webnovel

Dia Ternyata Takdirku

Pernahkah kalian membayangkan jika orang yang selalu ada denganmu adalah takdir hidupmu? Sangat mengejutkan dan terkadang tak masuk di akal jika dipikir dengan logika. Namun kejadian ini bisa di bilang dengan takdir yang sedang di alami gadis belia nan rupawan. Gadis ini bernama Rachel dengan usianya yang baru menginjak 17 tahun. Dimana masa puber pada seorang gadis sedang bergejolak. Ia tak menyadari jika teman dekatnya yang selalu menemaninya selama 10 tahun ini adalah takdir cintanya. Seorang pria bernama Johan yang berumur 18 tahun, satu tahun lebih tua dari Rachel, tetapi mereka besar dan tumbuh bersama karena kedua orang tua mereka saling mengenal. Lalu bagaimanakah perjalan cinta Rachel hingga akhirnya jatuh kedalam pelukan Johan?

Rachel_Oktafiani · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 08

Pukul 06.30 WIB.

"Non sudah sampai.. Nanti mau di jemput jam berapa non?". Tanya pak Yanto ketika telah sampai di depan gerbang sekolah.

"Nanti tolong jemput saya jam tiga sore ya pak.. Saya fullday hari ini.. Terimakasih ya pak.. Hati-hati pulangnya.. Daahhh..". Ucapku sambil meninggalkan mobil dan berjalan memasuk gerbang sekolah.

"Waahhh.. ternyata banyak juga ya anak-anak yang datangnya jam segini.. Biasanya kan aku berangkat sama Johan dan itu selalu kepagian.. Tapi asik juga nyampai sekolah jam segini.. Hehehehe..". Gumamku sambil berjalan memasuki halaman sekolah.

"Eh-eh lihat tuh cewe cakep bangeettt.. Baru kali ini aku lihat dia ya?". Bisik seorang siswa yang sedang berjalan bersebelahan dengan Rachel.

"Iya sepertinya kita baru lihat tuh cewe.. Mungkin murid baru? Atau adik kelas ya? Waahhh benar-benar cantiikk seperti malaikat..". Ucap siswa lainnya.

Entah kenapa saat aku berjalan memasuki sekolah sendirian, baru kali ini mengalami hal seperti ini. Semua anak memandangiku dengan tatapan kagum, baik itu anak perempuan maupun laki-laki. Tapi tidak di pungkiri ada beberapa anak perempuan memandangiku dengan tatapan sinis dan tajam. Seolah aku telah melakukan kesalahan padanya. Padahal kenalpun aku tak tahu dia siapa. Tapi ya sudahlah aku harus cepat-cepat ke ruang guru sebelum masuk ke kelas untuk memberikan surat sakitnya Johan kepada bu Eka.

"Eh mas, bukannya itu si Angel gebetannya Johan ya?". Ucap Adam.

"Mana? Angel siapa sih?!". Tanya Dimas.

"Ituuu..tuuu..". Ucap Adam sambil mengarahkan jarinya.

"Ohhh.. itu kan Rachel namanya.. bukan Angel dam..".

"Lahhh aku tahunya dia sering di panggil Angel tuh sama anak-anak..".

"Ahhh.. udahlah.. tu pokoknya satu orang yang kita maksud. Masalahnya si Jojon kemana?? Kok nggak kelihatan dari tadi?? Padahal gebetannya sudah dateng?". Ucap Dimas sambil tengok ke kanan dan ke kiri.

"Lahh?? Lu mau kemana dam?". Teriak Dimas sambil mengikuti langkah Adam yang sedang berjalan menuju ke ruang guru.

Setelah memberikan surat sakit Johan pada bu Eka, tiba-tiba dua teman Johan yang selalu bersamanya muncul di hadapanku. Aku terkejut dan hampir saja aku menubruk Adam yang sedang berdiri di samping kanan ruang guru saat aku berjalan menuju ke kelas.

"Ahhh!! Maaf aku tadi nggak lihat saat jalan. Maaf ya..". Ucapku sambil menundukkan kepala karena malu. Namun ia tak membalas ucapanku sama sekali ataupun menghindar dari hadapanku saat itu. Aku memutuskan untuk menjauhinya dan melangkah ke sebelah kanannya agar aku bisa masuk ke kelas sebelum bel masuk berbunyi.

"Uhhmm..permisi Aku harus masuk ke kelas sekarang!". Ucapku sambil terus menghindarinya yang terus menghalangiku dimana aku melakngkah ke kiri, ia mengikuti setiap langkahku hingga aku mulai marah dengan sikapnya yang ke kanak-kanakan.

"Hei!! Apa mau mu?! Mengganggu orang yang mau ke kelas!! Kamu mau bicara denganku atau hanya mengerjaiku?!". Bentakku pada Adam. Di saat bersamaan, temannya Dimas mendatangiku dengan berlari-lari.

"Ehh chel!!". Teriaknya dari kejauhan. Langsung saja aku menoleh ke belakang dari sumber suara yang memanggilku.

"Ohh.. Dimas. Kenapa?? Ada perlu apa kalian". Tanyaku ketus karena bel masuk tinggal lima menit lagi di bunyikan.

"Jojo kemana?". Tanya Dimas.

"Ohhh.. dia sakit demam. Jadi hari ini dia nggak masuk sekolah sampai Jojo sembuh. Udah ya aku mau masuk ke kelas. Tanya Jojo aja pake ngeblock jalan! Huh!!". Ucapku dengan kesal sambil menatap tajam Adam yang hanya diam saja dari tadi dan aku melangkahkan kakiku menuju ke kelas dengan cepat sebelum petugas sekolah membunyikan bel.

"Hei! Kau apakan tadi si Rachel? Sampe ngegas gitu ngomongnya?" Tanya Dimas sambil menggeret Adam menuju ke kelas.

"Ehmm... Aku cuman menahan Rachel aja agar nggak langsung balik ke kelas sambil tungguin kamu nyampe. Lagi pula aku tadi gugup banget pas lihat Rachel secara langsung.. Kan AKu juga gak pernah ngobrol sama cewek.". Ucap Adam.

"Hah?? Aduuuhhh dammm..dammm..". Kata Dimas sambil geleng-geleng kepala.

"Lu tuh gimana sih!! Hah!! Gak bisa ngomong deh gue ma lu! Masa iya kaya gitu caranya?? Nanti kalau Rachelnya lapor sama Jojo gimana? Bisa-bisa gak dapat jatah makan siang lagi nih!!". Ujar Dimas.

"Aaahhh.. iya juga ya.. Harusnya tadi aku nggak kaya gitu ya.. Waahhh gawat dong kalau sampai kita nggak dapat makan siang.. Kan cuman Jojo yang bisa nyari tempat duduk strategis buat makan siang di kantin".

"Waahhh.. lu yaa.. badan gede doang tapi cemen sama cewe.. Kebanyakan main game sama jadi wibu sih lu!". Kata Dimas sambil menaruk tas di bangkunya.

"Terus mas, nanti gimana makan siangnya? Dapat jatah lagi nggak ya kita? Kan hari ini menunya bola-bola semur daging..". Ucap Adam sambil menelan air ludah.

"Halaaahhh!! Nih bocah makanan mulu pikirannya! Kalau gak makanan, ya game, kalau nggak anime! Hadeeehhh salah pergaulan nih gue!". Ucap Dimas sambil mengelus dadanya. Di saat yang sama, bel masuk berbunyi dan seluruh siswa kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Eh Cin, kalau bu Eka sudah masuk colek gue ya! Gue mau kirim pesan ke Johan nih!". Kata Dimas pada Cindy teman sebangkunya sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"[Bro! Sakit apa lu? Kok nggak kasih tahu kita sih?]

"[Nanti sepulang sekolah gue sama Adam ke rumah lu ya? Sekalian gue pengen terang bulan yang ada di deket rumah lu ituuu.. Hehehe..]".

"[Kalau lu sudah baca pesan gue, bales ya! Gpl!]".

Selesai mengirim pesan ke Johan, tak lama kemudian Bu Eka memasuki ruangan.

"Waahhh untung lu Dim, pas banget bu Eka sudah masuk kelas. Kalau ketahuan abis lu maju di depan kelas kerjain soal-soalnya.. Hehehehe..". Ujar Cindy.

"Eehhh.. ya gila kali pagi-pagi harus senam otak?? Gini-gini otak gue gak ketinggalan di rumah kaliii.. gak tahu lagi tuh Adam.. Hahahaha..". Ucapku sambil tertawa melihat Adam yang sedang melamun di kelas pagi-pagi.

"Waahhh.. cari mati tuh sohib lu! Ngelamun di jamnya Bu Eka! Udah tahu tuh guru killernya ngalahin rottweiler, pasti kena tuh anak.. yaapp.. satu... duaa...tiii...".

"Adam Kenan Mahardika Cahyono!". Teriak Bu Eka yang mendapati Adam sedang melamun di kelas.

"I-Iya bu!". Jawab Adam sambil mengangkat tangannya.

"Maju kau sini!! Cem mana kau ini naakkk..nakk.. Sudah siang gini kau masih tidur di alam mimpi hah?? Kau mau pulang ke rumah sekarang atau kerjakan soal saya?? Jawab!!". Bentak Bu Eka.

"Uhm.. Uhm.. ke-kerja soal aja bu..". Jawab Adam sambil menunduk malu di depan kelas.

"Cepat ambil buku kau, dan kerjakan soal latihan halaman 105 di perpustakaan! Kerjakan dalam waktu satu jam pelajaran ini!!".

"B-baik bu..". Jawab Adam yang ketakutan dan gugup mengambil buku dan alat tulisnya, lalu berlari menuju perpustakaan.

"Waahhh.. gila bener sohib lu itu. Udah tahu jam pertama Bu Eka, masih sempat sempatnya melamun. Ckckckck..". Ucap Cindy pada Dimas.

"Yaahh.. biasalah.. palingan ya yang di lamunin wibunya atau gamenya.. Hahahaha..". Ucap Dimas sambil menahantawanya.

"Gila nih anak.. Hahahaha...".

"Hei! Dua anak yang di belakang!! Kalian mau menyusul Adam?!". Teriak bu Eka dari tempat duduknya dan Dimas bersama Cindy tengak-tengok untuk mencari siapa yang di maksud bu Eka.

"Heee... malah tolah-toleh. Ya kalian berdua itu siapa lagi?! Sudah, jangan kalian bercakap lagi! Murid-murid buka buku kalian halaman 112, kita akan bahas bab baru". Ucap Bu Eka sambil memulai kelasnya.