webnovel

Episode 29 : Liang Tian Xian Shen (Mantan Dewa Langit Terang)

Mereka berlari entah berapa jam, ketika Jin Shui mulai merasakan sakit pada kakinya, mereka sudah tiba di atas salah satu tebing di Baiyu Shan. Langkah Jin Shui terhenti. Rupanya tanpa sadar ia sudah membawa Zhang Zhe Liang kemari, sesuai niatnya semula mengantarkan orang tua ini ke tempat yang lebih layak untuk menghabiskan masa tua. Akan tetapi nampaknya ia tidak akan mampu membawa lebih jauh lagi. Meski tenaga dalam Mo Ying yang ada padanya sangat hebat, namun kemampuan manusia tetap ada batasnya.

"Tempat apa ini?" tanya Zhang Zhe Liang, "sepertinya tidak asing."

"Ini...." Jin Shui cukup sadar, jika memberitahu Zhang Zhe Liang yang sekarang bahwa mereka berada di Baiyu Shan mungkin orang tua itu akan lekas menyadari, entah apa reaksinya nanti. "Menemukan tempat yang menjual arak bagus masih jauh dari sini," katanya lagi, "tetapi...."

"Tetapi apa?"

"Die, anakmu beberapa hari yang lalu dilukai orang, sehingga kaki tidak bisa dibawa lari jauh," kata Jin Shui pula. "Takutnya tidak akan bisa merayakan pertemuan kita hari ini."

Zhang Zhe Liang menghentakkan kaki. Rantai di tangan dan kakinya bergemerincing lagi. Ia menyadari rantai itu merepotkan, kemudian berusaha mengerahkan tenaga dalam dan menariknya. Tetapi dirinya sendiri yang sudah memilih rantai yang kuat, jelas tahu dengan kemampuannya tidak akan bisa memutuskan rantai itu. Jin Shui pura-pura mendekat dan membantunya. Tentu saja tujuannya bukan benar-benar membantu memutuskan rantai.

"Kau tidak ada senjata pedang, pisau atau apa?" tanya Zhang Zhe Liang. Ia mulai tidak sabaran.

"Tidak ada," sahut Jin Shui. "Tetapi ada ini," ia menunjukkan sebutir huanming yao di tangannya.

"Apa itu?" Zhang Zhe Liang rupanya tidak ingat dengan benda miliknya sendiri. Tentu saja, karena ingatannya memang terganggu dan ia yang sekarang masih menganggap diri adalah ayah Jin Shui.

"Ini adalah obat penambah tenaga," sahut Jin Shui. "Jika aku memakannya, bisa membuat tenaga berlipat dua kali dalam waktu singkat, mungkin akan bisa memutuskan rantai di tangan dan kakimu, kemudian kita bisa bersama-sama pergi dari sini dengan bebas."

"Hanya ada satu?" tanya Zhang Zhe Liang.

"Sayangnya yang ada di tanganku hanya satu," sahut Jin Shui. Ia bersiap menelan obat di tangannya.

"Berikan padaku," Zhang Zhe Liang merebutnya. Jin Shui menghindar, bersamaan juga berpura-pura menjatuhkan obat. Sesuai perkiraannya, Zhang Zhe Liang langsung menyambarnya sebelum jatuh ke tanah dan menelannya tanpa berpikir lagi. Jin Shui pura-pura terkejut.

"Die...."

"Obat semacam ini biasanya merusak badan. Biar ayahmu putuskan rantai ini sendiri, tugasmu hanya mengantarkanku. Hari ini juga kita mesti merayakan pertemuan dengan minum sepuasnya."

Zhang Zhe Liang sudah menelan obat. Ia duduk sebentar di tanah, membiarkan obat bereaksi di dalam tubuhnya. Jin Shui mengawasinya saja. Sebentar lagi ingatan orang tua ini akan kembali dan ia tidak perlu menjelaskan apa pun. Ada sedikit penyesalan dalam hati. Baru saja ia merasakan mempunyai seorang ayah, kini mesti kembali pada kenyataan bahwa semuanya hanya palsu belaka.

Sakit pada hatinya terasa pedih ketika ia kembali mengingat mengenai Xu Qiao, dadanya serasa dihantam satu benda keras, nyaris membuatnya muntah darah. Ia terpaksa duduk juga, mengatur hawa murninya dan menekan rasa sakit itu. Sangat tidak mudah untuk memusatkan pikiran dalam keadaan sekarang. Bayangan Xu Qiao terus mengganggunya. Ia sudah menyukai Xu Qiao selama lebih dari tiga tahun, mencintai dengan sepenuh hati, tentu saja ketika Xu Qiao menyatakan akan meninggalkannya, saat itu juga hatinya bagai dihancurkan sampai tidak bersisa.

"Kau tidak boleh pergi," Jin Shui tiba-tiba berkata sendiri. Darah mengalir di sudut bibirnya, menandakan ia sudah terluka dalam. "Aku tidak bisa membiarkan kau pergi begitu saja. Aku...."

"Siapa hendak pergi?" satu suara lain menjawabnya. Jin Shui baru ingat, dirinya tidak lagi sendirian disini. Masih ada Zhang Zhe Liang si dewa pedang yang sudah kehilangan ingatan itu. Orangnya sebentar kemudian sudah nampak di depannya, berdiri tegak.

"Laoqianbei...." Jin Shui mengangkat kepala. Pandangannya mengabur, susah payah ia mempertahankan diri agar tidak sampai ambruk.

"Hua Jin Shui, kau terluka?"

Ingatan Zhang Zhe Liang sudah kembali. Ia lekas duduk di belakang Jin Shui, mengalirkan tenaga dalam padanya. Ketika menyentuh punggung Jin Shui, baru disadarinya tubuh anak muda yang disukainya itu sudah panas seperti terbakar. Rupanya selama beberapa hari berendam dalam air di dasar lembah dalam keadaan patah hati, Jin Shui sudah membuat sakit diri sendiri. Selama itu ia terus menggunakan tenaga dalam demi menghangatkan badan, kemudian juga mengerahkan tenaga secara berlebihan demi membawa Zhang Zhe Liang kemari, hasilnya malah melukai diri sendiri.

"Laoqianbei, wanbei tidak apa-apa," Jin Shui berkata dengan lemah. "Hanya sakit sedikit, tidak akan mati...."

"Kenapa kau bisa sampai seperti ini?" Zhang Zhe Liang menanya. "Siapa yang sudah melukaimu?"

"Tidak ada, wanbei sendiri yang mencari penyakit," sahut Jin Shui, "Anda tidak perlu khawatir."

"Apakah aku yang sudah melukaimu?" tanya Zhang Zhe Liang lagi. "Kau barusan yang memberikan huanming yao? Bagaimana kau bisa menemukanku? Aku sudah lama tidak meminum huanming yao ini, apa saja yang sudah kulakukan?"

Jin Shui sudah tidak bisa menjawab lagi, tubuhnya terkulai lemah di tanah, jatuh tidak sadarkan diri.

Ketika sadar kembali ia sudah berada di dalam sebuah kamar yang dikenalinya sebagai kamarnya sendiri. Shu Qin ada di sisinya, menyuapkan air untuknya. Kemudian Jin Shui juga menemukan Gu Chen Hui ada disitu, nampak amat cemas.

"Shu Qin, Wu Furen...."

"Kau sudah tidak sadarkan diri selama dua hari," Shu Qin memberitahunya. "Terus menyebut nama Xu Guniang. Demammu sangat tinggi. Kami yang ada disini bahkan tidak bisa membantumu dengan tenaga dalam. Laofuren sangat khawatir, maka memintaku untuk terus menjagamu."

"Membuat Wu Furen khawatir, Jin Shui bersalah...." Jin Shui berusaha bangun, tetapi saat itu ia merasakan kepalanya sakit bukan main. Ia teringat, barusan ia bermimpi, menyaksikan Xu Qiao mengenakan pakaian pengantin warna merah, memakai mahkota dan sudah berdandan sangat cantik. Ia tidak mengenakan kain penutup wajah sehingga Jin Shui masih bisa melihatnya. Menyaksikannya turun dari tandu pengantin. Dan seseorang menyambutnya. Jin Shui tidak mengenali siapa orang itu.

Xu Qiao sudah memutuskan untuk meninggalkannya, bagaimana jika di kemudian hari ia mendengar kabar pernikahan Xu Qiao dengan orang lain? Jin Shui teringat pada murid Zhong Shao Yan, si Han Bu Dian itu, yang diketahuinya diam-diam menyukai Xu Qiao. Bagaimana jika setelah Xu Qiao pergi lantas ia bertemu dengan Han Bu Dian? Bagaimana jika Xu Qiao kemudian menyukainya? Bagaimana jika yang menyambut Xu Qiao turun dari tandu pengantin dalam mimpi itu adalah Han Bu Dian?

Jin Shui lekas memukul kepala sendiri, berusaha menyingkirkan pemikiran itu.

"Sampai sekarang kau masih memanggilku Wu furen?" suara Gu Chen Hui menyadarkannya, semua itu hanya mimpi. "Jin Shui, sudah sampai disini, ibuku juga sudah menerima kau dan para pewaris lain. Panggilan ini, kurasa sudah harus diubah."

"Jin Shui tidak berani," sahut Jin Shui. Ia duduk di atas tempat tidur, Shu Qin menahan tubuhnya yang lemah.

"Kau sungguh sangat mencintai anak perempuan itu?" Gu Chen Hui tiba-tiba bertanya padanya.

Jin Shui tidak menyahut. Mengakui bahwa dirinya pernah mencintai Xu Qiao untuk apa? Orang sudah memutuskan pergi, tidak bisa diubah lagi. Mengingat nama ini membuatnya kembali merasakan sakit.

"Apa ada yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Gu Chen Hui lagi. "Jika kau ingin aku membawa dia kemari, aku akan segera pergi menjemputnya."

"Wu Furen tidak perlu bersusah payah," kata Jin Shui. "Aku dan dia tidak ada jodoh, meski membawa orangnya kesini tapi hatinya juga sudah tidak disini. Tidak ada gunanya."

Jin Shui berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ia berada disini. Ia ingat perpisahan dengan Xu Qiao di danau itu. Tentu saja, perpisahan ini terus berada dalam ingatannya. Kemudian ia pergi ke lembah untuk menyepi. Ia ingat ia terus merendam kepala dan membiarkan diri sendiri kedinginan. Seluruh tubuhnya terasa nyeri, yang terjadi selanjutnya ia masih belum sempat mengingat lagi.

"Daxiaojie, Ma Yong Tao, Ma Gongzi dan teman-temannya sudah kembali," seorang pelayan masuk dan melapor pada Gu Chen Hui, "mereka hendak bertemu dengan Hua Shaoye di ruangan utama."

"Aku yang akan menemui mereka," sahut Gu Chen Hui, "empat anggota Liangshan Liu Mo mengejar orang yang membawa pedang xuanlong dan menyamar sebagai Jin Shui, kuharap mereka ada kabar baik."

Ma Yong Tao. Jin Shui tahu Ma Yong Tao ikut pergi mengejar Huang Zhe yang membawa pedang xuanlong dan kitab yin shou yang zhang, kemudian meninggalkan Baiyu Shan bersama Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long. Mestinya Jin Shui sendiri yang pergi memburunya dan merebut kembali pedang xuanlong, akan tetapi ia masih perlu memulihkan kedua kakinya.

"Aku juga ingin menemui mereka," kata Jin Shui.

Bertiga mereka menemui Ma Yong Tao dan yang lainnya di ruangan aula. Keadaan empat anggota Liangshan Liu Mo itu ternyata sangat tidak baik. Hanya Ma Yong Tao seorang yang masih bisa berdiri tegak, nampak sedikit kelelahan dan wajahnya tidak setenang biasanya. Sementara Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long semuanya berbaring di lantai, agaknya masuk kemari pun dengan dibantu oleh beberapa orang yang nampaknya adalah pengikut Yao Yao. Mereka bangkit dengan susah payah dan hanya bisa duduk.

"Kalian sudah menemukan pembunuh itu?" Gu Chen Hui langsung bertanya. "Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long kenapa?"

"Shifu Dajie Laoda yang baik, ini semua adalah berkat kemurahan hatimu, masa kau masih perlu bertanya?" Ma Yong Tao balas bertanya. Nada suaranya masih terhitung halus dan hormat, namun nampak kesal bukan main. "Racun yin chong dan."

"Sebelum kalian pergi aku sudah memberikan obat penawar pada Fuchang Long, semestinya cukup untuk mereka bertiga sampai kembali lagi kemari," sahut Gu Chen Hui.

"Dajie Laoda, kau memberi kami hanya satu setengah butir penawar racun yin chong dan, berarti satu orang hanya mendapat jatah setengah butir," sahut Li Bai Xun, "saat ulat perlu diberi makan kaubilang masih lama, kami masih ada waktu mengejar pembunuh dan kembali kemari dengan baik-baik. Tetapi tiga hari yang lalu racun itu bereaksi, kami berada jauh darimu, hanya mengandalkan setengah butir penawar sama sekali tidak cukup."

"Masih bagus pembunuh itu tahu diri, tidak lagi mencari korban sehingga kami masih bisa pulang kemari dengan tenang," tambah Zu Ye Niang. Hari ini ia kembali berdandan sebagai pria. "Jika dia masih membuat onar dan kami tidak menyelesaikannya, kau pasti akan menyalahkan kami. Tidak mati di tangan musuh malah mati di tanganmu, aku Zu Ye meski mati dengan rela tapi tidak bisa menyelesaikan tugas terakhir, jadinya mati dengan tidak rela juga."

"Kami baru asik mengejar pembunuh, menemukan jejaknya saja belum, tiba-tiba racun sudah bereaksi. Ulat-ulat di kepala kami ini sepertinya tidak rela berpisah terlalu jauh darimu," sambung Fuchang Long pula, "masih baik laoer langsung memutuskan membawa kami kembali kemari. Dajie Laoda, kami bertiga hampir tidak bisa menemuimu lagi."

Jin Shui tahu Gu Chen Hui mengendalikan tiga anggota Liangshan Liu Mo itu dengan sejenis racun sejak dari Wansui Gu sehingga mereka bertiga lantas mengikuti kemana-mana dan sangat patuh serta takut. Celakanya, racun itu justru kumat disaat Ma Yong Tao membawa mereka pergi mengejar pembunuh.

"Sepanjang jalan mereka kesakitan, masih baik bisa bertemu dengan anak buahnya Yao Yao Guniang, membawa mereka kembali kemari," kata Ma Yong Tao lagi. "Shifu, kami Liangshan Liu Mo sudah memutuskan bergabung dengan Yumen, harap Anda berbaik hati memberikan penawar."

"Memberikan penawar boleh saja," Gu Chen Hui mendekati ketiga anggota Liangshan Liu Mo yang masih duduk di lantai. Diperiksanya mereka satu persatu. "Sudah kesakitan selama tiga hari, yang selanjutnya masih lama," katanya tanpa emosi. "Sementara juga tidak perlu penawar."

"Wu Furen," Jin Shui mendekati Gu Chen Hui, "mengendalikan mereka dengan racun, sepertinya tidak perlu lagi," katanya. "Aku berani menjamin, Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long selanjutnya akan sepenuh hati bergabung dengan Yumen Jiao kita, juga tidak akan membuat kejahatan lagi."

"Tiga orang ini kejahatannya tidak bisa diampuni," sahut Gu Chen Hui, "memberi mereka racun bukan hanya untuk mengendalikan mereka, tapi juga untuk memberi hukuman pada mereka."

"Bicara soal kejahatan, aku yang paling parah, siapa pun tahu Liangshan Mo Jun yang suka menyiksa orang sampai cacad dan gila, sampai kemampuan bunuh diri juga tidak ada lagi adalah aku, bukan ayahku atau yang lain," sahut Ma Yong Tao. "Shifu menghukum aku Ma Yong Tao seorang saja."

Gu Chen Hui memandangnya. Selama ini ia juga tahu, Liangshan Liu Mo bebas membuat kejahatan dimana-mana karena ada Meng Po dan si Liangshan Mo Jun ini yang berdiri di belakang mereka. Meng Po asli sudah tewas di tangannya, tinggal si laoer ini. "Yin chong dan kalau kau mau bilang saja, aku dengan senang hati akan memberikan," ia langsung mengeluarkan sebutir pil dari balik bajunya.

"Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long sudah kesakitan selama tiga hari, sudah lebih dari cukup," kata Jin Shui pula, "Ma Xiongdi juga sudah pernah menolongku, anggap saja sudah tidak ada hutang dendam. Wu Furen, mohon berikan obat penawar pada mereka, Jin Shui akan sangat berterima kasih."

"Kau ingin memohon untuk mereka?" Gu Chen Hui memandang padanya. Emosinya mereda saat melihat air muka Jin Shui. Anak ini mirip dengan ayahnya. Meski bukan putra kandungnya tetapi juga ada karena dirinya. Sejak lama Gu Chen Hui ingin mengakuinya sebagai putra, hanya tinggal menunggu satu kata darinya.

"Daniang," Jin Shui akhirnya memanggilnya. "Mohon berikan penawar pada Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long."

Gu Chen Hui langsung berubah air mukanya. Panggilan ini sudah ditunggunya sejak lama. Tanpa ragu lagi, ia mengeluarkan sebuah kotak obat, menyerahkannya pada Ma Yong Tao.

"Makan satu butir setiap tiga hari. Satu bulan kemudian, racun itu sudah lenyap seluruhnya dan tidak perlu khawatir lagi," katanya. "Hari ini putraku baru saja kembali, aku malas mengurusi kalian iblis-iblis kecil. Asal tidak membuat masalah lagi maka kalian sudah bisa hidup dengan tenang."

"Terima kasih Shifu," sahut Ma Yong Tao setengah hati.

"Terima kasih Dajie Laoda, Hua Shaoxia," Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long bersahutan menyambung. Mereka sama-sama merangkak ke arah Jin Shui, bersujud beberapa kali padanya.

"Kalian lekas pergi istirahat saja," Shu Qin berkata pada mereka, "kelak masih ada tugas untuk kalian, kejahatan selama belasan tahun mesti ditebus, maka saat ini mesti menjaga nyawa kalian baik-baik agar ada kesempatan."

"Hua Shaoxia sudah menyelamatkan nyawa kami, kami pasti akan membalasnya," kata Zu Ye Niang.

"Kami bersumpah akan mematuhi Anda selamanya," sambung Fuchang Long.

"Meski mati juga rela," Li Bai Xun juga berkata.

Ketiga orang itu kemudian keluar dengan dibantu para pengikut Yao Yao. Gu Chen Hui juga meninggalkan ruangan. Ma Yong Tao mendekati Jin Shui.

"Jin Shui, Yumen Mo Wang palsu sudah membunuh beberapa orang lain yang baru meninggalkan Baiyu Shan, dengan sengaja meninggalkan jenasah mereka untuk ditemukan oleh orang-orang kita," Ma Yong Tao melapor, "akan tetapi diluar Kota Chen-an sudah tidak ada lagi jenasah yang ditinggalkan. Kata Huang Yu, dia baru saja mendapatkan kitab warisan Liang Tian Jian Shen, dalam beberapa bulan atau beberapa tahun ini pasti akan sibuk melatihnya. Menurutmu kita perlu mengirim lebih banyak orang untuk mengejarnya atau tidak?"

"Urusan ini biar Huang Yu yang mengurusnya," Jin Shui berkata. "Saudara-saudaramu Liangshan Liu Mo juga perlu memulihkan diri."

Jin Shui tidak ingin bicara lebih banyak. Barusan Ma Yong Tao menyebut mengenai Liang Tian Jian Shen. Ia baru teringat, pertemuan dengan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang di lembah yang sepi. Mestinya Zhang Zhe Liang juga yang sudah mengantarkannya kembali kemari.

Zhang Zhe Liang rupanya bertemu dengan Shu Qin saat membawa Jin Shui kembali ke Baiyu Shan. Mengetahui orang yang membawa Jin Shui itu adalah Liang Tian Jian Shen, Shu Qin kemudian mengantarkannya menemui Gu Chen Hui.

Bagi Gu Chen Hui, Zhang Zhe Liang tentu saja bukan musuh meski kematian suaminya dan kehancuran Yumen di masa lalu salah satunya adalah karena si Liang Tian Jian Shen ini. Tetapi kemudian Zhang Zhe Liang memberitahunya keadaannya yang sekarang, Gu Chen Hui kemudian meminta Shu Qin mengantarkannya ke ruang segi delapan. Zhang Zhe Liang dahulu banyak menghabiskan waktu di tempat itu bersama Wu Yao Wei demi mencari cara menyempurnakan wuqing xue tanpa mengorbankan seorang shengnu. Ia kembali kesana untuk menghabiskan sisa umur juga cukup pantas.

Zhang Zhe Liang meminta sebuah rantai dan mengikat kaki sendiri ke salah satu dinding, kemudian juga meminta Shu Qin menyediakan sejumlah arak untuk menemaninya. Shu Qin tidak banyak bertanya dan memberikan semua yang dimintanya. Sejumlah selimut dan baju hangat juga disiapkan, seorang pelayan diminta mengantarkan makanan setiap hari.

Jin Shui menemuinya disana hari itu. Luka hatinya akibat kepergian Xu Qiao belum lagi menghilang dan ia masih ingin bersama orang yang sempat mengaku sebagai ayahnya ini. Mereka masih ada perjanjian minum arak untuk merayakan pertemuan, maka ketika Jin Shui muncul Zhang Zhe Liang langsung menyodorkan arak padanya.

"Laoqianbei, Anda masih belum tidur?" tanya Jin Shui. Orang tua ini masih ingat siapa dirinya, tidak lagi menganggap diri sebagai Wu Yao Wei atau yang lain, berarti ia masih ada dalam pengaruh huanming yao.

"Aku belum ingin tidur, masih ada janji merayakan pertemuan denganmu yang tidak boleh dilewatkan," kata si kakek, "Jin Shui, aku akan menghabiskan masa tua disini, ini sudah lebih dari cukup. Demi hari tua yang sudah tidak terlalu panjang, mari kita minum bersama."

Tidak berapa lama dua orang tua dan muda sama-sama sudah mabuk. Arak bisa menghilangkan kesadaran, hilang kesadaran tidak lagi merasakan kepedihan, maka Jin Shui pun tidak ingin hanya sekedar merayakan pertemuan. Malam itu mereka minum bersama, menyanyi dan tertawa bersama.

Perpisahan dengan Xu Qiao hari itu mengubah semuanya. Jin Shui tidak ingin memikirkan apa pun, bahkan tugas para pewaris pun kalau perlu ia ingin melupakan saja. Dunianya sudah menjauh darinya, maka ia melarikan diri ke dunia yang lain. Dalam keadaan mabuk ini Jin Shui baru bisa tertawa, maka ia ingin terus berada disini. Di balik tawanya ada rasa sakit yang semakin mendalam, ia tidak memedulikannya lagi.

Saat hari berganti, arak yang ada sudah hampir habis, keduanya masih tertawa dan berbicara tanpa henti. Mereka membicarakan mengenai Yumen, membicarakan Wu Yao Wei, membicarakan Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi, membicarakan Zeng Bai Feng.

"Si tukang racun tua itu memang kurang bagus nasibnya," Zhang Zhe Liang berkata sambil terkekeh. "Muridnya tidak ada yang beres, yang satu cukur rambut dan tidak mau peduli urusan perguruan lagi, yang satunya lagi malahan jadi pengkhianat. Sama saja denganku, sama-sama punya murid pengkhianat. Ha ha ha...."

"Xie Tian Hu juga sudah mati," Jin Shui antara sadar dan tidak, juga bicara sambil tertawa dan menangis. "Aku sudah membantu Qiao-er membalas dendam, Qiao-er seharusnya mengucapkan terima kasih padaku."

"Dia ada mengucapkannya tidak?"

"Tidak ada, tidak tahu ada atau tidak, aku juga tidak peduli...."

"Jin Shui...."

Suara yang sudah sangat tidak asing bagi Jin Shui, terdengar nyata di sisinya. Ia menolehkan kepala dan melihat seorang gadis sudah ada di sisinya. Air mukanya tidak banyak berubah, hanya sorotan matanya sedikit menampakkan kekagetan. Zhang Zhe Liang menatap beberapa saat gadis itu, kemudian kembali meneguk isi guci araknya, ia tertawa lebar.

"Ada arak dan wanita cantik... bagus sekali... ha ha... bagus sekali...."

Jin Shui juga tertawa. Entah ia sadar atau tidak ketika menyodorkan mangkuk araknya pada gadis itu.

"Qiao-er," ia memanggil dengan asal-asalan, "kau sudah kembali, temani aku minum dulu, ada urusan apa nanti saja baru dibicarakan."

"Jin Shui kenapa gadismu ini sepertinya tidak mirip dengan nona yang selalu bersamamu itu?" Zhang Zhe Liang bertanya dengan tidak sadar. "Sudahlah, urusan anak muda aku tidak suka ikut campur. Ada banyak kamar disini, kalian pilih salah satu saja... aku mau tidur...."

Si kakek itu berbaring di lantai, tidak sampai sedetik sudah terlelap, entah tidur atau pingsan karena mabuk yang parah. Jin Shui tidak memedulikan, perhatiannya beralih pada gadis di hadapannya.

"Qiao-er, kenapa diam saja?" tanyanya. "Arak ini arak yang bagus, kau minumlah seteguk."

"Jin Shui," gadis itu tentu saja bukan Xu Qiao. Ia meraih lengan Jin Shui, membawanya ke bagian lain ruangan segi delapan untuk menjauhkannya dari Zhang Zhe Liang. Jin Shui sudah mabuk berat, mengikut saja. Sempat tercium sejenis bau wewangian yang khas, ia menggosok hidung untuk menyingkirkannya. "Aku sudah kembali, kau tidak perlu seperti ini lagi. Xu Qiao meninggalkan banyak kepedihan untukmu, biarkan aku membantu menghapusnya, bagaimana?"

Gadis itu adalah Qing Yi. Dipeluknya Jin Shui, sekali lagi menyebar pengaruh pada mantan kekasih itu. Jin Shui tertawa kecil, dalam ingatannya gadis ini juga pernah memberikan luka yang mendalam baginya. Ketika di Wansui Gu, beberapa kali Qing Yi ada menyebut mengenai ayahnya yang tidak menghendakinya, masalah asal usul yang sempat membuatnya terpukul, akhirnya malah menyebabkan dirinya terluka di tangan Ma Yao Lun, kakinya nyaris tidak bisa berjalan selamanya, sebuah ketakutan yang sempat memaksanya menolak Xu Qiao.

"Qiao-er...." Jin Shui berbisik pelan, "selain Qiao-er siapa pun tidak akan bisa membantu aku menghapus luka. Selain Qiao-er, siapa pun aku tidak mau...."

Qing Yi melepas pelukan dan memandangnya. Orang mabuk biasanya akan berkata jujur, ia juga tahu tidak bisa menyingkirkan nama Xu Qiao dari kehidupan Jin Shui hanya dalam waktu singkat. Meski ia mempunyai kemampuan mempengaruhi orang, juga sulit untuk mempengaruhi orang mabuk.

"Kalau begitu, saat ini kau boleh anggap aku sebagai Qiao-er," katanya. "Kelak jika kau sudah melupakannya, sebagai Qing Yi, aku juga akan tetap berada di sisimu, selamanya tidak akan meninggalkanmu."

"Qiao-er adalah Qiao-er... mana bisa ada yang menggantikannya...."

Jin Shui terkulai di lantai ruangan, tertawa sebentar kemudian diam tidak bergerak lagi. Qing Yi menendangnya dengan pelan, Jin Shui sepertinya sudah benar-benar sudah tidak sadarkan diri.

"Hanya karena seorang Xu Qiao kau jadi seperti ini, benar-benar tidak pantas," ia mendesis pelan. "Aku pasti akan berusaha merebut kembali hatimu, tidak peduli dengan cara apa pun."

Pintu ruangan segi delapan itu terbuka semuanya. Saat Jin Shui masuk kemari, ia sengaja membiarkan semua pintu terbuka. Orang-orang yang penasaran pada harta warisan Zhang Zhe Liang sudah pergi, tidak mungkin ada orang yang masih penasaran dan nekad datang ke Baiyu Shan. Ia hanya menemani Zhang Zhe Liang disini, hanya ingin mengobrol dengannya, tentu tidak menganggap perlu menutup semua pintu.

"Aku mengikuti teman-temanmu sampai kemari, sudah beberapa kali ingin masuk ke ruangan ini," Qing Yi kembali berkata pada Jin Shui. "Sudah kuduga semua rahasia itu tersembunyi disini. Terima kasih sudah mengijinkanku melihatnya."

Jin Shui terbatuk satu kali. Kata-kata itu terdengar olehnya, masuk ke dalam pikirannya dan langsung memberikan pengaruh tidak kecil. Namun tubuhnya masih dikuasai oleh arak, ia hanya diam tidak bereaksi.

"Dia tidak akan kembali, Jin Shui," kata Qing Yi lagi, "tidak akan pernah kembali lagi. Kau jangan khawatir, aku akan membantumu menyingkirkan dia selamanya. Selanjutnya kau hanya ada aku. Kau sudah menjadi ketua Yumen Jiao yang baru dan aku adalah jiaozhu furen."

Qing Yi mengamati satu persatu kamar pada ruangan segi delapan itu. Ketujuh pedang sudah dikembalikan kesana, tetapi ia tidak tertarik pada pedang. Bagian berisi pintu air dan senjata rahasia serta bagian yang menuju makam Keluarga Bai tentu ia juga melewatkan. Pandangan tertuju pada salah satu ruangan yang dindingnya penuh dengan ukiran huruf. Huruf-huruf kuno, tidak semua dikenali olehnya, tetapi ia tahu tulisan ini semuanya adalah karya Zhang Zhe Liang, sempat menjadi rebutan dalam dunia persilatan, tentu tidak boleh disia-siakan.

Delapan kamar pada ruangan segi delapan itu yang dua merupakan jalan ke makam Keluarga Bai dan jalan keluar. Dua lainnya merupakan tempat asal perangkap air dan senjata rahasia, tentu tidak berfungsi saat semua pintu terbuka. Satu ruangan lagi merupakan tempat penyimpanan pedang, sisanya tiga ruangan berisi salinan berbagai macam ilmu termasuk taiyang gong dan fayi chuan.

"Kenapa tidak ada kitab leng qing yu hua dan yin feng nong yue disini?" Qing Yi rupanya mencari dua kitab itu.

"Leng qing yu hua dan yin feng nong yue tentu saja ada pada majikan besar Baiyu Shan," Zhang Zhe Liang tiba-tiba menjawab. Qing Yi menoleh, orang sudah tidur kenapa masih bisa bicara. Ia langsung mengeluarkan sebuah pisau dari balik bajunya. Didekatinya Zhang Zhe Liang dengan berwaspada. Zhang Zhe Liang menggeliat bangun. "Bukannya tadi kau ingin berdua dengan Jin Shui, aku tidak ingin mengganggu kalian, makanya mencoba tidur," katanya lagi. "Tetapi kau malah menendang dia, lalu sibuk dengan urusan lain, aku jadi tidak bisa tidak ikut campur."

Ia tetap berbaring dan berbicara dengan gaya orang mabuk. Qing Yi meraih lilin di atas meja lingkaran angka, berusaha mengenalinya. "Siapa kau?" ia menanya.

"Aku adalah Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, masa kau tidak mengenalku?" Zhang Zhe Liang balik menanya.

Qing Yi kembali meletakkan lilin, nampak benar ia berusaha menjauhi sinarnya, tidak ingin sampai merasakan sedikit saja panasnya. Zhang Zhe Liang tertawa konyol.

"Nona jika ingin mempelajari kitab silakan saja," katanya pula, "laofu ada disini, jika ada pertanyaan boleh langsung dikatakan. Huruf-huruf di dinding itu agak sulit dibaca, apa perlu aku membacakan untukmu? Tetapi, laofu menulis kitab ini sudah lama sekali, mungkin satu dua huruf sudah agak lupa, tapi masih cukup lah...."

Qing Yi mendekatinya, kemudian menotoknya agar tidak bisa bergerak lagi. "Aku bisa membacanya sendiri, tidak perlu merepotkan Anda," katanya. "Laoqianbei silakan istirahat saja."

Ia meninggalkan Zhang Zhe Liang, kembali ke ruangan yang berisi ukiran kitab. Si kakek itu masih belum dibunuhnya karena ia masih belum yakin bisa membaca semua tulisan yang terukir di dinding, Jin Shui juga dibiarkan olehnya karena Jin Shui adalah Jin Shui.

Ia meraba huruf-huruf yang terukir di dinding, berusaha menghafalkannya. Huruf yang tidak dikenal juga hanya diingat begitu saja, kelak baru akan dipecahkan. Ia tidak mendekatkan lilin kesana, membaca seperti orang buta.

Jin Shui membuka mata, pelan-pelan merangkak menghampiri Zhang Zhe Liang, berusaha tidak menarik perhatian Qing Yi. Ia masih sadar, pengaruh arak belum lenyap tetapi ia cukup sadar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Laoqianbei," dipanggilnya Zhang Zhe Liang.

"Aku tahu," Zhang Zhe Liang menjawab dengan berbisik. Rupanya meski mabuk ia juga masih cukup sadar. Sejak mengetahui kehadiran Qing Yi ia sudah berwaspada, tetap berlagak mabuk tetapi memperhatikan semua yang terjadi. "Bau wewangian yang dibawa oleh perempuan itu, sepertinya ini adalah ilmu qian li xiang wei (harum seribu li) dan xian nu xiang du."

Qing Yi keluar dari kamar, suara orang berbisik-bisik juga didengarnya. Tentu saja ia mengetahui kemampuan Jin Shui dan Zhang Zhe Liang. Jika dua orang itu dalam keadaan sadar, sudah pasti tidak akan bisa lolos dari mereka. Ia pun mendekati Jin Shui dan menotoknya hingga tidak bisa bergerak juga.

"Qiao-er, aku masih ingin minum dengan laoqianbei, kau membuatku tidak bisa bergerak begini, apa kau ingin menyuapi kami berdua?" Jin Shui bertanya dan langsung dijawab dengan tawa oleh Zhang Zhe Liang. Qing Yi nampak kesal.

"Aku membiarkan kalian hidup untuk sementara, jangan banyak mengoceh," katanya, kemudian ia melepaskan sebagian totokan di badan Jin Shui. Ia masih perlu menghafalkan isi kitab, masih harus berada di ruangan ini bersama mereka cukup lama. Rupanya ia menganggap lebih baik membiarkan Jin Shui terus minum dan tetap mabuk daripada sadar dan bisa membuka totokan sendiri.

Ditinggalkannya dua orang itu, kembali melanjutkan usahanya menghafalkan kitab.

"Laoqianbei, ayo bersulang lagi," didengarnya Jin Shui berkata.

"Bersulang," Zhang Zhe Liang menyahut sambil tertawa.

"Ilmu qian li xiang wei entah dia sejak kapan mempelajari," Jin Shui berbisik pada Zhang Zhe Liang. "Xian nu xiang du itu hasil mencuri dari Wansui Gu. Ilmu dan racun ini jika digabungkan maka akan punya kekuatan untuk mempengaruhi orang lain. Aku waktu itu hampir lumpuh dan bisa saja bakal tewas tanpa diketahui orang lain, karena terkena pengaruh ilmu dan racun ini."

"Ilmu ini tergolong ilmu sesat dan sangat berbahaya. Bisa mempengaruhi orang lain, akibatnya akan sulit dibayangkan. Kukira, kau tadi sudah berhasil dipengaruhi olehnya." Zhang Zhe Liang berlagak tertawa, diam-diam ia menggunakan sisa tenaga dalam untuk melenyapkan pengaruh arak, memberi isyarat pada Jin Shui untuk melakukan hal yang sama.

"Ada wanita cantik disini tetapi tidak dia mau minum bersama kita biarkan saja," Jin Shui sengaja bicara dengan suara keras, berpura-pura tetap mabuk. "Laoqianbei, dengan kemampuan kita, masa tidak bisa mengatasi dia?" bisiknya pula.

"Laofu punya prinsip, mana mungkin menghadapi seorang perempuan muda?" kata Zhang Zhe Liang. "Meski tidak ada lagi yang akan menertawakan karena orang diluar sana mengira aku sudah mati, tetapi prinsip tidak akan menghadapi yang muda ini masih berlaku. Xiaozi, semua tergantung padamu."

"Aku terluka dalam," sahut Jin Shui apa adanya, "jika mesti berkelahi dengannya saat ini, tidak terlalu yakin bisa menang. Terlebih ilmu mempengaruhi orang perempuan ini sangat lihai. Laoqianbei, apakah Anda ada akal?"

"Akal bukannya tidak ada," Zhang Zhe Liang sudah banyak berpengalaman di dunia persilatan, tentu saja ia tahu kelemahan ilmu qian li xiang wei milik Qing Yi. "Tetapi, mesti merusakkan tempat ini, sepertinya sayang sekali."

"Jika hanya merusakkannya sedikit demi menyingkirkan masalah besar, kurasa kelak aku masih bisa memberi penjelasan pada Dashanzhu. Laoqianbei, sebenarnya ada cara apa?" tanya Jin Shui.

"Kau lemparkan saja sisa arak ini sampai ke ruangan kitab sana, kemudian nyalakan api. Tidak banyak arak yang tersisa, tapi masih cukup."

"Laoqianbei, apakah akan membakar perempuan itu?" Jin Shui mengamati rantai di kaki Zhang Zhe Liang. Jika hendak membakar seluruh ruangan segi delapan ini, maka mesti lebih dulu mengeluarkan orang tua itu, sementara ia tidak tahu bagaimana caranya membuka kunci rantai. Membakar habis tempat ini sama saja menghabisi Zhang Zhe Liang juga.

"Membakarnya tidak perlu," Zhang Zhe Liang ada perhitungan sendiri. "Orang yang mempelajari qian li xiang wei mesti menjauhi panasnya api. Asalkan bisa membuat tempat ini menyala sedikit, maka dia tidak akan berani macam-macam. Kelak, ilmunya juga tidak akan bisa dipakai untuk mempengaruhi orang lagi."

"Tetapi...." Jin Shui sedikit ragu. Dirinya masih bisa melarikan diri, tetapi keselamatan Zhang Zhe Liang sedikit dipertaruhkan. Qing Yi begitu licik, bisa jadi akan menggunakan nyawa orang tua ini.

"Perempuan itu tidak akan bisa berbuat apa-apa padaku," Zhang Zhe Liang memahami kekhawatirannya. "Kau singkirkan dulu pengaruh arak, menghadapi orang seperti ini meski lebih mudah dalam keadaan mabuk, tetapi dalam keadaan sadar akan lebih baik lagi."

"Aku tahu," Jin Shui akhirnya berkata.

Ia mengeluarkan arak dari dalam tubuhnya dengan menggunakan tenaga dalam. Qing Yi masih berada di ruangan kitab, mesti mengatasi dulu perempuan itu sebelum mencari Huang Yu dan meminta penjelasan atau mencari Xu Qiao dan menyelesaikan semuanya. Arak sudah disiapkan, menghabisi Qing Yi mungkin tidak akan mudah, tetapi paling tidak bisa melukainya dan cukup untuk menghancurkan ilmu qian li xiang wei yang berbahaya itu.

Kesadaran Jin Shui sudah kembali hampir setengahnya. Ia berpura-pura berbaring tidak sadarkan diri di dekat meja lingkaran angka, mempersiapkan pemantik di tangannya dan siap menyalakan api setiap saat. Diam-diam ia masih sempat melirik, melihat Qing Yi keluar dari ruangan kitab. Entah sudah berapa banyak yang sudah dihafalkan oleh perempuan itu. Mesti cepat menyelesaikan sebelum dia menghafalkan semuanya.

Qing Yi mengganjal pintu ruang kitab dengan sebilah besi panjang, kemudian melangkah ke tengah ruangan. Ia menandai susunan yang benar pada lingkaran angka, kemudian memutar lingkaran-lingkaran itu secara acak. Pintu delapan ruangan semuanya tertutup, kecuali ruangan kitab yang sudah diganjal. Celaka, pikir Jin Shui, jika ingin membakar tempat ini, maka semuanya akan mati bersama.

"Bangunlah, tidak usah pura-pura lagi," Qing Yi tiba-tiba berkata pada Jin Shui. "Aku tahu kau sebenarnya sudah sadar, cukup sadar untuk menghalangi aku."

Jin Shui nyaris terpengaruh oleh kata-katanya. Qing Yi sudah tahu dirinya hanya berpura-pura tidak sadarkan diri? Tunggu dulu, pikirnya, nada suara perempuan itu menyatakan yang sebaliknya. Hanya sebuah pancingan, Qing Yi tidak benar-benar tahu. Ia tetap berbaring diam.

"Baiklah, kau yang memaksaku."

Ada apa lagi ini? Jin Shui belum sempat berpikir lebih jauh, Qing Yi sudah mendekatinya, mengeluarkan pisau belatinya dan seketika menghunjamkan ke badan Jin Shui. Orang tidak benar-benar pingsan, menyadari serangan ini tentu saja lantas bereaksi, berguling menghindar dan bangkit berdiri. Serangan belati sempat menggores lengannya, pemantik api di tangannya terjatuh, siasatnya terbongkar sudah.

"Ternyata kau benar hanya berpura-pura pingsan," senyuman Qing Yi dingin dan menusuk, penuh kebencian, kekecewaan dan sakit hati. "Kau pernah berjanji pada ibu akan menjagaku selamanya, hari ini malah ingin membakarku hidup-hidup. Hua Jin Shui, kau benar-benar manusia kejam tidak berperasaan!"

"Kau sendiri yang...." Jin Shui batal mengucapkan kata-kata selanjutnya. Benar, ia pernah berjanji pada Meng Gui akan menjaga Qing Yi seumur hidup. Belakangan ia tidak mampu melaksakan tugas ini, posisi Qing Yi juga sudah berubah menjadi musuh, sedikit banyak ia juga merasa bersalah. Namun waktu tidak bisa diputar lagi, janji pada Meng Gui itu ia tahu tidak akan pernah menepati.

"Semua karena perempuan itu," Qing Yi lagi-lagi menyebut mengenai Xu Qiao. "Kau sudah menyerahkan hati padanya, dengan sendirinya tidak akan menepati janji menjagaku. Aku tidak bisa merebutmu darinya, maka hanya bisa membuatnya tidak bisa memilikimu juga!"

Kata-kata yang penuh kebencian. Selanjutnya ia menyambar lilin yang ada di atas meja, memadamkannya, kemudian menyerang, nekad beradu ilmu dengan Jin Shui di dalam ruangan yang terbatas. Ruangan gelap seketika. Jin Shui berusaha memutar otak dan memberikan perlawanan. Ia melemparkan guci arak di tangannya, tetapi jelas tidak mengenai sasaran. Yang penting adalah menemukan kembali pemantik dan menyalakannya. Beberapa saat ia berusaha menghindar dan mencari pemantiknya, tidak menyadari bahwa belati di tangan Qing Yi mengandung racun.

Qing Yi sudah semakin tidak pedulikan keselamatan sendiri, menebaskan belatinya kesana kemari. Dalam kegelapan ini ia sama butanya dengan Jin Shui tapi ia tidak peduli. Dalam keadaan biasa Jin Shui jelas tidak akan kesulitan menjatuhkan senjata kecil itu dari tangannya, kemudian melumpuhkannya, namun saat ini ia tidak bisa melihat apa pun, tubuh masih sedikit dikuasai arak, belum lagi pikirannya yang kacau karena masalah Xu Qiao, satu lagi sabetan belati berhasil merobek bajunya.

Ditangkapnya pergelangan tangan Qing Yi. Belati itu disingkirkannya dengan cepat, namun saat itu juga ia merasakan lengannya yang terluka tadi mulai membengkak dan mati rasa. Qing Yi menyentakkan tangan dan lolos seketika, senyumannya adalah senyuman kemenangan.

"Belati itu sudah kurendam dengan racun," katanya, "cukup mematikan, kau rasakan saja sendiri."

Jin Shui lekas menotok diri sendiri agar racun tidak menyebar lebih jauh. Qing Yi mengambil lagi belatinya, bersiap menyerang lagi, rupanya ia sudah tidak pedulikan apa pun. Jin Shui tidak mungkin kembali padanya, maka lebih baik dihabisi saja. Namun Jin Shui masih menyimpan rasa penasaran mengenai Xu Qiao, tidak mau mati konyol tanpa mendapat kejelasan. Ia berusaha mempertahankan kesadaran.

Keberuntungan masih berpihak padanya. Pintu tiba-tiba terbuka, cahaya yang masuk memberi kesempatan pada Jin Shui. Ia menghantam Qing Yi satu kali dengan sebelah tangan. Perempuan itu menguasai kembali keseimbangan dengan cepat, hendak mengejar. Namun saat itu di lorong pintu ruang rahasia itu sudah muncul si pelayan yang membawakan makan. Sebuah lilin yang menyala ada di tangannya, Jin Shui langsung menyambarnya dan melemparkannya ke dalam.

Api seketika menyala, menjebak Qing Yi di dalam sana.

Xu Qiao tetap berada di Baiyu Shan setelah meninggalkan Jin Shui di danau kecil itu, ia menyembunyikan diri di salah satu celah gunung hingga hari gelap, dan terus berada disana, menangis seorang diri. Ia tidak tertidur lagi, yang dirasakan olehnya hanya sakit, bagai ada ribuan jarum dan pisau di dalam kulitnya, berusaha merobeknya sedikit demi sedikit dari dalam. Rasa sakit itu dirasakan olehnya sepanjang malam, beberapa kali ia mencoba membenturkan kepala sendiri pada batu, akan tetapi tenaganya bahkan tidak cukup.

Saat sinar matahari mulai datang, ia berusaha keluar dari dalam celah, mencari jurang yang cukup terjal agar bisa melompat saja, akan tetapi langkahnya sudah sangat lemah, beberapa kali ia terjatuh, tidak bisa menemukan jurang yang cukup dalam. Kepalanya terasa sakit, luka akibat membenturkan dahinya ke batu memberitahukan padanya bahwa ia perlu orang lain untuk membantunya mengakhiri hidup.

Ia kembali ke tempat kediaman Keluarga Bai, langsung menuju ke tempat tinggal Shu Qin. Ia tidak melihat Jin Shui disana, pelayan yang melihatnya langsung mengantarkannya menemui Shu Qin. Xu Qiao tidak ingat yang selanjutnya terjadi karena ia sudah kehilangan kesadaran.

Ia terbangun kembali saat mendengar suara petikan kecapi yang lembut, membawakan kedamaian dan menenangkan pikirannya. Tidak ada rasa sakit yang dirasakannya, ia menemukan dirinya berbaring di tempat tidur yang nyaman, asap dupa mengepul halus di dekatnya meski ia tidak mencium bau wewangian apa pun.

Disingkirkannya selimut, ia berusaha bangkit berdiri. Suara petikan kecapi berhenti dan samar ia melihat Shu Qin menghampirinya, memberikan secangkir air padanya. Setelah menelan dua teguk barulah ia bisa melihat dengan jelas, dirinya berada di sebuah kamar yang sangat bersih, kamar Shu Qin.

"Shu Qin Guniang," ia memanggil, "bagaimana aku bisa berada disini?"

"Aku tahu yang sudah terjadi antara kau dengan jiaozhu, kemudian berusaha mencarimu," Shu Qin menyahut halus, "Yuzhi Shi Wu sudah mencari sampai ke reruntuhan di bawah sana, akan tetapi mereka tidak menemukanmu. Kemudian kau datang sendiri kemari."

"Jin Shui Gege ada dimana?" Xu Qiao menanya. "Apakah dia tahu aku berada disini?"

"Aku belum memberitahukan padanya," sahut Shu Qin. "Kau tidak sadarkan diri selama tujuh hari, sejak itu beberapa kali sepertinya racun dalam tubuhmu bereaksi dan terus mengigau. Keadaan seperti ini, mana mungkin aku memberitahukan padanya."

"Kau jangan memberitahukan padanya," pinta Xu Qiao. "Shu Qin Guniang, racun itu sungguh sangat mengerikan. Aku ingat merasakan sakit, aku ingat sudah berusaha membunuh diri tetapi tidak bisa. Kau… bisakah kau membunuhku saja?"

"Aku belum pernah membunuh orang, bahkan tidak suka melihat orang mati," Shu Qin berkata. "Kau adalah kekasih jiaozhu, aku punya kewajiban untuk menjagamu. Jika kau suka, tinggallah disini. Mengenai racun itu, kau tidak perlu khawatir."

"Aku… aku sudah tidak sadarkan diri selama tujuh hari?" Xu Qiao menanya. "Pantas saja."

Ia meminta Shu Qin mengambilkan makanan untuknya, turun dari tempat tidur saat shengnu muda itu meninggalkan ruangan, dengan cepat memecahkan cangkir teh dan mengambil pecahannya, mengarahkan ke leher sendiri.

Akan tetapi ia belum lagi mengumpulkan kekuatan, sebuah tongkat sudah menyambar entah darimana datangnya, membuatnya menjatuhkan pecahan cangkir itu. Tongkat yang sama kemudian juga menariknya berdiri, dan satu tamparan melayang ke pipinya sedetik kemudian, tidak keras tetapi cukup mengagetkan.

"Aku sudah pernah menghalangi orang yang ingin membunuh diri sebanyak delapan belas kali, jangan harap ada orang lain yang mencoba membunuh diri lagi di hadapanku."

Pemilik tongkat itu tidak lain adalah Gu Chen Hui, langsung menarik Xu Qiao kembali ke tempat tidur dan menotoknya agar tidak bisa bergerak. Suara Gu Chen Hui barusan terdengar marah dan kecewa, membuat Xu Qiao hanya bisa menundukkan kepala, tidak lantas memandang ke arahnya.

Shu Qin kembali ke ruangan itu membawa semangkuk bubur, lekas meletakkan mangkuk di atas meja ketika mendapati tangan Xu Qiao yang terluka terkena pecahan cangkir. Ia mendekat untuk membalut luka.

"Xu Guniang, dia adalah laofuren," Shu Qin memperkenalkan. "Beberapa hari ini dia ada datang kemari untuk melihat keadaanmu."

"Sebenarnya aku hendak menghukummu karena kau sudah membuat Jin Shui sedih bukan main, sakit hati setengah mati," Gu Chen Hui berkata lebih halus, "hanya saja Shu Qin terus melindungimu, aku juga bisa lihat kau hanya seorang anak gadis, sungguh membuatku penasaran bagaimana kau bisa mempunyai kemampuan sedemikian besar."

Xu Qiao berusaha mengangkat kepala, mendengar dari suaranya Gu Chen Hui tidak sungguh mempunyai kebencian padanya. "Kau... adalah ibunya Jin Shui Gege?" ia bertanya polos. Ia sudah mendengar banyak mengenai nyonya itu, mengetahui bahwa meski ibu kandung, tetapi Gu Chen Hui merupakan orang yang sudah mengatur Jin Shui sebagai pewaris utama Yumen.

"Benar, aku ibunya Jin Shui," Gu Chen Hui sangat menyukai sebutan itu. Seketika ia semakin menyukai gadis di hadapannya. Menyaksikan wajahnya yang pucat, ia pun merasa sangat berduka. "Jin Shui memanggil Qiao-er padamu, kurasa aku juga boleh memanggil Qiao-er padamu."

Xu Qiao mengangguk. Setetes air matanya kembali turun. Bahkan ibu tirinya Jin Shui sudah mengetahui kehadirannya, tetapi Jin Shui malah begitu jauh darinya.

"Haizi, aku juga tahu kesulitanmu," Gu Chen Hui berkata. "Kau terkena racun bisa dikatakan juga karena muridku yang tidak tahu diri itu. Kau tahu jika terus berada di sisi Jin Shui akan membuatnya mencemaskanmu, tidak bisa menjalankan dengan baik tugas sebagai ketua Yumen yang baru. Kau memilih mengatakan meninggalkannya, karena dengan begitu paling banyak Jin Shui hanya akan patah hati saja, tidak akan sampai ikut mati bersamamu, benar tidak?"

"Maafkan aku," kata Xu Qiao. "Aku sungguh tidak menyangka Jin Shui Gege....." ia tidak mampu menyebut kata-kata selanjutnya. Dirinya sudah membuat Jin Shui terluka, kepergiannya waktu itu pasti merupakan pukulan berat bagi Jin Shui. "Aku pantas mati," katanya lagi. "Aku hanya memikirkan diri sendiri, tidak pernah menyangka Jin Shui Gege... Jin Shui Gege...."

Gu Chen Hui memeluknya, membiarkannya menangis beberapa saat.

"Bukan salahmu," katanya, "kau juga terpaksa. Memilih meninggalkannya daripada membiarkan dia menyaksikanmu menghadapi kematian yang menyakitkan, pilihan ini juga menyulitkan dirimu sendiri. Kami disini tidak ada yang menyalahkan."

Xu Qiao menutup wajah dengan tangannya. Shu Qin mengulurkan saputangan padanya dan Gu Chen Hui yang membantunya menghapus air mata.

"Aku akan membawamu menemui ibuku," kata Gu Chen Hui kemudian. "Sudah seperti ini, harapan sekecil apa pun aku pasti akan mencobanya."

"Membawa Xu Guniang menemui dashanzhu?" Shu Qin menanya. "Apakah dashanzhu akan bersedia membantunya?"

Gu Chen Hui juga tidak yakin. Dibimbingnya Xu Qiao turun dari tempat tidur, Shu Qin lekas membantu memapahnya. Mereka lantas menuju ruangan batu tempat Yu Nian berada. Ketika pintu ruangan terbuka, hanya Gu Chen Hui dan Xu Qiao yang masuk ke dalam, Shu Qin diminta menunggu diluar. Pintu kembali menutup.

"Niang, ini adalah Xu Guniang yang sudah kuceritakan padamu," Gu Chen Hui langsung berkata pada Yu Nian. "Dia adalah kekasih Jin Shui, Jin Shui rupanya sama seperti ayahnya yang seumur hidup hanya mau menerima seorang wanita, maka bagaimana pun kita juga mesti menyelamatkan nona ini."

"Kemarilah," kata-kata majikan besar ini ditujukan pada Xu Qiao. "Aku akan memeriksa nadimu."

Xu Qiao melangkah pelahan, sampai ke depan tirai hitam pembatas ruangan itu. Tidak terlihat sosok sang majikan besar, jelas dia berada di di bagian ruangan yang tidak tersentuh cahaya. Xu Qiao kemudian mengulurkan tangannya.

"Pejamkan matamu," majikan besar memberi perintah lagi. Suaranya amat lembut menenangkan. Xu Qiao sedikit pun tidak merasa takut meski kabar yang pernah didengar olehnya di masa kecil ada yang mengatakan bahwa majikan besar ini dahulu adalah seorang iblis wanita yang berwujud mengerikan, juga mampu membunuh orang tanpa mengedipkan mata. Ia menuruti perintah itu.

Yang kemudian menyentuh pergelangan tangannya adalah beberapa jari lentik yang lembut. Jari lembut yang memeriksa nadinya itu sangat dingin, halus, tidak seperti jari seorang nenek tua, , hanya hawa dingin yang menyertainya yang membuat jantung Xu Qiao sedikit bergetar.

"Niang, apakah masih ada harapan?" tanya Gu Chen Hui.

"Hawa murninya sudah terkena racun, punah pelahan dan racun sudah mulai menjalar ke setiap sel darahnya," sahut Yu Nian, "kerja racun ini sangat pelan, tetapi karena sudah cukup lama, maka sebentar lagi sudah ada hasilnya."

Yu Nian melepaskan tangannya. Xu Qiao mundur dan baru berani membuka mata setelah berada di samping Gu Chen Hui lagi. Sosok sang majikan besar sama sekali tidak terlihat olehnya. Barusan ia diminta memejamkan mata, mungkin karena sang majikan besar ini tidak suka dilihat oleh orang.

"Bukan aku yang bisa menolongnya, tapi Jin Shui," Yu Nian berkata. "Asalkan dia bisa melatih wuqing xue sampai tingkatan tertinggi, maka tenaga dalam yang dimilikinya hampir bisa dikatakan setara denganku. Aku sudah tua, tidak mampu berbuat banyak. Tetapi dia masih muda, masih ada harapan."

Wajah Gu Chen Hui langsung dipenuhi harapan. Xu Qiao pun memandangnya dengan perasaan yang sama.

"Niang, keadaan Qiao-er yang seperti ini, benarkah masih bisa diselamatkan? Jin Shui yang bisa menolongnya?" Gu Chen Hui bertanya, benar-benar penuh harap. Ia sangat menyukai Xu Qiao, jika Jin Shui memang bisa menyelamatkannya, maka ia pun akan senang sekali. "Wuqing xue tingkat tertinggi bisa digunakan untuk menyelamatkan calon istrinya ini?"

"Wuqing xue tingkat delapan kekuatannya amat besar, bukan hanya bisa dengan leluasa memindahkan racun pada diri sendiri atau pada orang lain, akan tetapi bisa saja juga mampu memunahkannya," kata Yu Nian. "Jin Shui juga mempunyai tenaga dalam pemberian Mo Ying, dia akan bisa menyelamatkan calon istrinya."

Wajah Xu Qiao terasa hangat karena majikan besar dan putrinya sama-sama menyebut dirinya sebagai calon istri Jin Shui dengan begitu santai. Ia merasa sangat rikuh, tentu saja, tetapi ruangan itu tidak cukup terang untuk menunjukkan perasaannya pada orang lain.

"Aku akan memberitahu Jin Shui," kata Gu Chen Hui.

"Biar dia memulai melatih ilmunya lebih dulu," Yu Nian berkata. "Kau juga mesti ingat, melatih wuqing xue tingkat delapan perlu bantuan dari seorang shengnu. Hari itu Jin Shui sudah menyatakan dengan jelas akan menghapus keberadaan shengnu, kurasa kau juga tahu artinya."

Shengnu. Jin Shui mesti melatih wuqing xue tingkat delapan bersama Shu Qin jika hendak menyelamatkan dirinya. Berpikir sampai disini, tentu saja membuat Xu Qiao merasa sangat tidak tenang.

Api di ruangan segi delapan menyala dengan cepat, padam juga dengan cepat. Jin Shui mengeluarkan Qing Yi dari dalam sana dan menghempaskannya ke tanah.

Api itu tidak cukup besar untuk membakar mati seorang manusia, maka Jin Shui tidak perlu mencemaskan keadaan Zhang Zhe Liang. Qing Yi juga hanya menderita luka bakar ringan, hanya sedikit di punggungnya yang mungkin akan meninggalkan bekas. Nyala api membuat Qing Yi seketika tidak bisa lagi menggunakan ilmu qian li xiang wei-nya, sekaligus membuatnya lemah, sementara ini tidak ada beda dengan orang biasa.

"Karena kau, aku nyaris menjadi orang cacad selamanya," Jin Shui berkata dengan dingin. Saat ini ia tidak tahu apakah mesti membenci Qing Yi ataukah merasa kasihan padanya. "Kau mengatakan ayahku tidak menginginkan aku menjadi ketua Yumen yang selanjutnya, berdasarkan apa? Sejak awal semuanya sudah ditetapkan, tidak akan ada yang bisa merubahnya."

Qing Yi tertawa sambil menangis. Ia pernah mempengaruhi Jin Shui, mengatakan padanya bahwa ayahnya tidak pernah menghendakinya, ibunya pun tidak menginginkannya, tujuannya adalah mengacaukan keyakinan Jin Shui akan tugas sebagai pewaris Yumen, agar dia mundur dan meninggalkan kawan-kawannya. Tanpa tujuh pewaris lain maka Jin Shui akan bisa dikuasainya, dan ia akan dengan senang hati menyaksikan Xu Qiao menangis karena Jin Shui kembali pada kekasih lama.

Tentu saja ia tidak pernah menduga perbuatannya itu malah membuat Jin Shui bertemu dengan Ma Yao Lun dan dicelakai sampai tidak bisa berjalan sekian lama. Saat itu ia tidak berhasil menemukan Jin Shui di saat yang tepat dan menguasai untuk dirinya sendiri, kini ia melihat Jin Shui bahkan tidak segan melukai dan bersikap dingin padanya, agaknya sudah berubah banyak.

"Kau juga sudah mempengaruhi Liangshan Liu Mo untuk mencelakai kami," kata Jin Shui lagi. "Mempengaruhi Zhou San Gong untuk mengkhianati gurunya, membunuh Yuan Wan Cui, juga membunuh Yue Long Dai. Kau hanya tidak puas dengan aku Hua Jin Shui seorang, tetapi sudah mengorbankan begitu banyak. Meski aku sudah berjanji pada Meng Gui Shishu akan menjagamu seumur hidup, tetapi tidak mungkin bisa mengampuni nyawamu begitu saja."

"Aku tidak perlu kau menjagaku seumur hidup," sahut Qing Yi. "Kecuali kau inginkan aku tinggal karena memang menginginkanku, kalau tidak kau juga tidak perlu berlagak memenuhi janji segala macam." Ia memandang Jin Shui dengan tajam, mulutnya terus menunjukkan senyum memuakkan. "Aku sudah jatuh ke tanganmu, mau siksa atau bunuh silakan saja."

Jin Shui membawa Qing Yi kembali ke tempatnya, menarik tangannya dan baru melepaskannya saat tiba di ruangan, memaksanya berlutut dan menotoknya. Ma Yong Tao dan ketiga kawannya sudah menunggu disana, agaknya hendak melaporkan sesuatu. Jin Shui tidak memedulikan mereka, ia meminta orang memanggil Zhou Xiang Nu dan Zhou Yan Zi, juga memanggil Shu Qin, kemudian duduk di kursinya.

"Eh, kau bukankah nona yang waktu itu menemui laoer dan mengajaknya membuat masalah di Wansui Gu?" Fuchang Long langsung mengenali Qing Yi. "Kenapa kau bisa ada disini?"

"Bajumu kenapa?" Li Bai Xun ikut menanya. "Terbakar?"

"Bukan urusan kalian," Jin Shui berkata pada para iblis Liangshan.

"Sejak kapan kau bisa bersikap begini pada seorang perempuan?" Ma Yong Tao menanya pada Jin Shui. Ia menarik Li Bai Xun menjauh dari Qing Yi, kemudian memberikan baju luarnya untuk menutupi keadaan Qing Yi yang mengenaskan.

Zhou Yan Zi datang beberapa saat kemudian, seorang diri, agaknya kakaknya sedang pergi bersama Yang Lei dan sengaja menghindari semua orang.

"Yan Zi, apakah kau bisa gunakan jarum untuk mengacaukan ingatan dia?" Jin Shui langsung menanya pada Zhou Yan Zi.

"Dia?" Zhou Yan Zi melihat sekilas ke arah Qing Yi, ia mengenali perempuan itu sebagai perempuan yang membawa papan arwah di markas Jianyin Bang di Wuzhang, juga perempuan berbaju ungu yang sempat muncul di Wansui Gu.

"Dia adalah orang yang sudah mempengaruhi ayahmu untuk membuat pemberontakan di Wansui Gu, membuat hubunganmu dengan kakek gurumu jadi kurang baik," Jin Shui menyahut dingin, sedikit pun tidak menampakkan belas kasihan. "Dia sudah membaca dan mencoba menghafalkan kitab rahasia, aku ingin kau membuat dia melupakannya."

"Aku tidak bisa," Zhou Yan Zi berkata, "Jin Shui Gege, menggunakan jarum untuk mengacaukan ingatannya… bukankah sedikit kejam?"

"Aku bisa melakukannya," Zu Ye Niang menawarkan diri, "urusan membuat rusak ingatan seseorang adalah kerjaan biasa bagi kami Liangshan Liu Mo."

"Daniang memberikan racun pada kalian agar tidak bisa melakukan kekejaman seperti itu lagi," Jin Shui langsung menolak, "aku meminta agar racun itu dipunahkan bukan demi memberi kalian ijin bertindak serupa."

"Biar aku saja," Ma Yong Tao mengajukan diri. "Aku berjanji dia hanya akan merasakan sakit kepala sedikit saja, tidak akan sampai hilang waras ataupun hilang nyawa."

Jin Shui menganggukkan kepala satu kali. Tangan Ma Yong Tao bergerak ringan, menyentuh kepala Qing Yi pelahan. Senyuman Qing Yi menghilang. Wajahnya berubah mengerikan, urat-uratnya seakan hendak keluar menembus kulit, matanya melotot lebar. Setengah menit kemudian, baru kesakitannya berakhir, namun ia sedikit pun tidak mengeluarkan suara kesakitan atau meminta ampun.

Jin Shui menyaksikan bagai tanpa berkedip, bisa dikatakan menikmati pembalasan itu tanpa peduli apa pun. Zhou Yan Zi menutup mulut, merasakan keringat dinginnya mengalir, tidak tahu Jin Shui mengapa bisa membenci orang sedemikian.

Ketika Ma Yong Tao melepaskan Qing Yi, perempuan itu hanya bisa terkulai lemah di lantai. Masih hidup, tetapi sudah tidak bisa lagi mencelakai orang.

"Aku sudah mengacaukan otaknya sedikit," kata Ma Yong Tao pada Jin Shui, "jika dia masih berusaha mengingat kitab rahasia hafalannya pasti tidak akan bisa mengingat dengan benar, berusaha melatihnya juga hanya akan mencelakai diri sendiri."

"Sudah cukup," kata Jin Shui. "Dia sudah kehilangan ilmunya, selanjutnya juga tidak akan bisa mencelakai orang lain lagi. Suruh orang mengantarkannya ke ibukota. Ayahnya berada disana."

Pengawal yang ada disitu lantas membawa pergi Qing Yi, mengantarkan meninggalkan Baiyu Shan, menemui Xianjing Wang di ibukota. Ma Yong Tao sudah melukainya cukup parah, meski Qing Yi tidak sampai kehilangan ingatan, tetapi untuk sementara pikirannya kacau dan kitab yang sudah dihafalkan olehnya sebagian sudah terlupakan.

"Jin Shui," Ma Yong Tao mengingatkan bahwa dirinya masih ada di ruangan itu bersama tiga anggota Liangshan Liu Mo lainnya.

"Ada apa?" Jin Shui menanya.

"Kami hendak meninggalkan Baiyu Shan, ikut mencari pedangmu yang sudah dibawa pergi oleh saudaranya Huang Yu," sahut Ma Yong Tao. "Mereka bertiga sudah cukup memulihkan diri dan juga tidak perlu lagi khawatir racun."

"Kau ingin sekali pergi, apakah karena menghindari Zhu Guniang?" Jin Shui menanya padanya, masih dengan nada dingin.

"Sejak tiba di Baiyu Shan, dia yang selalu menghindari aku," Ma Yong Tao berkata.

Shu Qin sudah tiba disitu. Jin Shui tidak berkata apa-apa lagi pada Ma Yong Tao, kemudian pergi ke kamar dan meminta Shu Qin dan Zhou Yan Zi mengikutinya. Ma Yong Tao hendak menanya lagi, akan tetapi ia pun bisa melihat Jin Shui sedang tidak senang hatinya, ia pun malas mengganggu, lantas pergi keluar bersama ketiga kawannya.

Jin Shui meminta Shu Qin dan Zhou Yan Zi mengobati luka akibat belati Qing Yi di lengannya. Belati itu beracun, akan tetapi tentu saja bukan racun berat untuk seorang pewaris Zeng Bai Feng, sebentar saja sudah bisa dipunahkan.

"Jin Shui Gege, Qiao-er Jiejie, dia...." Zhou Yan Zi tahu Xu Qiao ada di tempat Shu Qin, hendak memberitahukan. Namun ia juga tahu keadaan Xu Qiao, membuat kata-katanya pun tertahan.

"Mulai sekarang aku tidak ingin mendengar siapa pun dari kalian menyebut namanya," Jin Shui lekas memotong kata-katanya.

"Aku akan membuatkan obat," Zhou Yan Zi sudah selesai menyingkirkan racun, membiarkan Shu Qin yang membalut luka. "Racun itu tidak berbahaya, sisanya hanya perlu dibersihkan dengan sedikit ramuan."

"Yan Zi," Jin Shui mengeluarkan sebuah botol obat dari balik bajunya. Botol yang diambilnya dari badan Zhang Zhe Liang saat sedang tidur. Botol berisi huanming yao yang hanya tinggal sebutir. "Ini adalah huanming yao, obat pengembali nyawa milik seorang laoqianbei. Apakah kau bisa membuat yang sama seperti ini?" ia tidak menyebut Zhang Zhe Liang. Tidak perlu memberitahu semua orang mengenai orang tua itu dan keadaannya yang sekarang.

Zhou Yan Zi menerima botol itu, mengeluarkan isinya, mencium dan mengamatinya sebentar, kemudian menggigitnya sebagian.

"Hei, obat itu sangat keras," Jin Shui memberi peringatan padanya.

"Siapa yang membuat obat ini?" tanya Zhou Yan Zi, tidak terlalu peduli peringatannya. Ia sudah dibesarkan di lembah penuh racun, dengan sendirinya tidak khawatir akan mati keracunan. "Sejak kapan akar wutou shu dan lima hewan beracun digunakan sebagai obat pengembali nyawa?"

"Obat ini dahulu dibuat oleh ayahnya Li Qian, Li Taiyi," Jin Shui memberitahu yang sebenarnya. "Hanya tinggal sebutir, aku memerlukannya untuk membantu seseorang." Ia masih berharap bisa bertemu lagi dengan Zhang Zhe Liang yang dalam keadaan sadar.

"Pantas gonggong tidak jadi menerimanya sebagai murid ketiga. Li Taiyi meramu racun lebih hebat dari ayahku, membuat masalah besar dan memberi kesempatan orang lain untuk mencelakainya," Yan Zi mengoceh entah benar atau tidak.

"Kau bisa membuatkan obat ini atau tidak?" Shu Qin mendesaknya.

"Aku tidak akan membuat obat semacam ini, terlalu keras, tubuh manusia normal seharusnya tidak boleh menerimanya," kata Zhou Yan Zi lagi, "Laoqianbei yang kausebutkan itu, apakah dulu terluka parah karena terkena pukulan wuqing xue tingkat ketujuh, lalu terkena racun pelemah tenaga, ilmunya kadang lihai kadang tidak, sampai sekarang ingatannya terganggu?"

Nampaknya ia sudah bisa menebak siapa laoqianbei yang sedang dibicarakan oleh Jin Shui. Zhou Yan Zhi memang sangat cerdas. Ia tentu saja ia tidak tahu dimana Zhang Zhe Liang kini berada, tetapi begitu mengetahui isi huanming yao dan mendengar Jin Shui menyebutnya sebagai milik seorang laoqianbei, ia bisa memperkirakan Zhang Zhe Liang kini berada di Baiyu Shan.

"Aku akan membuatkan resep untuk memulihkan pikirannya," sahut Zhou Yan Zi. "Bahkan ketua Yumen Jiao ingin membantunya, tentunya dia sudah tidak terlalu memerlukan ilmu silatnya, punah juga tidak mengapa, benar tidak?"

"Asalkan bisa melewatkan hari tua dengan tenang sudah lebih dari cukup," sahut Jin Shui.

"Baiklah, aku tahu." Yan Zi mengundurkan diri, Shu Qin juga hendak keluar kamar.

"Shu Qin," Jin Shui menahannya.

"Ya?"

"Aku perlu bantuanmu," Jin Shui memandangnya dengan serius. "Tugas seorang shengnu adalah membantu ketua baru menyempurnakan wuqing xue. Saat ini, aku memintamu menyelesaikan tugas itu."

Shu Qin sedikit terkejut. Ia sudah mendengar bahwa ketika menemui dashanzhu beberapa hari yang lalu, Jin Shui ada menyatakan untuk menghapuskan keberadaan shengnu, mulai saat ini dan seterusnya, karena dianggap terlalu kejam. Namun sekali ini saat tidak ada orang lain ia malah meminta dengan terang-terangan agar Shu Qin menjalankan takdirnya.

"Apakah kau keberatan?" tanya Jin Shui.

Shu Qin tidak ingin menanyakan lebih lanjut. Ia menggelengkan kepala, sebuah pernyataan bahwa ia akan menjalankan tugasnya dengan baik.

"Sudah tugasku," katanya lemah, "Jiaozhu silakan memberi perintah."

Jin Shui menampakkan perubahan, menjadi lebih dingin dan bisa dikatakan kejam, bahkan Gu Chen Hui merasa tidak tenang melihat keadaan ini.

Pagi itu ia mengumpulkan semua pewaris yang ada, menyatakan pada mereka bahwa dirinya akan menutup diri selama tujuh hari penuh, melatih wuqing xue sampai tingkatan tertinggi. Para pewaris lain sudah tahu tugasnya masing-masing, selama tujuh hari ini ia menyerahkan semua pada mereka. Kemudian ia bersama Shu Qin, mengunci diri di ruang latihan. Keadaan seperti ini, melihat tatapan mata Jin Shui, tidak seorang pun yang berani mempertanyakan, juga tidak ada yang berani mengganggunya.

Karena Shu Qin menemani Jin Shui di ruang latihannya, maka Xu Qiao kemudian dibawa ke taiyang feng, tinggal di kamar Gu Chen Hui. Gu Chen Hui sendiri yang menjaganya, beberapa kali ia sendiri yang memberikan tenaga dalam untuk mengurangi pengaruh racun leiying hua. Nyonya itu juga memerintahkan orang menyediakan berbagai macam obat dan makanan bergizi, berusaha mempertahankan nyawa Xu Qiao dan bahkan hendak mengantarkannya sendiri ke Wansui Gu untuk menemui Zeng Bai Feng.

Zeng Bai Feng sudah berjanji akan membuatkan obat untuk mengatasi racun leiying hua. Akan tetapi Xu Qiao sudah sempat mengabaikan obat yang dibuat khusus untuknya, meski Zeng Bai Feng berhasil membuatkan penawar juga tidak akan ada gunanya. Racun sudah menyebar ke setiap sel, merusak organ dalam secara pelahan.

Keadaan Xu Qiao tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh, Xu Qiao sendiri juga tidak mau meninggalkan Baiyu Shan dan tidak ingin merepotkan siapa pun. Harapan Gu Chen Hui hanya ada pada Jin Shui, berharap Jin Shui bisa selekasnya melatih tingkatan tertinggi wuqing xue dan menyelamatkan gadisnya.

Zhang Zhe Liang dan Wu Yao Wei sebenarnya adalah kawan baik. Jika tidak ada tekanan dari dunia persilatan dan perbedaan pandangan antara keduanya, mungkin akan selalu menjadi kawan baik. Jin Shui memahami ini dan ia pun sudah melihat bagaimana kehidupan Zhang Zhe Liang setelah pertarungan dengan ayahnya yang tidak lebih baik daripada langsung meninggal dunia. Apakah Zhang Zhe Liang masih punya kesempatan hidup dengan ingatan normal?

Qing Yi sudah lama menyukai Jin Shui, sejak pertemuan pertama di Danau Xuanwu dan karena pelarian bersama dan ibunya yang sempat menyinggung perjodohan. Penolakan Jin Shui menambah kebenciannya pada Yumen, pada Shui Yao dan pada adiknya Liu Xin. Bagaimana selanjutnya?

Bagaimana juga nasib Xu Qiao yang semakin parah? Apakah Jin Shui akan mengetahuinya sebelum terlambat? Atau ia akan menjadi Wu Yao Wei kedua jika menjadi ketua Yumen tanpa Xu Qiao?

Bagaimana juga cara para pewaris menghentikan ancaman Huang Zhe ?

Xiaodiandiancreators' thoughts