webnovel

Episode 33 : Xing Fu Jie Ju (Akhir Bahagia)

Lin Ji Xuan dan Qin Liang Jie tiba lebih dulu di kapal milik majikan besar Baiyu Shan tempat Xu Qiao bersama Yin Xiu Chen dan Zhou Yan Zi berada dan menunggu Jin Shui kembali, memberi kabar bahwa Huang Zhe sudah berhasil dibereskan, juga memberitahu bahwa Jin Shui pasti akan lekas menyusul kemari setelah membantu yang terluka memulihkan diri.

"Kami tidak berhasil menemukan Xu Erfuren," Lin Ji Xuan memberi penjelasan pada Xu Qiao. "Aku juga sudah berusaha menemukan jejaknya bersama Liao-xiong dan Qin-xiong, tetapi tidak ada hasil. Sampai ketika kami meninggalkan Huofeng Lou, juga masih belum bertemu dengan beliau."

"Hanya tinggal Mu Chai Sheng yang tersisa di Huofeng Lou," Qin Liang Jie berkata.

"Biaoge apakah baik-baik saja?" Yin Xiu Chen menanya.

"Lin Ji Xuan, kau sungguh tidak terluka?" Zhou Yan Zi juga menanya.

"Jin Shui meminta kami mendahului kemari untuk memberitahukan pada kalian bahwa semua baik-baik saja, hanya Ma Yong Tao iblis busuk itu seorang yang terluka," sahut Qin Liang Jie. Dia hendak menyerang Huang Zhe dari belakang, bisa dikatakan pantas menerimanya." Ia masih menyimpan sedikit kekesalan pada Ma Yong Tao karena semua yang terjadi di Wansui Gu.

"Tetapi tidak apa, dia masih hidup dan Zhu Guniang juga akan segera menikah dengannya," Lin Ji Xuan berkata. "Aku tidak terlalu menyukai raja iblis itu, akan tetapi dia adalah kawan baik Jin Shui, terpaksa menerima saja."

Gu Chen Hui keluar dari dalam geladak bersama Zu Ye Niang. Mereka belum lama kembali dari Wansui Gu demi menemui Zeng Bai Feng, semula hendak meminta menolong Xu Qiao dari pengaruh racun leiying hua. Saat melihat keberadaan kapal milik Keluarga Bai ada di aliran sungai, mereka lantas menemui Xu Qiao. Mengetahui Jin Shui sudah berhasil menggunakan wuqing xue tingkat ke delapan menyelamatkan calon istrinya membuat Gu Chen Hui merasa sangat lega.

"Laofuren," Qin Liang Jie dan Lin Ji Xuan memberi salam bersamaan.

"Dimana Jin Shui?" Gu Chen Hui langsung menanya pada keduanya.

"Sedang dalam perjalanan kemari, bersama Yuzhi Shi Wu dan Yao Yao Guniang dan yang lainnya," sahut Lin Ji Xuan. "Kami mendahului untuk memberitahu jiaozhu furen bahwa semua sudah berakhir dengan baik." Ia melihat sekilas ke arah Xu Qiao, mengucapkan jiaozhu furen demi menggodanya.

Gu Chen Hui berdehem satu kali dan Lin Ji Xuan tidak meneruskan, ia mundur selangkah ke samping Qin Liang Jie.

Di saat itulah suara derap kaki kuda terdengar mendekat. Mereka melihat ke bawah geladak. Nampak tiga ekor kuda yang baru saja tiba. Tiga penunggangnya langsung melompat turun dan naik ke atas kapal.

Yang datang adalah Shangguan Ru Yin, Huang Lian, dan Lin Xiao Yan. Rupanya ketika Huang Lian mengetahui Yin Xiu Chen sudah pergi mengantarkan Xu Qiao mengikuti Jin Shui, ia sangat tidak tenang, Shangguan Ru Yin hanya bisa menahannya beberapa hari saja, kemudian terpaksa mengikutinya, menyusul sampai kemari. Lin Xiao Yan mereka bawa serta.

"Shijie!" Huang Lian langsung berlari dan memeluk Xu Qiao, melompat-lompat senang melihat air muka Xu Qiao yang sudah lebih segar dan tidak lagi pucat seperti saat terakhir kali mereka berpisah. "Lihat, lihat, kau sudah sembuh. Sudah sembuh."

Qin Liang Jie juga senang bukan main menyaksikan istrinya sudah tiba disitu. Tanpa sungkan langsung ditariknya istrinya ke bagian lain kapal dan mereka bergandengan tangan, berbicara disana. Shangguan Ru Yin membisikkan sesuatu di telinga suaminya, seketika langsung membuat Qin Liang Jie berubah cerah air mukanya.

"Aku baru menyadarinya beberapa hari yang lalu, sebenarnya masih ingin menunggu kau kembali ke Baiyu Shan baru memberitahukan padamu," Shangguan Ru Yin berkata padanya. "Tetapi anak ini sudah tidak sabar ingin menyapa ayahnya, aku terpaksa mengikuti Lian-er turun gunung."

Qin Liang Jie meletakkan tangan di perut istrinya dengan sedikit ragu. Mereka pernah kehilangan seorang putra, tentu tidak ingin sampai kehilangan sekali lagi. Terhadap berita baik yang sekali ini, Qin Liang Jie menaruh harapan besar.

"Kau sedang mengandung tetapi malah nekad menyusul sampai kemari?" ia langsung mengoceh, "nanti aku akan membuat perhitungan dengan adiknya Huang Yu itu karena sudah menyusahkanmu."

"Dia tidak menyusahkan aku," sahut Shangguan Ru Yin. "Aku yang menyusahkan dia. Memperlambat perjalanan kemari karena begitu cepat merasa lelah. Lian-er masih begitu sabar dan menemaniku tanpa mengeluh."

Huang Lian mendorong Lin Xiao Yan ke hadapan Lin Ji Xuan. Lin Ji Xuan akhirnya memperhatikan juga air muka adiknya itu. Ia melambaikan tangan di depan muka Lin Xiao Yan dan mata bulat si adik mengikutinya kemana pun. Adik perempuan yang seperti boneka hidup ini nampaknya sudah cukup sadar dan tidak sinting lagi dan sudah mulai bisa mengenali yang ada di sekitar.

"Eh, kau sudah tahu siapa aku?" tanyanya pada Lin Xiao Yan. "Kau sudah ingat?"

Lin Xiao Yan mengangguk. "Ge," panggilnya.

Lin Ji Xuan langsung melompat-lompat di atas geladak karena senangnya. Qin Liang Jie menoleh sebentar dan geleng-geleng kepala, kemudian tidak memedulikannya dan terus menggandeng tangan istrinya.

"Putra Keluarga Lin dan putri Keluarga Huang kenapa tabiatnya bisa sama?" tanya Zhou Yan Zi. "Apa kalian yakin tidak ada adik yang tertukar disini?"

"Kalau adik mereka tertukar masalahnya bisa rumit sekali," sahut Zu Ye Niang. "Putra Keluarga Huang dan putri Keluarga Lin sudah jadi suami istri. Meski kulihat hanya suami istri bukan sungguhan, tapi...."

Ia tidak melanjutkan kata-katanya. Lin Xiao Yan tiba-tiba memandanginya dengan kebingungan. Zhou Yan Zi hendak menendang kakinya, membuat tukang menyamar itu kabur lagi ke atas atap kapal dan berdiam disana.

"Lin Guniang, saudaraku hanya bicara sembarangan," Gu Chen Hui berkata, menenangkan si nona kecil. Ia tahu nona ini adalah istrinya Huang Yu, melihat mereka pasangan serasi sama seperti Jin Shui dan Xu Qiao sehingga juga menyukainya.

"Aku dan... dan dia... benarkah...?" Lin Xiao Yan sampai tidak tahu bagaimana mesti menyebut Huang Yu.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Lin Ji Xuan. "Ketika aku meninggalkan Baiyu Shan, dia masih seperti ini," ia menirukan ketika Lin Xiao Yan hanya bisa menatap kosong dan tidak bisa mengenali orang. "Sekarang dia sudah tahu aku adalah kakaknya."

"Di dunia ini siapa yang ilmu pengobatannya paling tinggi?" Zhou Yan Zi menanya padanya.

"Kau pasti ingin menyebut kakek gurumu, Lao Du Xie Zeng Bai Feng," sahut Lin Ji Xuan. "Apakah dia yang sudah datang ke Baiyu Shan?"

"Laofuren yang sudah mengundang Lao Feng ke Baiyu Shan untuk mengobati aku," Xu Qiao berkata, "hanya saja Lao Feng masih belum menemukan penawar untuk racun leiying hua yang sudah menyebar, dia juga sedikit putus asa. Kemudian laofuren memberitahukan padanya bahwa di Baiyu Shan ada seorang kawan baiknya yang juga sudah lama ingin bertemu, tidak disangka Lao Feng langsung pergi sendiri ke Baiyu Shan."

"Saat itu di Baiyu Shan tidak ada yang mengenalnya, tetapi kemudian dia mengaku sendiri bahwa dia adalah majikan Wansui Gu, Lao Du Xie Zeng Bai Feng, dan datang demi menemui kawan lamanya Zhang Zhe Liang," Huang Lian berkata. "Kemudian aku mengatakan padanya, di Baiyu Shan tidak ada kawan lama, hanya ada seorang murid yang tidak berbakti."

"Apa? Kalian mengantarkannya menemui ayahku?" Zhou Yan Zi langsung memprotes.

"Ayahmu sudah hidup tenang di belakang gunung, tentu kami tidak ingin merusak hari tuanya," Shangguan Ru Yin yang menyahut. Ia mendekat dengan Qin Liang Jie masih menggandeng tangannya. "Aku masih ingat sedikit pernah melihatnya saat di Wansui Gu, maka aku lantas berkata pada Lao Feng, bisa mengantarkan menemui orang yang ingin ditemuinya, tetapi lebih dulu meminta bantuan menolong seorang kawan."

"Sebenarnya tidak lama setelah erge mereka membunuh Xie Tian Hu, dia sudah mulai bereaksi," Huang Lian menunjuk Lin Xiao Yan, "hanya saja erge bilang…." Ia tidak meneruskan kata-katanya karena Lin Xiao Yan memandang ke arahnya, nampak kebingungan.

Lin Xiao Yan pertama kali ditemukan dalam keadaan setengah sinting saat berada di Chunjie Kezhan dan saat itu bahkan bisa dikendalikan oleh Huang Zhe. Huang Yu menolongnya, tidak lama pergi mengantarkannya pulang menemui ayahnya di Wuling yang malah berakhir dengan pernikahan yang diatur oleh Lin Laotaitai.

Keadaan nona ini tidak lebih dari boneka hidup yang patuh, bisa dikendalikan dengan mudah. Zhou Yan Zi tidak berdaya menolongnya, tetapi Zeng Bai Feng amat tinggi ilmu pengobatan dan ilmu racunnya, tanpa banyak kesulitan berhasil memunahkan gumpalan di otaknya yang menyebabkan pikirannya tidak jernih.

Saat dibawa meninggalkan Baiyu Shan, ingatan Lin Xiao Yan pulih sedikit demi sedikit, mulai bisa mengenali orang dan mengingat semua yang terjadi. Huang Lian terus berusaha mengalihkannya dari masalah pernikahannya dengan Huang Yu, khawatir nona ini akan batal menjadi kakak iparnya.

"Belakangan aku baru tahu dari kedua gadis Han Leng Shuang Yin, memang Zhang Laoqianbei berada di Baiyu Shan, maka kemudian kami mengantarkan Zeng Laoqianbei menemuinya," lanjut Shangguan Ru Yin.

"Dan dia tidak sempat bertemu ayahmu," kata Huang Lian pada Yan Zi. "Mereka dua orang tua sama-sama berdiam di ruang segi delapan itu, sampai kami pergi masih berada disana mengobrol dan sedikit mabuk."

"Ge, benarkah aku sudah menikah?" Lin Xiao Yan bertanya pada kakaknya. "Aku ingat, waktu itu aku dan seorang gege di atas bukit, dia memberitahuku dia ingin membalas dendam pada orang yang dipanggilnya guru itu. Kemudian aku juga ingat kami mengikuti gurunya yang galak itu berhari-hari. Kemudian... kemudian aku ingat juga aku mengenakan pakaian warna merah, ada upacara menyembah langit bumi. Sepertinya juga dengan gege yang sama, tapi aku tidak ingat benar."

"Itu adalah dage," kata Huang Lian mengacaukan ingatannya. "Kau sudah menikah dengan erge."

"Erge-mu siapa?" tanya Lin Xiao Yan.

"Erge ya erge," Huang Lian tidak berani menyebut nama. Ia juga khawatir Lin Xiao Yan akan mengingat lebih banyak dan mengetahui semuanya. Sampai disini ia berpikir, meminta Zeng Bai Feng menolong kakak ipar ini bisa jadi akan membuat sakit hati kakak keduanya.

"Kami akan menjelaskan semua padamu," Zhou Yan Zi menyuruh Lin Ji Xuan dan Qin Liang Jie pergi karena ini adalah urusan perempuan. Masalah yang terjadi pada putri Keluarga Lin ini memang tidak boleh ditutupi lebih lama. Lebih baik dijelaskan sebelum menjadi urusan besar. Mengenai kelanjutan pernikahannya dengan Huang Yu, terpaksa menyerahkan pada takdir.

Mereka menjelaskan pada Lin Xiao Yan sejauh yang mereka ketahui dan dengan singkat saja. Lin Xiao Yan ditangkap oleh Huang Zhe dan gurunya dan dimanfaatkan untuk menekan ayahnya, Lin Tong Tian, bagaimana rinciannya mereka tidak menyebutkan.

"Aku ingat," kata Lin Xiao Yan pula. "Dia baik padaku, mengajarkan aku wuqing xue dengan diam-diam, mengatakan bahwa ilmu ini nanti pasti ada gunanya. Gurunya itu, terus berlatih dan tidak suka diganggu. Maka kami sering berduaan, berlatih bersama dan... dan dia...." ia tidak berani menyebut secara rinci. "Aku... aku ingat gurunya menyuruh dia untuk membunuhku, tidak hanya sekali. Entah mengikuti perintah gurunya atau bukan, tapi malam itu dia memukul kepalaku seperti ini."

Ia meletakkan lima jari tangannya di kepala Zhou Yan Zi, mengerahkan sedikit tenaga dan menekan kepala Zhou Yan Zi. Untuk sedetik Zhou Yan Zi merasakan getaran disana, ia lekas menyingkir ke samping Xu Qiao.

"Aku mengerti sekarang," nona kecil itu berkata, ia ingat ketika Jin Shui memintanya mengacaukan ingatan Qing Yi, dan yang kemudian melakukan adalah Ma Yong Tao. "Hanya tidak tahu Huang Zhe itu mengacaukan ingatan Xiao Yan Jiejie demi kebaikan Xiao Yan Jiejie atau karena dia memang cukup kejam."

"Ha?" Huang Lian menanya. "Apa maksudmu?"

"Huang Zhe dengan sengaja mengacaukan ingatan Xiao Yan Jiejie agar tidak perlu mengingat yang dilakukan Xie Tian Hu," Zhou Yan Zi berbisik hanya pada Xu Qiao seorang, agar tidak sampai mengingatkan Lin Xiao Yan pada kejadian di markas Jianyin Bang.

"Yang sudah menyakitimu adalah dage, yang menikahimu adalah erge," Huang Lian tidak mendengar kata-kata Zhou Yan Zi, ia berkata pada Lin Xiao Yan begitu saja.

"Ha?" Lin Xiao Yan ganti menanya.

"Erge mengantarkanmu pada Lin Dabo, malah disuruh menikahimu, malah sempat menerima dua pukulan pula," kata Huang Lian lagi, "erge bersedia menikahimu demi menebus kesalahan yang dilakukan oleh dage."

"Kenapa dia melakukan itu?" Lin Xiao Yan menangis. "Aku tidak mengenal dia begitu dekat, kenapa dia...?" dalam ingatannya, wajah Huang Yu sangat samar. Ia pernah mengenal putra kedua Keluarga Huang, tetapi tidak begitu dekat.

"Dia tersentuh olehmu," kata Xu Qiao. "Lin Guniang yang dikenalnya adalah anak perempuan yang baik."

"Jadi suami palsu tidak rugi juga," kata Yan Zi, "lagipula suatu hari masih bisa jadi suami sungguhan."

Lin Xiao Yan memandangnya dengan kebingungan.

"Saat ini Huang Zhe juga sudah mati, kau tidak perlu mengingat dia lagi," tambah Yin Xiu Chen.

"Kau... bersedia memberi kesempatan pada erge kan?" tanya Huang Lian.

"Aku... aku tidak tahu," sahut Lin Xiao Yan.

"Jangan katakan kau lebih menyukai Shan Gege busuk itu," kata Zhou Yan Zi.

"Dia hanya menipuku, aku tahu itu," Lin Xiao Yan cukup paham. Ia tidak pernah benar-benar menyukai Huang Zhe. Hanya saja dirinya adalah seorang nona muda yang polos, begitu mudah ditipu dengan kata-kata manis, dan semuanya hancur ketika Huang Zhe melukainya, membuat ingatannya kacau selama berbulan-bulan. Namun ingatan yang kacau itu juga yang membuat dirinya tidak perlu merasakan sakit hati.

Jin Shui dan yang lain baru datang di hari berikutnya. Gu Chen Hui melarang Jin Shui menemui Xu Qiao dan pernikahan mereka langsung disiapkan. Pada saat yang sudah ditetapkan mereka pun menyembah langit dan bumi, menyelesaikan prosesi yang terbilang sangat sederhana.

Gu Chen Hui menyatakan perayaan besar-besaran baru akan diadakan di Baiyu Shan setelah mereka kembali nanti, pernikahan yang diadakan saat ini adalah demi meresmikan status Xu Qiao sebagai menantunya.

Jin Shui dan Xu Qiao mengikuti saja semua peraturan darinya. Di tempat itu yang ada hanya orang-orang Yumen. Mereka tidak ada mengundang orang luar.

Huang Lian memberitahu kakaknya bahwa keadaan Lin Xiao Yan sudah cukup sadar, sudah bisa mengenali orang lagi, juga sudah menyadari semua yang terjadi antara dirinya dengan putra-putra Huang Wei Qun. Huang Yu tidak berubah sedikit pun air mukanya. Dalam hatinya ada ketakutan akan kehilangan istri kecilnya, tetapi juga ada perasaan senang karena Lin Xiao Yan sudah sadar, semua ini tidak ditunjukkannya pada Huang Lian. Kemudian ia menemui Lin Xiao Yan dan membawanya ke sebuah dermaga kecil yang tidak jauh. Lin Xiao Yan mengikut saja.

"Dia sudah mati," Huang Yu berkata padanya, tanpa basa basi, "tidak akan hadir diantara kita lagi. Kau tidak perlu khawatir."

Lin Xiao Yan memandangnya, berusaha menemukan sosok di balik sorotan matanya yang nampak dingin. Ia ingat, sejak hari pernikahan itu, Huang Yu selalu bersikap hormat padanya. Namun saat tidak ada orang lain yang melihat, pernah ia menampakkan kepedihan di balik sorot mata itu. Hatinya yang beku pernah tersentuh oleh cinta, Xu Qiao tidak berdusta padanya.

"Jika dia masih hidup, aku pasti akan meminta ayahku membunuhnya," tiba-tiba Lin Xiao Yan berkata, sedikit mengagetkan Huang Yu.

"Kau tidak... tidak suka padanya?" ini adalah ketakutan Huang Yu yang paling besar.

"Dia tidak pantas," sahut Lin Xiao Yan.

"Nenekmu meminta aku menikahimu," kata Huang Yu lagi. "Saat itu aku hanya tahu, dia tidak bisa menolongmu, juga tahu kau masih ada harapan jika mengikutiku. Tentu saja aku tidak boleh mengecewakan dia."

"Ketika ayahku memberikan dua pukulan itu, apakah dia sudah melukaimu?" tanya Lin Xiao Yan pula.

"Aku pantas menerimanya."

"Mengapa kau begitu baik padaku?" Lin Xiao Yan lagi-lagi tidak bisa menahan air mata. Ia sama lemah dengan Xu Qiao jika berhadapan dengan urusan perasaan. "Kau tidak ada hutang apa pun padaku, atau pada Keluarga Lin kami."

"Aku rasa... aku tidak ingin menyiakan dirimu."

"Aku tidak bisa jadi istri yang baik."

"Aku bukan ingin mencari istri yang baik."

"Kau sungguh bersedia menerima aku?"

Huang Yu maju selangkah, mendekatinya pelahan. "Lin Guniang, kita mulai dari awal, bagaimana?" tanyanya.

Di dalam kapal sana, Jin Shui membuka kerudung pengantinnya, akhirnya menemukan wajah gadisnya itu sudah kembali seperti saat pertama kali dilihatnya tiga tahun yang lalu, juga tiga tahun kemudian. Racun leiying hua sudah lenyap tanpa sisa, keadaan fisik pun sudah pulih sepenuhnya.

Sejak mengantarkan Xu Qiao ke kapal ini dua bulan yang lalu, Jin Shui belum melihatnya lagi. Saat itu meski racun leiying hua sudah dipunahkan oleh wuqing xue tingkat tertinggi, tetapi keadaan Xu Qiao masih perlu pemulihan panjang. Jin Shui pun sedikit banyak mencemaskannya, khawatir akan terjadi sesuatu padanya. Ia pun sangat tidak tenang ketika Gu Chen Hui menyambutnya di kapal ini dan menyatakan ia tidak boleh menemui kekasihnya sampai pernikahan mereka selesai dilaksanakan.

"Kau cantik sekali," akhirnya ia berkata pada Xu Qiao. Ditatapnya wajah itu bagai tanpa berkedip. Senyuman Xu Qiao sangat memikat hatinya. Saat ini ia baru benar-benar merasa lega karena masalah sudah lewat dan ia bisa menyaksikan gadisnya dalam keadaan tidak kurang suatu apa.

"Daniang sangat menyayangiku," kata Xu Qiao, sudah mengganti panggilan terhadap Gu Chen Hui karena ia sudah resmi menjadi menantu. "Sejak dia menyusul kami waktu itu, dia terus memberiku ginseng, sup sarang burung, jamur lingzi, dan entah apa lagi. Dia hampir membuatku jadi nona gemuk."

"Nanti saat kau hamil, dia pasti akan membuatmu jadi nyonya gemuk sungguhan," kata Jin Shui tanpa malu lagi.

"Siapa mau jadi nyonya hamil gemuk?" Xu Qiao menundukkan kepala. Wajahnya yang memerah terlihat sangat menawan di bawah cahaya lilin-lilin merah. Jin Shui menyentuh pipinya, mengangkat wajahnya, kemudian menciumnya. Ciuman yang amat lembut, Xu Qiao merasakan kebahagiaan yang sangat besar.

Diluar sana malam semakin pekat, bulan tertutup awan. Sebagian dari mereka yang menyaksikan pernikahan hari ini tidak ingin pergi tidur, sebagian lagi mulai mabuk.

Huang Yu masih bersama Lin Xiao Yan di dermaga kecil. Li Qian dan Huang Lian membakar ayam hutan di tepi sungai. Shangguan Ru Yin mendadak mengidam ingin makan tanghulu dan Qin Liang Jie dengan rela lantas pergi mencarikannya bersama Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou. Liao Xian dan Yi Xiu Chen duduk di atas pohon dan mengobrol disana. Zhu Bai Que dan Ma Yong Tao yang masih belum pulih dari lukanya berjalan-jalan di sekitar tepian sungai. Zu Ye Niang berjaga di atap geladak, membawa seguci arak bersamanya. Gu Chen Hui mengawasi kejauhan dan berusaha mengingat banyak hal yang pernah dialaminya di masa lalu.

Lin Ji Xuan mengendap-endap di depan kamar Jin Shui dan Xu Qiao, hendak memasang telinga disana. Lilin belum dimatikan dan Jin Shui masih terdengar berbicara, tetapi Lin Ji Xuan tidak sempat mendengar apa yang sedang dikatakannya. Seseorang sudah muncul di belakangnya, langsung menarik telinganya dengan keras. Ia hendak berteriak, tapi sebuah tangan kecil lebih dulu menutup mulutnya.

Satu tangan kecil lainnya menariknya keluar, sampai ke geladak, kemudian terus menariknya turun ke tepian sungai. Lin Ji Xuan hendak melepaskan diri, tetapi di depan hidungnya entah sejak kapan sudah bertengger seekor laba-laba sebesar setengah kepalan tangan orang yang menariknya. Ia baru sadar pemilik tangan kecil itu adalah Zhou Yan Zi, si tukang racun kecil. Tentu saja ia tidak berani bertindak sembarangan.

"Putra Keluarga Lin yang terhormat, kenapa kelakuannya macam berandalan kecil tidak pernah mendapat didikan baik-baik?" Zhou Yan Zi mengomel padanya, baru berani memperdengarkan suara setelah keluar dari kabin dan yakin Jin Shui tidak akan mendengar.

"Kau setan racun kecil, kenapa mencampuri urusanku?" tanya Lin Ji Xuan.

"Tidak mencampuri urusanmu mesti mencampuri urusan siapa lagi?" si nona kecil menarik Lin Ji Xuan ke arah hutan kecil. Li Qian dan Huang Lian, juga Liao Xian dan Yin Xiu Chen melihat keduanya beradu mulut tetapi tidak memedulikan, hanya memperhatikan sebentar, tidak seorang pun yang lantas melerai.

Yan Zi baru melepaskan Lin Ji Xuan di tepi hutan. Anak muda itu langsung mengeluarkan kipas lipatnya dan menggunakannya untuk menyingkirkan laba-laba besar di wajahnya. Ia tidak ingin berkelahi dengan seorang nona kecil, lantas membalik badan dan hendak kembali ke kapal.

"Berhenti!" perintah Zhou Yan Zi.

"Aku ada urusan mendadak, tidak bisa menemanimu." Lin Ji Xuan hendak kabur lagi, tetapi saat itu ia merasa menginjak sesuatu yang licin, nyaris ia terlambat mengangkat kaki. Ketika melihat ke tanah, nampak olehnya ada sesuatu yang bergerak-gerak di antara rerumputan.

"Ada beberapa teman disini, ingin berkenalan dengan Lin Shaoye," kata Yan Zi.

Lin Ji Xuan terpaksa diam di tempat, tidak berani kabur lagi. Ia tahu reputasi orang Wansui Gu, mampu mengundang hewan-hewan berbisa dan mengendalikannya. Zhou Yan Zi adalah kesayangan Zeng Bai Feng, tidak aneh kalau ia pun ada kemampuan yang sama.

"Celaka," katanya, "diantara para pewaris Yumen, hanya aku Lin Ji Xuan sendiri yang belum ada kekasih, karena dulu aku juga terlalu sibuk menolak jodoh yang diatur oleh ayahku. Masa Laotianye malah berbaik hati, menjodohkanku dengan ahli waris tukang racun nomor satu di kolong langit?"

"Lalu?" tanya Zhou Yan Zi.

"Kau hanya seorang nona kecil, masih lebih muda dari Liu Xin. Paling banyak baru lima belas tahun," Lin Ji Xuan mengoceh lagi, "tetapi aku Lin Ji Xuan juga baru delapan belas tahun. Kalau dihitung-hitung, usia kita tidak beda jauh juga. Para pewaris Yumen sudah punya pasangan, kecuali aku. Jika kau nona kecil tertarik menjadi calon istri pelindung Yumen, memang pilihanmu hanya aku."

"Kau jangan bicara sembarangan," kata Zhou Yan Zi. "Siapa yang tertarik pada putra Keluarga Lin yang reputasinya sudah begitu terkenal busuknya?"

"Seorang nona yang suka bermain dengan binatang kecil busuk," sahut Lin Ji Xuan sambil tertawa. Agaknya ia mengganggu Zhou Yan Zi agar si nona kecil itu mau melepaskannya. Tetapi ia melihat rumput di sekitarnya masih bergerak-gerak, menandakan hewan-hewan beracun di bawah kendali si nona kecil masih ada disana.

"Rupanya kau mau aku melepaskanmu?" Yan Zi menyadari siasatnya. "Baiklah, kau ingin aku melepaskanmu, aku malah ingin mengajakmu bermain-main disini. Kau putra Keluarga Lin yang selalu menolak dijodohkan oleh ayahmu dan suka menakuti anak gadis, bagaimana kalau hari ini kawan-kawan kecilku ini yang menjodohkan kita dan aku yang menakutimu? Aku Zhou Yan Zi memang tertarik menjadi bagian dari Yumen, lalu memangnya kenapa?"

Suara petikan alat musik pipa terdengar samar di kejauhan. Jin Shui di dalam kamar juga mendengarnya. Lagu yang dimainkan ia tidak asing. Orang yang memainkan lagu itu pernah membawa Xu Qiao meninggalkannya tiga tahun yang lalu, tetapi tentu ia tahu orang itu tidak akan bisa membawa Qi Xiao meninggalkannya sekali lagi.

"Erniang-mu sudah datang," katanya pada Xu Qiao. "Bagaimana kalau kita menemui dia sebentar dan meminta restu."

Xu Qiao mengangguk. Jin Shui menggenggam tangannya, membawanya keluar dari dalam kabin. Gu Chen Hui masih ada di geladak, Li Qian dan Liao Xian juga sudah berada di sisinya. Suara petikan kecapi di kejauhan itu nampaknya mereka pun cukup paham maknanya.

"Tidak apa-apa," kata Jin Shui. "Kebetulan aku dan Qiao-er juga ingin menemui orang ini."

"Pedangmu," Gu Chen Hui mengulurkan xuanlong jian padanya. Jin Shui menolak dengan halus.

"Tidak perlu," katanya. "Ini hari bahagia kami, tidak akan berkelahi dengan orang."

Gu Chen Hui tidak memaksa. Ia tahu, dengan kemampuan Jin Shui sekarang, tidak akan ada yang mampu menyulitkannya meski ia tidak membawa senjata dan masih harus melindungi pengantin mungilnya.

Jin Shui dan Xu Qiao berjalan dengan santai, menemui Bao Xin Fei yang duduk menunggu di sebuah tempat pemberhentian. Permainan pipa langsung berhenti ketika mengetahui orang yang ditunggunya sudah datang. Ia berdiri, sedikit tidak menyangka Jin Shui akan datang hanya membawa Xu Qiao seorang.

"Erniang," Xu Qiao langsung berlutut dan memberi hormat satu kali pada Bao Xin Fei. Jin Shui mengikutinya dengan membungkukkan badan. Mereka sudah menikah, maka bagi Jin Shui, bagaimana pun Bao Xin Fei adalah ibu mertua.

"Yuemu," ia memanggil ibu mertua.

Bao Xin Fei menghadapi mereka dengan air muka dinginnya yang biasa. Ia tidak menghalangi, tetapi juga tidak nampak menerima seorang ketua aliran sesat sebagai menantu sah. Pernikahan Jin Shui dan Xu Qiao bagaimana pun adalah pengaturan istrinya Wu Yao Wei seorang, bukan dengan persetujuan pihak keluarga pengantin perempuan dengan adat yang seharusnya.

"Erniang, kami tidak berhasil menemukanmu di Huofeng Lou, terpaksa mendahului menyelesaikan upacara pernikahan tanpa lebih dulu meminta restu padamu," kata Xu Qiao. "Xiao Qiao sudah memutuskan akan bersama Jin Shui Gege selamanya, mohon Erniang bersedia merestui kami."

"Seorang ketua Yumen, barusan sudah memberi hormat pada Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei, istri mudanya majikan Huofeng Lou, hal ini jika diketahui orang luar, apa tidak takut akan menurunkan derajatmu yang agung?" tanya Bao Xin Fei dingin. "Sayang sekali, aku tidak bisa melihat peristiwa langka ini dengan mataku sendiri."

"Bagiku Anda adalah ibu mertua, memberi hormat juga sudah seharusnya," kata Jin Shui tenang. "Mohon ibu mertua memberikan restu."

"Erniang, kenapa tidak bisa melihat sendiri?" Xu Qiao merasa ada yang aneh dengan kata-kata terakhir Bao Xin Fei tadi. Baru disadarinya sebentar kemudian, kedua mata ibu mudanya ini kosong belaka. Ia sudah kehilangan penglihatan.

"Aku sudah dilukai oleh orang sehingga selain buntung tangan, sekarang jadi orang buta pula," Bao Xin Fei berkata tanpa menyebut siapa yang melukainya, "jika ayahmu di atas sana mengetahuinya, bisa jadi dia sudah tidak inginkan istri mudanya lagi dan kau tidak perlu lagi memanggil erniang padaku."

"Erniang, kau selamanya adalah erniang," kata Xu Qiao yakin. Didekatinya Bao Xin Fei, menggenggam lengannya yang tinggal satu itu. Bao Xin Fei memang bukan ibu kandungnya, tetapi adalah ibu yang pernah membesarkannya selama tiga tahun, mengantarkannya pada kedewasaan. Meski dulu pernah tidak disukainya, tetapi kini adalah satu-satunya anggota keluarga yang masih hidup. "Erniang, Huofeng Lou sudah tidak ada. Kau ikut aku saja ke Baiyu Shan, bagaimana?"

"Kau tahu aku Bao Xin Fei selamanya tidak pernah bergaul dengan aliran sesat," si nyonya masih menyahut dengan dingin. Ia melepas pegangan Xu Qiao dan melangkah menghampiri Jin Shui. Xu Qiao sedikit cemas ibu mudanya itu akan berkelahi dengan Jin Shui, tentu saja, tapi Jin Shui diam-diam memberi isyarat agar tetap tenang.

Bao Xin Fei mengulurkan lengannya yang hanya tinggal satu, menghantam bahu Jin Shui dengan kekuatan yang tidak ringan. Jin Shui hanya diam di tempat, menerima saja serangan itu. Hanya satu pukulan, dan sudah cukup mengagetkan Bao Xin Fei. Bukan hanya Jin Shui tidak terluka, bahkan pukulan ditahannya tanpa kesulitan. Ia menyadari, barusan jika Jin Shui membiarkan pukulan itu berbalik mengenainya, saat ini ia pasti sudah terlempar entah berapa tombak jauhnya.

"Ilmumu sudah maju pesat, pantas saja sudah berani mengacau di Huofeng Lou, membunuh banyak orang dan menyebut diri sebagai ketua Yumen yang baru," si nyonya baru menarik nafas sudah bicara lagi. Saat itu ia merasakan sesak di dadanya. Lukanya akibat berkelahi dengan Huang Zhe tempo hari baru saja sembuh, sebenarnya ia tidak mampu jika berkelahi dengan tokoh yang setingkat dirinya. Ia menahan sebisanya, Jin Shui pun tidak berani turun tangan membantu karena khawatir si nyonya keras kepala ini akan menebas lengannya yang tinggal satu atau malah bunuh diri disitu.

"Kekacauan dan pembunuhan selama beberapa bulan ini dilakukan oleh Yumen Mo Wang palsu," Jin Shui berkata dengan tetap tenang, "pedang milikku sudah dicuri oleh orang, kemudian orang ini menggunakannya untuk membunuh. Mengenai siapa orang ini, kuyakin Yuemu mengetahui sama jelasnya dengan kami karena juga sudah bertemu langsung. Jin Shui sungguh menyesal karena tidak mampu menghalangi jatuhnya korban, tetapi pembunuh ini kami sudah membereskannya."

"Erniang, kau juga sudah bertemu langsung dengan pembunuh itu, tentu kau tahu dia tidak sejalan dengan Jin Shui Gege," Xu Qiao ikut menjelaskan.

"Pasti Mu Cai Sheng yang sudah memberitahumu, aku masih hidup," sahut Bao Xin Fei lagi. "Benar, memang aku masih hidup, tetapi sudah buta dan terluka parah. Semua karena orang-orang Yumen Jiao."

"Xu Furen, kami terpaksa mengganggu ketenangan di Huofeng Lou, Jin Shui mohon maaf," Jin Shui berkata.

"Dunia persilatan akan mendengar masalah ini, Yumen Jiao yang baru saja bangkit kembali sudah menyebabkan banyak kematian," kata Bao Xin Fei lagi. "Saat ini sudah banyak kabar yang tersebar. Bagaimana pun kalian berusaha menutupi, busuknya bangkai akan tetap tercium juga. Aku Bao Xin Fei tidak berminat membantu menjelaskan apa pun."

"Erniang...." Xu Qiao memprotes.

"Terima kasih atas petunjuk Yuemu," Jin Shui malah berkata, "Jin Shui akan segera menyelesaikan masalah ini. Aku sendiri yang akan memberi penjelasan pada orang-orang yang sudah kehilangan keluarga atau saudaranya."

Bao Xin Fei diam-diam memberi peringatan pada Jin Shui, tidak bisa menyelesaikan masalah hanya dengan menutupi kematian para korban. Mesti bertanggung jawab penuh jika masih inginkan Yumen kembali berjaya. Xu Qiao sedikit terlambat memahaminya. Mendengar kata-kata Jin Shui, baru ia merasa lega.

"Aku kira Erniang sungguh...." suaranya terputus-putus.

"Anak bodoh, dulu aku pernah katakan padamu, Huofeng Lou akan selalu menerimamu kembali," Bao Xin Fei menyambung tanpa berubah nada suaranya. "Tetapi saat ini Huofeng Lou sudah dirusak oleh orang2 aliran sesat dan aku tidak sudi lagi tinggal disana, kelak jika kau ingin menemui aku, kau pergi saja ke Haitang Jian Pai. Anak murid disana akan memberitahukan padamu, dimana kau bisa menemukan aku."

Dipeluknya Xu Qiao satu kali, kemudian ia mengambil alat musik pipa milikknya dan berlalu tanpa memandang lagi pada Jin Shui. Jin Shui hanya bisa membungkukkan badan satu kali padanya.

"Jin Shui mengantar Yuemu," katanya.

"Tidak perlu," sahut si nyonya, "jika kau tidak jaga istrimu baik-baik, aku akan datang ke Baiyu Shan mencarimu."

Mereka hanya bisa memandangi sosok Bao Xin Fei menghilang di balik kegelapan malam. Xu Qiao mendekat dan Jin Shui memeluknya. Sempurna sudah. Meski Bao Xin Fei tidak mengatakan dengan terang-terangan, tetapi ia sudah merestui mereka.

Selesai dengan urusan pernikahannya, Jin Shui langsung menulis surat yang ditujukan kepada beberapa tokoh dunia persilatan yang keluarganya atau anak muridnya ada yang menjadi korban kekejaman Huang Zhe.

Senja itu di atas tebing yang tinggi, Jin Shui berdiri memandang ke kejauhan. Mereka sudah kembali ke Baiyu Shan. Perjuangan para pewaris Yumen masih panjang, masih banyak pertentangan lain yang kelak mesti dihadapinya. Jin Shui tahu, ia harus menghadapinya.

"Pukulan yang kemarin, aku belum memperhitungkan padamu," Ma Yong Tao mendekat, langsung berdiri di sampingnya.

"Kau benar tulus padanya?" Jin Shui bertanya.

"Diantara kami ada permusuhan pada generasi yang lebih tua, sepertinya tidak akan mudah meyakinkanmu," Ma Yong Tao menjawab.

"Kalau begitu, pukulan kemarin anggap saja sebuah peringatan untukmu," sahut Jin Shui.

Beberapa waktu yang lalu Jin Shui memukul Ma Yong Tao karena emosinya meledak oleh urusan Xu Qiao, di sisi lain juga salah mengira Ma Yong Tao mendekati Zhu Bai Que demi menjalankan perintah ayahnya untuk membalas dendam.

"Kelak jika kau menyakiti siapa pun dari kami, maka aku Wu Jin Shui tidak akan mengampunimu."

"Sudahlah," Ma Yong Tao menarik nafas. Jin Shui adalah jiaozhu, tidak mengakui kesalahan di hadapannya juga tidak bisa disalahkan. "Pukulan itu aku anggap sebagai restu untuk kami. Aku akan menikahinya, menjaganya seumur hidup, tidak akan membiarkannya terluka sedikit pun. Menjadi pelindung seorang pelindung Yumen, kurasa tanggung jawab sebesar ini sudah cukup untuk menghapuskan nama Liangshan Mo Jun, bukankah begitu?"

"Kalian dulu membuat banyak kejahatan, perlu waktu yang panjang untuk mengubah nama Liangshan Liu Mo menjadi Liangshan Liu Xia (Enam Pendekar Liangshan)," sahut Jin Shui. "Seperti Yumen Jiao yang juga memerlukan waktu yang panjang untuk menghilangkan sebutan xie jiao (aliran sesat)."

"Barusan ada kabar yang dikirim oleh Liu Xin Junzhu dan Yue Long Dai, mereka sudah tiba di Dali, di luar wilayah Song, sudah jauh dari kejaran orang kerajaan," kata Ma Yong Tao.

"Pada saatnya nanti mereka mesti kembali ke zhongyuan, saat itu entah apakah Xianjing Wang bisa menerimanya kembali dan mengijinkannya meneruskan tugas sebagai pelindung Yumen," kata Jin Shui.

"Panglima Ti yang kita temui di Huofeng Lou waktu itu, dia yang diberi tugas mengejar Liu Xin Junzhu, saat ini masih belum ditarik mundur. Jika mereka hendak kembali, khawatirnya akan sulit menghindari panglima ini dan pasukannya."

"Semuanya tergantung keberuntungan mereka sendiri. Kita juga tidak bisa berbuat banyak."

Mereka memandang jauh ke lembah di bawah sana. Masih ada banyak cerita yang akan disampaikan, hari esok tidak akan ada yang tahu.

Everyone wants a happy ending, right?

Semoga akhir kisah ini cukup manis dan memuaskan bagi pembaca, dan penulis sungguh berharap kisah ini bisa diangkat ke layar kaca / layar lebar.

Masih ada kisah prekuel dan sekuel yang semuanya menjadi satu kesatuan dalam trilogi yang saling berkaitan dengan pertempuran akhir yang super keren.

Terima kasih atas dukungan semuanya dan sampai bertemu di kisah berikutnya.

Xiaodiandiancreators' thoughts