webnovel

Di Antara Cinta Yang Salah

Aku tak menyangka jika diriku terjebak di antara kedua pria yang saling mencintai. Semakin lama semakin membuat diriku semakin terjebak. Hati yang mulai memilah di antara keduanya membuat aku tak sanggup untuk menyakiti satu di antara mereka. Namun aku juga tak mungkin terus berada dalam ke dilemaan ini. ~{Faulina Anastasya}~

Popow · LGBT+
Not enough ratings
4 Chs

Tanda Yang Membekas

Saat mereka berada di sebuah ruangan yang merupakan kamar Andika, Reza menghempaskan tubuhnya di ranjang. Sedangkan Andika menuju sebuah meja dimana terdapat beberapa botol bir.

Andika membuka sebuah botol dan langsung menenggaknya. Reza bangun dan menghampiri Andika, ia duduk di samping Andika. Terlihat jelas wajah Andika yang sedang mengalami depresi.

"Ada apa denganmu?" tanya Reza dengan nada datar

"Entahlah, aku hanya ingin menghabiskan malam bersamamu" ujar Andika dengan senyuman yang menyimpan sebuah luka.

"Katakan padaku, ada apa?"

"Aku hanya ingin melewati malam bersamamu" ujar Andika yang mulai sedikit mabuk.

"Aku tahu ada suatu hal yang kamu sembunyikan dariku" ujar Reza sembari membalikkan tubuh Andika menghadapnya.

"Sudahlah.. semua itu tidaklah penting!! yang terpenting kita akan bersenang-senang malam ini" ujar Andika yang kemudian berdiri dengan langkah yang sempoyongan.

Reza menghempaskan tubuh Andika ke ranjang, seketika Reza berada tepat di atas tubuh Andika. Karna kesal Reza mencium bibir Andika, perlahan Andika mulai membalas ciumannya. Botol yang di genggaman Andika tergelincir jatuh dari tangannya, membuat botol itu pecah.

Tar...

Suara botol yang tergelincir membuat kepingan beling berserakan di lantai, namun ke dua pria itu tidak menghiraukannya karna api asmara yang mengebu-gebu. Reza berhasil membuat Andika merasa lebih tenang, dengan sebuah ciuman hangat yang meggairahkan.Seketika Reza menghentikannya, ia mengambil posisi duduk di atas ranjang.

"Apa kau masih mau menyembunyikan masalahmu padaku?!"

"Kau selalu tahu akan diriku, aku tak menyangka kau sangat peduli denganku" ujar Andika yang mulai sedikit sadar.

"Tentu saja, kau adalah kekasihku!! bagaimana bisa aku tak peduli denganmu"

"Aji meminta sebagian hak milik perusahan"

"Bukankah Ayahmu telah memiliki perusahaan sendiri, kenapa secara tiba-tiba dia mau mengambil apa yang menjadi milikmu"

"Tentu saja semua itu bujukan dari Meida dan Sonya, aku yakin itu!!"

"Apa yang akan kau lakukan untuk mempertahankan hak milikmu"

"Aku belum tahu, memang pada dasarnya IET beberapa tahun terahir di kembangkan oleh Aji, aku hanya sebagai penerus"

"Aku yakin kau pasti akan menemukan jalan keluarnya"

"Sudahlah, aku tak mau terus menerus memikirkan hal itu!!" ujar Andika yang kemudian kembali mengambil sebotol bir di meja. Sedangkan Reza duduk di sebuah sofa, ia hanya menemani Andika sampai benar-benar mabuk.

"Za.. kau tak mau menemaniki minum" tawar Andika dengan kondisi mabuk total.

Reza membuka satu botol bir yang berada tepat hadapannya. Seketika Andika jatuh tak sadarkan diri, Reza bergegas menyeret tubuh Andika. Dengan keadaan yang sedikit mabuk, Reza berkali-kali jatuh, walaupun pada ahirnya Reza berhasil membaringkan Andika di ranjangnya.

Seketika Reza melintas sebuah cermin yang berukuran cukup besar, ia melihat ada noda merah di pipi. Reza kembali ke arah cermin, ia memperhatikan goresan merah pada pipinya, seketika ia mengingatnya. Goresan merah pada pipinya tidak lain adalah lipstik yang menempel, seketika noda merah itu menggores sebuah luka di hati yang telah ia kubur selama bertahun-tahun.

"Aku berjanji pada diriku, kau akan bertekuk tulut mengemis akan cintaku" ujar Reza dengan sedikit kesal, kemudian ia mengambil satu botol bir dan meninggalkan Apartemen itu.

Dengan langkah yang sempoyongan Reza melangkah menuju mobilnya. Reza melajukan mobil itu dengan penuh emosi, membuat kecepatan mobil yang di kendarainya tidak stabil di tambah dirinya masih menggenggam sebotol bir di tangannya.

Seketika seorang wanita yang melintas hendak di tabraknya, mobil itu mengerem secara mendadak, membuat Reza semakin kesal. Karna kondisinya belum sepenuhnya mabuk, ia bergegas turun untuk memastikan kondisi.

"Punya mata itu di pake, apa kamu gila atau memang bodoh" bentak Reza pada gadis yang berdiri tepat di hadapannya.

Gadis itu hanya terdiam mendengar celoteh Reza, sepertinya gadis itu tahu bahwa pria yang di hadapannya dalam kondisi mabuk. Seketika gadis itu melangkah pergi ia tak membuat permasalahan yang ada menjadi semakin rumit. Tiba-tiba Reza menggenggam tangannya dan menarik gadis itu hingga membentur pintu mobil.

"Kau mencoba untuk lari dariku hah!!" ujar Reza yang mendekat ke arah gadis itu.

Bau alkohol dari tubuh Reza tercium begitu menyengat di indra penciuman sang gadis. Gadis itu mendorong Reza, berusaha untuk menjauh dari Reza, namun usahanya sia-sia.

"Kau fikir bisa melepaskan diri dariku?!" ujar Reza yang kemudian mencengkran kedua tangan sang gadis.

"Aku mohon lepaskan aku!!" ujar gadis itu memohon

"Kau bilang apa? ingin aku melepaskanmu, jangan mimpi!!"

Gadis itu meronta, agar terbebas dari cengkraman Reza.

"Semakin kau meronta, semakin aku tak ingin melepaskanmu" ujar Reza yang berbisik di telinganya.

"Aku mohon padamu, lepaskan aku?!!" ujar gadis itu memohon sekali lagi, hingga tak terasa air matanya mulai membasahi pipi tanpa permisi.

Melihat gadis itu yang semakin ketakutan Reza memdekatkan bibirnya hingga menyentuh bibir sang gadis, gadis itu tidak meresponya malah menggit bibir bagian bawahnya. Dengan Reflek Reza melepaskan cengkramnya pada sang gadis.

Gadis itu tak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung lari menjauh dari Reza. Dengan langkah yang sempoyongan Reza tak bisa mengejarnya, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Seketika matanya mulai kabur akibat efek alkohol.

Reza memutuskan untuk memerintahkan asistennya untuk menjemputnya, dengan susah payah ia menfokuskan padangan pada layar ponsel, ahirnya tersambung juga.

"Hallo bos.."

"Rendi kau jemput aku di jl xxx!!"

"Sekarang Bos?!"

"Besok!! tentu saja sekarang!!"

Dengan kesal Reza mematikan panggilannya. Selang beberapa menit Rendi datang, ia masuk ke dalam mobil Reza dan membawa mobil itu melaju. Sedangkan mobil yang ia bawa ia parkirkan di pinggir jalan tadi.

Setibanya di rumah, Rendi menopang Reza masuk ke dalam rumah, seketika di bantu oleh Freng yang merupakan kepala pelayan di rumah itu.

"Apa Ayahku sudah tertidur?!!" pertanyaan Reza dalam kondisi masih sedikit sadar.

"Tenang saja Tuan Muda, Tuan sudah tertidur sedari tadi" ujar Freng.

Saat tiba di kamar Reza, kedua pria itu membaringkan tubuh Reza di ranjang. Kemudian mereka keluar dan pintu kamar di tutup rapat.

Randi memutuskan untuk pulang dengan membawa mobil Bosnya, sedangkan Freng memutuskan untuk beristirahat karna pekerjannya telah selesai.

🐾🐾🐾

Hari berganti pagi, cahaya matahari yang masuk dari celah yang ada membuat Reza terbangun, kepalanya terasa sedikit pusing. Seketika terdengar deringan dari ponselnya, Reza segera mengangkatnya.

"Bos, hari ini berangkat ke kantor tidak Bos"

"Aku akan berangkat nanti, memangkan kenapa?!" tanya Reza sedikit membentak, mungkin itu efek dari alkohol semalam belum sepenuhnya hilang.

"Kan mobilnya semalam aku yang bawa"

"Baiklah kau jemput aku setengah jam lagi"

"Siap bos"

Reza bergegas turun dari ranjang, seketika ia melangkahkan kakinya menuju sebuah cermin yang ada. Reza penasaran apakah bekas lipstik itu bertahan hingga kini, saat ia melihat wajahnya di cermin bekas lipstik di pipinya telah menghilang. Namun ia melihat sebuah luka pada bibirnya.

"Anjing mana yang berani menggitku" batinnya