webnovel

Helena & Tuan Putri Elsa

Setelah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, Helena dan pasukannya akhirnya tiba di depan gerbang utama Ibukota Ignea. Dengan keberanian dan semangat yang membara, mereka berdiri tegak di hadapan gerbang megah yang menjadi simbol kekuatan dan kemegahan Ibukota tersebut.

Langkah kaki kuda mereka menggema di sepanjang jalan yang dipenuhi oleh keheningan yang khusyuk, seakan alam itu sendiri memberikan penghormatan pada kedatangan mereka.

Saat mereka mendekati gerbang megah Ibukota, sepasang penjaga yang tegap melihat kedatangan Helena dan rombongannya. Dengan sigap, sepasang penjaga tersebut segera membuka gerbang yang megah sebagai tanda penghormatan kepada kesatria dan pasukannya yang terhormat.

Helena dan rombongannya dengan penuh keanggunan memasuki kota yang mempesona. Bangunan-bangunan bergaya eropa dengan ukiran yang rumit menjulang tinggi di sekitar mereka, menciptakan suasana yang elegan dan mewah. Di setiap sudut kota dipenuhi dengan keindahan estetika yang memukau, seolah-olah mereka telah melangkah masuk ke dalam lukisan yang hidup.

Suasana kota yang tenang dan damai memberikan kesan yang mendalam pada Helena dan pasukannya, seakan mereka telah memasuki dunia yang jauh dari keramaian dan kekacauan.

Di dalam istana kerajaan Amarta yang mewah bergaya Eropa, aula istana menjadi pusat perhatian dengan hiasan yang megah dan karpet merah yang melambai-lambai menandakan keagungan. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lukisan-lukisan klasik yang menggambarkan sejarah kerajaan, sementara dinding-dinding dipenuhi dengan ukiran-ukiran emas yang mempesona.

Di ujung aula terdapat singgasana yang menjulang tinggi, di atasnya duduk sang raja dengan pakaian yang gemerlap dan mahkota yang bersinar. Sinar matahari masuk melalui jendela-jendela kaca patri yang indah, menciptakan kilauan magis di sekitar singgasana sang raja yang memancarkan kekuasaan dan kebijaksanaan.

Di sekeliling aula, terdapat pilar-pilar marmer yang kokoh dengan hiasan ukiran yang rumit, menciptakan atmosfer yang elegan dan anggun. Lampu gantung kristal yang bersinar terang memberikan kilauan ekstra pada ruangan yang sudah mewah ini, menciptakan suasana yang penuh kemegahan dan kemuliaan.

Sang raja duduk dengan sikap yang teguh dan penuh martabat, menghadapi para pembesar dan penasihatnya yang berdiri di sekitar singgasana. Suara gemerincing perhiasan, suara langkah kaki yang halus, dan bisikan-bisikan para pengikutnya menciptakan kesan keramaian yang hening di dalam aula istana yang megah ini.

Dalam aula utama yang indah, Raja Arthur duduk dengan anggun di singgasana emasnya, wajahnya dipancarkan kebijaksanaan dan keagungan. Helena, dengan langkah gemulai dan tatapan penuh hormat, mendekati singgasana dengan surat yang dipegangnya.

"Apa yang membuatmu kembali ke istana, Helena?" tanya sang Raja dengan suara tenang namun penuh arti.

"Kapten Steven telah memberikan perintah kepada saya untuk memberikan surat ini kepada Anda, Yang Mulia," jawab Helena dengan suara lembut, sambil menyerahkan surat itu dengan penuh kepatuhan.

Raja Arthur menerima surat dengan lembut dari tangan Helena, lalu membuka gulungan pita merah yang menghiasinya. Dengan tatapan tajam, sang Raja membaca isi surat itu dengan seksama, terpancar kejutan dan kekaguman dalam matanya ketika ia mengetahui bahwa seorang pemuda bernama Nirwana telah berhasil mengalahkan sang naga yang menakutkan.

Dalam keheningan yang khusyuk, adegan ini menciptakan momen yang penuh keajaiban dan kejutan di dalam istana yang dipenuhi dengan keindahan dan kemegahan. Sang Raja Arthur terpukau oleh berita yang disampaikan dalam surat itu, menyadari bahwa dunia mereka akan segera berubah dengan kehadiran pahlawan baru yang mampu mengatasi tantangan yang begitu besar.

"Sang Raja Arthur menatap Helena dengan tajam. "Helena, mengapa kau tidak mengajak pemuda tersebut bersamamu?" tanyanya dengan suara penuh keingintahuan.

Helena menundukkan kepalanya dengan penuh hormat. "Maafkan saya, Yang Mulia. Namun, inilah perintah yang saya terima dari Kapten Steven," jawabnya dengan suara lembut namun tegas, menunjukkan kesetiaannya pada perintah yang telah diberikan kepadanya.

"Baiklah, sekarang perintahkan sejumlah pasukanmu untuk kembali ke post pertahanan guna menemui sang Kapten. Sampaikan padanya  agar beliau lekas membawa sosok pahlawan itu kemari."

"Sang Raja Arthur menatap Helena dengan tajam. "Baiklah, sekarang perintahkan sejumlah pasukanmu untuk kembali ke post pertahanan guna menemui sang Kapten. Sampaikan padanya agar beliau segera membawa sosok pahlawan itu kemari," perintah sang Raja dengan suara yang penuh otoritas.

"Tentu, Yang Mulia," jawab Helena dengan penuh hormat, siap untuk melaksanakan tugas yang telah diberikan.

"Baiklah, sekarang kau boleh beristirahat," lanjut sang Raja sambil memberikan isyarat hormat kepada Helena.

Mendengar perintah dari sang Raja, Helena melangkah dengan langkah tegap meninggalkan aula utama istana kerajaan. Di bawah langit yang cerah, karpet merah yang menggoda menggeliat di bawah kakinya, menandai jejaknya yang kokoh, menuju pintu kayu yang terbuka lebar.

Di luar aula, Tuan Putri Elsa menantinya dengan penuh harap. Dalam gaun indah berwarna putih dengan corak biru yang anggun.

Helena dan Tuan Putri Elsa, dua sosok yang begitu berbeda namun saling melengkapi, bertemu di ambang pintu kayu yang membuka jalan bagi petualangan baru yang menantinya. Dengan tatapan penuh makna, kisah mereka pun akan terus terpaut dalam lembaran sejarah istana kerajaan Amarta yang megah.

Helena merasakan tatapan sayu Tuan Putri Elsa yang mencerminkan kelembutan dan kehangatan. Dalam keheningan yang menggantung di udara, sang Putri akhirnya memulai percakapan dengan suara lembut yang memecah keheningan.

"Helena..." ucap Tuan Putri Elsa sambil menatap dengan penuh makna pada paras cantik sang kesatria.

Dengan hati yang hangat, Helena menjawab dengan suara lembut, "Tuan Putri Elsa, mengapa Anda di sini?"

Senyum samar terukir di wajah sang Putri sebelum ia melangkah pelan menuruni anak tangga marmer yang megah. Helena, dengan penuh sopan, berusaha untuk mengimbangi langkahnya meskipun hening masih menyelimuti keduanya.

Langkah mereka yang sejajar di atas anak tangga marmer, dengan detak jantung yang seolah berbicara tanpa kata-kata, menciptakan momen yang sarat akan emosi dan misteri. Di antara kedua sosok yang begitu berbeda ini, terdapat ikatan yang tak terucapkan namun begitu kuat, siap mengubah takdir keduanya menjadi satu.

Suaranya terdengar sayu di antara langit-langit istana yang megah, Tuan Putri Elsa mulai berbicara dengan penuh kehangatan.

"Aku telah mendengarkan segalanya tentang sosok pemuda yang bernama Nirwana. Aku merasa penasaran dengan pemuda itu... Apa yang membuatnya memutuskan untuk menghadapi naga Aster, Helena?" tanya sang Putri dengan rasa ingin tahu yang mendalam.

Dengan spontan, Helena menjawab, "Melindungi warga desa, itulah tujuannya."

Senyum samar terukir di bibir Tuan Putri Elsa. "Ah, begitu... Jiwa mulianya memang luar biasa," ucapnya dengan penuh pengertian.

Mendengar pujian dari Tuan Putri Elsa, Helena merasa terharu dan menyesali kesalahpahaman yang terjadi sebelumnya. Dengan hati yang berat, Helena hanya bisa menundukkan kepala tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya, Tuan Putri Elsa menghentikan langkahnya di tengah jalan setapak berbatu yang mengarah ke taman istana.

"Helena?" panggil sang Putri dengan lembut, menyebut nama gadis itu. Helena merasa gugup dan menjawab dengan gemetar, "Iya, Tuan Putri?"

Dengan penuh harap, Tuan Putri Elsa menyampaikan keinginannya dengan suara yang penuh kehangatan.

"Aku harap... Pemuda itu segera tiba di istana setelah penjemputannya. Aku ingin menjamunya di hadapan para petinggi istana dan memberikan penghargaan kepadanya sebagai sosok pahlawan bagi bangsa elf di utara," ucap Tuan Putri Elsa dengan penuh keyakinan.

Helena menjawab dengan tulus, "Tentu saja, Tuan Putri."