webnovel

Episode 30 : Zai Zhi Tuan Ju (Berkumpul Kembali)

Jin Shui tidak tahu keadaan Xu Qiao, akan tetapi ia terus merasakan cemas. Di dalam ruang latihan sudah beberapa kali pikirannya terpecah, masalah Xu Qiao bagaimana pun masih berpengaruh padanya. Sedangkan melatih tenaga dalam semacam ini jika pikiran tidak tenang bisa saja berbahaya bagi diri sendiri. Shu Qin berulang kali memperingatkan, namun nampaknya tidak banyak berhasil.

Berduaan bersama Shu Qin dalam ruang latihan, bagaimana pun membuat Jin Shui merasa berdosa pada Xu Qiao. Tetapi jika mengingat Xu Qiao sudah memutuskan pergi meninggalkannya, maka Jin Shui memberitahu diri sendiri, tidak bisa bersama Xu Qiao maka tidak perlu merasa berdosa apa pun.

Lima potongan kitab wuqing xue ada di hadapan mereka, ditambah tiga salinan karena milik Huang Yu yang asli sudah dicuri oleh kakaknya, milik Jin Shui dan Zhu Bai Que sudah diambil oleh Yuan Wan Cui. Jin Shui sejak lama sudah menghafalkan semua teori diluar kepala, sebenarnya ia tidak lagi memerlukan kitab itu. Namun ia sedang berusaha menguasai tingkat ketujuh, sudah lewat lima hari masih tidak ada hasilnya. Beberapa kali Jin Shui membolak-balik kembali kitab itu, berpikir keras, seakan ada bagian yang terlewat olehnya. Tingkat ketujuh wuqing xue ini memang sangat sulit dipelajari.

Shu Qin sudah membantunya, tetapi Jin Shui melarangnya mengerahkan seluruh kemampuan agar tidak sampai terluka. Melatih tingkat ketujuh bisa menggunakan bantuan shengnu, tetapi tidak dengan cara yang sama dengan melatih tingkat delapan. Shu Qin hanya sesekali membantu menyalurkan hawa murni agar penyebaran hawa dalam tubuh Jin Shui berjalan seperti seharusnya.

"Di masa lalu ada tiga orang shengnu yang membantu sampai ke tahap ini," kata Shu Qin pada Jin Shui. "Jiaozhu seorang diri sudah bisa menguasai sampai tingkat keenam, ini sudah terhitung jarang terjadi. Jiaozhu jangan terlalu memaksakan. Bagian ini sangat penting, jika pikiran tidak bisa tenang maka Anda bisa kerasukan atau terluka parah, kulihat jiaozhu masih belum siap."

"Aku masih bisa," Jin Shui berkata dengan suara tertahan. Sebenarnya ia sendiri juga tidak yakin, namun sudah sampai sejauh ini sudah tidak ada lagi jalan mundur, latihan yang sudah dimulai mesti diselesaikan secepatnya.

"Jiaozhu, waktu itu bagaimana bisa menguasai sampai tingkat keenam?" tanya Shu Qin pula.

Jin Shui tentu saja masih ingat benar. Waktu itu ia jatuh ke tangan Ma Yao Lun, orang gila pemakan mayat itu dan kedua kakinya dipatahkan hingga tidak bisa berjalan. "Aku bersama Ma Xiongdi berada di dalam lembah di Wansui Gu, kaki dalam keadaan terluka sehingga tidak bisa kemana-mana. Kecuali duduk diam melatih wuqing xue, tidak ada yang bisa kukerjakan. Karena tidak terburu-buru, malah secara lancar bisa mencapai tingkat enam."

"Tidak ada niat pasti, malahan bisa mencapai tingkat lebih tinggi," Shu Qin menganalisa dengan cepat, "Jiaozhu, melatih wuqing xue memang mesti meninggalkan perasaan. Kemarahan, kesedihan, kesenangan, semuanya mesti dilupakan untuk sementara, baru bisa meningkatkan tenaga dalam."

"Hari itu kakiku baru saja dipatahkan oleh orang, tentu saja aku masih merasa marah...." kata-kata Jin Shui terhenti.

Benar, ia memang muak bukan main karena Ma Yao Lun sudah menyekapnya berhari-hari dan membuatnya cacad, tetapi belakangan ia mendengar cerita Ma Yong Tao mengenai bagaimana ayahnya yang merupakan Liangshan Mo Jun asli itu bisa sampai jadi seorang gila pemakan mayat. Saat ia kembali melatih wuqing xue, emosi dalam hati sebenarnya sudah lenyap, kemarahan dan rasa muaknya sudah menghilang.

"Saat itu aku sudah tidak lagi ada emosi, sudah tenang sama sekali," kata Jin Shui. "Ma Xiongdi menceritakan latar belakang orang yang sudah mematahkan kakiku, bahwa orang itu adalah ayahnya. Tanpa sadar, emosi sudah lenyap, keadaan kaki juga sudah tidak dipikirkan, maka aku baru bisa dengan tenang melatih tingkat keenam."

"Nampaknya hari ini aku membantumu dengan tenaga dalam tidak akan ada gunanya," kata Shu Qin lagi, "yang paling penting adalah menenangkan pikiran, sementara melupakan semua urusan."

Sejak tadi bayangan Xu Qiao terus mengganggu Jin Shui dan ia tidak bisa menyingkirkan. Hanya menghilang sebentar saat ia mengingat cerita yang disampaikan Ma Yong Tao di Wansui Gu, kemudian muncul lagi saat Shu Qin kembali memintanya menenangkan pikiran.

"Aku akan menceritakan sebuah kisah lama padamu, mungkin bisa sedikit membantu," Shu Qin nampaknya terpikir satu cara, "tetapi selama aku bercerita, kau tidak boleh bertanya atau menyela, selama itu juga mesti terus memusatkan pikiran, membiarkan tenaga mengalir dengan tenang, tidak boleh berhenti."

"Kau bercerita, sadar atau tidak aku pasti akan mendengarkannya, maka dengan sendirinya pikiran akan terpecah dan tidak bisa melatih wuqing xue." Jin Shui tidak yakin, bagaimana bisa mendengarkan cerita sambil melatih tenaga dalam. Waktu itu ia bisa menenangkan diri dan emosinya mereda setelah mendengar penuturan Ma Yong Tao, bukan selagi mendengarkannya.

"Daripada pikiranmu terganggu oleh urusan lain, lebih baik mendengarkan suaraku," Shu Qin nampak sangat yakin, "anggap saja aku sedang bernyanyi. Meski suaraku tidak sebaik ershanzhu, tapi juga tidak seperti suara si Ci Xiong Yi Shen yang bukan lelaki perempuan juga tidak itu."

"Siapa ershanzhu?" Jin Shui malah menanya.

"Jangan bertanya," Shu Qin mengingatkannya untuk mulai memejamkan mata. "Kisah yang akan kuceritakan ini ada kaitannya juga dengan ershanzhu, juga dengan dashanzhu, majikan besar Baiyu Shan saat itu. Mungkin kau pernah mendengar cerita mengenai Tian Bian Xing dan Wumian Guniang."

Jin Shui mengangguk. Kedua nama ini pernah didengarnya dari Zhang Zhe Liang dan Xu Qiao. Mereka adalah suami istri, pemilik asli empat dari lima kitab kuno yang pernah dipinjamkan oleh Wu Yao Wei untuk menciptakan kitab kelima. Tentu saja, Jin Shui tidak pernah mendengar cerita lengkap mengenai kedua orang ini karena masa kejayaan mereka sudah lewat berpuluh tahun yang lalu.

"Wu Mian Guniang dikenal sebagai seorang iblis wanita, sedangkan Tian Bian Xing adalah seorang pendekar besar," suara Shu Qin mulai mengalir, pelahan dan teratur, seperti orang sedang bersajak, seperti orang sedang bernyanyi. "Mereka bertemu pertama kali di Baiyu Shan ini, awalnya hanya karena Tian Bian Xing suka mendengarkan diam-diam permainan musik Wu Mian Guniang. Tentu saja Tian Bian Xing tidak tahu, Wu Mian Guniang punya pendengaran yang luar biasa tajam, sejak awal sudah tahu bahwa ada orang yang selalu berdiri di kejauhan dan mendengarkan lagu yang dibawakan olehnya, memahaminya melalui lagu itu."

Jin Shui mengingat suara petikan kecapi yang terdengar di bekas markas Yumen hari itu. Suara yang begitu besar pengaruhnya bagi semua orang, suara yang membawakan satu cerita. Mungkin seperti inilah bagaimana Wumian Guniang waktu itu berkomunikasi dengan Tian Bian Xing. Ia membayangkan keduanya sebagai pasangan yang serasi.

Kisah yang disampaikan Shu Qin pelan-pelan membuatnya melupakan semua urusan lain. Tenaga dalam dalam tubuhnya pun meningkat pelahan, antara sadar dan tidak karena telinganya terus mendengarkan. Hawa hangat memenuhi tubuhnya, menyebar dan masuk ke setiap sel darahnya.

"Sayang sekali lurus dan sesat tidak bisa bersatu, kesalah pahaman antara mereka pun terjadi," Shu Qin menggeser tubuh ke belakang Jin Shui sambil terus bercerita. Ia mengalirkan hawa murni dari tubuhnya tanpa menyentuh, Jin Shui merasakan kehangatan yang membuat lancar peredaran darahnya. Tenaga yun xia shen gong memang sangat luar biasa di tangan seorang gadis yang sudah melatihnya sejak kecil. "Namun ketika dunia persilatan semua memusuhi Wu Mian Guniang, dan dia sendiri juga mengakui sudah melakukan banyak pembantaian, Tian Bian Xing tetap percaya dia punya kesulitan lain yang tidak bisa dikatakan."

Ia seakan hendak mengingatkan Jin Shui, bahwa Xu Qiao juga ada kesulitan sendiri. Akan tetapi saat itu Jin Shui sudah tidak lagi mengingat tentang Xu Qiao. Cerita yang disampaikan oleh Shu Qin sudah mengalihkan perhatiannya.

Jin Shui pun berhasil melatih tingkat ketujuh. Tenaga dalamnya meningkat pesat. Tentu saja, kali ini tidak perlu menghancurkan ruang latihan seperti ketika ia hampir saja menghancurkan gua tempatnya berada saat melatih tingkat sebelumnya.

"Shu Qin, kau keluarlah, selanjutnya aku bisa sendiri," akhirnya Jin Shui berkata. Hanya perlu meyakinkan kekuatannya sebentar lagi.

"Baiklah."

Shu Qin meninggakannya. Di luar ia menemukan Huang Yu masih mondar mandir dengan gelisah. Air mukanya langsung memberitahukan, ada urusan penting yang ingin disampaikan pada Jin Shui.

"Shu Qin Guniang," terdengar suara Huang Yu. "Ada yang mengirimkan kotak ini ke Baiyu Shan, katanya untuk diserahkan pada Jin Shui."

Huang Yu menyerahkan sebuah kotak dan menunjukkan isinya pada Shu Qin. Jin Shui masih berada di dalam ruang latihan, hanya mendengar pembicaraan mereka.

"Tanggal lima belas bulan dua, tiga bulan dari sekarang," kata Shu Qin, "melatih kitab yin shou yang zhang dalam waktu tiga bulan, bisa saja membunuh diri sendiri. Tetapi dia malah berani mengirimkan tantangan pada jiaozhu dan para pewaris Yumen, orang ini sungguh besar nyalinya."

"Xie Tian Hu sudah mengenal yin shou yang zhang dan mengajarkan padanya selama beberapa bulan terakhir," Huang Yu jelas membicarakan kakaknya, Huang Zhe. "Kitab itu hanya untuk menyempurnakan saja, karena bagian akhir kitab ini Xie Tian Hu juga tidak pernah mengetahui."

"Aku pernah membaca sedikit teori yin shou yang zhang," kata Shu Qin. "Kakakmu hendak menyempurnakan ilmu ini, jika memaksakan diri akan menjadi ilmu sesat."

"Dia mempunyai pedang xuanlong, jika menyamar sebagai Jin Shui dan menggunakan pedang itu untuk membunuh orang-orang dunia persilatan, maka dalam waktu singkat maka nama Yumen yang baru saja bangkit kembali akan hancur. Tetapi dia tidak menggunakan cara ini, malah mengirimkan tantangan," diantara tiga putra putri Keluarga Huang, yang paling cerdas adalah Huang Yu. Pemikiran kakaknya selama ini ia selalu bisa menebak, tapi kali ini tindakan Huang Zhe sedikit diluar kebiasaan.

"Memaksa orang dunia persilatan memusuhi Yumen tidak ada gunanya, kurasa dia cukup mengetahui masalah ini," kata Shu Qin. "Meminjam orang lain untuk menghancurkan kalian juga hanya akan membuatnya kehilangan musuh, tetapi tidak akan membuat orang mengenal namanya."

"Aku tahu dia menginginkan nama besar," kata Huang Yu. "Dia sangat membenci aku, dia ingin membalikkan semua yang kami miliki sekarang."

"Menantang ketua Yumen akan membuatnya langsung dikenal orang, jika bisa mengalahkan maka orang akan memujanya," sahut Shu Qin.

"Tidak akan begitu mudah," Jin Shui keluar dari ruangan. Percakapan Huang Yu dengan Shu Qin barusan ia sudah mendengar semuanya. "Hanya mengandalkan yin shou yang zhang dan xuanlong jian untuk mengungguli reputasi Yumen kita, orang ini terlalu memandang rendah."

Huang Yu memberikan kotak pada Jin Shui. Kotak itu rupanya berisi sebuah kipas putih serupa dengan yang pernah dikatakan sebagai peninggalan Liang Tian Jian Shen dan dikirimkan pada orang-orang untuk membuat mereka berdatangan ke Baiyu Shan. Akan tetapi tidak sama dengan kipas putih polos bersih, pada badan kipas ini tertulis beberapa baris huruf dengan darah yang sudah mengering.

Bai Tu Shanzhuang, Mangren Gong, Yi Wangfu, Haitang Jian Pai, Keluarga Lin dari Wuling, Huofeng Lou, nama-nama tempat yang tidak asing bagi mereka. Tempat-tempat asal para pewaris Yumen, dan Xu Qiao.

Di bagian belakang kipas juga dengan jelas tertulis, tanggal lima belas bulan dua.

"Jin Shui, masalah ini tidak bisa dianggap main-main," Huang Yu mengingatkan, "mesti hati-hati mengambil keputusan. Huang Zhe menuliskan tempat-tempat asal para pewaris, mengancam hendak menghancurkan mereka. Dia sudah ada pemikiran sendiri, hendak memecah kita. Selain kitab dan pedang xuanlong, dia masih ada banyak siasat, bukan asal bermain dengan nyawa sendiri."

"Kumpulkan semuanya di taman belakang," Jin Shui memberi perintah.

Sebentar saja semuanya sudah berkumpul di tempat yang disebutkan. Jin Shui dan tujuh pewaris lainnya bersama pasangan masing-masing yang ada. Bahkan Gu Chen Hui tidak ketinggalan, hanya bersama Ma Yong Tao muridnya.

Huang Yu menunjukkan kipas bertulisan, membacakan nama-nama tempat yang ada di atasnya. Ia juga menjelaskan sedikit pada Gu Chen Hui bahwa Huang Zhe adalah kakak kandungnya, selama ini menyimpan ambisi menjadi nomor satu dan juga kebencian padanya. Gu Chen Hui hanya tahu biar bagaimana pun ini adalah ancaman bagi Yumen. Semuanya segera bisa memahami apa yang tengah terjadi.

"Diantara kalian siapa pun yang merasa tidak tenang bisa secepatnya meninggalkan tempat ini," Jin Shui langsung memberi pada ijin pada para pewaris lain untuk kembali ke tempat asal masing-masing, "disini kalian juga tidak ada kewajiban apa pun, silakan saja."

Diantara mereka yang paling merasa khawatir seharusnya adalah Li Qian, karena ayahnya di Baitu Shanzhuang tidak akan bisa berbuat banyak jika ada musuh yang datang. Adik dan adik iparnya juga tidak bisa banyak membantu karena kali ini musuh yang akan dihadapi adalah Huang Zhe yang sudah mengambil tenaga dalam milik Xie Tian Hu.

"Selain ibukota dan Huofeng Lou, Baitu Shanzhuang juga terbilang sebagai tempat letaknya paling jauh," kata Li Qian, ia mempertimbangkan semuanya dengan cepat, "Huang Zhe hanya akan membuang waktu jika menuju kesana, kita juga akan lebih mudah menebak langkahnya jika dia sampai muncul disana. Kurasa, dia sudah memperhitungkan ini juga."

"Ayahku ilmunya sudah pulih paling tidak delapan bagian, hanya seorang Huang Zhe tidak akan menyulitkannya," Lin Ji Xuan menyambung. "Kakakmu itu tidak mungkin begitu besar nyalinya sampai datang kesana."

"Benar, jika kita semua meninggalkan puncak Baiyu Shan dan sibuk melindungi keluarga masing-masing, sama saja kekuatan kita terpecah," kata Qin Liang Jie, "jika Huang Zhe benar-benar muncul di mana pun, apakah hanya akan mengandalkan kekuatan Jin Shui, Huang Yu dan aku, kami bertiga yang tidak punya rumah ini saja untuk menghadapinya? Meskipun sudah cukup, tetapi kuyakin yang lain juga tidak ingin melewatkan."

"Masih ada aku," Zhu Bai Que berkata, "nama Haitang Jian Pai ditulis disini, akan tetapi Huang Zhe mungkin tidak tahu dahulu aku disana hanya sebagai pelayan, tidak pernah peduli dengan hidup matinya anak murid Yuan Wan Cui."

"Dia menuliskan nama-nama ini agaknya hanya ingin memecah kekuatan para pewaris," kata Ma Yong Tao, "dia hanya sendirian, masa bisa berada di enam tempat sekaligus. Kuyakin, ini hanya tipuan."

"Aku mengandalkan pesan terakhir Shui Yao Shifu baru bisa meninggalan ayahku dan bergabung dengan kalian, saat ini tidak ingin kembali kesana," Liu Xin berkata, "kediaman ayahku dijaga ketat, juga masih ada Wang Chun dan Sima Yi Sheng, kurasa Huang Zhe mesti berpikir belasan kali untuk mengacaukannya."

"Di Mangren Gong hanya tinggal pelayan, Huang Zhe juga tidak akan kesana," sambung Liao Xian, "lagipula tidak akan begitu mudah keluar masuk tempat itu, dia tidak akan menyentuhnya."

Jin Shui dan Huang Yu saling pandang. Para pelindung Yumen sebelumnya sudah memilih orang-orang yang tepat sebagai pewaris mereka, masing-masing tidak berpikir hanya untuk diri sendiri, dalam keadaan seperti ini bisa berpikir dengan tenang dalam waktu singkat bisa memutuskan dengan tepat.

"Kita akan tetap bersama," kata Huang Yu. "Hanya seorang kakakku, juga tidak akan begitu saja mencari masalah dengan menghancurkan tempat asal para pewaris. Tidak perlu khawatir."

"Bagaimana pun tetap harus melindungi tempat-tempat ini dan keluarga kalian yang berada disana," kata Jin Shui lagi, "Shu Qin, aku perlu meminjam lima belas anggota Yuzhi Shi Wu dari Baiyu Shan, masing-masing dua atau tiga orang pergi ke enam tempat yang tertulis pada kipas ini, membawa bendera pesan dan burung merpati, apa pun yang ditemukan mesti lekas mengirim pesan kembali kemari."

"Aku akan menyampaikan pada mereka." Shu Qin masih merupakan pelindung utama Baiyu Shan, para anggota Yuzhi Shi Wu masih berada di bawah perintahnya. Jin Shui menggunakan kata "meminjam" ini sama saja ia berniat mengambil para anggota Yuzhi Shi Wu untuk menjadi bagian dari kekuasaannya, memastikan posisinya sendiri sebagai penerus Yumen, juga sebagai penerus Baiyu Shan.

"Minta semuanya pergi dengan diam-diam," Jin Shui melanjutkan, "Aku masih perlu berlatih, tetapi begitu ada perkembangan, tidak peduli apa pun, kau mesti melaporkan padaku."

"Jika ada sesuatu, beritahukan saja padaku," Huang Yu berkata, mengetahui Jin Shui perlu memusatkan pikiran secara penuh. Latihan tenaga dalam tidak boleh diganggu, seharusnya tidak bisa menerima laporan.

"Ingat, semuanya mesti dilakukan dengan diam-diam," Jin Shui tidak begitu pedulikan peringatannya. "Huang Zhe saat ini mestinya masih berlatih, tetapi kita tidak tahu dia bersembunyi dimana. Yao Yao sudah menyebar orang untuk menemukan keberadaannya. Begitu ada kabar baru bertindak, kita tidak akan membiarkannya sampai lolos."

"Jin Shui," Gu Chen Hui menegur. "Ayahmu pernah berdiskusi banyak dengan Zhang Zhe Liang mengenai bagaimana melatih wuqing xue sampai tingkat tertinggi," ia memberitahu. "Mungkin, kau bisa bertanya padanya."

"Daniang, aku akan meminta petunjuk pada Zhang Laoqianbei. Orang yang sudah merebut pedang xuanlong ini aku juga pasti akan bisa membereskannya," sahut Jin Shui. "Yumen kita akan kembali berjaya, hanya seorang Huang Zhe tidak akan cukup untuk mengacau."

Jin Shui benar-benar serius, hendak menghancurkan Huang Zhe dengan sekali gerakan. Ia tahu, jika tidak diselesaikan maka Huang Zhe ini bisa menjadi musuh besar di kemudian hari. Korban yang jatuh sudah cukup banyak dan ia tidak ingin bertambah lagi. Huang Zhe bukannya menunggu sepuluh dua puluh tahun lagi, menyempurnakan ilmu dengan baik-baik lebih dulu, malah menantangnya sekarang, jelas tidak ingin memberi kesempatan pada Yumen untuk bangkit lebih dulu.

Para pewaris meninggalkan taman, Jin Shui tidak lekas kembali ke tempat latihannya. Tidak sengaja ia melihat ke arah Ma Yong Tao. Si raja iblis itu mengikuti Zhu Bai Que, ia langsung merasa ada yang tidak sewajarnya, saat itu juga langsung berniat menyelidiki. Pesan Ma Yao Lun pada Ma Yong Tao sebelum meninggal adalah tidak boleh melupakan dendam. Entah Ma Yong Tao akan turun tangan seperti apa pada Zhu Bai Que.

"Jin Shui," Huang Yu menegur, membuatnya membatalkan niat.

"Ada apa?" Jin Shui tidak inginkan kawan-kawan yang lain mengetahui pesan terakhir Ma Yao Lun yang menyangkut masalah Ma Yong Tao dan Zhu Bai Que.

"Kau sudah mengerjakannya dengan baik," Huang Yu entah memuji atau menyindir, "mengambil semua pengikut Baiyu Shan sebagai pengikut kita, di kemudian hari pasti akan sangat berguna."

Jin Shui tidak memandangnya, kata-kata yang kemudian keluar dari mulutnya, bahkan Huang Yu pun tidak pernah menduganya.

"Yang tidak sempat diraih oleh ayahku, aku pasti akan menyempurnakannya."

Jin Shui meninggalkannya, tanpa sadar langkah kaki membawanya kembali ke tepian danau kecil tempat terakhir kali ia melihat Xu Qiao. Kapal itu masih ada disana, ditambatkan di ujung dermaga tanpa ada penjaganya.

Sampai saat ini ia baru bisa mencapai level tujuh wuqing xue, belum berhasil mencapai tingkatan delapan yang tertinggi. Hari itu ketika ia memaksakan diri malahan melukai diri sendiri, Zhang Zhe Liang yang bersamanya dan memberinya petunjuk setiap saat juga sudah kehabisan akal, kemudian memintanya untuk keluar mencari udara segar sebentar.

Jin Shui sangat lelah, hatinya tidak tenang, nyaris tidak bisa menahan emosinya. Melatih wuqing xue semakin tinggi semakin tidak mudah, semakin dipaksakan malah semakin jauh dari hasil yang diharapkan. Ketua-ketua terdahulu berhasil menguasai dengan bantuan dari shengnu yang sudah terlatih, dengan menyedot tenaganya dan mengakibatkan satu nyawa mesti dikorbankan. Jin Shui berusaha menguasai dengan cara lain, namun sampai saat ini masih belum bisa memecahkan bagian terakhir itu.

Ia tidak tahu mengapa bisa tiba di tempat ini. Perpisahan dengan Xu Qiao adalah sebuah kepedihan yang tidak ingin diingatnya lagi. Dipandanginya kapal itu, seakan ada sesuatu yang menariknya kesana. Kedua kakinya sudah pulih, sekali ini ia bisa menjejakkan kaki dan langsung mendarat di atas geladak. Ia seakan tersadar saat tiba disitu, menemukan sesosok tubuh mungil juga ada di tempat yang sama.

Xu Qiao duduk memeluk lutut di atas geladak, menyandarkan satu bahunya pada pinggiran kapal. Kedua matanya terbuka pelahan ketika merasakan kedatangan orang lain di dekatnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, namun juga tidak mampu menghindar, hanya bisa menatap Jin Shui dengan sinar mata penuh kepedihan.

"Jin Shui Gege...."

Panggilan yang sangat dekat. Jin Shui merasakan desiran hebat di dadanya. Perpisahan mereka sudah berhari-hari yang lalu, membawa perubahan besar dalam hidupnya. Ia sedih, terluka, marah dan benci, semuanya sudah melebur menjadi satu, membuat pukulan yang sangat besar dalam dirinya. Baru saja memutuskan untuk mengakhiri semua perasaan itu, mereka sudah bertemu lagi. Luka yang masih belum mengering kembali terbuka.

"Kau... kenapa masih berada disini?" tanpa sadar ia bertanya, semua emosi tertahan dalam beberapa patah kata itu. "Bukankah kau bilang akan kembali ke Huofeng Lou."

"Aku...." Xu Qiao tidak ingin mengatakan yang sebenarnya. Ia menyesali diri sendiri sudah mengatakan akan meninggalkan Jin Shui akan tetapi tetap berada di Baiyu Shan ini.

Sejak dibawa ke taiyang feng oleh Gu Chen Hui beberapa kali ia keluar diam-diam, mencoba mengikuti Jin Shui, hanya bisa memandangnya dari kejauhan, mendengar suaranya atau menatap punggungnya. Gu Chen Hui mengetahui, tidak sampai hati untuk menghalanginya, hari ini Xu Qiao tidak sengaja kembali bertemu dengan Jin Shui.

Xu Qiao berusaha berdiri, berpegangan pada pinggiran kapal. Jin Shui menyaksikannya begitu lemah, untuk sesaat itu ia merasakan yang tidak sewajarnya. Ia maju selangkah, ingin sekali memeluk Xu Qiao, merengkuhnya ke dalam pelukan. Namun ia takut, sangat takut dengan penolakan. Xu Qiao tidak akan menerima pelukan itu, ia memberitahu diri sendiri. Satu kali saja Xu Qiao mendorongnya maka ia akan menerima luka yang tidak bisa disembuhkan. Harga diri yang tinggi membuat langkahnya terhenti. Xu Qiao berdiri di hadapannya, pelan-pelan mendekatinya.

"Jin Shui Gege, ijinkan aku untuk memandangmu sekali ini saja," ia berkata dengan pelan. Kata-kata yang keluar dari dasar hati terdalam. Di hadapan Jin Shui sekali ini, ia sudah tidak bisa lagi menahan diri. Kerinduan sejak berpisah hari itu sangat menyiksa, membuatnya untuk sementara melupakan keadannya yang sekarat. "Aku takut... setelah hari ini... aku tidak bisa melihatmu lagi...."

Bagi Jin Shui, kata-kata ini sama saja dengan pernyataan bahwa Xu Qiao akan meninggalkannya lagi. Perpisahan. Yang diinginkannya tetap sebuah perpisahan. Pada akhirnya yang ada hanya perpisahan.

"Kau tidak akan bisa melihatku lagi," Jin Shui berkata, masih dengan emosi tertahan, "karena aku juga tidak ingin melihatmu lagi."

Ia menangkap pergelangan tangan Xu Qiao dan hampir meremasnya. Satu tangan lain terangkat, tenaga sudah terkumpul disana dan hendak menghantam kepala Xu Qiao dengan sekali pukul. Ia masih sempat memejamkan mata satu kali, mengumpulkan seluruh keberanian untuk menanyakan pertanyaan terakhir.

"Selama ini kau bersamaku, hanya demi membalas budi, dan bukan karena cinta, benarkah?"

"Aku...." Xu Qiao tidak sanggup memberikan jawaban. Detik itu ia ingin mengucapkan cinta. Namun kata-kata yang sudah sampai di kerongkongan sama sekali tidak bisa keluar. Ia mulai kesulitan berbicara, salah satu akibat dari luka yang diterimanya. Luka yang diberikan salah satunya oleh Jin Shui.

"Aku sudah menjadi ketua Yumen Jiao," Jin Shui berkata pula. "Sesuatu yang tidak bisa kudapatkan, maka aku akan menghancurkannya sampai tidak bersisa agar orang lain juga tidak bisa memilikinya."

Xu Qiao berusaha melepaskan tangannya. Air matanya menitik, membuat Jin Shui batal menghantamnya. Untuk sesaat itu ia baru menyadari, tubuh Xu Qiao begitu kurus dan lemah, tangannya gemetar dan tidak ada sedikit pun sisa tenaga dalam. Wajahnya Xu Qiao juga sangat pucat, kedua matanya sayu. Pelan-pelan ia menarik tenaganya.

"Kau sungguh adalah Qiao-er atau bukan?" tanyanya.

Xu Qiao sudah tidak bisa menyahut, tubuhnya terkulai dan tidak sadarkan diri di pelukan Jin Shui. Jin Shui memeriksa nadinya, hampir tidak menemukan. Ia kemudian melihat di leher Xu Qiao ada bekas luka seperti jeratan, pergelangan tangannya juga masih dibalut kain, di perutnya malah masih ada bekas darah. Ia lekas menggendong Xu Qiao meninggalkan danau kecil, memanggil orang saat tiba di dekat kamarnya, dan dua pelayan perempuan muncul beberapa saat kemudian.

"Bawa nyonya kalian ke kamarku," ia menyerahkan Xu Qiao pada mereka, "tidak ada perintah dariku tidak ada yang boleh membiarkan dia keluar selangkah pun."

Kedua pelayan itu membawa Xu Qiao pergi. Jin Shui masih berdiri di tempatnya beberapa saat, pikirannya sangat kalut dan tidak tahu apa yang terjadi. Xu Qiao sudah meninggalkan dirinya, akan tetapi hari ini bisa muncul begitu saja. Keadaan Xu Qiao sekarang, samar ia ingat mengenai racun leiying hua, akan tetapi ia juga tidak tahu apakah yang dilihat barusan semua adalah nyata.

Ia meninggalkan tempat itu, pergi tanpa peduli arah, ingin menenangkan diri lebih dahulu sebelum bisa menghadapi Xu Qiao lebih lanjut. Barusan ia hampir menghantam mati gadisnya itu, ia tidak tahu apakah sudah melakukan kesalahan atau tidak.

Tenaga wuqing xue tingkat ke tujuh bergolak di dalam dirinya, tenaga dalam pemberian Mo Ying juga terasa menguasainya, ia melesat ke atas sebuah tebing dan menghancurkan sebongkah batu besar untuk melampiaskan emosinya.

Baru saja ia berhasil menguasai tenaga yang bergolak di dalam tubuhnya, dilihat olehnya Ma Yong Tao tengah memberikan sebuah seruling bambu panjang pada Zhu Bai Que di sebuah dataran berumput. Jin Shui mengenali seruling itu sebagai ba yin xiao, senjata milik Zhu Bai Que yang dipatahkan oleh Xie Tian Hu beberapa waktu yang lalu, agaknya lantas diperbaiki, atau bisa saja diganti yang serupa oleh Ma Yong Tao dan dikembalikan pada pemiliknya.

Seketika Jin Shui teringat dengan kisah Ma Yong Tao mengenai ayahnya, juga pesan terakhir Ma Yao Lun sebelum mati bunuh diri. Saat itu ia mengira Ma Yong Tao mengembalikan seruling hanya untuk kembali menjerat Zhu Bai Que sebelum menjalankan balas dendam sesuai pesan terakhir ayahnya. Penderitaan cinta Jin Shui sudah merasakannya, ia tidak ingin siapa pun dari pewaris Yumen yang lain dihancurkan oleh kekuatan yang sama.

"Ma Yong Tao! Aku tidak mengijinkanmu turun tangan pada siapa pun dari kami!" Jin Shui tidak menanya apa-apa, tidak memberi Ma Yong Tao atau Zhu Bai Que kesempatan menjelaskan sedikit pun, langsung menyerang ke arah si Liangshan Mo Jun, menempurnya habis-habisan. Emosinya meledak dan ia perlu pelampiasan.

Ilmu Ma Yong Tao sangat tinggi, ilmu Jin Shui juga sudah maju pesat dalam beberapa hari ini. Ma Yong Tao diserang begitu saja juga tidak sudi mati konyol, tentu saja mengadakan perlawanan untuk membela diri. Zhu Bai Que hanya bisa berteriak-teriak di pinggir arena, sama sekali tidak bisa mendekat.

"Hua Dage! Hentikan! Kalian kenapa berkelahi? Hua Dage! Yong Tao!"

Keduanya tidak membawa senjata, berkelahi dengan tangan kosong, beradu tenaga dalam dan jurus serta pukulan. Teriakan-teriakan Zhu Bai Que sama sekali tidak berguna. Zhu Bai Que dalam waktu singkat itu tidak mengerti sama sekali alasan Jin Shui tiba-tiba muncul dan langsung menyerang Ma Yong Tao.

"Jin Shui, apa-apaan kau ini?" Ma Yong Tao setengah mati menjaga nafasnya, Jin Shui bagai tidak memberinya kesempatan menghirup udara. "Kau kerasukan atau sudah gila?"

"Aku masih sadar." Jin Shui berteriak sambil terus menyerang. Wajah Ma Yong Tao mulai dihiasi bekas lebam terkena pukulannya. "Selagi masih ada aku, jangan harap kau bisa membalas dendam pada Zhu Guniang."

"Membalas dendam apa?" Ma Yong Tao terkena pukulan di wajah sekali lagi, sudut bibirnya nampak sobek. Ia membalas, menghajar wajah Jin Shui sekeras mungkin. "Aku sudah lama tidak ada niat membalas dendam."

Huang Yu tiba disitu sebelum Zhu Bai Que sempat meninggalkan mereka yang sedang berkelahi untuk mencari bantuan. Menyaksikan perkelahian yang seperti ini, ia menarik nafas dengan kesal. Dua orang yang sama-sama sudah mengenal ilmu silat sejak kanak-kanak, kali ini berkelahi seperti anjing dan kucing. Jin Shui nampaknya benar-benar sudah gila. Gila karena masalah cinta.

"Huang Yu, lekas pisahkan mereka," Zhu Bai Que langsung memohon padanya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, Hua Dage tiba-tiba saja datang dan memukul orang. Dia...."

"Jin Shui memang perlu dihajar sedikit." Namun Huang Yu tidak yakin Ma Yong Tao akan bisa menundukkan Jin Shui yang sekarang. Ia mengeluarkan biji-biji catur senjatanya, menyentilkannya ke arah Jin Shui, langsung ke titik darah yang berbahaya. Satu pukulan Jin Shui masih sempat menghajar dada Ma Yong Tao dengan telak sebelum ia sendiri juga jatuh ke tanah terkena hajaran senjata rahasia si pewaris Chai Lang.

Huang Yu mendekati Jin Shui, menarik bajunya dan langsung menghajar mukanya dengan satu pukulan keras. Darah segar menyembur dari mulut Jin Shui, sebagian membasahi wajah kawannya itu, namun tidak membuat Huang Yu berubah pikiran.

Zhu Bai Que mendekati Ma Yong Tao, berusaha membimbingnya berdiri. Ma Yong Tao memandang ke arah Jin Shui dengan kesal, kemudian tertawa kecil. Jin Shui benar-benar perlu dikasihani.

"Aku sudah membicarakan semuanya baik-baik dengan Que-mei," ia berkata pada Jin Shui. "Aku sudah memberi tahu semua, termasuk mengenai pesan terakhir ayahku. Beberapa hari ini sangat berat bagi kami, tetapi aku menyukai dia, dan dia juga sudah menerima."

"Apa katamu?" Jin Shui kaget bukan main mendengar kata-katanya.

"Ma Yong Tao yang tidak bisa merasakan dendam akhirnya malah jatuh cinta," kata si Liangshan Mo Jun lagi. "Kau, Hua Jin Shui, yang selama ini mengaku mengenal cinta akhirnya malah tidak bisa mencintai orang lain lagi. Sungguh, kau ini tidak sebanding denganku."

Jin Shui memandangnya tanpa bisa berkata-kata. Huang Yu menahannya, ia tidak bisa lagi bertindak apa-apa.

"Hua Dage, mohon restuilah kami...." Zhu Bai Que ikut bersuara, membuat Jin Shui semakin terpukul. Dua orang di hadapannya ini semestinya saling bermusuhan, mengapa malah bisa menjadi sepasang kekasih?

"Urusan kalian nanti saja baru dibicarakan," Huang Yu menyela. "Aku mesti membawa Jin Shui menemui Xu Guniang untuk meminta maaf."

"Meminta maaf?" Jin Shui bertanya padanya. Ia yang menjadi korban mengapa mesti meminta maaf. "Dia yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, kenapa sepertinya malah jadi aku yang bersalah?"

"Dia sudah sudah tidak bisa ditolong lagi," Huang Yu tidak menutupi lagi. "Dia terluka sejak di Wansui Gu, karena dia," ditunjuknya Ma Yong Tao, yang juga berperan hari itu, "karena aku, juga karena dirimu sendiri."

"Aku tahu, tetapi bukankah dia sudah membaik?" Jin Shui menyingkirkan cekalan Huang Yu darinya, berdiri dan mundur dengan terhuyung-huyung. "Shu Qin sudah membantunya dengan obat dan tenaga dalam dan dia sudah mulai pulih, dia sendiri yang mengatakan padaku. Dia memilih pergi karena tidak mau menjadi jiaozhu furen, karena tidak ingin terus bersama seorang ketua Yumen."

"Aku yang memintanya agar tidak memberitahukan keadaannya padamu dengan benar," Huang Yu berkata, "dia juga tahu jika dia terus dalam keadaan sakit, maka kau akan terus menjaga dan mencemaskannya. Jika dia mati, kau akan menyusulnya. Yumen kita baru saja dimulai kembali, aku tidak bisa membiarkannya. Ketika dia memutuskan meninggalkanmu, aku tidak menghalangi karena aku menganggapnya sebagai satu-satunya cara agar dia bisa pergi tanpa membawamu."

Jin Shui mengayunkan tangan, membalas pukulan Huang Yu tadi dengan satu pukulan yang sama. Huang Yu tidak membalas lagi, hanya menyeka darah di ujung bibir dengan punggung tangan. Tatapannya tetap pada Jin Shui, tidak beralih sedikit pun.

"Aku memang pantas menerima pukulan ini," katanya pula, "masalah ini sebagian besar memang karena aku. Aku sudah membuat Xu Guniang hidup tanpa harapan, mati pun akan penasaran. Aku pantas mati."

"Benar, Hua Dage," Zhu Bai Que menambahkan. "Aku, juga Liu Xin dan yang lain, kami semua sudah menyaksikannya. Xu Guniang kembali lagi ke Baiyu Shan dalam keadaan yang lemah, saat tertidur sering memanggilmu. Juga ada beberapa kali melihatmu dari kejauhan, tetapi tidak berani mendekat."

"Dan kau... malah ingin menghabisinya?" Huang Yu mendorong Jin Shui hingga jatuh ke tanah. "Kau ini manusia atau bukan?"

Jin Shui tidak lekas bangun. Sekali lagi, ia terpukul. Yang mana mimpi, mana kenyataan ia sudah sulit membedakan. Xu Qiao. Xu Qiao-nya. Benarkah Xu Qiao-nya terluka? Sakit di hati karena perpisahan tidak sebanding dengan sakit yang dirasakannya saat ini. Jika benar Xu Qiao-nya terluka, maka pertemuan di kapal barusan akan menambah luka, boleh dibilang adalah hukuman mati baginya.

"Kenapa kau... baru memberitahukan padaku sekarang?" ia tidak juga berdiri. Dunianya berputaran tidak karuan. "Kenapa... kenapa kalian tidak sekalian menyimpannya sampai mati?"

Huang Yu tidak ingin berdebat dengannya. Jin Shui perlu sedikit waktu untuk menerima kenyataan sekali lagi. Ia mengebaskan lengan dan berlalu. Zhu Bai Que memapah Ma Yong Tao, juga meninggalkan tempat itu. Bunyi gemuruh terdengar di langit. Hujan turun, dengan cepat menjadi deras, mengguyur tubuh Jin Shui dan merendamnya dalam lumpur.

Tidak seorang pun yang melihat Jin Shui sampai hujan mereda. Ia muncul di depan kamarnya saat langit sudah gelap, dalam keadaan basah kuyub, wajahnya berantakan, tatapan matanya nampak sangat mengerikan.

Liu Xin dan Zhou Yan Zi berada disitu. Liu Xin langsung memberi isyarat pada Zhou Yan Zi, si nona kecil itu pun lekas berlari pergi memanggil Huang Yu. Pertemuan kembali Jin Shui dengan Xu Qiao di danau kecil, kemudian juga perkelahian dengan Ma Yong Tao siang tadi mereka sudah mendengarnya. Jin Shui yang ada sekarang tidak sama dengan Jin Shui yang mereka kenal, bahkan Liu Xin pun merasa ngeri, ia lekas menutup pintu.

Jin Shui berhenti di depan pintu kamar, berusaha menemukan sosok Xu Qiao di dalam sana. Dia masih hidup, ia memberitahu diri sendiri. Masih hidup, tetapi tidak tahu masih punya waktu berapa lama. Sejak di kapal itu keadaannya sudah begitu lemah, Jin Shui khawatir kedatangannya akan membawa pukulan lain baginya, menakutinya, membuatnya terluka lebih dalam.

"Hua Gege, biarkan dia tenang dulu," katanya memohon, "keadaannya sudah seperti ini, dia tidak akan mampu menghadapimu lagi...."

"Tidak mampu menghadapiku?" Jin Shui memandangnya dengan tatapan aneh. "Dia begitu mencintaiku, saat ini yang paling diharapkan adalah bertemu denganku. Aku juga sama, begitu mencintainya, mana mungkin mencelakainya?"

Huang Yu tiba disitu, bersama Zhou Yan Zi dan juga Li Qian. Liu Xin menahan di depan pintu, Jin Shui maju selangkah demi selangkah.

"Ini adalah kamarku, kau tidak bisa menghalangi aku," katanya pada Liu Xin. "Kau tahu kau bisa berakhir seperti apa. Pergilah."

"Hua Gege...."

Huang Yu memberi isyarat, Liu Xin pun terpaksa menyingkir. Bertiga mereka menjaga setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi. Jin Shui mendorong pintu dan masuk ke dalam. Liu Xin sangat tidak tenang.

"Dia tidak akan mencelakai Xu Guniang, kau tenang saja," Li Qian berkata. "Jika pukulan Huang Yu dan Ma Yong Tao tadi siang masih belum cukup untuk menyadarkannya, aku dengan senang hati akan menambahkan."

"Xu Qiao Jiejie masih belum sadarkan diri," sahut Liu Xin, "Hua Gege hampir saja membunuhnya, aku hanya khawatir jika dia mengira ancaman itu akan benar-benar terjadi... tidak tahu bagaimana reaksinya."

"Serahkan semua pada takdir," Huang Yu berkata tidak untuk menenangkan, "jika memang benar saling mencintai, tidak akan terjadi seperti itu."

Di dalam kamar, Jin Shui menemukan Xu Qiao terbaring lemah di tempat tidur, seketika ia berlutut di tepi tempat tidur, hanya berani meraih tangan Xu Qiao dan mendekapnya di dada. Gadisnya itu tertidur dengan terlalu tenang.

"Maafkan aku," ia berbisik pelan, "Huang Yu sudah memberitahukan semuanya. Aku sudah melukaimu, sejak awal sampai saat ini, tidak berhenti memberikan luka demi luka padamu. Aku... benar-benar pantas mati."

Dibelainya dahi Xu Qiao dengan ujung jari. Semua keangkuhannya lenyap sudah, kemarahan dan kebencian dalam hatinya digantikan oleh kepedihan dan rasa bersalah yang tidak tertahankan. Ia begitu mencintai Xu Qiao, seharusnya tidak rela gadisnya ini terluka sedikit saja, tetapi malahan sudah mencelakainya dengan begitu dalam. Kesalahan ini entah bagaimana ia menebusnya.

"Sadarlah," katanya lagi, "kau boleh memarahiku, memakiku, memukulku, tetapi aku tidak mengijinkanmu pergi meninggalkanku lagi karena aku juga... juga tidak akan meninggalkanmu lagi."

"Jin... Shui... Ge... Ge...." Xu Qiao tersadar pelahan. Jin Shui menggenggam tangannya, menunggu reaksinya dengan cemas. Xu Qiao mengenalinya, terdiam beberapa saat, dalam ingatannya terakhir Jin Shui meninggalkannya di atas kapal itu, mengatakan bahwa jika mereka bertemu sekali lagi maka ia akan menghancurkan sampai tidak bersisa agar orang lain juga tidak bisa memilikinya. Sebuah ancaman kematian yang terlalu kejam.

"Qiao-er...."

"Jin Shui Gege, aku bermimpi...." Xu Qiao tersenyum padanya. "Bermimpi pergi ke tempat yang jauh sekali. Tetapi kau tidak ada disana, bagaimana pun aku mencarimu aku tidak menemukannya. Apakah kau... yang menemukanku?"

"Qiao-er...."

Xu Qiao menarik nafas dengan susah payah, kata-kata selanjutnya diucapkan dengan berat.

"Tidak apa jika kau ingin membunuhku. Lagipula aku juga sudah tidak ada harapan. Lagipula, nyawaku ini sejak tiga tahun yang lalu sudah menjadi milikmu. Aku tidak akan menyalahkanmu...."

Setitik air mata Jin Shui jatuh di punggung tangan Xu Qiao. Ia tercekat, tidak sanggup memberikan jawaban. Hatinya akan merasa lebih tenang jika Xu Qiao memarahinya, menyalahkannya. Namun malah kata-kata ini yang keluar, ia baru menyadari Xu Qiao sudah bersedia menyerahkan semua padanya. Sejak tiga tahun yang lalu Xu Qiao sudah mulai mencintainya, sampai sekarang tidak pernah berhenti mencintainya dan perasaan cinta itu lebih besar daripada yang pernah dibayangkan olehnya.

"Kita bertemu lagi di kehidupan yang akan datang saja, bagaimana?" Xu Qiao bertanya lagi, membuat Jin Shui semakin terpukul. "Aku berjanji, saat itu tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kau sendiri yang tidak menginginkanku. Apa pun yang kaulakukan, aku akan berusaha menyesuaikan denganmu, menjadi pendekar besar atau pun seorang penjahat, aku akan tetap mengikutimu."

Kata-katanya mengalir dengan pelahan, suaranya pelan namun masih cukup jelas. Ia sudah mulai merasa kesulitan berbicara, tidak akan sanggup mengeluarkan suara lebih keras lagi. Di dalam hatinya ada banyak kata untuk diungkapkan, ia benar-benar takut tidak akan mempunyai waktu untuk mengatakannya lagi.

"Maafkan aku," kata Jin Shui sekali lagi. "Jika sejak awal aku tahu keadaanmu yang sebenarnya, semua ini tidak perlu terjadi. Sudah menyusahkanmu, masih bicara yang tidak-tidak padamu. Qiao-er, semuanya adalah kesalahanku."

"Kau tidak bersalah, Jin Shui Gege... selamanya tidak akan membuat kesalahan. Jin Shui Gege di hati Qiao-er adalah orang yang sempurna. Aku...."

Jin Shui mendekatkan wajah padanya, mencium bibirnya untuk menyelesaikan ucapannya. Ciuman bukan yang pertama kali, namun sekali ini adalah yang paling penuh dengan perasaan. Xu Qiao merasakan air mata yang menghangat di pipinya bukan miliknya. Ia baru tersadar, Jin Shui sudah tahu semuanya.

Huang Yu, Li Qian dan Liu Xin serta Zhou Yan Zi masuk ke dalam, menyaksikan adegan ini dengan perasaan mereka masing-masing. Lin Ji Xuan kemudian juga hadir disitu diikuti Huang Lian dan Shu Qin. Ketika Jin Shui melepaskan Xu Qiao, gadisnya itu juga sudah menitikkan air mata, namun senyumannya masih sempat mengembang tipis. Kemudian ia pelan-pelan memejamkan mata, kembali terlelap dalam tidurnya.

Yan Zi lekas maju memeriksanya. Xu Qiao sangat lemah, tetapi tidak dalam keadaan berbahaya. Asalkan masih hidup maka masih ada harapan. Menurut petunjuk dari dashanzhu yang disampaikan oleh Gu Chen Hui, kemungkinan Jin Shui akan bisa menyelamatkannya. Namun kemungkinan ini tidak besar, ia khawatir hanya akan membuat Jin Shui kecewa sekali lagi.

"Dia tidak akan apa-apa, setidaknya untuk sementara ini," katanya. "Jin Shui Gege, kau mesti lekas menguasai wuqing xue sampai tingkatan terakhir." Ia masih memanggil dengan cara yang sama dengan Xu Qiao.

"Apa?" Jin Shui menanya.

"Menggunakan wuqing xue tingkatan tertinggi, ditambah beberapa jenis obat pemulih tenaga yang terbaik, mungkin akan bisa menyelamatkannya, hanya saja...." ia agak ragu mengatakan yang selanjutnya, "hanya saja laofuren bilang cara ini kemungkinan bisa melukai dirimu sendiri dan perlu waktu lama untuk memulihkan. Ditambah lagi, kemungkinan berhasil juga hanya tiga bagian."

"Kau ini memberi harapan sekalian menjatuhkan, sebenarnya bagaimana?" Lin Ji Xuan bertanya padanya, sedikit kebingungan.

"Shijie masih ada harapan. Masih ada harapan." Huang Lian juga berkata sendiri.

"Jin Shui Gege... jika sampai gagal, apakah kau akan menghukumku?" Zhou Yan Zi memandang Jin Shui dengan cemas. Liu Xin ada mengatakan bahwa Hua Jin Shui ini sudah tidak sama dengan yang mereka kenal, meski barusan ia melihat Jin Shui sudah kembali seperti semula, namun hatinya masih belum cukup tenang.

"Tidak akan gagal," Jin Shui berkata. Wuqing xue tingkatan tertinggi belum berhasil ia kuasai, tetapi ia tahu pasti akan sanggup memecahkannya. "Qiao-er... masih punya waktu berapa lama?"

"Itu... aku juga tidak tahu," Yan Zi tidak mampu memastikan, "tergantung semangatnya sendiri untuk bertahan," lanjutnya. "Tetapi yang jelas, dia sudah kehilangan seluruh tenaga dalam dan mulai sulit berbicara. Lidah sudah tidak bisa membedakan rasa, nantinya jika pendengaran sudah mulai bermasalah maka yang selanjutnya adalah penglihatan. Kehilangan dua indra ini, tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain, juga hanya bisa berbaring di tempat tidur, masih hidup juga sulit dibayangkan seperti apa perasaannya."

Yang lain saling pandang. Tidak bisa mendengar, melihat dan berbicara, siapa yang bisa bertahan hidup dengan keadaan seperti itu? Jin Shui mundur selangkah. Keadaan Xu Qiao lebih parah daripada yang dibayangkan. Masih hidup, tetapi tidak lebih baik daripada langsung mati. Tidak, ia tidak akan membiarkan Xu Qiao hidup dalam keadaan seperti itu.

"Jiaozhu," Shu Qin menegur, mengingatkannya. "Biarkan aku membantumu. Kau ingin menghapuskan mengenai shengnu, bolehkah aku menjadi shengnu yang terakhir dalam sejarah Yumen Jiao?"

Jin Shui beralih memandangnya sesaat. Sedetik itu, Shu Qin baginya adalah satu harapan lain. Namun ketika ia memandang kembali pada Xu Qiao, ia tahu Xu Qiao juga tidak akan merelakannya mengorbankan satu nyawa lain.

Melatih tingkat ke delapan wuqing xue tidak cukup hanya menenangkan pikiran dan berkonsentrasi. Sesuai dengan sifat ilmu ini yang memanfaatkan tenaga dalam orang lain, maka melatih tingkat ke delapan mesti menerima tenaga dalam yang sudah dilatih oleh seorang shengnu selama belasan tahun. Sebuah cara yang sesat luar biasa karena selain caranya yang tidak wajar juga karena akan mengorbankan satu nyawa.

Jin Shui kembali menemui Zhang Zhe Liang di ruang segi delapan, berharap orang tua itu masih bisa memberinya petunjuk yang lain.

Ia memberikan sebotol obat yang dibuat khusus oleh Zhou Yan Zi pada Zhang Zhe Liang. Obat ini tidak sama dengan huanming yao yang begitu keras, tentu saja. Obat itu bisa mengembalikan kesadaran Zhang Zhe Liang sepenuhnya, memberinya kesempatan menikmati hari tua dengan tenang.

Zhang Zhe Liang sudah terluka dalam terlalu lama. Selama ini ia bergantung pada huanming yao menjaga ilmunya namun merusak yang lain. Obat ini bekerja sebaliknya. Pikirannya tidak lagi kacau, ia juga tidak perlu khawatir setelah bangun tidur akan lupa segalanya. Namun tenaga dalamnya yang mestinya sudah sejak lama lenyap itu pelan-pelan akan memudar dan ia akan kembali seperti orang biasa.

Saat Zhang Zhe Liang yang dalam keadaan sadar seperti ini, baru Jin Shui bisa mengharapkan bantuannya untuk memahami tingkatan tertinggi wuqing xue. Zhang Zhe Liang memahami karakter ilmu andalah Yumen ini melebihi Gu Chen Hui, karena bertahun-tahun yang lalu ia pernah mendiskusikannya panjang lebar dengan Wu Yao Wei, berharap bisa mencapai tingkatan akhir tanpa seorang shengnu.

"Awalnya wuqing xue memang hanya diciptakan sampai tingkat ke tujuh oleh seorang tokoh bernama Yi Wen Quan. Tidak banyak orang yang mengenal tokoh ini, tetapi dia adalah seorang yang sangat cerdas dan sangat menyukai segala jurus silat maupun tenaga dalam," Zhang Zhe Liang menuturkan pada Jin Shui sesuai yang pernah didengarnya dari Wu Yao Wei. "Yi Wen Quan baru menikah dan mengangkat murid saat sudah berusia lanjut. Ia hanya mewariskan wuqing xue pada muridnya, sedangkan putrinya mempelajari ilmu lain, sebuah ilmu yang hanya bisa dipelajari oleh kaum perempuan."

"Yun xia shen gong," Jin Shui menebak.

"Waktu itu ilmu ini belum ada namanya, karakternya juga masih sedikit berbeda dari yun xia shen gong yang sekarang," sahut Zhang Zhe Liang. "Ilmu ini kabarnya diciptakan oleh seorang selir istana yang menghabiskan hidup tanpa pernah bertemu dengan kaisar. Mengenai bagaimana Yi Wen Quan bisa mendapatkan ilmu ini dan memberikan pada anak perempuannya, tidak ada yang tahu."

"Yi Wen Quan apakah tidak mengetahui bahwa ilmu ini punya sifat negatif yang kuat, juga bisa merusak badan?" tanya Jin Shui.

"Kurasa, dia hanya melihat bagian depan kitab yang menyatakan bahwa ilmu hanya boleh dipelajari oleh kaum wanita, lalu begitu saja menyerahkan pada putrinya," Zhang Zhe Liang juga tidak mengetahui dengan lengkap karena penuturan Wu Yao Wei belasan tahun silam juga tidak banyak. "Salah satu murid Yi Wen Quan yang bernama Wu Shao Yang kemudian diketahuinya sangat menyukai putrinya, maka Yi Wen Quan sebelum meninggal sempat menjodohkan murid dan putri ini."

"Wu Shao Yang?" Jin Shui mendengar marga orang ini sama dengan ayahnya, "apakah dia adalah leluhurku?" tanyanya.

"Benar. Wu Shao Yang dibelakang hari merupakan pendiri Yumen," sahut Zhang Zhe Liang pula. "Dia sudah mewarisi semua kemampuan gurunya, kemudian mulai mengumpulkan pengikut. Orang ini punya wibawa yang luar biasa, siapa pun tunduk padanya. Belum lagi ia sudah berhasil melatih wuqing xue tingkat ketujuh ajaran gurunya saat usianya masih sangat muda. Tokoh tua mengaguminya, yang muda menghormatinya."

Jin Shui mendengarkan. Tanpa sadar dalam hatinya ada sedikit perasaan senang. Ia mempunyai leluhur yang luar biasa, bahkan Zhang Zhe Liang pun nampaknya sangat hormat dalam menyebut nama leluhurnya itu.

"Wu Shao Yang tidak lekas menikahi putri gurunya. Ia memuja perempuan itu bagai seorang dewi, sekaligus juga takut padanya karena perempuan ini jelas ilmunya lebih tinggi meski tidak pernah menunjukkan di depan orang lain." Zhang Zhe Liang menarik nafas. "Wu Shao Yang sudah berjanji pada diri sendiri, tidak akan menikahi putri gurunya secara sah sebelum bisa mengalahkannya. Tetapi, usia kedua orang ini lama-lama tidak muda lagi. Mereka bertanding setiap tahun, di tahun terakhir itu calon istrinya sengaja mengalah dan mereka pun menikah. Di saat yang sama Wu Shao Yang juga secara resmi menjadi pimpinan tertinggi aliran bentukannya sendiri yang kemudian dikenal dengan nama Yumen Jiao (Ajaran Gerbang Giok) sesuai dengan nama tempat asalnya."

Jin Shui tentu tahu. Yumen Jiao atau aliran pintu neraka aslinya bernama yumen jiao atau aliran pintu giok. Kedua huruf yu ini sama bunyinya, tetapi penulisannya dan artinya jauh berbeda. Sebutan yumen yang berarti pintu neraka baru muncul saat masa kekuasaan Wu Yao Wei, akibat kekejamannya dan sepak terjangnya yang menyebabkan permusuhan dengan mereka yang mengaku dari aliran lurus.

"Di malam pengantin, nyonya ketua memberitahukan pada suaminya, sebenarnya ilmu yang dipelajarinya lebih tinggi dari wuqing xue, sayang hanya bisa dikuasai oleh kaum perempuan yang masih suci, saat sudah menjadi istri orang maka dengan sendirinya ilmu akan berkurang jauh," lanjut Zhang Zhe Liang pula. "Saat itu dia mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi ingin menjadi nomor satu dan sudah saatnya menjadi seorang istri yang baik, tidak sadar bahwa ucapan ini sama saja memberitahu Wu Shao Yang bahwa pada pertarungan terakhir ia sudah sengaja mengalah.

Harga diri Wu Shao Yang sangat besar, tentu saja kemenangan palsu itu ia tidak bisa menerima. Di malam pengantin itu, ia menggunakan seluruh kemampuan wuqing xue miliknya dan menyedot tenaga dalam istrinya untuk pamer kemampuan. Tetapi sekali menyedot tenaga tidak bisa lagi dihentikan. Akibatnya perempuan itu bukan hanya kehilangan seluruh tenaga dalam, tapi seketika menjadi orang cacad, lumpuh total dan hanya bisa berbaring di tempat tidur, tidak lama kemudian baru meninggal dunia."

"Shengnu yang pertama," kata Jin Shui. "Tidak disangka adalah nyonya ketua sendiri." Ia merasa sedikit ngeri. Leluhurnya pernah membunuh orang yang dicintai hanya demi pamer kekuatan dan dirinya nyaris melakukan kesalahan yang sama hanya karena salah paham.

"Wu Shao Yang sangat berduka, tetapi setelah lewat beberapa hari, ia mulai menyadari bahwa tenaga dalamnya sudah meningkat sampai dua kali lipat, wuqing xue yang sudah dikuasai sampai tingkat tertinggi ternyata masih bisa lebih hebat lagi. Saat itu ia sempat berusaha menolong istrinya dengan mengembalikan tenaga itu, tetapi tidak ada gunanya. Kemudian ia kembali mempelajari isi kitab wuqing xue, dan membaca kitab milik istrinya, berusaha mengetahui apa yang sudah terjadi."

"Hanya yun xia shen gong yang bisa menyempurnakan wuqing xue?" tanya Jin Shui. "Bagaimana dengan orang yang menguasai ilmu lain?"

"Hanya yun xia shen gong yang sudah dilatih sejak kanak-kanak," sahut Zhang Zhe Liang. "Karena sifat tenaga dalam yang bersih murni inilah yang bisa bersatu dengan wuqing xue yang juga tidak boleh dilatih dengan menggunakan perasaan. Wu Shao Yang kemudian meminta istri mudanya melatih beberapa anak perempuan untuk jadi kelinci percobaan. Kemudian setelah waktunya tiba ia meminta putranya melakukan hal yang sama seperti dirinya pada salah satu kelinci percobaan ini dan berhasil. Maka pada generasi kedua Yumen, mulai ditetapkan perempuan yang dilatih sejak kecil, agar kelak bisa membantu ketua menyempurnakan wuqing xue, terus sampai ke generasi ke sepuluh yaitu ayahmu, yang tidak bersedia mengkhianati istri demi melatih ilmu."

"Kalau begitu dalam Yumen, ilmu tertinggi adalah yun xia shen gong, bukan wuqing xue?" tanya Jin Shui. "Hanya saja karena ilmu ini hanya bisa dipelajari oleh kaum perempuan, sedangkan sepuluh generasi ketua Yumen semuanya adalah pria, maka malah diajarkan pada orang lain agar bisa dimanfaatkan?"

Zhang Zhe Liang menggeleng. "Masih ada leng qing yu hua dan yin feng nong yue," katanya. "Yi Wen Quan itu menciptakan wuqing xue berdasarkan kedua ilmu ini karena ia tidak mampu mempelajarinya sepenuhnya. Dia hanya mengambil sebagian intinya, meninggalkan sifat negatifnya, kemudian menggabungkan bersama beberapa ilmu lain seperti ketika aku menyempurnakan yin shou yang zhang."

"Leng qing yu hua dan yin feng nong yue bukannya ilmu milik Baiyu Shan?" tanya Jin Shui lagi.

Zhang Zhe Liang menggeleng. "Kitab ini aslinya tersimpan dalam markas pusat Yumen, hanya ketua dan beberapa murid utama yang mengetahuinya," lanjutnya. "Leng qing yu hua sangat sulit dipelajari dan tidak ada seorang pun yang mampu melatihnya, selama delapan generasi dia tersimpan di markas Yumen, sedangkan yin feng nong yue adalah sebuah ilmu yang hanya terdiri dari tiga jurus, meski masing-masing mempunyai perubahan yang tidak sedikit namun tidak ada orang yang menganggap ilmu ini terlalu berharga."

Jin Shui mendengarkan saja. Sejarah Yumen ternyata ada kaitannya juga dengan Baiyu Shan sendiri.

"Ketua Yumen generasi ke delapan menyerahkan kitab leng qing yu hua dan yin feng nong yue pada seorang tua bermarga Bai, yang kemudian memberikan ilmu itu pada putrinya, Wu Mian Guniang."

Jin Shui sudah mendengar, Wu Mian Guniang merupakan satu-satunya orang yang mampu menguasai leng qing yu hua dengan sempurna dan juga mempelajari yin feng nong yue dengan baik. Kedua gadis Han Leng Shuang Yin meski juga ada mempelajari kedua ilmu ini dari majikan besar Baiyu Shan, tetapi tentu saja kemampuan mereka masih jauh dari yang seharusnya.

"Wuqing xue sendiri, selama sembilan generasi sudah banyak mengalami perubahan dan penyempurnaan, tetapi juga tetap belum bisa menghapus keberadaan shengnu karena akan melenyapkan tingkat ke delapan yang kekuatannya tidak terkalahkan itu." Zhang Zhe Liang menarik nafas. "Laofu bersama ayahmu juga sudah banyak meneliti ilmu ini. Saat ini laofu mau tidak mau mesti mengakui, dahulu justru ada niat untuk tidak membiarkan ayahmu sampai menguasai tingkat tertinggi karena khawatir akan terjadi bencana."

Jin Shui cukup mengerti masalah ini. Dengan reputasi ayahnya, memang tidak boleh sampai menguasai tingkat tertinggi. "Tetapi kali ini berbeda," katanya, "wuqing xue tingkat delapan bisa digunakan untuk menyelamatkan nyawa seseorang."

"Ilmu bisa mencelakai, juga bisa menolong, tergantung siapa yang menggunakannya," sahut Zhang Zhe Liang.

Jin Shui tidak banyak membicarakan mengenai melatih wuqing xue pada Xu Qiao ketika ia menemui gadisnya itu dan menyuapkan obat padanya. Keadaan Xu Qiao tidak baik, bahkan tenaga dalam pun sudah tidak ada gunanya. Obat yang diberikan adalah obat penahan sakit, satu-satunya masih bisa mengurangi penderitaannya.

"Jin Shui Gege, kau tidak perlu menjaga aku," Xu Qiao berkata, "beberapa hari ini aku berada di tempat laofuren, dia sangat baik padaku."

"Kenapa?" tanya Jin Shui. "Kau tidak ingin bersamaku disini?"

"Jin Shui Gege baru saja memulai tugas sebagai ketua Yumen, mengurus aku yang penyakitan ini agak merendahkan kedudukanmu," Xu Qiao berkata, "Qiao-er sungguh merasa tidak enak."

"Benar, aku sudah tidak perlu lagi merawat kakiku, sudah bisa sepenuhnya memulai tugas sebagai ketua Yumen, beberapa hari ini juga ada begitu banyak yang harus diurus, sebenarnya tidak ada sisa tenaga untuk menjagamu," sahut Jin Shui. "Akan tetapi aku sudah susah payah menahanmu disini, aku tidak ingin menyiakannya, juga tidak ingin mengembalikanmu pada daniang."

"Aku ada menanyakan pada laofuren mengenai ayah dan ibumu," kata Xu Qiao, "laofuren mengatakan, karena dia dan ayahmu sudah lama menikah belum juga mendapat keturunan, sedangkan kekuasaan Yumen pada saatnya mesti diwariskan pada seorang anak laki-laki, maka sama seperti ibuku, laofuren juga meminta ayahmu mengambil istri muda. Hanya saja, karena ayahmu tidak ingin dikatakan tidak setia maka dia hanya menerima seorang pelayannya laofuren dan tidak memberikan status resmi padanya."

Jin Shui mendengarkan saja dengan tenang, ia menyingkirkan mangkuk obat dan menggunakan saputangan untuk menyeka bibir Xu Qiao.

"Laofuren mengatakan, ayahmu sudah tahu ketika ibumu mengandung, hanya karena waktu itu ada ancaman dari luar dan ayahmu khawatir akan keselamatanmu, maka ia lantas mengatur agar ibumu tinggal di tempat lain," Xu Qiao melanjutkan. "Ayahmu juga yang kemudian memberi perintah pada Mo Ying untuk menemuimu, mengajarkan wuqing xue padamu, pada saatnya baru akan membawamu kembali ke Baiyu Shan. Sebelum meninggal ayahmu juga sempat menyerahkan pedang xuanlong pada Mo Ying untuk diberikan padamu."

"Sudah tidak ada artinya lagi," Jin Shui berkata, "kau yang sudah menyakinkan aku untuk meneruskan tugas sebagai pewaris utama Yumen, aku juga menghargai Huang Yu dan yang lain, bagaimana pun tidak akan meninggalkan mereka."

Ia membantu Xu Qiao berbaring di tempat tidur dan menggenggam tangannya, belum ingin meninggalkannya.

"Liu Xin Junzhu tadi ada datang dan sempat memberitahukan padaku, Xianjing Wang mengutus orangnya sampai kemari untuk menjemputnya," Xu Qiao berkata, "apakah dia akan kembali menjadi tuan putri dan tidak bersamamu disini?"

"Dia meminta utusan itu pulang, hanya memberikan selembar surat," sahut Jin Shui, "aku juga tidak tahu apa yang dikatakan Liu Xin Meimei pada ayahnya."

"Liu Xin Junzhu mengatakan, ayahnya memintanya kembali ke ibukota karena Keluarga Huan dari Nanyang sudah mengajukan lamaran dan dia akan dijodohkan dengan Tuan Muda Huan," Xu Qiao berkata, "Tuan Muda Huan yang dimaksud apakah Huan Chao Yu, putra Huan Menzhu dari Yongjun Hui?"

"Kau juga sudah mendengar sendiri ketika Huan Jiao Zheng hendak menjodohkan putranya dengan Liu Xin Meimei," sahut Jin Shui. "Aku sungguh tidak menyangka Xianjing Wang bisa menerima lamarannya."

"Tiga belas tahun yang lalu markas Yumen dihancurkan oleh tiga aliansi Yongjun Hui, Haitang Jian Pai dan Wuyuan Dian," Xu Qiao mengingatkan, "Haitang Jian Pai sudah kehilangan banyak sekali orangnya, saat ini di Wuyuan Dian juga sudah tidak ada tokoh hebat. Akan tetapi Yongjun Hui masih ada, bisa jadi Xianjing Wang menerima lamaran Huan Menzhu demi terus menjalin hubungan baik padanya, agar pada saatnya Yongjun Hui bisa bekerja sama lagi dengan Wuyuan Dian."

"Xianjing Wang hendak mempersiapkan jika Yumen sampai menjadi aliran sesat seperti pada masa lalu dan mengancam keamanan negara," Jin Shui berkata. "Qiao-er, tidak disangka meski keadaanmu seperti ini, kau masih bisa memikir urusan politik."

"Aku hanya asal bicara saja, sebenarnya juga tidak terlalu memahami pemikiran Xianjing Wang atau Huan Jiao Zheng," kata Xu Qiao. "Ohya, Liu Xin Junzhu juga ada memberitahukan padaku, beberapa hari ini Lin Guniang sudah mulai bereaksi."

"Apa maksudnya bereaksi?" tanya Jin Shui. Ia tahu Lin Xiao Yan dalam keadaan seperti boneka, tanpa ingatan, dan menjalani upacara pernikahan dengan Huang Yu tanpa sadar. Ada luka di kepala nona itu, entah apa yang akan terjadi jika luka itu membaik dan ia mulai bisa mengenali orang lain.

"Sepertinya pada saat Huang Erge membunuh ershu, dia ada melihat begitu banyak darah dan membuatnya teringat sesuatu," Xu Qiao berkata, "Yan Zi sempat memberi saran pada Huang Erge untuk menyamar sebagai Huang Zhe demi memicu ingatannya, berharap bisa menyadarkan. Hanya saja Huang Erge tidak lantas mengerjakan cara ini, sepertinya tidak berharap Lin Guniang bisa pulih."

"Tentu saja dia tahu keadaan Lin Xiao Yan seperti ini lebih baik, setidaknya bisa makan tidur dengan normal dan tidak perlu mengingat kejadian yang tidak menyenangkan," Jin Shui berkata, "jika dia sadar, maka Huang Yu bisa saja kehilangan seorang istri, dan mesti mengembalikan pada Lin Tong Tian."

"Mereka berdua meski sudah menjalani upacara menyembah langit bumi, akan tetapi bahkan tidak tinggal bersama, Lin Guniang lebih banyak menghabiskan waktu bersama Liu Xin Junzhu, Zhou Yan Zi, shimei dan yang lain," kata Xu Qiao, "juga tidak seperti kita bisa membicarakan banyak hal seperti ini."

Kisah yang diceritakan oleh Shu Qin pada Jin Shui adalah inti dari cerita prekuel yang nanti akan diterbitkan di platform ini juga.

Tanpa Xu Qiao, memang Jin Shui akan menjadi sama seperti ayahnya yang kejam dan sesat, dan Yumen baru akan menjadi musuh dunia persilatan juga.

Mereka bertemu kembali, dan Jin Shui hampir melakukan kesalahan besar yang akan merubah seluruh hidupnya. Tentu saja, penulis tidak akan membuat alur cerita yang membuat marah pembaca.

Satu-satunya harapan Jin Shui menyelamatkan Xu Qiao adalah dengan melatih tingkatan ke delapan wuqing xue. Akan tetapi untuk ini ia juga harus mengorbankan satu nyawa lain, yang tentunya tidak disetujui oleh Xu Qiao. Bagaimana yang akan terjadi selanjutnya?

Xiaodiandiancreators' thoughts