang dia dekatkan ke ponselnya.

"KEI…..APAKAH ITU KAU"

Dia menyebut namaku seperti itu namun aku belum tahu siapa dirinya dan kenapa alasan dia menangis, saat dia berbicara untuk terakhir kalinya aku mendengar suara lelaki dengan menyebut namaku dan memintaku untuk datang ke tempat makan siap saji di ujung kota. Aku masih tidak tahu apa yang dia katakan dan aku menanyakannya namun yang dia katakan hanyalah

"ADA HAL PENTING YANG INGIN AKU BICARAKAN"

Aku berpikir bahwa ini hanyalah panggilan iseng dari seseorang temanku yang tidak ada kerjaan waktu liburan lalu menutup teleponku. Setelah aku menutup teleponku dan berjalan ke kamar aku baru menyadari bahwa mungkin saja itu adalah ibuku dan suara laki-laki itu adalah suami barunya, tapi kenapa dia menangis saat sedang menelponku. Aku bergegas ke tempat makan yang dia tunjukan dengan mengendarai sepeda, sepeda kukayuh dan di setiap jalan aku masih memikirkan hal yang sama.

Tepat pukul 11:20 aku bertemu dengan ibuku yang telah lama meninggalkanku, sudah hampir lupa dengan kata-kata yang selalu dia ucapkan aku masuk ke tempat makan itu. Aku duduk di depannya dengan wajahnya yang menangis dan suami barunya sedang di dekatnya beserta anaknya, dia masih menangis dan tatapanku sangat membenci akan mukanya. Sudah tiga menit aku duduk namun dia masih belum memulai perkataannya dan aku memutuskan untuk kembali namun suami dari ibuku memintaku untuk duduk kembali, setelah aku duduk kembali dia bertanya

"Namamu Kei benarkan, kenalkan namaku YAMAMO GORO. Suami dari ibumu"

Aku mendengarkan apa yang dia katakan tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan dia masih melanjutkan pembicaraannya

"Kei, apakah kau sekarang tinggal sendirian dan dimana kau tinggal sekarang"

"Dimana aku tinggal?, untuk apa aku memberitahukan itu kepada kalian. Itu sama saja kalian ingin tahu identitasku kan"

Dia mencoba mengelak namun pertanyaannya sudah aku tutupi dengan perkataanku, namun dia masih menanyakan hal lain

"Begini Kei, aku bukan bermaksud untuk menanyakan informasi darimu namun aku menghawatirkan kau dan bagaimana kamu hidup sekarang. Apakah biaya hidupmu terpenuhi atau tidak"

"Aku tidak bisa menjawabnya karena waktuku sedikit"

Aku mencoba untuk kembali karena perasaanku mulai tidak enak berada disana, namun saat aku kembali ibuku mencegahku.

"Kei jangan pergi dulu ada yang ingin aku berikan"

Aku tidak bisa melepaskan tangannya dengan kasar karena banyak sekali orang disana dan mungkin akan menarik perhatian banyak orang, dia memberikan sebuah kertas yang bertuliskan tulisan tangan disana.

Setelah aku menerimanya aku kembali dan meninggalkan mereka dengan rasa hatiku yang seakan tersayat olehnya, aku kembali dengan tidak menatapnya sama sekali namun di diriku aku merasa bahwa dia sedang menatapku. Setelah aku sedang kembali teleponku berbunyi kembali namun kali ini dari ketua yang menyuruhku untuk segera ke markas, aku masih belum sempat membaca apa yang ada di dalam kertas itu namun aku berpikiran bahwa nanti saja membacanya saat berada di markas.

Sesampainya di markas ketua menyampaikan bahwa ada teroris yang menyeludupkan telur para phantom di salah satu gedung di pinggir kota dan semua tim PINTO di perintahkan untuk menyelidikinya, memang kasus ini bukan pertama kalinya karena banyak orang yang menggunakan telur phantom untuk di tetaskan dan disengajakan untuk bahan pengalihan saat mencuri sebuah uang di bank. Semua kelompokku berangkat dan Glen bersama Hana yang sudah disana lalu menginformasikan tempat itu, semua tim pergi kesana namun saat perjalanan ke sana aku melihat mobil yang mewah berwarna hitam dengan jendela mobil itu yang terbuka. Dan saat mobil yang aku tumpangi berjejeran yang kulihat itu adalah hal yang membuat badanku sesak kembali, tidak lain dia adalah ayahku yang pergi meninggalkanku saat aku berumur enam tahun. Aku melihatnya dengan seorang anak bersamanya dengan wajah yang sama seperti ibuku waktu itu, aku mengelaknya dan mencoba untuk melupakannya.

Sesampainya di tempat yang dituju yaitu tempat dimana telur phantom itu ada, aku dan kelompokku menunggu arahan dari ketua. Saat Glen dan Hana kembali mereka melaporkan pada ketua bahwa tempat telur itu berada ada di bawah gedung ini yang di awasi sangat ketat oleh banyak penjaga, namun saat itu aku masih berpikiran tentang ayah dan ibuku yang senyumnya belum pernah terpancar kepadaku. Semua kelompokku masuk ke dalam pintu yang ditunjukan oleh Glen dan saat aku masuk Glen menanyakan kepadaku tentang kesehatanku dan aku menjawab bahwa aku baik-baik saja.

Semua penjual telur sedang berada di gedung tempat mereka berdiskusi namun semua itu berakhir karena kelompokku memergoki mereka serta memanggil polisi untuk mengangkut mereka, kelompok aku di bagi dua bagian yaitu bagian untuk mengatasi telur dan bagian untuk menangkap para penjual. Aku bersama Taro mengunjungi tempat itu dan saat aku sampai disana ternyata benar yang Glen katakan, tempat dimana ratusan telur phantom itu ada.aku membagi tugas dengan Taro agar selesai dengan cepat, namun saat aku memegang kaca tempat telur tersebut di simpan aku merasakan hal yang aneh karena aku baru melihat phantom itu berkembang biak sebanyak ini.

Setiap wadah aku kosongkan airnya dan setiap detik telur phantom itu hilang karena sinar cahaya lampu di ruangan itu sangat terang, namun saat aku akan kembali aku melihat kearah belakang dan apa yang kulihat semoga hanyalah ilusi. Phantom dengan kaki yang mirip kelabang namun berkepala buaya ini ada di depanku dan igin sekali memakanku , aku menghingdar dan Taro menghentikan bayangannya. Monster itu berhenti dan aku menyerangnya denan penuh tenaga

"TEKNIK HENING KE ENAM TUSUKAN SATU JARUM"

Phantom itu mati karena tertusuk oleh ice milikku dan saat kembali ke ketua ternyata pembasmian penjahat sudah terselesaikan, polisi datang dan membawa penjahat itu ke penjara dan semua kertas informasi yang ada di gedung tersebut di serahkan ke markas.

Saat aku pulang aku tersadar bahwa aku belum membaca kertas tadi sama sekali dan saat aku buka dan ingin membacanya, tulisan di kertas tersebut hanyalah tulisanku saat kecil dulu yang menuliskan

"PAPA…MAMA…"

"AKU MENCINTAIMU NAMUN KAU MEMBALASKU BEGINI"

Sebuah kata-kata yang saat dulu aku dilukai tanpa sebab dan masih kuterima. Lalu di pinggir kertas tertulis tulisan ibuku yang bertuliskan

"Maaf"

Sebuah kertas yang sangat kusam karena mungkin berkali-kali terkena tetesan air, dan saat itulah aku tidak menyadari bahwa air mata keluar dari mataku saat melihat kertas itu dan tidak mengerti apa yang aku tangisi sekarang.