webnovel

Episode 32 : Zui Hou Yi Zhao (Satu Jurus Terakhir)

Mereka kembali ke kuil rusak di Anxin Chun. Liu Xin meminta anggota Yuzhi Shi Wu untuk merawat Xiu-er dan mengobati luka-lukanya, yang lain kemudian membuat perapian dan berbincang dengan santai. Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou menguburkan jenasah tiga pendeta tao yang menjadi korban di tepian sungai.

"Kau tidak ingin mengejar orang itu, akan tetapi dia masih membawa pedang xuanlong, paling tidak biarkan aku mengikutinya," Ma Yong Tao kembali meminta pada Jin Shui, "aku adalah anggota Liangshan Liu Mo, bukan satu dari pewaris Yumen, bisa mengikuti dia dan meninggalkan tanda untuk kalian, memastikan dia tidak akan pergi jauh. Esok hari, kalian tinggal turun tangan padanya, semua urusan beres."

"Tidak perlu," Jin Shui berkata singkat. Ia duduk bersila di rumput, memusatkan pikiran sebentar disana dan sebentar kemudian sudah berhasil mengeluarkan jarum dari pinggangnya. Jarum itu sehalus benang sutra, merupakan senjata rahasia Xie Tian Hu yang sudah ditambah racun oleh Huang Zhe.

Ma Yong Tao dan yang lain kemudian juga menyaksikan bagaimana Jin Shui dengan mudah menyingkirkan racun jarum rahasia dari dalam tubuh, untuk sesaat asap tipis keluar dari pinggang, Jin Shui menampakkan warna kebiruan di jari tangannya yang menyentuh jarum, akan tetapi warna biru itu pun sebentar kemudian bagai menguap dan lenyap sama sekali.

"Wuqing xue tingkat ke delapan sungguh lihai," Ma Yong Tao berkata, "aku Liangshan Mo Jun, seumur hidup ini masih bisa menyaksikannya dan tetap baik-baik berada disini, sungguh tidak menyesal."

"Jin Shui, kau sungguh akan melepaskan kakakku sehari ini?" Huang Yu menanya pada Jin Shui, bersamaan memberikan makanan kering untuknya dan seguci kecil arak.

"Hanya sehari, tidak akan membuat banyak perbedaan," Jin Shui berkata tenang, mengambil arak dari tangannya dan minum saja. "Aku juga ingin lihat bagaimana dia akan menggunakan waktu satu hari ini."

"Ada yang datang," Liao Xian tiba-tiba berkata. "Ada belasan orang."

Mereka tetap duduk mengelilingi perapian dengan tenang, tidak terpengaruh oleh kedatangan sejumlah penunggang kuda yang lantas mendekat. Dari penampilan semuanya jelas bukan penduduk sekitar, juga bukan orang dunia persilatan, melainkan adalah tentara negeri. Paling depan adalah seorang lelaki tua gagah berusia sekitar enam puluh tahunan, nampak garang di atas kuda hitamnya.

Liu Xin yang merasa sedikit khawatir, karena beberapa waktu lalu saat meninggalkan Baiyu Shan ia sudah menolak satu kali utusan ayahnya yang hendak menjemputnya pulang. Jika sekelompok tentara negeri ini juga merupakan utusan Xianjing Wang untuk membawanya kembali ke ibukota, maka setidaknya akan terjadi keributan.

Jin Shui dan yang lain berdiri, Liu Xin tetap berada di tempatnya. Ia sudah bertekad akan menjadi bagian dari Yumen, tidak akan mau kembali pada ayahnya hanya untuk dijodohkan dengan putranya Huan Jiao Zheng.

"Saudara sekalian, apakah kalian orang-orang Yumen Jiao?" pemimpin tentara itu turun dari kudanya dan langsung bertanya pada Jin Shui dan kawan-kawan, nada suaranya tegas namun masih terhitung ramah. "Mojiang datang kemari untuk menemui Liu Xin Junzhu. Entah apakah beliau ada bersama kalian."

Liu Xin langsung maju, orang mencarinya maka ia juga tidak ingin bersembunyi dan membiarkan Jin Shui dan kawan-kawan mendapat kesulitan.

"Aku adalah Liu Xin," ia berkata. "Entah Yuanshuai (Panglima) mencariku, ada urusan apa?"

"Liu Xin!"

Panglima tua itu belum lagi memberikan jawaban, dari bagian belakang pasukan kecilnya sudah berlari keluar seorang pemuda, juga memakai seragam pasukan dengan caping penutup kepala, langsung menghampiri Liu Xin dan melepas caping dari kepalanya. Suaranya tidak asing bagi Liu Xin, juga bagi yang lain, seketika mengagetkan mereka.

"Yue Dage."

Pemuda itu memang adalah Yue Long Dai, murid ke enam Liang Tian Jian Shen dan kekasih Liu Xin yang beberapa waktu lalu dilemparkan ke dalam jurang di Wansui Gu oleh Qing Yi. Mereka semua mengira dia sudah meninggal, Liu Xin sempat mencarinya ke bawah jurang dan tidak menemukan jenasahnya, hanya sebuah sepatunya yang kemudian didapatkan. Tidak disangka ia tiba-tiba muncul disini, diantarkan oleh seorang panglima.

Yue Long Dai langsung memeluk Liu Xin, Liu Xin juga membalas pelukannya tanpa memedulikan pandangan Jin Shui dan yang lainnya.

"Tugasku hanya mengantarkan Yue Shaoxia ini pada Liu Xin Junzhu," si panglima tua berkata berkata pada Jin Shui. "Kami menemukannya beberapa waktu yang lalu, dalam keadaan terluka dan patah tulang. Saat sadar dia terus mengatakan ingin mencari Liu Xin Junzhu, susah payah baru kami berhasil meyakinkannya untuk memulihkan diri lebih dahulu, juga memunahkan racun dalam tubuhnya."

"Kami mengucapkan terima kasih pada Ti Yuanshuai," Li Qian yang berkata pada si panglima, agaknya mengenali sebagai seorang kawan lama.

"Li Gongzi ternyata juga berada disini," panglima itu berkata. "Salam dariku untuk ayah Anda."

Panglima tua itu tidak berbasa basi terlalu lama, langsung kembali ke punggung kudanya dan berlalu bersama para pengikutnya. Yue Long Dai baru melepas pelukan saat mereka semua sudah pergi, Liu Xin lantas mengajaknya duduk di pinggir perapian. Yang lain juga duduk kembali dan memanggang hewan liar yang dibawakan oleh anggota Yuzhi Shi Wu.

"Yue Dage, waktu itu aku mencarimu di bawah jurang, tetapi tidak menemukanmu," Liu Xin berkata pada Yue Long Dai, "bagaimana kau bisa masih hidup dan mencari aku sampai ke tempat ini?"

"Aku juga tidak tahu bagaimana bisa tidak langsung terhempas di bawah jurang dan hancur disana, saat perempuan baju ungu itu melemparku ke bawah tebing kedua tangan dan kakiku masih terikat dan aku sama sekali tidak bisa berbuat sesuatu," Yue Long Dai berkata. "Aku hanya ingat, saat tersadar aku masih berada di atas pohon, dasar jurang cukup jauh di bawah sana, kepalaku sakit, seluruh tubuh juga terasa sakit."

"Saat itu kau terkena racun leiying hua," kata Liu Xin, "sama seperti sebagian dari kami. "Penawar di Wansui Gu tidak banyak dan kami semua hampir saja kehilangan nyawa."

Sambil berkata demikian ia sempat melihat ke arah Ma Yong Tao, agaknya masih menyimpan ganjalan pada si anggota kedua Liangshan Liu Mo yang waktu itu sudah menambah kesulitan bagi mereka. Ma Yong Tao hendak memprotes sesuatu akan tetapi Zhu Bai Que keburu menggenggam tangannya.

"Ma Yong Tao, yang terjadi di Wansui Gu mungkin Jin Shui dan yang lain tidak ingin mempersoalkan, akan tetapi sampai sekarang aku masih belum memperhitungkan denganmu," Qin Liang Jie tiba-tiba berdiri, berkata pada Ma Yong Tao. "Selama di Baiyu Shan kau terus mengikuti Wu Furen, aku tidak enak padanya. Tetapi disini tidak ada gurumu, barusan juga ada satu orang lagi kawan baik yang pernah menjadi korban kekejamanmu. Kematian putraku, bagaimana kau akan menjelaskan?"

"Putramu sudah terkena racun saat dibawa ke Wansui Gu, aku juga ada melihat sendiri keadaannya," Zhu Bai Que yang menjawab, "lagipula hari itu yang menyamar menjadi aku adalah Zu Ye Niang, dan belakangan dia juga sudah mendapat hukuman dari Laofuren."

"Zu Ye Niang bertiga sudah mendapat hukuman, bagaimana dengan dia?" tanya Qin Liang Jie, menunjuk ke arah Ma Yong Tao. "Pil ulat apa itu, dia tidak sempat ikut merasakan."

"Lalu kau mau apa?" Ma Yong Tao berdiri, menghadapi Qin Liang Jie tanpa peduli Zhu Bai Que yang berusaha menahannya. "Ilmumu bahkan tidak sebaik Que-mei, masa kau hendak memusuhi seluruh dunia demi memperhitungkan kematian putramu?"

"Qin-xiong," Jin Shui lekas menegur, "semua yang terjadi di Wansui Gu adalah karena Qing Yi, putri gurumu, bahkan Zu Ye Niang waktu itu juga tidak tahu jarum rahasia yang digunakannya mengandung racun."

"Qing Yi," Qin Liang Jie juga tahu semua yang terjadi di Wansui Gu adalah pengaturan Qing Yi, "waktu itu kau berhasil menangkap Qing Yi, kenapa tidak serahkan dia padaku, malah menyuruh orang mengantarkannya meninggalkan Baiyu Shan dalam keadaan hidup?" ia menanya pada Jin Shui.

"Aku sudah merusak pikirannya sedikit, saat itu juga membuatnya merasakan kesakitan yang lebih dari yang diperintahkan oleh Jin Shui," Ma Yong Tao berkata, "begini masih terhitung sudah membalaskan kematian putramu, benar tidak?"

Qin Liang Jie mendengus kesal, kemudian duduk tanpa banyak bicara lagi. Memang benar yang mempunyai kebencian pada mereka adalah Qing Yi, dan Qing Yi juga yang waktu itu memberikan racun leiying hua. Ma Yong Tao dan anggota Liangshan Liu Mo lain hanya ikut-ikutan demi melihat kemampuan Jin Shui dan yang lain. Kemudian Qing Yi tidak bisa membuat kejahatan lagi, anggota Liangshan Liu Mo juga sudah mendapat hukuman yang cukup mengerikan, bisa dikatakan semua sudah impas.

Liu Xin tidak memedulikan perselisihan mereka. Ia tidak terlalu puas karena Jin Shui tidak membunuh Qing Yi dan bahkan mengantarkannya kembali ke ibukota, akan tetapi ia pun tidak bisa mengatakan sesuatu. Lagipula Yue Long Dai masih hidup, maka ia kembali memandang kekasihnya itu, memintanya melanjutkan penuturan.

"Aku mendengar suaramu memanggil, akan tetapi aku terus berada di atas pohon itu, tersangkut disana dan tidak bisa melepaskan diri," Yue Long Dai meneruskan, "aku berusaha berteriak, tetapi sepertinya suaraku tidak sampai terdengar olehmu, tidak lama aku kembali merasakan semuanya gelap."

"Aku mencarimu sampai ke bawah jurang, kenapa tidak terpikir sedikit pun kau masih tersangkut di dinding tebing?" Liu Xin menanya dengan menyesal. Agaknya ia dalam keadaan panik dan kalut saat berusaha menemukan Yue Long Dai, tidak sampai mengetahui bahwa orang yang dicarinya tengah berjuang untuk tetap hidup di tempat yang tidak jauh.

"Entah berapa lama aku terbangun, melihat beberapa ekor monyet bergelantungan, kemudian batang pohon tempat aku berada patah, dan aku jatuh lagi ke bawah," Yue Long Dai meneruskan. "Tetapi saat itu aku tidak merasakan sakit, hanya ingat semuanya kembali gelap, dan saat terbangun lagi aku sudah berada di dalam sebuah tenda, rupanya pengikut Panglima Ti itu ada yang menemukan aku di bawah jurang. Mereka bilang, aku sudah tidak sadarkan diri selama tiga hari penuh."

"Lalu bagaimana dengan racun di tubuhmu?" Liu Xin menanya, ia mengetahui keadaan Xu Qiao yang tersiksa siang malam akibat racun leiying hua. "Bagaimana mereka bisa memunahkan racun itu?"

"Aku tidak terkena racun," kata Yue Long Dai, "aku terluka, patah tulang, lebam dimana-mana, tetapi tidak ada racun di tubuhku."

"Sungguhkah?" tanya Liu Xin. Ia hanya ingat saat itu di atas tebing Qing Yi mengatakan pada Jin Shui bahwa dirinya dan Yue Long Dai sudah terkena racun leiying yua, akan tetapi saat itu keadaan kacau, ia juga tidak tahu jelas yang terjadi.

"Lalu bagaimana kau bisa sampai kemari?" Qin Liang Jie menanya.

"Aku masih bersama Panglima Ti dan orang-orangnya ketika aku mendengar para pewaris Yumen sedang memburu orang di sekitar tempat ini," sahut Yue Long Dai, "aku tahu Liu Xin pasti berada bersama kalian, maka aku langsung meminta Panglima Ti mengantarkan aku."

Dari cerita Yue Long Dai, rupanya Panglima Ti tidak mengetahui bahwa Xianjing Wang ada menyuruh orangnya menjemput Liu Xin kembali ke ibukota, maka hanya mengantarkan Yue Long Dai dan kemudian pergi begitu saja.

"Hua Jin Shui."

Xiu-er datang mendekat, luka-lukanya sudah dirawat oleh anggota Yuzhi Shi Wu, akan tetapi anak kecil itu tidak ingin pergi tidur, ia menghampiri Jin Shui dan duduk tidak jauh darinya. Huang Yu mengulurkan makanan kecil untuknya dan ia menerima sambil tersenyum.

"Xiu-er, bukankah kau sudah ikut dengan Xu Furen ke Huofeng Lou?" Huang Yu menanya pada anak itu, "mengapa bisa seorang diri sampai kemari?"

"Siapa Xu Furen?" Xiu-er balik menanya, "oh, nyonya bertangan satu itu," ia menjawab sendiri. "Aku tidak menyukainya. Dia membawa aku ke Nanyang dan menemui orang-orang yang juga tidak menyenangkan, mereka membicarakan untuk menghadapi Hua Jin Shui, sungguh membuat aku tidak tenang."

Bao Xin Fei memang terakhir kali diketahui mengerjakan perintah gurunya Yuan Wan Cui menemui Huan Jiao Zheng di Nanyang untuk rencana berikutnya mengumpulkan kekuatan menghadapi para pewaris dan menghalangi mereka membangkitkan kembali Yumen. Tidak diketahui apakah dia masih berada di Nanyang atau sudah pergi ke tempat lain ketika Huan Jiao Zheng tidak menerima permintaan Yuan Wan Cui dan kemudian sempat ikut memburu kipas peninggalan Liang Tian Jian Shen.

"Nyonya tangan satu itu kemudian membawa aku ke sebuah tempat bernama Huofeng Lou, katanya karena mesti berada disana untuk peringatan kematian suaminya, kira-kira seperti itu," Xiu-er kembali berkata, "di Huofeng Lou ada beberapa orang kakak, sebenarnya mereka sangat baik padaku, akan tetapi aku kemudian mendengar mereka mengatakan Qiao Jiejie sudah meninggal, aku tidak suka mendengarnya, lalu pergi dan hendak mencari kalian."

"Kalau begitu Xu Furen sekarang masih berada di Huofeng Lou?" tanya Huang Yu.

"Mungkin," sahut Xiu-er, "aku pergi begitu saja, mereka juga tidak mencari aku. Sampai kemudian, aku ditangkap oleh kakak bermarga Huang itu, dia bilang dia bisa membawa aku menemui Hua Jin Shui."

"Mengapa kau memanggil dia Hua Jin Shui?" Liao Xian menanya.

"Pedang hitam yang membunuh saudara kembarku Shuang-er waktu itu ada di tangan dia," sahut Xiu-er datar, "aku tidak mungkin memanggil kakak padanya."

"Kau mencari Jin Shui buat apa?" tanya Lin Ji Xuan. "Apa kau hendak membalas dendam padanya?"

"Urusan balas dendam sudah selesai," sahut Xiu-er, "aku hanya ingin bertemu Qiao Jiejie. Qiao Jiejie sangat baik padaku, aku tidak percaya ketika kakak-kakak di Huofeng Lou mengatakan dia sudah meninggal."

"Qiao-er masih hidup dan baik-baik saja," Jin Shui berkata, "setelah urusan Huang Zhe selesai, aku akan membawamu menemuinya."

Saat satu hari yang diberikan oleh Jin Shui lewat, barulah lima belas anggota Yuzhi Shi Wu, bersama Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou dan para pengikut Yumen baru di bawah pimpinan Yao Yao diperbolehkan mencari kembali jejak Huang Zhe. Ada begitu banyak orang, dalam waktu tidak lama mereka sudah berhasil menemukan keberadaannya, Huang Zhe pergi ke sebuah kota kecil yang tidak jauh, menyamar sebagai seorang pengemis dan berbaur dengan sekelompok pengemis lainnya.

Jin Shui dan kawan-kawannya mengikuti tanda yang ditinggalkan oleh Yao Yao, bersama memasuki gerbang kota dengan tenang sore hari itu. Mereka tidak ingin membuat keributan dan menarik perhatian warga kota, maka berniat menangkap Huang Zhe di malam hari dengan diam-diam.

Mereka baru akan mencari sebuah rumah makan ketika sekelompok orang datang mendekat dan menghadang mereka. Sekelompok orang itu semuanya mengenakan sutra hitam putih yang indah, hanya seorang yang paling depan mengenakan jubah abu-abu bersulam. Seorang lelaki muda berusia hampir tiga puluh tahun, wajahnya bersih dan tenang, langkahnya nampak ringan. Sekelompok orang itu tidak ada yang membawa senjata, meski wajah mereka tidak ramah namun agaknya juga bukan hendak berkelahi.

"Kewei apakah para pewaris Yumen Jiao dari Baiyu Shan?" si jubah abu-abu langsung menanya, merangkap tangan pada Jin Shui dan tersenyum tipis.

"Aku adalah Hua Jin Shui," Jin Shui memperkenalkan nama saja. "Anda apakah Meng Shaozhuangzhu dari Wisma Dayue?"

"Namaku Meng Xiao," si jubah abu-abu itu menyahut datar. "Beberapa orangku ada memberitahu, Hua Jiaozhu berada di sekitar tempat ini bersama kawan-kawan para pewaris Yumen lain, kabarnya hendak menangkap seorang buronan. Meng Xiao sudah lama ingin berkenalan dengan Saudara semua, hanya karena Wisma Dayue letaknya cukup jauh maka baru sekali ini bisa bertemu."

Si jubah abu-abu itu adalah Meng Xiao, putra majikan besar Wisma Dayue pada masa sekarang, Meng Yan. Wisma Dayue merupakan salah satu wisma yang cukup berpengaruh dalam dunia persilatan selama beberapa generasi. Meski pada masa kekuasaan Meng Yan dan ayahnya wisma ini terhitung jarang mencampuri urusan luar, akan tetapi agaknya Meng Xiao punya niat meneruskan nama besar kakek dan buyutnya dan akan membawa Wisma Dayue sebagai pemimpin baru dalam dunia persilatan.

"Hua-mo juga punya niat mengunjungi Meng Zhuangzhu di Wisma Dayue, hanya belum ada kesempatan," Jin Shui berkata. "Hari ini bisa bertemu Meng Shaozhuangzhu disini, sungguh adalah keberuntungan bagiku."

"Tidak enak berbicara disini," Meng Xiao berkata, "Hua Jiaozhu jika tidak keberatan, aku sudah meminta orang mempersiapkan tempat agar kita semua bisa makan malam bersama dan membicarakan sedikit urusan."

"Hua-mo bukannya hendak menolak permintaan Meng Shaozhuangzhu, hanya saat ini kurang leluasa," sahut Jin Shui. "Buronan yang sedang kami kejar itu kebetulan adalah seorang pencuri. Dia mengambil pedang xuanlong milikku beberapa waktu yang lalu, dan ada kemungkinan dia akan memalsukan namaku untuk membuat kekacauan. Urusan ini Hua-mo punya tugas untuk menyelesaikan, harap Meng Shaozhuangzhu memaklumi."

"Sejak lama ada tersiar kabar mengenai keberadaan Yumen Mo Wang palsu, waktu itu di sekitar Wuzhang," sahut Meng Xiao. "Apakah Hua Jiaozhu sedang memburu orang ini?"

"Benar," sahut Jin Shui.

"Kalau begitu aku tidak akan mengganggu," kata Meng Xiao. "Hua Jiaozhu, silakan."

Meng Xiao meski membiarkan Jin Shui dan kawan-kawannya pergi, akan tetapi jelas sekali ia masih meminta orangnya diam-diam mengawasi. Di seluruh kota kecil itu ada pengikut Wisma Dayue, dan Jin Shui tahu jika ia membuat keributan maka akan membawa pengaruh yang tidak kecil di kemudian hari.

Yao Yao nampak berlari mendekat sebelum Meng Xiao dan orang-orangnya berlalu, seperti biasa ia diikuti dua anggota. Gadis itu tidak memedulikan orang-orang Wisma Dayue, langsung menghampiri Jin Shui.

"Jiaozhu, kami terkena jebakan," katanya, "Huang Zhe berhasil menangkap dua orang, kemudian membawa mereka ke pinggir kota."

Jin Shui dan yang lain lekas mengikuti Yao Yao ke pinggir kota. Huang Zhe rupanya sudah tahu kalau diikuti, ia menghabiskan setengah hari bergabung bersama sejumlah pengemis dan bahkan meminta mereka mengobati lukanya. Diam-diam, ia menaruh racun pada makanan para pengemis itu, membuat satu persatu bergulingan kesakitan di sepanjang jalan.

Saat Yao Yao dan orang-orangnya datang, Huang Zhe sudah mengganti penampilan pengemisnya, berlagak sebagai tukang kayu tua yang bungkuk, dan berhasil melarikan diri. Ketika Yao Yao dan orang-orangnya menyadari ia tidak lagi berada bersama para pengemis, mereka mengejar, di saat itulah tiba-tiba Huang Zhe menangkap dua muda-mudi yang kurang berwaspada, kemudian membawa ke pinggir kota.

Mereka menuju sebuah rumah kosong. Anggota Yumen sudah mengurung disana dan memastikan Huang Zhe membawa tawanan kesana, tidak ada jalan meloloskan diri. Para gadis Yuzhi Shi Wu juga berdatangan, hampir bersamaan dengan Jin Shui dan kawan-kawan. Meng Xiao masih mengikuti agak jauh bersama orang-orangnya.

Di dalam rumah kosong masih terlihat ada dua orang, dan satu lagi bayangan di bagian belakang. Jin Shui dan Huang Yu berdua melangkah masuk, Yao Yao mengikuti dan menyalakan penerangan.

Di tengah ruangan rumah kosong itu nampak dua muda mudi terikat menjadi satu, keduanya sudah tidak bergerak sama sekali. Wajah keduanya penuh dengan goresan senjata tajam, pakaian mereka pun robek-robek, keadaannya sangat mengenaskan. Ketika Huang Yu hendak memeriksa, ia baru menyadari kedua muda mudi itu tidak asing, dan keduanya sudah tewas dengan sejumlah tulang retak.

Kedua muda mudi itu tidak lain adalah Zhou Xiang Nu dan Yang Lei. Setahu Huang Yu mereka seharusnya masih berada di Baiyu Shan, entah bagaimana bisa berada di tempat ini dan sudah terbunuh. Huang Yu memperhatikan luka-luka mereka, bukan luka yang baru sama sekali, kedua orang ini sudah terluka sejak sehari yang lalu, darah di wajah mereka sudah mulai mengering.

Agaknya Huang Zhe tidak berusaha memulihkan diri saat Jin Shui memberi kesempatan padanya, ia malah langsung pergi sejauh mungkin dan membunuh orang.

Yao Yao mendahului ke bagian belakang, menarik keluar seorang tua bungkuk yang bersembunyi diantara tumpukan kayu. Jin Shui berwaspada, Huang Yu juga sudah melepaskan sebutir biji catur untuk melumpuhkan orang bungkuk itu sebelum Yao Yao membawanya pada Jin Shui. Orang bungkuk itu dengan sendirinya bukan Huang Zhe.

"Siapa kau?" Huang Yu langsung menanya. "Kedua orang ini, apakah kau yang membunuh mereka?"

"Aku tidak tahu," si bungkuk menyahut ketakutan, "tuan muda itu sudah memberi uang perak padaku, meminta aku pergi saat para pengemis kesakitan, dan langsung datang kemari. Dia bilang… dia bilang ada dua orang disini, dua muda mudi yang akan menikah, dan mereka akan memberiku lebih banyak uang perak."

Yao Yao lekas keluar dan meminta orangnya kembali memburu Huang Zhe. Huang Yu mendapati sepucuk surat tergeletak di lantai rumah, tidak jauh dari kedua jenasah. Surat jelas ditujukan pada dirinya. Ia lekas membuka surat itu.

"Tiga tahun yang lalu orang-orang Wansui Gu ikut memburu kipas putih yang ada di tangan ayah kita, menyebabkan kematian banyak anggota Hailang Biaoju," demikian isi surat itu. Tulisan Huang Zhe. "Menurut Xie Tian Hu, kematian ayah dan ibu adalah saat bertarung dengan perempuan ini. Aku hanya membalas dendam pada Zhou Xiang Nu, tidak terhitung melanggar kata-kata Hua Jin Shui untuk tidak membunuh orang."

Zhou Xiang Nu sudah bersama Yang Lei beberapa lama, mereka sudah merencanakan pernikahan. Zhou Xiang Nu sempat berpamitan pada Liu Xin dan mengatakan bahwa Yang Lei akan membawanya ke Huofeng Lou. Yang Lei berniat meminta restu pada ibu gurunya, Bao Xin Fei. Hanya karena Liu Xin tidak terlalu mengenal dua orang itu dan tidak terlalu peduli, maka ia tidak merasa perlu menyampaikan pada Huang Yu dan yang lainnya.

Jin Shui dan Huang Yu meminta agar jenasah Zhou Xiang Nu dan Yang Lei dikuburkan saja, kemudian juga meminta orang menyampaikan kabar kematian Yang Lei pada Bao Xin Fei di Huofeng Lou. Biar bagaimana pun Yang Lei adalah murid Xu Cheng Hai, meski sudah pergi tanpa pamit dan mengikuti seorang gadis dari Wansui Gu sekian lama, akan tetapi setidaknya ia masih punya niat kembali dan masih mengakui Bao Xin Fei sebagai ibu guru.

Anggota Yuzhi Shi Wu dan yang lain kembali menyebar untuk menemukan keberadaan Huang Zhe. Beberapa hari kemudian, mereka baru memberitahukan pada Jin Shui dan yang lain, bahwa Huang Zhe menuju Huofeng Lou.

Huofeng Lou.

Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei kembali ke tempat ini dengan membawa Xiu-er sudah beberapa lama, saat itu yang tinggal disana hanya tinggal beberapa murid mendiang Xu Cheng Hai yaitu Mu Chai Sheng, Jin Fei dan Jin Guang.

Xiu-er hanya bertahan beberapa hari berada di tempat ini. Bao Xin Fei yang dingin dan Mu Cai Sheng yang pendiam serta Jin Fei dan Jin Guang yang kurang ramah baginya sangat tidak menyenangkan. Hanya meninggalkan sepucuk surat untuk Bao Xin Fei, ia pun pergi meninggalkan Huofeng Lou.

Bao Xin Fei berdiri di balkon di daxian ke sejak sore itu, tidak menyalakan penerangan apa pun, memandangi awan-awan di atas langit sana, merasakan kesunyian di sekitarnya. Angin semilir memainkan ujung rambut, membuat lengan baju sebelah kiri menampakkan kekosongan di baliknya, ia hanya membiarkan.

Genta angin yang tergantung di ujung balkon berdenting keras, kemudian jatuh ke tanah, Bao Xin Fei seketika merasakan ada yang tidak sewajarnya. Daun-daun beterbangan, bahkan beberapa ekor burung kecil yang hendak kembali ke sarang mereka terhempas di bawah sana dan langsung tewas. Bao Xin Fei merasakan ada hawa tenaga dalam yang mendekat, ia mengepalkan tangan dan berwaspada. Musuh berani memasuki Huofeng Lou pasti bukan tokoh sembarangan.

Sesosok tubuh kecil melayang dari atas atap bangunan, lewat di hadapan Bao Xin Fei sebelum si nyonya berpikir sama sekali. Menyadari sosok itu bisa saja seorang anak kecil, ia langsung melesat dan berusaha menangkapnya. Ilmu ringan badan si nyonya ini sangat tinggi, sekali loncat sudah bisa memburu ke arah sosok kecil itu. Tetapi ia belum lagi berhasil menyentuhnya, beberapa genteng sudah melesat dari tempatnya, menyambar lengannya yang hanya satu hingga sosok kecil itu lolos dari tangannya.

"Siapa?"

Bao Xin Fei sudah mendarat dengan selamat. Sosok kecil yang gagal ditangkapnya menghantam tanah tanpa ampun. Bao Xin Fei melupakan penyerangnya untuk sesaat. Nampak olehnya baju sutra yang dikenakan oleh sosok kecil yang nampak tergeletak di tanah. Ini adalah pakaian yang diketahuinya digunakan oleh Xiu-er sebelum kabur meninggalkan Huofeng Lou, hanya beberapa waktu yang lalu.

"Xiu-er!" ia berseru cemas. Xiu-er dilemparkan dari atas atap bangunan berlantai dua seperti itu, tidak mungkin masih utuh. Lekas ia menghampiri sosok kecil itu, kemudian membalikkan badannya.

"Xiu-er, kau...."

Sejumlah bubuk putih menyebar ke wajah Bao Xin Fei, terlambat baginya untuk menghindar. Yang terakhir dilihatnya hanya pakaian milik Xiu-er hanya membungkus sejumlah jerami kering yang beracun. Selanjutnya ia merasakan pedih di wajah, terutama di kedua matanya. Suara teriakannya langsung terdengar, disambung oleh suara tawa seorang yang berada sudah tidak jauh darinya.

"Melukai nyonya muda dari Huofeng Lou, Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei, ternyata begitu mudah."

Bao Xin Fei hanya mendengar suara angin yang menyertai teriakan itu tanpa bisa melihat jelas, ia tidak berani bergerak sembarangan. Samar terlihat satu sosok berjubah hitam yang melayang turun dari atas atap, berdiri tidak jauh darinya.

"Siapa kau?" Bao Xin Fei langsung menanya.

"Putra pertama Keluarga Huang dari Hailang Biaoju, Huang Zhe," si jubah hitam terdengar memperkenalkan diri. Suaranya menggetarkan. "Xu Furen, zaixia sudah lama mendengar nama besar Anda, hari ini baru ada kesempatan berkunjung ke Huofeng Lou untuk berkenalan dengan Anda."

"Huang Zhe?" Bao Xin Fei mengenal nama ini. "Adikmu adalah Huang Yu, pewaris Chai Lang dari Yumen Jiao."

"Benar," sahut Huang Zhe.

"Aku tidak ada urusan dengan adikmu, atau denganmu," Bao Xin Fei berkata, menyadari pandangan matanya semakin mengabut. Ia berusaha mengerahkan tenaga dalam untuk menahan racun, yang dirasakannya adalah pedih pada kedua mata itu..

"Hua Jin Shui tidak lama lagi akan datang kemari," Huang Zhe berkata, "bisa dibilang aku dengan sengaja sudah mengundangnya. Dia sudah menjadi ketua Yumen Jiao, tidak lama lagi mesti menyelesaikan urusan pernikahan dengan Xu Wuguniang. Tentu saja, dia mesti meminta restu pada Xu Furen."

"Urusanku dengan Yumen Jiao, tidak ada kaitannya denganmu," sahut Bao Xin Fei.

"Aku hanya ingin membantu Xu Furen menyelesaikan ganjalan dengan ketua Yumen," sahut Huang Zhe. "Beberapa waktu yang lalu Anda sudah mengumumkan bahwa Xu Wuguniang tewas di tangan Yumen Mo Wang Hua Jin Shui, tentu Xu Furen ingin membalaskan dendam ini. Xu Furen saat ini sudah kehilangan satu lengan, sebentar lagi juga kehilangan penglihatan, urusan balas dendam ini zaixia mungkin bisa sedikit membantu."

"Mau apa kau sebenarnya?" Bao Xin Fei mendengar nada bicara orang tidak ada niat baik, sebaliknya punya keinginan lain. Samar ia juga masih bisa melihat bahwa di tangan Huang Zhe tergenggam sebilah pedang, ia tidak asing dengan bentuk pedang itu.

"Xuanlong jian ini adalah milik Hua Jin Shui," Huang Zhe kembali berkata. "Xu Furen punya dendam sedalam lautan pada Hua Jin Shui, jika orang-orang dunia persilatan menemukan Anda terbunuh oleh pedang ini, dan Hua Jin Shui juga sempat datang ke Huofeng Lou, maka dengan sendirinya akan tersiar kabar bahwa ketua Yumen yang sudah membunuh Xu Wuguniang juga menghabisi Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei."

"Kau bukan kawan Hua Jin Shui," Bao Xin Fei berkata, "kau datang kemari untuk merusak nama Yumen Jiao."

"Benar sekali," sahut Huang Zhe. "Sebenarnya aku tidak enak untuk mengakui, akan tetapi Xu Louzhu adalah kawan ayahku, Xu Furen dengan sendirinya juga bukan orang luar, aku bisa memberitahukan agar Xu Furen tidak sampai mati penasaran. Adikku Huang Yu sejak dulu adalah anak kesayangan, belakangan juga dia yang menjadi seorang pewaris Yumen dan bukan aku. Mengenai urusan ini aku merasa kurang puas. Aku kemudian mengakui pembunuh orang tua sebagai guru, merendahkan diri sekian lama demi bisa menguasai yin shou yang zhang yang terkenal cukup lihai untuk menghadapi wuqing xue milik adikku."

"Yin shou yang zhang?" Bao Xin Fei hanya mengenal ilmu ini sebagai ilmu ciptaan Liang Tian Jian Shen yang belum sempurna, ia belum pernah menyaksikan sendiri.

"Guruku adalah Xie Tian Hu, murid kedua Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang," Huang Zhe kembali berkata. "Tiga tahun yang lalu dia yang sudah membunuh tiga puluh lima jiwa di tempat ini, kemudian juga menghabisi ayah ibuku. Kabarnya, daxian ke ini dahulu adalah tempat kediamannya. Aku hanya ingin melihat, tempat yang dahulu digunakan oleh manusia keji itu untuk merencanakan kehancuran Hailang Biaoju kami."

"Apa katamu?" Bao Xin Fei menanya. Pada pertemuan di Yiling beberapa waktu yang lalu, Xu Qiao ada menyebutkan bahwa pembunuhan terhadap Keluarga Xu tiga tahun yang lalu dilakukan oleh Xie Tian Hu. Pada saat itu Bao Xin Fei menolak mengakui dikarenakan kebenciannya terhadap Jin Shui, akan tetapi ia juga bukan mengabaikan. Kini seseorang datang mengatakan hal yang sama, sungguh menambah penyesalannya telah membiarkan kebencian menutupi akal sehatnya.

"Xu Furen, zaixia tidak ada dendam pribadi dengan Anda," Huang Zhe mengangkat pedang di tangannya. "Kematian Anda hari ini akan berguna untuk menghalangi kembalinya Yumen Jiao, kuyakin Anda juga akan bisa tenang di alam sana."

Pandangan Bao Xin Fei sudah buram, ia hanya bisa melihat kilatan pedang dengan samar, selanjutnya telinganya memberitahukan datangnya serangan. Di saat yang sama ia juga menyadari kehadiran sejumlah orang di atas atap daxian ke, dan satu desingan senjata rahasia meluncur dari sana, menghalangi Huang Zhe sebelum mencapai sasaran.

Jin Shui dan kawan-kawan sudah tiba disitu. Mereka mengetahui bahwa Huang Zhe menuju Huofeng Lou, terus mengganti penyamaran sepanjang jalan dan beberapa kali berhasil mengelabuhi para pengikut Yumen. Sepanjang jalan itu ia juga ada membunuh sejumlah pengikut berbagai macam aliran, menyedot habis tenaga dalam mereka, kemudian dengan sengaja meninggalkan ciri khas pukulan wuqing xue yang menghancurkan tulang korbannya.

Dikarenakan urusan ini bisa merusak nama Yumen dan akan membuat kekacauan baru dalam dunia persilatan, maka Jin Shui kemudian meminta Yao Yao dan orang-orangnya untuk menutupi, menguburkan dengan cepat setiap korban. Hampir sebulan lewat dan kelicikan Huang Zhe sungguh membuat lelah dan merepotkan para pewaris.

Jin Shui kemudian meminta anggota Yuzhi Shi Wu dan para pengikut lainnya untuk tidak lagi mengikuti Huang Zhe karena ia tahu putra pertama Huang Wei Qun itu bisa mengenali orang-orang yang memburunya dan mampu menghindari dengan kemampuannya yang sekarang, bahkan tidak segan melukai atau membunuh. Yang bisa menandingi Huang Zhe hanya Jin Shui dan para pewaris lainnya, maka mereka yang kemudian mengejar dan berusaha menangkapnya, pada akhirnya tiba di Huofeng Lou.

Huang Zhe mengenali senjata rahasia yang menggagalkan serangan pedangnya, ia juga menyadari bahwa Jin Shui dan yang lain datang terlalu cepat. Di saat itu dilihatnya juga tiga murid Xu Cheng Hai datang mendekat, agaknya mendengar suara keributan dan mengetahui ibu guru mereka berada di daxian ke.

Dengan gerakan cepat dan keji Huang Zhe kembali membelokkan pedangnya, secepat kilat mengarahkannya ke leher Bao Xin Fei untuk mengancamnya. Si nyonya mengetahui musuh masih ada disitu, ia berusaha memberikan perlawanan, tidak memedulikan keselamatan sendiri. Lengannya tinggal satu, pandangannya juga sudah sangat mengabur, jurus-jurus dari ilmu bao lian-nya tidak bisa dimainkan dengan sempurna, Huang Zhe dengan kemampuannya sekarang juga dengan mudah bisa mematahkan semua serangannya. Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei terkenal berilmu tinggi, rupanya dengan keadaan sekarang ia benar-benar sudah tidak berdaya.

Jin Shui dan Huang Yu meninggalkan yang lain di atas atap, melayang turun dan mendarat ringan di depan bangunan daxian ke. Tiga murid Xu Cheng Hai mengenal Huang Yu, mengira ia datang membantu kakaknya Huang Zhe, maka mereka bersama menyerang.

Lin Ji Xuan ikut melayang turun, membawa Xiu-er bersamanya dan berhasil menahan ketiga murid Xu Cheng Hai itu, kemudian memperkenalkan diri dan meminta Mu Chai Sheng bertiga tidak ikut campur.

Jin Shui tahu jika ia langsung turun tangan menghadapi Huang Zhe, maka Bao Xin Fei bisa jadi tidak akan terima. Nyonya itu pernah memotong putus lengan sendiri karena tidak sudi berhutang pada dirinya, entah apalagi yang akan dilakukan jika mengetahui Jin Shui sampai hadir di Huofeng Lou. Jin Shui lekas menjejakkan kaki, berusaha merebut pedang xuanlong di tangan Huang Zhe sambil menjaga jarak dari Bao Xin Fei.

Huang Yu juga mengetahui kebencian Bao Xin Fei terhadap Jin Shui, ia berusaha menyingkirkan si nyonya dari arena pertarungan. Akan tetapi Bao Xin Fei sudah bisa menebak siapa yang datang, sifat keras membuat dirinya tidak senang, masih tetap berusaha memainkan jurus-jurus yang diajarkan gurunya Yuan Wan Cui.

"Xu Furen, calon menantumu datang demi menangkap buronan yang berilmu tinggi, kau seorang yang sudah cacad jika terus menghalangi dan buronan itu berhasil lolos, maka akan menyebabkan bencana," Ma Yong Tao tidak sabaran melihat sikap Bao Xin Fei, ia berteriak dari atas atap. "Saat itu, bagaimana kau bisa bertanggung jawab pada seluruh dunia?"

"Siapa kau?" Bao Xin Fei menanya, ia samar hanya mengenali suara Ma Yong Tao sebagai salah satu orang yang hadir dalam pertemuan di Yiling beberapa waktu yang lalu.

"Kami adalah para pewaris Yumen," Qin Liang Jie juga tidak merasa perlu menutupi identitas. "Xu Furen sebaiknya menyingkir sebentar. Ketua kami bukannya hendak mengusik ketenangan Huofeng Lou, hanya saja ingin menangkap seorang penjahat berbahaya."

"Hua Jin Shui," Bao Xin Fei berusaha menemukan orang yang sangat dibencinya. "Kau sudah datang sendiri kemari, aku akan membalaskan dendam Xiao Qiao."

Lin Ji Xuan sudah melayang meninggalkan Mu Chai Sheng bertiga bersama Xiu-er, jari tangannya sudah siap memberikan totokan pada Bao Xin Fei dan menyingkirkannya dari arena pertarungan. Akan tetapi Huang Zhe bergerak lebih cepat, mencekal tangan nyonya itu yang hanya sebelah, kemudian menariknya ke dalam daxian ke dengan gerakan cepat. Bao Xin Fei masih berusaha menendang ke arahnya, akan tetapi seketika itu ia merasakan tenaga lawan yang sangat kuat, menyebar ke seluruh tubuhnya dan membuatnya bagai kehilangan seluruh tulang.

Jin Shui merasa sangat segan pada Bao Xin Fei sehingga tidak lantas sembarang bertindak. Huang Yu juga masih menahan diri karena memandang Jin Shui. Keduanya mengikuti masuk ke dalam ruangan daxian ke, berwaspada. Liao Xian dan Qin Liang Jie turun dari atas atap dan lekas mengikuti. Liu Xin menyusul bersama Li Qian. Zhu Bai Que tetap berada di atas atap bersama Ma Yong Tao, ia mulai memainkan seruling ba yin xiao miliknya dan berusaha mengacaukan perhatian Huang Zhe.

Ruangan di dalam daxian ke itu sangat gelap, tidak ada penerangan dinyalakan disana. Adanya pembatas ruangan membuat cahaya dari luar tidak ada yang bisa masuk. Huang Yu baru akan menyalakan pemantiknya saat Huang Zhe melemparkan tubuh Bao Xin Fei ke arah dirinya dan Jin Shui. Huang Yu terpaksa menangkap sebelum tubuh Bao Xin Fei tersungkur di tanah, ia langsung merasakan ada cairan hangat mengaliri lengannya.

Huang Yu memapah Bao Xin Fei keluar ruangan, menyerahkannya pada Liu Xin. Bao Xin Fei masih bernafas, akan tetapi sudah terluka dalam cukup parah dan jatuh tidak sadarkan diri saat Liu Xin membawanya ke bagian lain Huofeng Lou, berusaha mempertahankan nyawanya menggunakan tenaga dalam pemberian Shui Yao.

Di dalam ruangan daxian ke, Jin Shui memburu Huang Zhe dan bertarung dengannya di dalam kegelapan. Li Qian, dan Qin Liang Jie mendengar suara keduanya, tidak ikut turun tangan karena keadaan ruangan yang gelap bisa jadi akan membuat mereka menyerang kawan sendiri dan semakin mempersulit keadaan. Hanya Liao Xian yang bisa menyesuaikan lebih cepat dengan ruangan tanpa penerangan yang kemudian mengambil tombak dari tangan Qin Liang Jie, dan memberikannya pada Jin Shui.

Jin Shui pada saat itu tidak menggunakan senjata, menghadapi Huang Zhe yang masih menggenggam pedang xuanlong tentu saja akan sangat berbahaya. Liao Xian bisa dengan tepat bergerak ke sampingnya, menyerahkan tombak ke tangannya, bersamaan juga menggunakan senjata pena di tangannya untuk menahan satu serangan Huang Zhe.

"Jin Shui, lurus ke depan, setengah tombak," Liao Xian berseru memberitahu posisi lawan. Jin Shui mengangkat tombah dengan cepat, berusaha mengikuti petunjuk itu. Ia berhasil menggores lengan Huang Zhe. Musuhnya ini gerakannya sangat cepat dan tangkas, masih bisa menghindar dan tidak sampai kehilangan tangannya.

Di ruangan gelap ini Huang Zhe tentu sama butanya. Namun selain diri sendiri semua adalah musuh, siapa saja yang ada di dekatnya boleh dipukul, apa pun boleh dihantamnya. Meski beberapa kali membuang tenaga sia-sia, sebenarnya keadaan masih sedikit lebih menguntungkan bagi dirinya. Liao Xian tahu keadaan ini, maka ia hendak memanfaatkan sedikit, setidaknya mesti membuat Huang Zhe tidak bisa lagi melarikan diri.

"Sebelah kiri, hanya satu qi (sepertiga meter)," Liao Xian memberi petunjuk lagi. Jin Shui bergerak semakin cepat, Huang Zhe tidak bisa menghindar lagi. Ketika Li Qian menyalakan pemantiknya, tombak di tangan Jin Shui sudah berhasil menikam paha kanan Huang Zhe, darah mengalir cukup banyak. Huang Zhe melotot ke arah Jin Shui, berusaha mengerahkan seluruh kemampuan, ia melompat ke atas dan menjebol atap, melayang meninggalkan daxian ke.

Jin Shui masih sempat mengembalikan tombak pada Qin Liang Jie, kemudian mengejar ke atas atap yang sudah jebol. Yang lain mengikuti. Huang Zhe hendak berlari meninggalkan Huofeng Lou, akan tetapi sebelah kakinya sudah terluka, ia bergulingan di atas atap dan jatuh di bagian depan daxian ke, mengagetkan semua yang ada disitu.

Huang Zhe bangkit dengan cepat, tidak memedulikan rasa sakit di kakinya dan langsung melompat kembali. Yang terlihat lebih dahulu olehnya adalah Xiu-er dan ketiga murid Xu Cheng Hai yang ada disitu, pedang xuanlong di tangannya langsung mengarah pada mereka. Jin Fei dan Jin Guang yang berusaha menghadang terkena sambaran pedang dan tewas seketika. Mu Chai Sheng berusaha menarik Xiu-er menjauh akan tetapi Huang Zhe sudah lebih dulu menyambar anak perempuan itu dan langsung mencekal lehernya.

Ma Yong Tao dan Zhu Bai Que melompat turun bersamaan, berusaha merebut anak perempuan itu. Tidak disangka Huang Zhe tiba-tiba mencekik Xiu-er, kemudian melemparkannya ke arah Ma Yong Tao. Bersamaan ia ganti mengincar Zhu Bai Que, menangkap seruling ba yin xiao, menariknya dengan sekuat tenaga, memaksa si pewaris Hu Ling itu beradu tangan dengannya. Pada saat itulah Huang Zhe menggunakan ilmu sesatnya untuk menyedot tenaga dalam.

"Que-mei!" Ma Yong Tao terpaksa membiarkan Xiu-er, kipas di tangannya menyambar ke arah Huang Zhe, untuk beberapa saat menghadapi pedang xuanlong dan tentu saja kipas itu sebentar saja sudah rusak.

Zhu Bai Que sulit melepaskan telapak tangannya, ia merasakan tenaganya disedot dengan cepat, wajahnya menampakkan kesakitan yang luar biasa. Ma Yong Tao terpaksa mengerahkan tenaga dalam melalui badan gadisnya, memaksa Huang Zhe menarik tangan. Zhu Bai Que terlepas. Ia terluka dalam tapi nyawa tidak dalam bahaya.

Ma Yong Tao membuang sisa kipasnya, masih melanjutkan bertarung dengan Huang Zhe, menyadari meski ia menguasai tenaga dalam pemberian Gu Chen Hui tetapi bagaimana pun tidak mudah menembus pertahanan lawan dan pedang xuanlong. Ia tidak peduli terlalu banyak, menyerang dengan tangan kosong. Huang Zhe menggunakan pedang melindungi diri, membuat Ma Yong Tao tidak bisa menyentuhnya. Sebentar saja pakaian si raja iblis itu sudah sobek disana sini.

Di saat itu Jin Shui dan yang lain sudah berkumpul di depan bangunan daxian ke itu. Mereka menyusun formasi untuk mengurung Huang Zhe, memastikan buronan itu tidak akan melarikan diri lagi. Liu Xin meninggalkan Bao Xin Fei dan ikut bergabung. Zhu Bai Que juga tidak memedulikan luka dalam dan langsung mengisi tempat untuknya.

Ma Yong Tao memainkan gerak tipu dari ilmu tangan hantunya, melompat ke atas, melentik ke belakang, bergerak ke samping kanan dan kiri. Gerakannya sangat cepat, Huang Zhe menyabetkan pedang kesana kemari untuk memburunya, membuatnya melupakan disitu masih ada Huang Yu dan yang lainnya. Ketika tiba-tiba Ma Yong Tao melesat ke atas atap ia masih berada di bawah, posisinya tidak memungkinkan untuk mengejar dalam sekejab.

Huang Yu menerima tenaga dalam dari kawan-kawannya, seketika itu menghantam dari jarak jauh, mengarahkan tenaga dalam gabungan itu ke arah Huang Zhe tanpa ampun. Orang jika terkena hantaman tenaga semacam ini sudah pasti akan hancur. Huang Zhe sedikit terlambat melihat bahaya mengancam dirinya karena ulah Ma Yong Tao, tapi ia sudah tentu tidak sudi dihancurkan begitu saja.

Tenaga dalam yang sudah diambil dari Xie Tian Hu sungguh luar biasa, Huang Zhe masih bisa menerima serangan dan bahkan memutar pedang xuanlong di tangan untuk membalikkan pukulan, untuk beberapa saat mengacaukan formasi.

Ma Yong Tao tiba-tiba melayang lagi dari atas atap, mengarahkan tangan menghantam punggung lawan. Namun di saat itu xuanlong jian di tangan Huang Zhe bergerak lebih cepat, menghunjam ke arah belakang dan menusuk dadanya dengan telak, membuat serangannya gagal total. Terdengar teriakan panik Zhu Bai Que, yang lain pun tidak kalah kaget. Ketika Huang Zhe menarik pedang, si Liangshan Mo Jun itu langsung roboh ke tanah dan tidak bergerak lagi.

"Yong Tao!" Zhu Bai Que mendekat dan langsung menarik kekasihnya keluar dari arena.

Huang Zhe hendak menghantamnya, akan tetapi di saat itu para pewaris yang lain sudah menyesuaikan dengan satu posisi kosong, bergantian menyerang ke arahnya dengan jurus andalan dan senjata masing-masing.

"Kalian orang-orang Yumen sungguh main keroyok," Huang Zhe masih sempat berkata, ia kerepotan sebentar akan tetapi seperti tidak peduli lagi.

"Aku sudah memberimu kesempatan pergi satu kali, memintamu untuk tidak membunuh dan mencelakai orang, akan tetapi kau sendiri yang sudah melanggar," sahut Jin Shui. "Masih ada satu jurus yang terakhir, aku pasti akan menyelesaikannya."

"Marga Huang, kudengar semua ilmumu hanya curian, tidak ada satu pun yang diajarkan dengan baik-baik oleh seorang guru," Lin Ji Xuan berkata. "Wuqing xue kau mencurinya diam-diam dari adikmu, honglong chen kau mendapatkan dengan menipu orang Wansui Gu, yin shou yang zhang juga kau juga merebutnya dari Xie Tian Hu."

"Kabarnya kau pernah memohon pada Zhou San Gong untuk diangkat sebagai murid, tetapi dia tidak memandang sebelah mata pun padamu," Liao Xian ikut menambahkan. "Xie Tian Hu namanya saja guru, tetapi kenyataannya dia tidak pernah mengajarkan ilmu apa pun padamu sampai kau mesti jauh-jauh sampai kemari mencuri benda-benda peninggalannya. Xun Tian Yi, lebih tidak perlu dikatakan lagi, dia hanya anggap kau bisa dimanfaatkan sehingga masih bisa baik padamu."

"Bahkan xuanlong jian di tanganmu itu juga hanya curian," tambah Li Qian. "Bukannya merebutnya dari Jin Shui, kau hanya mampu mengambilnya dari seorang gadis lemah. Kulihat, bahkan pedang ini pun menguasaimu, bukan kau yang menguasainya!"

"Hahaha, memang manusia busuk yang tidak dikehendaki siapa pun," Qin Liang Jie tertawa, "selamanya hanya bisa menjadi maling dan pecundang, tidak akan menjadi orang besar."

Kata-kata yang terakhir paling besar pengaruhnya bagi Huang Zhe. Benar, ia memang orang yang tidak dikehendaki siapa pun. Sejak adiknya menjadi pewaris Chai Lang, rasa iri hatinya tumbuh, namun ini malah menjadi kelemahan baginya. Ayah ibunya meski tidak pernah menganggapnya lebih dari adiknya tetapi setidaknya mereka adalah orang terakhir yang masih menyayanginya.

Sejak Hailang Biaoju dihancurkan ia benar-benar kehilangan semuanya, dari seorang tuan muda yang mempunyai segalanya ia mesti menjalani hidup dengan penuh kesulitan. Xie Tian Hu menerimanya sebagai murid, kenyataannya ia hanya dimanfaatkan, sama sekali tidak pernah diperlakukan dengan baik.

Siasat Lin Ji Xuan bukan tidak ada hasilnya. Huang Zhe tidak memberi jawaban sepatah kata pun, namun juga tidak bisa menyembunyikan darah yang mengalir di sudut bibirnya, menandakan ia menerima satu luka dalam lainnya. Kedua tangannya nampak gemetaran, ia seharusnya masih punya cukup tenaga untuk melarikan diri, namun tubuhnya sulit dibawa pergi.

Jin Shui tidak membuang kesempatan, ia sudah merapal tenaga wuqing xue tingkat ke delapan, dengan sekali gerakan ia berhasil merebut pedang xuanlong di tangan Huang Zhe, kemudian menghunjamkannya ke dada putra pertama Huang Wei Qun itu. Huang Zhe sekali lagi melotot padanya, hanya sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhir tanpa sempat berkata apa-apa.

Huang Yu mendekat, menutup kedua mata kakaknya sebelum Jin Shui menarik xuanlong jian dari tubuhnya. Huang Zhe terkulai jatuh. Liao Xian mengambil kitab yin shou yang zhang yang tersimpan di balik bajunya.

Bao Xin Fei diam-diam meninggalkan Huofeng Lou saat Liu Xin bergabung dengan kawan-kawannya untuk mengisi posisi dalam mojie chen. Nyonya itu mengetahui bahwa para pewaris Yumen sudah datang, dan ia tidak suka berurusan dengan mereka. Keadaannya terluka cukup parah, matanya tidak bisa melihat, ia tahu bertemu mereka saat ini akan merendahkan diri sendiri, maka ia pun memilih pergi selagi ada kesempatan.

Xiu-er sudah kehilangan nyawa, Jin Fei dan Jin Guang juga terbunuh. Hanya Mu Chai Sheng seorang yang tidak berdaya, akan tetapi ia juga tidak mempunyai kebencian terhadap Jin Shui atau para pewaris, hanya menanyakan keadaan Xu Qiao dan ketika mengetahui putri gurunya itu baik-baik saja, ia hanya meminta Jin Shui menjaga baik-baik.

Ma Yong Tao terkena tusukan pedang xuanlong cukup dalam, ia tergeletak di pangkuan Zhu Bai Que dalam keadaan pucat dan tidak lagi bernafas. Jin Shui mendekat, memaksanya menelan sebutir pil obat. Zhu Bai Que memandang ke arahnya, tidak tahu apakah pil itu bisa membangkitkan orang yang sudah mati.

Di saat itulah tiba-tiba dari luar Huofeng Lou terdengar suara teriakan manusia dan ringkikan kuda menjadi satu. Lin Ji Xuan melompat ke atas atap untuk melihat yang terjadi dan mendapati sejumlah pasukan tentara negeri sudah tiba disitu, kemudian melaporkan pada Jin Shui dan yang lain.

"Panglima yang kemarin mengantarkan Yue-xiong datang lagi," katanya, "tetapi sepertinya mereka lebih galak."

"Panglima Ti datang menjemput Liu Xin Junzhu. Siapa pun di dalam sana yang menahan Junzhu akan dibunuh tanpa ampun," teriakan si panglima tua terdengar dari luar. "Panah api sudah disiapkan, setiap saat bisa menghancurkan Huofeng Lou hingga rata dengan tanah."

Liu Xin langsung meraih tangan Yue Long Dai. Jin Shui bangkit berdiri dan meninggalkan Ma Yong Tao, hendak menyambut kedatangan Panglima Ti.

"Hua Gege, untuk sementara ini Liu Xin tidak bisa berjuang bersama kalian," Liu Xin langsung berkata pada kawan-kawannya. "Ayahku pasti sudah menurunkan perintah pada Panglima Ti untuk membawaku pulang, aku tahu dia pasti juga sudah menurunkan perintah untuk membunuh siapa pun yang bersamaku," sahut Liu Xin. "Liu Xin tidak ingin melibatkan siapa pun dari kalian, terpaksa pergi dulu bersama Yue Dage. Mati atau hidup, tergantung keberuntungan kami sendiri."

"Kami pasti akan tetap hidup," Yue Long Dai menyambung, "sementara ini menghindar dulu ke tempat yang terpencil, nanti saat kemarahan wangye sudah mereda kami pasti akan kembali lagi ke zhongyuan. Saat itu baru bisa melanjutkan perjuangan bersama kalian."

"Biar Huang Yu dan Li Qian menyertai kalian sampai ke tempat yang aman," Jin Shui tentu saja tidak tenang membiarkan Liu Xin pergi berdua hanya dengan Yue Long Dai.

"Tidak perlu," Liu Xin paling jelas karakter ayahnya. "Saat ini aku dan Yue Dage tidak bisa melibatkan siapa pun, terlebih lagi tidak ingin melibatkan saudara yang lain. Hua Gege, Liu Xin berjanji akan menjaga nyawa baik-baik, pasti akan kembali ke markas Yumen pada saatnya nanti."

"Siapa pun yang berada di dalam sana, silakan menyerah baik-baik!" terdengar lagi teriakan Panglima Ti. "Asalkan bersedia melepaskan Junzhu, maka Ti Qing akan memohonkan pengampunan!"

"Jin Shui," Huang Yu mengingatkan, "perjalanan Yumen Jiao kita masih panjang, tidak boleh sampai bermusuhan dengan orang kerajaan. Sekali ini, mesti melepaskan Liu Xin."

Jin Shui tidak punya banyak pilihan. Ia hanya bisa menyerahkan sebuah tanda perintah bertuliskan huruf shui – air, pada Liu Xin. Tanda yang serupa dengan milik Shui Yao si Siluman Air, pendahulu Liu Xin.

"Orang Yumen di masa depan mungkin ada yang tidak mengenalmu saat kembali ke Baiyu Shan," katanya, "kau bawalah ini, maka mereka akan tahu bahwa kau adalah salah satu pelindungnya."

"Hua Gege, Liu Xin tidak bisa ikut minum arak pernikahanmu, sungguh menyesal."

Liu Xin memeluk Jin Shui satu kali, kemudian ia dan Yue Long Dai menuju bagian belakang Huofeng Lou, mengambil dua ekor kuda dari kandangnya dan memacu mereka ke arah selatan. Saat itu sudah mulai larut malam, masih ada kesempatan lolos dari pasukan Panglima Ti. Liu Xin masih sempat menoleh ke belakang. Panah api sudah dilepas. Sebagian bangunan di Huofeng Lou mulai berkobar.

Huang Yu bersama Li Qian dan Liao Xian mendahului keluar dan berbicara dengan pasukan yang berada disana, menghadang sebelum mereka masuk ke dalam. Jin Shui menghampiri Ma Yong Tao dan tetap tidak ada menemukan denyut nadi ataupun nafas dari kawannya itu.

"Bawa saja dulu, kita akan menguburkannya nanti," ia berkata pada Zhu Bai Que.

"Xiongdi, orang masih hidup kenapa mau dikuburkan?" tiba-tiba terdengar suara pelan menyahutnya, sedikit mengagetkan Zhu Bai Que yang masih memangkunya. Orang mati ini ternyata masih bisa berbicara.

Ma Yong Tao tersenyum meski masih terbaring dengan mata tertutup rapat. Ia terluka parah, tapi ternyata tidak jadi mati. Obat yang diberikan oleh Jin Shui barusan sudah menyelamatkannya pada saat yang tepat.

"Kau masih hidup, kenapa tidak lekas bangun? Apa mau membiarkan diri terpanggang disini?" Jin Shui menanya. Suaranya datar saja seperti tidak kaget sama sekali. Rupanya orang sudah menguasai wuqing xue tingkat tertinggi bisa mengendalikan emosi dengan mudah. Ia kaget karena barusan jelas-jelas Ma Yong Tao sudah tidak ada nafasnya, tetapi juga lega menyaksikan kawannya tetap hidup.

"Kalau aku bisa bangun, sejak tadi sudah bangun," Ma Yong Tao mengomel padanya, "kau bukannya lekas membantu."

Zhu Bai Que lekas memapahnya berdiri, menahan lukanya dengan sobekan lengan baju. Jin Shui mendahului mereka keluar melalui pintu depan, menyusul Huang Yu, Li Qian dan Liao Xian dengan terang-terangan menemui Panglima Ti.

"Ti Daren, sepertinya Anda salah informasi. Kami orang-orang Yumen ada disini menangkap penjahat yang ingin merusak nama aliran kami, tidak ada kaitannya dengan Liu Xin Junzhu," katanya, "beberapa waktu yang lalu, yang kudengar Liu Xin Junzhu sudah dalam perjalanan menuju wilayah perbatasan."

Panglima Ti bukannya tidak tahu bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Jin Shui ada benarnya dan ada tidak benarnya. Menangkap penjahat disini, tidak ada kaitannya dengan Liu Xin, memang penjahat itu tidak ada kaitannya dengan Liu Xin, tetapi Liu Xin ada bersama mereka menangkap penjahat itu tidak ikut disebut. Beberapa waktu yang lalu Liu Xin sudah dalam perjalanan menuju perbatasan, ia tidak menyebut bahwa beberapa waktu yang lalu itu hanya beberapa menit saja. Sejumlah kata-kata yang sebenarnya tidak berdusta.

"Anda pasti adalah ketua Yumen Jiao, Hua Jin Shui, Hua Jiaozhu," ia langsung mengenali orang yang dihadapinya. "Beberapa waktu yang lalu bertemu belum sempat berkenalan, belakangan baru mengetahui bahwa ketua Yumen Jiao adalah seorang tokoh ternama dalam dunia persilatan."

"Aku bermarga Wu, Wu Jin Shui," Jin Shui dengan terang-terangan sudah menggunakan marga ayah kandungnya, Wu Yao Wei.

"Ternyata Wu Jiaozhu," sahut Panglima Ti. "Mojiang baru saja menerima tugas dari Xianjing Wang yang mulia untuk membawa pulang putri kesayangan beliau, agaknya karena Xianjing Wang mengetahui mojiang baru beberapa hari yang lalu ada bertemu dengan Liu Xin Junzhu."

"Ti Daren masih ada tugas, kami tidak berani mengganggu," kata Jin Shui lagi. "Kami orang Yumen baru saja menangkap penjahat, sebenarnya ingin ingin mengundang Daren untuk merayakannya bersama-sama, tidak tahu apakah Daren bersedia minum bersama kami orang-orang aliran iblis ini."

"Wu Jiaozhu terlalu merendah," sahut Panglima Ti. "Baiklah, karena barusan sudah salah paham, aku meminta maaf pada Anda. Namun kami masih ada tugas, terpaksa menolak undangan Anda. Jika lain hari ada kesempatan, mungkin aku baru bisa minum bersama kalian sampai mabuk."

Panglima Ti tidak lekas pergi dan masih sempat berbicara santai dengan Jin Shui dan yang lain, rupanya ia memberi kesempatan bagi Liu Xin dan pemuda yang pernah ditolongnya itu untuk pergi lebih jauh. Tugas dari Xianjing Wang memang harus dikerjakan, tetapi ia pun tidak bisa mengingkari diri sendiri, dalam hati sebenarnya ingin melepaskan Liu Xin dan kekasihnya itu untuk seterusnya.

Sebagian bangunan di Huofeng Lou sudah terbakar. Panglima Ti demi memberi kesempatan lebih banyak buat Liu Xin masih sempat meminta orang-orangnya membantu memadamkan kebakaran itu, menyebut bahwa ia sudah salah membakar rumah orang, kemudian baru pergi.

Jin Shui dan yang lain pergi setelah menguburkan jenasah mereka yang meninggal serta membersihkan semuanya. Jenasah Huang Zhe juga ikut dikuburkan, adiknya masih sempat memberi penghormatan terakhir.

Diperkenalkan di episode ini : Meng Xiao si ketua muda Wisma Dayue, wisma paling disegani dalam dunia persilatan. Peranan Wisma Dayue ini akan lebih besar nanti pada prekuel, sedangkan Meng Xiao juga akan mendapat porsi pada sekuel.

Liu Xin pergi bersama Yue Long Dai demi menghindari kejaran ayahnya, ini juga sebagai penyambung ke kisah berikutnya.

Jin Shui dan kawan-kawan sudah berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka dan menyelesaikan konflik-konflik yang ada. Tinggal satu episode terakhir, ditunggu ya...

Xiaodiandiancreators' thoughts