webnovel

Dua

Aku duduk bertiga dengan Una dan Edri di Kantin Kampus. Mereka bertiga adalah sahabatku dikelas, tapi Edri nggak bisa ku sebut sahabat. Karena kita sedang masa pendekatan.

Aku mati-matian memohon pada Una agar merahasiakan pernikahanku. Aku sungguh mencintai Edri, dia adalah tipe lelaki yang ku idamkan. Tapi sialnya, orang tuaku menentukan takdirku sendiri dengan menikahkanku dengan Jus busuk menyebalkan.

Aku nggak peduli kalau di bilang nggak setia, lagipula Jus busuk juga nggak setia. Dia bahkan lebih parah dari aku.

"Sha, kamu alergi apa? leher kamu merah-merah gitu?" Edri berujar yang langsung membuatku terdiam. Tubuhku jadi gemetar sendiri, takut banget kalau ketahuan Edri. Mana Edri ngomongnya sangat datar lagi.

Edri Bambang Swastono, dia anak dokter di Surabaya. Dia merantau ke Jakarta untuk kuliah di Universitas Negeri di sini. Kami saling mengenal sejak menjadi Maba. Dia sangat tampan, pintar dan kalem. Pokoknya, idaman aku banget lah. Selain beberapa tipe di atas, yang paling menyenangkan adalah bahwa Edri Jomblo. Jomblo loh dia, bayangkan zaman sekarang ada cowok tampan, pintar dan jomblo. Itu namanya rejeki nomplok.

Aku beruntung banget bisa berteman sama Edri, meskipun Edri biasanya lebih sering bareng Una. Karena Una dan Edri adalah mahasiswa terpintar di kelasku. Beruntungkan aku punya dua teman kayak gitu, dengan otakku yang pas-pasan.

Pugg

"He'eh ya ampun Sha. Lo makan apa semalam sih? udah minum obat belum" Ujar Una langsung membangunkan kesadaranku.

Una lalu mencubit pahaku karena aku tak kunjung merespon. "Ad.. Aku i-itu Dri. Alergi U-udang" Jawabku gelagapan. Una emang suka ngagetin dengan cubitanya.

Edri terlihat bernapas lega, raut wajahnya juga nggak secemberut tadi. Syukurlah, aku nggak bisa bayangin kalau aku kehilangan Edri. Edri itu cinta pertamaku di masa kuliah ini. Kalau dulu pas SMA, SMP sih ada, tapi nggak ada yang bertahan lama karena orangnya nyebelin.

"Syukurlah. Aku kira kamu habis itu sama cowok"

degg

Satu lagi yang harus kalian ketahui tentang Edri. Dia sangat frontal dalam mengucapkan apapun. Una dan aku langsung diam dan saling tatap.

"Hah? Haha nggak mungkinlah Dri. Lo kan tau sendiri Tisha" Ujar Una dengan tawa hambarnya, terlihat di paksa sekali.

Aku beruntung punya Una, dia selalu sabar membantuku untuk mendapatkan Edri. Edri hanya mengangguk.

"Nanti kita nonton yuk. Berdua sama kamu, jangan ajak Una"

plakk

"Duh sakit Una" Edri merintih saat Una memukul lenganya dengan keras. Tuh tahu sendiri kan, Edri emang suka ceplas-ceplos kalau bicara.

"Lo pikir gue mau jadi obat nyamuk lo gitu? Dasar!" Cibir Una. Una yang sudah sebal berdiri dari tempatnya, "Na, mau kemana?"

"Pergilah! Udah di kode nih sama Tuan Es teh lempeng" Sindir Una, julukan Edri memang cowok es karena dia yang datar, cuek dan pendiam.

Kalau lihat Edri jadi teringat Jus busuk. Mereka berdua punya sifat bertolak belakang. Andai aja Jus busuk punya sifat kayak Edri, pasti aku jatuh cinta sama dia. Eh? Kok jadi ngelantur?

"Hati-hati Na" Jawab Edri, memang Edri nggak ada ahlaq.

Una melenggang pergi meninggalkan kami berdua. Tinggalah aku dan Edri, menikmati masa-masa terbang dengan cinta. Edri mengenggam tanganku.

"Kamu cantik banget Sha, kalau digerai gini"

pipiku merah ya ampun

jantung ku deg-degan

Edri membelai punggung tanganku. Jantungku rasanya sedang lari marathon, "Nanti kamu mau nonton film apa? Ada rekomendasi?" Tanyanya.

Edri memang selalu bisa membuatku ngefly. Dia selalu memperlakukanku dengan lembut, kalau begini aku jadi merasa bersalah sudah menduakanya.

Aku sungguh berharap aku bisa bercerai dengan Jus busuk secepatnya. Hanya Edri yang ada di hatiku, aku nggak bisa bohong. Tapi aku semakin merasa bersalah saat aku sadar bahwa sudah melepaskan milikku pada Cowok api menyebalkan itu.

Ya ampun, kalau ingat itu tubuhku jadi berkeringat. Ada rasa kesal, malu, dan marah. Aku sungguh dilemma.

•••

Aku berjalan bersama Edri dan Una menuju parkiran. Di tengah ramainya mahasiswa yang selesai kuliah. Terlihat ditengah parkiran ada beberapa segerombolan anak laki-laki dan dua perempuan yang tertawa keras.

"Woy! Kev! Tuh cewek lo payungin! Ntar kenapa panas jadi tambah item!" Ledeknya, aku dan Una sampai geleng kepala melihatnya.

Ku lihat cewek gembul berkulit eksotis itu yang terlihat salah tingkah. Dia sampai menjatuhkan helmnya karena takut.

"Kev! Bantuin tuh cewek lo! Jatuh tuh helmnya!"

"Idih! Najis! Pacar lo tuh Jus"

"Eh enak aja lo Kev! Mana mau Justin sama dia! Ngibul ya lo!"

Segerombolan anak manajemen bisnis yang diketuai Justin itu memang sudah terkenal selalu membully orang lemah di area parkir saat selesai kuliah. Memang si Jus busuk itu harus di kasih racun sianida kalau aku bikinin kopi dia.

Sumpah ya, mulutnya itu seenaknya kalau ngehina orang. Dia pikir dia itu tuhan apa bisa menghakimi orang seenaknya. Apalagi Tiffana, selebgram yang merangkul lengan Justin sekaligus kekasihnya. Mulutnya juga sebelas-duabelas dengan Justin.

Heran, aku hera. Katanya jodoh adalah cerminan diri. Mana ada? Nyatanya Justin nggak mencerminkan diriku sama sekali. Yang ada aku malah amit-amit tiap hari punya suami mulutnya kayak kobaran api gitu, panas dan membakar.

Beberapa orang yang lewat ada yang menatapnya kasihan, namun tak sedikit pula ada yang menertawai gadis itu. Coba kalau aku jadi cewek itu, udah ku cari jasa santet online. Biar cepat mati dia.

"Kalian tuh nggak ada habisnya ya bully orang? Sampah lo pada!" Nah ini yang di tunggu para penonton. Jika di dalam sebuah film ada tokoh antagonis dan protagonis. Di drama yang dibuat Justin juga ada loh.

Seperti Yissa dan Justin. Keduanya sudah terkenal sebagai tom and jerry di Jurusan Manajemen Bisnis. Entah takdir lucu apa yang terjadi diantara mereka. Namun Justin adalah pembully dab Yissa akan selalu jadi penyelamat.

Benar-benar serasi. Sayangya, aku harus menerima kemalangan menikahi Jus busuk.

"Lo lagi? Nggak bosan lo jadi pahlawan kesiangan?" Sindir Justin.

Yissa terlihat mengepalkan kedua tanganya lalu berjalan mendekat ke arah Justin. Aku justru salah fokus saat melihat Yissa yang cantik, aku tahu pasti si Tiffana lagi kepanasan nih.

"Minggir lo! Udik!" Usir Tiffana, nah seperti episode sebelumnya, Tiffana akan ikut nimbrung beradu mulut dengan Yissa.

"Dengar ya kalian! Kalau sampai kalian bully orang lagi dan ketahuan gue! Habis kalian!" Ancam Yissa yang malah mendapat suitan dari Justin dan teman-temannya.

"Duh takut"

"Sini Yissa bogem aku aja aku rela"

"Yissa bogem dibibir pakai bibir kamu juga boleh kok!"

bugg

Yissa menonjok hidung Nero, teman Justin. Oh iya, jangan lupakan. Alasan kenapa Yissa begitu berani seorang diri melawan Justin and the gang adalah karena Yissa yang atlet taekwondo.

Lihat saja, darah yang mengalir dari hidung Nero membuat pertunjukkan itu berakhir. Yissa lalu mendekat ke arah gadis itu dan menenangkanya.

Jujur saja, aku takjub dab kagum. Yissa pemberani, dia juga nggak segan menghabisi orang yang merisak. Seandainya aku punya keberanian itu, pasti sudah ku tendabg Jus busuk itu ke liang lahat. Biar mamps aja sekalian.

Epilog dari pertunjukkan Yissa dan Justin ditutup dengan Yissa yang mengacungkan jari tengah ke arah Justin. Semua teman Justin langsung terbahak meledek Justin.