webnovel

Fire Twins

Dewa telah meninggalkan dunia. Kekaisaran Oblitus penguasa benua runtuh dan seluruh benua dibawa ke dalam kehancuran. Kejahatan bukanlah hal yang baru. Nyawa bukanlah barang berharga. Kedamaian hanyalah impian naif. Kelaparan dan kemiskinan menguasai benua.Bertarung atau mati, membunuh atau dibunuh, tak ada orang yang bisa dipercaya. Frans anak yang dianggap jenius, putra seorang pahlawan ,dengan keluarga yang lengkap dan bahagia bertahan sebagai seorang bangsawan perbatasan ditengah runtuhnya kerajaan dan invansi kedua kekaisaran. Meskipun begitu, "Haaa, apakah aku sebaiknya jatuh kesandung dan pura-pura lupa ingatan saja ya?". Kembarannya terlalu emosional, Ayahnya seorang pahlawan tapi selalu pesimis, hanya ibunya saja yang bisa dia percaya. Semua mengandalkannya sebagai 'jenius' tapi dia tak menyukainya. Perjalanan panjang tentang arti sebuah cinta,keluarga dan kekuatan menantinya.

Anthest_48 · Fantasy
Not enough ratings
18 Chs

Hadiah

Frans dan Edwin berjalan di samping ayahnya, mereka keluar kemudian menuruni tangga kayu di depan pintu bangunan utama dan berjalan ke arah rumah penempa.

'Hhmm?Kenapa paman penempa belum istirahat sampai sekarang?'

Frans menyadari suara palu memukul besi masih terdengar

"Ayah, bukankah kau terlalu kejam dengan paman penempa?"

Frans menatap ayahnya dengan mata tajam

"Eh?..Ah, aku tidak menyuruhnya aku hanya membuat permintaan dan paman penempa mau melakukannya Frans"

'Jelas saja! Siapapun takkan bisa menolak dengan caramu meminta tolong!'

Frans mengingat bagaimana ayahnya meminta tolong kepala pasuka divisi 5 kerajaan tadi.

"O-Oh ya Win, bagaimana dengan pa-"

"-terima kasih yah"

"Ha ha ha! Kenapa kau tiba-tiba berterima kasih?"

"…"

Edwin tak menjawab dan mereka sampai di depan tempat kerja milik paman penempa

"Ayahmu akan masuk terlebih dulu, kalian tunggulah di sini sebentar"

"Baik yah"

Frans menjawab perintah ayahnya dan menunggu disana bersama Edwin. Suasana yang sangat canggung hingga frans ingin mati rasanya. Ia ingin membicarakan sesuatu dengan saudaranya ,namun saudaranya yang diam tiba-tiba bicara dengannya.

"Frans, apakah aku bisa sekuat ayah?"

"???"

'Huh?Kau kenapa?ah,wajahmu seharian sangat menyedihkan walau pagi tadi kau tertawa riang, dan sekarang kau bertanya padaku hal yang sudah begitu jelas. Ah, mungkin dia lelah. Orang lelah biasanya murung dan ngelantur tidak jelas'

Meskipun Frans tahu bukan itu alasannya ia berusaha menolak untuk peduli.

*CLANG! PYARR*

Mereka kemudian mendengar suara benda jatuh dan pecah di dalam rumah. Lalu ayah mereka menyuruh mereka untuk masuk ke rumah. Frans melirik ke arah Edwin dan mukanya sangat murung menatapnya.

'Aku kelelahan fisik karena berlari-lari mengejarmu dan Aku kelelahan mental membantu ibu dan ayahku. Sekarang kamu juga ingin curhat? Tidak, makasih. Aku lelah, ok?'

Meninggalkan saudaranya ia berjalan masuk ke dalam rumah, di dalam ia melihat pria tua tengah membersihkan pecahan kaca yang jatuh

'Gelas kaca itu untuk siapa? Hanya orang sekelas bangsawan yang bisa memiliki sebuah benda berbahan kaca.Apakah itu berarti..'

"Itu seharusnya untuk ibumu"

Baron yang berdiri melihat pecahan kaca itu tersenyum pahit

"Kenapa?"

"Ah,aku memegangnya terlalu kencang jadi gelasnya pecah"

'Wow, mengerikan, apakah ini kenapa peralatan makan di kastil semuanya berbahan logam? aku pikir kita miskin,ternyata ada mesin pengancur barang mahal ya…'

Edwin yang baru saja masuk dan mendengar percakapan Frans dan ayahnya juga merasa terkejut.

"Tetapi masih ada yang lain kan yah?"

"Ah, masih aku meminta paman penempa membuat satu set alat makan hanya gelasnya saja yang pecah"

"Apakah akan baik-baik saja"

"Tentu saja akan baik-baik saja tuan muda, selama baron bersedia membayar semuanya"

Pria tua yang selesai membersihkan pecahan kaca berdiri dan menyambut Frans dan Edwin dengan senyuman.

"Tentu saja pak tua,aku akan membayar semuanya seperti yang sudah dijanjikan.Apakah yang lainnya juga sudah siap?"

"Oh tentu saja, di sebelah sana Tuan"

Pria tua menunjuk ke arah dua sarung pedang yang digatung di dinding. Dari sarung pedang itu frans bisa melihat kalau isinya itu untuk siapa.

"Ayah apakah itu untuk-"

"-Ya, itu untuk kalian berdua"

'Ah benar, tapi kenapa? umur kami baru 10 tahun'

"Hanya untuk jaga-jaga saja"

"Ah, baik yah"

Ayah Frans lantas memberikan pedang ke kedua anaknya,dan Frans mulai menarik pedang dari sarungnya,terlihat pedang tersebut sangat berkilau tajam.Edwin mulai memegang pedangnya dengan erat dan mulai berbicara sambil tersenyum setelah sekian lama .

"Terima kasih yah"

"Ha ha ha, Apa kau menyukainya?"

"Ya!"

"Ha ha ha ha, Paman terima kasih untuk pedangnya, uang akan segera ku beri sesuai perjanjian"

"Terima kasih Tuan"

"Frans,Win kembalilah ke kamar kalian dan tidurlah, Aku akan berkeliling sebentar"

""Baik yah""