webnovel

Empat

Tisha merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil menonton Televisi. Jam menunjukkan sembilan malam namun Justin belum pulang. Tisha tak peduli, karena saat ini dia sedang di mabuk cinta dengan Edri.

Betapa bahagianya Tisha, Edri memperlakukanya dengan sangat baik. Meskipun Tisha sebal karena dia beberapa kali bertemu Jus busuk yang menurunkan moodnya.

cklek

Suara pintu terbuka.

Tisha mendengus kesal saat melihat wajah kusut Justin nampak di depan matanya. Dan lebih kesalnya, Justin langsung melemparkan sepatunya asal. Membuat Tisha pusing melihatnya.

"Jus. Kalau naruh sepatu yang bener dong!" Protesnya, Justin menatap tajam Tisha. Tisha bodo amat, lagipula ini bukan pertama kali Justin menatapnya tajam.

"Percuma gue punya bini kalau ngambil sepatu doang nggak mau!"

"Ya kamu kan punya tangan sendiri! Ngapain nunggu aku!"

"Berisik!"

"Awas kamu ya Jus. Besok kalau kamu lempar, aku buang ke tong sampah!"

"Beli lagi!"

bumm

Pintu tertutup dengan suara debuman. Tisha mengurut dadanya. Justin memang anak manja dan boros. Enak sekali hidupnya, kalau sepatunya dibuang, dia langsung beli lagi kayak uang itu hasil mungut dari jalanan.

Tisha kembali tidur ke sofanya. Kembali menonton acara TV, daripada memikirkan Justin yang suka meledak-ledak.

Tisha begitu larut menonton drama korea di netflix sampai tak sadar Justin sudah berdiri di sampingnya dan sudah berganti pakaian.

"Geser!" Bukanya geser, Tisha malah mematikan televisi dan mendudukan tubuhnya. Ia juga sudah mengantuk, malas kalau harus berdekatan dengan Justin. Tisha beranjak dari sofa, namun tanganya di cekal Justin.

duh ngapain sih ni es jus

Bulu kuduk Tisha sudah meremang. Hawa dingin AC makin menusuk kulitnya. Tisha mulai peka dengan keinginan Justin. "Jus, aku mau tidur, besok ada kuis" Bohongnya, dia nggak mau berakhir sampai pagi dengan Justin.

"Tish. Dosa loh nolak suami" Tisha ingin muntah rasanya, kalau ada maunya gini, Justin ngomongnya lemah lembut banget

kayak tepuk.

"Idih Jus! Jus! Kalau kayak gini aja kamu bilang 'dosa loh nolak suami'" Nyinyir Tisha yang langsung di tatap tajam Justin.

Tisha justru senang, kalau Justin marah, Tisha bisa kesempatan untuk kabur. Saat Tisha bersiap melangkahkan kakinya, dia malah dijatuhkan di atas sofa oleh Justin.

"Gue minta baik-baik atau gue perkosa lo nih" Ancamnya, Tisha memutar bola matanya.

"Biasanya pas aku tidur kamu juga perkosa. Pakai sok bilang lagi" Jawabnya sebal, sudah beberapa kali Tidur Tisha terganggu karena Justin yang menyetubuhinya saat ia tidur.

Justin tersenyum sinis, "Ya udah gue perkosa lo deh sekarang"

"Jangan Jus. Besok gue kuis. Grepe-grepe aja deh jangan ena-ena" Nego Tisha, Justin mendengus kesal. Padahal nafsunya sudah tinggi tapi Tisha menolak permintaanya.

Justin ingin sekali mengabaikan permintaan Tisha. Tapi Justin juga sadar diri, dalam hubungan intim mereka tidak ada rasa sama sekali, hanya sebatas saling memuaskan nafsu.

"Ya udah deh. Buruan buka kaos lo!" Perintah Justin sudah tak sabar.

Tisha mendengus kesal lalu meloloskan kaos putihnya. Tinggalah Bra berwarna putih yang menutupi buah dadanya. Tanpa menunggu lama, Justin lalu menyerang Tisah dengan ciuman di bibir.

Awalnya Tisha biasa saja tak membalas, namun lama-lama dia menikmati. Dia membalas lumatan Justin, kedua tanganya kini sudah mengalung di leher Justin.

Kedua saliva mereka saling mengabsen mulut masing-masing. "Uh Jus-tin" Tisha tak bisa menahan desahanya lagi saat Tangan Justin memainkan buah dadanya.

"Enak banget Tis. Kenyal gini, gue suka" Racau Justin, lelaki itu rasanya sudah kecanduan memainkan buah milik Tisha.

Tisha hanya diam tak menanggapi. Ciuman Justin turun di leher Tisha dan meninggalkan banyak tanda. Tisha terus mendesah saat merasa sensasi geli. Seharusnya dia menolak namun nyatanya dia menikmati.

Hubungan mereka memang hanya sebatas wife husband with benefit. Mereka tak ambil pusing soal perasaan saat melakukan hubungan intim, karena mereka sudah merasakan nikmatnya bercinta dengan legal.

"Auhh.. Justin" Erang Tisha sambil mengigit bibirnya.

"Tisha gue suka melon lo makin gede" Ujar Justin lalu menghisap buah milik Tisha. Keduanya saling mendesah satu sama lain di apartemen mungil itu.

•••

Tisha terbangun saat merasakan hawa dingin menyentuh kulitnya juga pergerakanya yang sempit. Ia membuka kedua kelopak matanya, lalu merasakan geli di tengah buah dadanya yang terdapat kepala Justin.

Tubuhnya geli saat merasakan rambut Justin yang berada di atas kulit telanjangnya. Setelah melakukan hal itu semalam keduanya masih tidur dengan tubuh atasan yang telanjang.

Tisha mendengus kesal, Justin akan baik dan perhatian padanya kalau sedang meminta jatah. Buktinya, kini Justin tidur memeluk pinggangnya.

"Jus! Bangun" Ujarnya sambil mendorong tubuh Justin.

Justin menggeliat lalu melepaskan pelukanya, ia masih ingin tidur. Semalam dia melakukan foreplay sampai tengah malam. Kalau Tisha sih bodo amat, dia tinggal tidur.

Dia tidak mau keteteran lagi seperti kemarin. Tisha bangun lalu mengambil kaosnya dan memakainya. Ia meregangkan kedua tanganya lalu berjalan menuju kamar. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.49.

Dia mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi. Ia memutuskan untuk langsung mandi. Hari ini dia kuliah jam delapan.

Beberapa menit kemudian ia sudah keluar dari kamar mandi lalu dengan cepat memakai pakaiannya. Setelah itu duduk dimeja rias. Tisha langsung mendengus kesal saat melihat tanda di lehernya.

"Ish! Dasar Jus Busuk!" Gerutunya sebal lalu mengambil concealer untuk menutupi lehernya. Sebenarnya Tisha jarang memakai make up tapi dia suka membeli alat make up karena kepincut sama vlogger cover make up korea yang sering ia tonton.

Makanya dia suka sekali membeli produk yang dipakai beuaty vlogger itu. Meskipun ujung-ujungnya tidak terpakai setiap hari.

Setelah menutupi tanda merah itu. Tisha memakai krim pagi lalu di tutupi dengan bedak. Terakhir dia memakai lisptick warna merah, dia tidak suka memakai warna nude karena kelihatan pucat.

Selesaj berkutar dengan make up, Tisha keluar kamar bersiap untuk menyapu. Dia tidak menggunakan jasa pembantu, karena menurutnya ia bisa melakukanya sendiri. Dia memang terlahir dari keluarga kaya, namun Ibunya yang berasal dari keluarga kalangan sederhana membuatnya belajar hidup mandiri.

Ayah Tisha adalah anak pewaris, sedangkan Ibunya hanya anak pegawai negeri sipil biasa. Tak heran Tisha lebih memilih hidup sederhana dibanding seperti Justin yang selalu foya-foya.

Selesai menyapu, Tisha mencuci beberapa gelas dan piring kotor. Lalu membuka kulkas dan mengambil beberapa lembar roti tawar dan sebotol selai. Pagi ini dia tidak ingin masak, lagipula Justin juga lebih sering makan di luar dari pada makan di rumah.

Suara dengkuran terdengar dari mulut Justin begitu keras. Kalau melihat itu, ingin rasanya Tisha merekam dan menyebarkanya di sosial media. Biar dia di bully banyak orang.

Tisha masih kesal, saat mengingat kemarin Justin membully orang yang tidak bersalah. Sikap Justin yang buruk benar-benar membuatnya ilfil.

Tisha mencomot rotinya, setelah selesai ia berdiri dan berjalan mendekat ke arah Justin. "Jus! Kamu kuliah nggak!"

"Hn? Nggak tau" Gumam Justin, kedua matanya masih terpejam sambil memeluk sofa.

Tisha memanyunkan bibirnya, "Jus iler kamu kemana-mana tu!" Ledeknya lalu kabur. Tuh, Justin yang sok sempurna itu bakal keliatan kayak gembel kalau tidur. Pokoknya ilernya netes kemana-mana deh.