webnovel

Tiga

Author POV

•••

Justin menatap sengit ke arah teman-temanya yang menertawainya. Sumpah serapah masih ia lontarkan pada Yissa yang suka ikut campur urusanya.

"Eh! Santuy! Udah, Bos Justin marah nanti" Ujar Sandu.

Tiga teman Justin, Nero, Kevin dan Sandu begitu takut dengan Justin. Apalagi Justin anak sultan yang selalu traktir mereka. Kalau sampai Justin marah, bisa habis mereka jadi miskin serentak.

"Gila ya si Yissa! Sok yes banget jadi orang!" Geram Tiffana yang kini menyandarkan kepalanya di bahu Justin. Tiffana sangat benci dengan sikap sok baik Yissa. Menurut Tiffana, Yissa itu cewek termunafik di kampus ini. Sok-sok ikut campur urusan orang lain.

"Tapi dia emang cantik sih" Sahut Nero sambil menekan hidungnya dengan tisu.

"Banyak bacot kalian! Kuy starbuck!" Ketiga teman Justin langsung bereuforia begitu pula dengan Tiffana. Ia yakin habis ini bakal bertemu dengan tas dan sepatu baru lagi. Tentunya dengan harga mahal dong.

Mereka akhirnya mengekor di belakang Justin yang berjalan menuju arah mobil suvnya. Lalu memasuki mobil itu dan berjalan menuju mall. Beginilah hidup Justin, di otaknya hanya berisi foya-foya.

•••

Tiffanya memeluk erat lengan Justin. Kini keduanya berada di salah satu brand LV. "Sayang, aku mau itu" Tunjukknya pada dress berwarna pink. Justin mengangguk saja, toh uangnya banyak. Dia anak pewaris Wibis. Uang segitu mah kecil.

Berbeda dengan ketiga sahabat Justin yang bergidik ngeri melihat Tiffana. Royal sih boleh saja sama cewek mereka. Tapi kalau royalnya baru pacaran aja sampai beli baju harga puluhan juta mah bisa bangkrut siang-siang.

Begitulah bodohnya Justin, dia terlalu gampang dibodohi. Apalagi dengan perempuan cantik, Justin begitu tergila-gila dan memberikan segalanya. Dia sangat terobsesi memiliki pacar cantik dan populer. Tak peduli kekasihnya berada di level yang sama denganya.

Tiga sahabat Justin itu masih setia sejak tadi untuk menemani Bosnya. Apalagi mereka datang numpang Justin, kan nggak lucu kalau mereka pulang jalan kaki berjamaah.

"Nih Mbak" Justin mengulurkan kartu kreditnya pada pelayan kasir. Ia dan ketiga sahabatnya bernapas lega, akhirnya prosesi jadi pembokat Tiffana sudah selsesai.

Jujur saja, Justin tidak terlalu suka jika mengikuti Tiffana belanja. Selain lama juga membuat kaki pegal. Tapi karena cinta, akhirnya Justin mau saja. Dia sangat tergila-gila dengan kecantikan Tiffana, maka dari itu dia akan memberikan segalanya untuk Tiffana.

Banyak orang memujinya karena mendapatkan Tiffana yang sangat cantik. Justin tidak munafik, lagipula memang mencintai karena fisik itu penting.

Karena itu dia sempat kaget saat di nikahkan dengan, Tisha. Cewek Udik, Cupu dan Norak. Delapan puluh tujuh persen berbeda dengan Tiffananya. Tisha memang tidak jelek dan tidak cantik, menurut Justin sih biasa, alias umum.

Sedangkan kecantikan Tiffana di atas rata-rata. Sebenarnya Tisha itu lumayan cantik, kulitnya juga tidak eksotis dan sawo matang khas perempuan lokal. Tapi sayangnya Tisha tidak pernah merawat diri. Penampilanya juga norak. Pokoknya waktu di nikahin sama Tisha rasanya kayak kejatuhan puluhan durian. Sakit cuy.

Apalagi saat menyadari bahwa mereka sudah menikah bukan hanya pacaran. Tapi meski begitu, Justin nggak munafik kok. Biarpun Tisha norak dan cupu, tapi di ranjang mampu membuat Justin mengulangnya berkali-kali.

Saat meminta itu, Justin benar-benar tak punya otak. Ya habis gimana lagi, siapa cowok yang betah tinggal berdua dengan cewek setiap hari tanpa melakukan hal itu. Kalau udah nafsu, cowok nggak lihat subjek sama objeknya.

•••

Kini Justin berada di starbuck bersama Tiffana dan ketiga sahabatnya. Tiffana sejak tadi terus melakukan live stream untuk memamerkan aktivitasnya. Sementara keempat cowok itu sedang sibuk mabar. Biasanya Tiffana akan marah saat di tinggal Justin main games. Tapi untuk kali ini tidak, karena dia habis di belikan barang mahal.

Saat tengah sibuk bermain, Kevin menyikut lengan Justin. "Apaan tolol!" Bentak Justin.

Justin memang tidak tahu tempat kalau mengumpat. Kevin paling mengerti karena dia sahabat Justin sejak SMA. "Tin. Bini lo" Bisik Kevin sepelan mungkin, takut yang lainnya mendengar.

Kevin satu-satunya sahabat yang tahu tentang pernikahan Justin. "Jalan sama cowok ganteng" Bisiknya lagi namun Justin tak peduli dia masih fokus pada game.

Lagipula Justin dan Tisha sudah sepakat untuk tidak mencampuri hubungan mereka masing-masing. Mereka berdua punya prinsip yang sama, tidak ingin terlalu di kekang di usia mudanya. Mereka juga ingin bebas melakukan apapun tanpa di atur-atur.

Jadi Justin hanya mengabaikanya, seperti halnya Tisha yang mengabaikan hubungan Justin dengan Tiffana. Berbeda dengan Kevin. Cowok itu justru yang paling berisik disamping Justin, mengomel sendiri tak jelas. "Suka banget gitu, kalau lihat cewek pakai kaca mata. Duh uculnya" Gumamnya yang langsung membuat Tiffana menoleh.

"Siapa? Gue ucul?" Tanya Tiffana. Kevin memutar bola matanya malas, Tiffana jauh lebih cantik sih. Tapi Kevin tak punya banyak uang untuk memodali kecantikan Tiffana.

"Bukan lo kali Tif"

"Siapa Vin? Lo suka sama cewek?" Tiffana mematikan live stream dan beralih ke Kevin yang masih memencet ponselnya.

Tiffana seperti wanita pada umumnya, tak jauh-jauh dari kepo. "Siapa Vin?"

"Ada-lah, yang jelas bukan lo"

"Ye! Emang lo pikir gue mau sama lo!"

"Dia ini sexy, pintar, pakai kacamata. Pokoknya tipe cewek gue itu yang pintar bukan matre" Tiffana langsung mencubit lengan Kevin. Kevin memang selalu berani menyindir Tiffana yang terlalu matre itu. Padahal Justin saja biasa ketika uangnya diporoti oleh Tiffana.

"Gue nggak matre Ya! Emang Justin aja yang nggak pelit orangnya kayak lo!" Balas Tiffana lalu memeluk Justin dari samping.

Nero dan Sandu mengumpat sendiri karena permainan Kevin yang tidak fokus hingga menyebabkan kekalahan. "Vin lo yang benerm mainnya! Turun rank nih gue!" Ujar Nero.

"Bangsat lo Vin!"

"Lah kok nyalahin gue Tin. Nih Tifa gangguin gue!" Protes Kevin, karena memang dia tidak fokus bermain karena di ganggu Tifa.

Justin menatap sebal ke arah Tifa. Dia kesal sekali harus kehilangan point ranked, "Tif udah pernah aku bilang kan! Kalau kita lagi main jangan di ganggu!" Bentaknya, Tifa hanya diam meremas ujung dressnya.

Manusia tidak ada yang sempurna. Justin tampan, kaya tapi sayangnya dia arrogant, mulutnya rusak, dan dia suka meledak-ledak saat marah. Tak peduli itu adalah sahabat atau kekasihnya.

Untuk Tiffana yang berpacaran dua bulan lebih, dia mulai tahu sifat arrogant Justin. Namun dia tetap bertahan, lagipula sulit sekali mencari cowok kaya raya dengan bonus wajah tampan. Apalagi kekayaan keluarga Justin tidak usah diragukan lagi.

Tiffana yang anak orang biasa bagaimana tidak senang jika menjalin hubungan dengan Wibis group.

"Udah Tin ten-"

"Diam lo Vin! Lo juga bangsat! Ngapain sih ngomongin cewek cupu!" Bentak Justin lalu meminum americanonya.

Kevin hanya terkekeh geli. Kalau Justin marah yang perlu dia lakukan tertawa nyengir. "Abis dia cakep Tin. Sayang gue lewatin!"

"Banyak bacot kalian berdua. Kuy push lagi" Ajak Nero.

Akhirnya mereka berempat bermain lagi. Dan Tiffana kembali fokus pada ponselnya, takut dimarahi oleh Justin lagi. Sepanjang permainan keempat cowok itu saling mengumpat sampai beberapa pengunjung menatapnya kesal.

Ini kalau bukan Justin beli makanan banyak, pasti sudah diusir sama managernya.