webnovel

Fire Twins

Dewa telah meninggalkan dunia. Kekaisaran Oblitus penguasa benua runtuh dan seluruh benua dibawa ke dalam kehancuran. Kejahatan bukanlah hal yang baru. Nyawa bukanlah barang berharga. Kedamaian hanyalah impian naif. Kelaparan dan kemiskinan menguasai benua.Bertarung atau mati, membunuh atau dibunuh, tak ada orang yang bisa dipercaya. Frans anak yang dianggap jenius, putra seorang pahlawan ,dengan keluarga yang lengkap dan bahagia bertahan sebagai seorang bangsawan perbatasan ditengah runtuhnya kerajaan dan invansi kedua kekaisaran. Meskipun begitu, "Haaa, apakah aku sebaiknya jatuh kesandung dan pura-pura lupa ingatan saja ya?". Kembarannya terlalu emosional, Ayahnya seorang pahlawan tapi selalu pesimis, hanya ibunya saja yang bisa dia percaya. Semua mengandalkannya sebagai 'jenius' tapi dia tak menyukainya. Perjalanan panjang tentang arti sebuah cinta,keluarga dan kekuatan menantinya.

Anthest_48 · Fantasy
Not enough ratings
18 Chs

Pertemuan

Ia lantas berubah dari jubah santainya menjadi pakaian resmi seorang Jenderal utama pasukan, pakaian armornya begitu megah dengan jubah biru laut yang menggantung di plat bahunya ,ia juga membawa sebuah baton simbol kendali atas pasukan kekaisaran .

Randal lantas menatap ke arah cermin besar yang dibawa oleh salah satu pelayan dan melihat tubuhnya yang ramping memakai seragam kebesaranya. Meskipun ia hampir tak memiliki otot yang bisa ia banggakan, pakaian seragamnya membantunya terlihat berwibawa dan penuh akan karisma. Merasa puas dengan penampilannya ia lantas berjalan keluar dari tenda utama. Kedua pengawal pribadinya yang menjaga pintu tenda lantas langsung berjalan mengikutinya. Tenda untuk pertemuan tidak terlalu jauh.

Area tenda utama sangat terbilang sepi di banding pekemahan prajurit kekaisaran. Pangeran mahkota dapat melihat suara tawa prajurit kekaisaran dan mendengar nyanyian para penghibur. Mengetahui mereka yang bersenang-senang saat ia harus sakit kepala menanggapi orang tua yang cerewet membuatnya ingin membubarkan mereka. Tetapi mereka pada akhirnya mereka akan mati besok, jadi ia akan menganggap ini sebagai permohonan terakhir mereka sebelum mati. Ia kemudian memasuki tenda dan 10 orang terlihat berdiri mengitari sebuah meja besar yang berisikan peta dan puluhan bidak.

Selain Jendral kanan dan kiri yang ia temui ia tak tahu siapa mereka. Ia hanya tahu mereka orang kepercayaan ayah yang dijadikan Jendral Legiun Kekaisaran. Hampir kebanyakan dari mereka adalah orang tua yang hampir uzur dan mereka menatap ke arahnya dengan ekspresi yang misterius. Ia yang melihat itu mengerutkan dahinya dan tiba-tiba suara aba-aba terdengar dari antara mereka

"Hormat kepada Putra Mahkota dan Jendral Utama Pasukan!"

"Panjang Umur Pangeran!"

Pangeran lantas berjalan menuju satu-satu nya tempat duduk kosong di sana.Terlihat Jendral kanan di kiri tepat duduk disebelah kanan dan kiri tempat duduknya. Saat ia mencapai kursinya ia mulai duduk dan memberi perintah ke pada mereka.

"Duduk"

Semua yang berada di ruangan pun duduk mengikuti perintah. Segera setelah itu Pangeran Randal pun kembali berbicara

"Jadi apakah ada masalah?"

Semua yang hadir terkejut mendengar pertanyaan pangeran mahkota. Mereka terkejut pangeran tidak memulai rapat dengan basa-basi dan langsung keintinya. Sebuah etika penting bagi seorang pemimpin untuk melakukan sambutan di setiap pertemuan.

Para petinggi yang belum pernah melakukan pertemuan bersama pangeran mulai meragukan pendidikan yang ia terima. Meskipun begitu, mereka berusaha mungkin menutupi rasa terkejut mereka. Jendral Burn Ikerna pun segera berbicara mengetahui apa yang terjadi

"Ka-Kami berterima kasih atas kehadiran Yang Mulia, kami sudah melakukan persiapan sebelum berangkat ke perbatasan dan saya juga sudah berusaha berkoordinasi dengan Yang Mulia mengenai beberapa masalah. Namun kami mengharapkan pendapat Yang Mulia terkait permasalahan yang akan di bahas di pertemuan kali ini"

"…Baik, sampaikan"

Jendral Burn lantas memberi isyarat mata kepada anaknya dan anaknya mulai berbicara

"Ijinkan saya untuk menyampaikannya Yang Mulia"

+++

Kastil Frontiera malam itu begitu terang oleh api unggun dan suara para pengungsi dari desa mengalahkan keheningan malam.Meskipun penduduk desa begitu tenang dan nyaman dengan kondisi mereka. Kondisi di dalam ruang pertemuan di dalam bangunan utama kastil sangat tegang. Baron bersama beberapa bawahanya tengah mendiskusikan pertahanan kastil.petinggi pasukan kerajaan yang di tempatkan di Frontiera juga mengikuti rapat malam itu.

Hanya ada dua orang anak yang sangat tidak sesuai dengan komposisi peserta rapat tersebut. Dua anak tersebut terlihat duduk di belakang para petinggi yang berdiskusi mengenai pertempuran yang akan datang.

'Haaah melelahkan,bukankah aku sudah membantu ibu seharian?kenapa aku harus di sini juga?'

Ia lantas mencoba melihat ke arah saudaranya yang duduk di sampingnya, mukanya begitu lelah dan sedih. Ia ingat saat ingat keramaian di rumah tamu. Saat tina tersadar ia langsung menangis dan memohon ke Edwin dan Bibi Ana untuk menyelamatkan ayahnya. Beruntung ayahnya selamat.

Seharusnya mood Edwin membaik segera saat masalahnya selesai tetapi tak ada yang berubah darinya sampai sekarang. Ia ingin bertanya namun tak pernah sempat.

"Aku harap kepala pasukan divisi 5 kerajaan mau bekerja sama"

Suara baron cukup keras terdengar hingga Frans yang sibuk mengalihkan perhatiannya pun terpaksa ikut mendengarkan

"… Baik."

'Ayah pernah mengeluh tentang pasukan kerajaan yang menjaga kastil,siapaun akan mengeluh jika pasukan kerajaan selalu mencari alasan ketika dimintai tolong.Tapi sekarang ia tak punya alasan untuk menolak,iya kan?'

"Semua bisa bubar Pasukan kekaisaran kemungkinan akan sampai disini besok sore.Kita akan melakukan penyerangan kecil-kecilan hingga mereka sampai, jadi beristirahatlah dan jaga kondisi kalian."

"Baik!"

Saat Jhosua dan pemimpin pasukan lain mulai keluar , Frans dan Edwin mulai berdiri dari tempat duduknya untuk ikut pergi.

"Frans,Win"

Panggilan seorang Ayah mereka untuk kedua anak kembarnya

'Ugh'

Frans sudah merasa bosan dan lelah,ia ingin pergi tidur dan masih ada hal lain yang ayahnya mita darinya

"Iya?"

"Ada apa yah?"

"Bisakah kalian ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin kuberikan ke kalian"

""Baik yah""