webnovel

Episode 26 : Yu Men Sheng Nu (Gadis Suci Yumen)

Satu sosok manusia datang mendekat, langkahnya halus dan ringan, diantara mereka yang ada disitu bahkan tidak ada yang mendengar ia datang dari lorong yang mana. Pandangan mereka yang tertuju padanya, tidak ada satu pun yang tidak merasa takjub.

Diantara keremangan cahaya obor yang terbatas, nampak yang hadir adalah seorang gadis, mungkin berusia belasan, mungkin juga lebih, tidak ada yang bisa memastikan. Sepasang alis mata dan mata yang cantik sempurna, setengah wajahnya masih tertutup cadar tipis, namun jelas adalah sebuah wajah yang cantik luar biasa. Ia mengenakan pakaian serba putih, tubuhnya tinggi dan langsing, penampilannya sangat menarik.

"Kau... kau siapa?" Lin Ji Xuan langsung menanya. Di dalam gua di dalam perut gunung, barusan mereka juga ada melihat sebuah makam, sosok itu lebih menyerupai roh halus dibandingkan seorang yang masih bernafas.

"Diantara kalian apakah ada Hua Jin Shui, Hua Gongzi?" sosok itu tidak menyahut pertanyaannya, ia menanya dengan suara yang halus dan pelan, namun sangat jelas terdengar oleh mereka semua, suara yang merdu dan memabukkan, namun juga terdengar mengerikan.

Jin Shui berusaha bangkit berdiri, Li Qian memapahnya. Si perempuan bercadar melihat sekilas saja ke arahnya, kemudian seperti melihat ke arah lain. Air mukanya tidak berubah sedikit pun, diantara mereka tidak ada yang bisa menebak isi pikirannya.

"Zaixia Hua Jin Shui," Jin Shui menyahut seperlunya. "Guniang apakah ada hubungan dengan majikan besar Baiyu Shan?"

"Kau Hua Jin Shui?" perempuan itu menanya padanya, sekali lagi melihat sekilas akan tetapi juga seperti tidak melihat. "

Jin Shui menunjukkan tanda perintah ketua Yumen pada perempuan itu. "Aku adalah Hua Jin Shui, putra mendiang Wu Jiaozhu dari Yumen Jiao, hari ini datang ke Baiyu Shan bersama kawan-kawan para pewaris, harap Nona bisa mengantarkan kami menemui jiaozhu furen Gu Chen Hui, Wu Furen."

Perempuan itu tiba-tiba saja berkelebat, gerakannya lambat gemulai namun tidak memberi kesempatan siapa pun untuk menghalanginya. Tiba-tiba saja ia sudah berada di depan Jin Shui, telapak tangan kanannya mengarah persis ke depan.

Tangan kanan Jin Shui masih menggenggam plat besi, juga dipapah oleh Li Qian, ia terpaksa mengulurkan tangan kirinya, menyambut dengan tenaga wuqing xue tingkat ke enam yang sudah dikuasainya. Lin Ji Xuan hendak maju menyingkirkan perempuan itu, akan tetapi Huang Yu menahannya, mengetahui perempuan itu hanya ingin menguji Jin Shui, juga karena empat pemuda pewaris Yumen tidak bisa bersama mengeroyok seorang perempuan.

Jin Shui merasakan hawa yang mengalir dari telapak tangan perempuan itu terasa dingin, akan tetapi begitu masuk ke dalam tubuhnya merupakan sejenis hawa hangat yang seakan bisa bersatu dengan tenaga wuqing xue miliknya, tidak menentangnya. Lekas ia menarik tangan, khawatir akan menyedot tenaga dalam perempuan itu dan melukainya.

"Kalian bagaimana bisa masuk sampai kemari?" perempuan itu tidak lagi menyerang, ia menanya dengan nada suara yang masih sama. "Siapa yang memberitahukan pada kalian jalan ke tempat ini?"

"Seorang laoqianbei," Huang Yu yang menyahut, menunjukkan lembaran peta yang dibuat oleh Zhang Zhe Liang padanya.

Perempuan itu mengambil begitu saja lembaran peta dari tangannya, gerakannya tidak bisa dikatakan cepat, akan tetapi bahkan Huang Yu juga tidak tahu bagaimana seorang perempuan muda bisa begitu saja merebut sebuah benda darinya.

"Makam Keluarga Bai adalah tempat suci di Baiyu Shan, anggota Yumen tidak ada yang boleh sembarangan masuk kemari," perempuan itu berkata pula, "kalian sudah berani masuk kemari, nyawa masih disisakan sudah termasuk beruntung. Tiga hari lagi, jika Hua Jin Shui masih belum bisa berjalan, maka kalian semua sama saja tidak berguna, selamanya tidak usah keluar dari tempat ini."

Kata-kata yang dingin dan kejam, tidak seharusnya keluar dari mulut seorang wanita cantik, membuat mereka yang ada disitu semuanya terdiam, bahkan Lin Ji Xuan tidak ingin berdebat dengannya.

"Kami datang ke Baiyu Shan demi menemui jiaozhu furen, terpaka melewati tempat ini karena keadaanku yang sekarang mesti menghindari musuh," Jin Shui berkata kemudian. "Mohon Nona bisa sampaikan pada majikan besar Baiyu Shan, hukuman apa biar Jin Shui seorang yang menerimanya."

"Aku yang membawa mereka kemari," sahut Huang Yu, "tidak akan membiarkan Jin Shui menanggung sendiri."

"Kalian masih ada rasa setia kawan, baik sekali," perempuan itu menyahut, nada suaranya tidak berubah, "kata-kataku masih berlaku, tiga hari kemudian baru kalian boleh keluar dari tempat ini."

Wanita itu pergi begitu saja, melewati lorong-lorong lain yang entah bisa sampai kemana, membawa peta di tangannya. Lin Ji Xuan dan Huang Lian lekas mengejar, akan tetapi gerakan perempuan itu sangat aneh, mereka sebentar saja sudah kehilangan jejak dan terpaksa kembali ke ruangan besar karena tidak ingin sampai tersesat di dalam perut gunung.

"Ershaoye, disini ada air tetapi tidak ada makanan," Xiao Mi berkata. Air alam dari langit-langit gua menetes dan tertampung dalam cekungan batu, cukup untuk mereka semua. "Nampaknya, kita memang sudah menjadi tahanan orang Baiyu Shan."

"Kita bisa pergi kapan saja," Xiao Hu menyambung, "bisa melewati makam dan keluar dari sana. Kunci masih ada pada kita."

"Kita harus tetap disini selama tiga hari, membantu Jin Shui agar bisa berjalan kembali," sahut Huang Yu. "Perempuan itu adalah utusan majikan besar Baiyu Shan, yang dikatakannya sama saja adalah perintah. Jika kita melanggarnya dan keluar dari tempat ini sebelum waktu yang ditentukan, maka sama saja menentang aturan disini."

"Makanan kering kita masih ada, tidak banyak tetapi setidaknya dalam tiga hari ini kita tidak akan mati kelaparan," Xu Qiao berkata.

"Peta sudah diambil oleh perempuan itu," Huang Lian mengingatkan, "tiga hari kemudian jika dia tidak mengembalikan, sama saja kita mesti keluar lagi melalui makam dan mesti lewat jalan depan dan bertemu dengan dage dan orang-orang yang bersamanya."

"Aku yakin Jin Shui Gege dan Huang Erge sudah menghafalkan peta itu," Xu Qiao berkata setengah berbisik padanya, "kau jangan lupa mereka adalah para pewaris Yumen, dan para pelindung tidak sembarangan memilih mereka."

"Perempuan tadi siapa?" Lin Ji Xuan menanya. "Apakah benar dia suruhan majikan besar Baiyu Shan? Sepertinya, tidak terlalu senang dengan kedatangan kita."

"Tempat ini adalah wilayah kekuasaan majikan besar, taiyang feng seharusnya berada tidak jauh," Huang Yu berkata, "selain majikan besar, semestinya masih ada sejumlah pengikut, mereka menunggu kedatangan kita, akan tetapi mereka juga belum mengenal kita, dengan sendirinya tidak akan menerima dengan begitu saja."

"Siapa namanya?" Lin Ji Xuan menanya pula.

"Dia tidak memperkenalkan diri," sahut Huang Lian.

"Jin Shui, dia tadi menguji kemampuanmu, menurutmu seperti apa ilmunya?" Li Qian menanya pada Jin Shui.

"Dia tidak menguasai ilmu milik Yumen kita, dilihat dari setiap gerakannya sepertinya dia tidak menguasai satu jurus yang khas, akan tetapi tenaga dalamnya sangat kuat," sahut Jin Shui, "hanya saja, tenaga dalam ini bukan tenaga dalam untuk melukai lawan."

"Apakah tenaga dalamnya terasa hangat saat bertemu dengan tenaga wuqing xue milikmu, kemudian seperti akan bersatu?" Huang Yu menanya.

"Benar sekali," sahut Jin Shui.

"Dia adalah seorang shengnu (gadis suci), gadis yang dilatih sejak kecil oleh jiaozhu furen dan dipersiapkan untuk ketua Yumen generasi berikutnya," Huang Yu berkata. "Ilmu yang dilatih olehnya bernama yun xia shen gong (ilmu awan merah), sejenis ilmu yang hanya melatih tenaga murni dan tanpa ada jurus, hanya bisa dilatih oleh kaum wanita dan harus dilatih sejak kanak-kanak."

"Shengnu?" yang lain menanya. Yumen adalah sebuah ajaran, sebuah aliran, adalah hal biasa jika sebuah aliran mempunyai seorang shengnu atau gadis suci. Hanya kedudukan shengnu untuk suatu aliran tidak sama dengan shengnu aliran lainnya. Entah Yumen memiliki kedudukan shengnu ini untuk apa.

"Dipersiapkan untuk ketua generasi selanjutnya?" tanya Xu Qiao, "maksudnya dia dipersiapkan untuk Jin Shui Gege? Dia… dia calon istri Jin Shui Gege?"

"Shengnu bukan calon pendamping ketua generasi berikutnya, hanya dipersiapkan untuk membantu ketua baru melatih wuqing xue tingkat ke delapan," Huang Yu berkata. "Chai Lang Shifu pernah memberitahukan padaku mengenai hal ini, tidak banyak, aku juga tidak tahu pada generasi ini masih ada seorang shengnu."

Xu Qiao mengalihkan pandangan dari Jin Shui dengan wajah memerah, barusan ia sempat merasa khawatir. Jika di Baiyu Shan sungguh ada seorang wanita yang sedemikian cantik sudah dipersiapkan sebagai calon istri Jin Shui, maka ia tidak tahu bagaimana akan menghadapinya.

"Bukan calon istri Jin Shui," Lin Ji Xuan menggodanya, "jiaozhu furen tidak perlu kedudukannya diambil oleh orang lain."

"Kedudukan paling tinggi dalam Yumen dipegang oleh ketua, di bawahnya ada dua wakil ketua," Huang Yu kembali berkata. "Kedudukan lain yaitu delapan pelindung, tujuh pewaris, enam tetua divisi, lima ketua elemen dan empat ketua balai masing-masing bisa dikatakan berimbang, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Satu kedudukan lagi, yaitu tiga gadis suci, adalah kedudukan yang dirahasiakan, semua di bawah dua wakil ketua hanya mengetahui bahwa tiga gadis suci merupakan pengawal khusus bagi jiaozhu furen."

"Kelak nona itu akan menjadi pengawalmu," Lin Ji Xuan kembali menggoda Xu Qiao. "Kalian harus baik-baik hidup bersama."

"Aku tidak akan menjadi jiaozhu furen, tidak perlu pengawal seperti dia," sahut Xu Qiao pelan.

"Ketua, wakil ketua, delapan pelindung dan semuanya termasuk tujuh pewaris yang asli semuanya sudah tewas tiga belas tahun yang lalu pada saat terjadi penyerangan ke Baiyu Shan," Li Qian berkata, "bagaimana masih ada seorang shengnu?"

"Mendiang jiaozhu sudah menghapuskan keberadaan shengnu dalam Yumen, seharusnya malah sudah tidak ada lagi yang menguasai yun xia shen gong," sahut Huang Yu, "tetapi bisa saja jiaozhu furen yang diam-diam mengaturnya. Pada penyerangan ke Baiyu Shan tiga belas tahun yang lalu, nona tadi seharusnya masih kanak-kanak, dan dia bisa saja dititipkan pada majikan besar Baiyu Shan di taiyang feng."

"Karena jiaozhu furen ingin Jin Shui bisa melatih wuqing xue tingkat ke delapan dan mengembalikan kejayaan Yumen sepenuhnya," kata Li Qian.

"Tiga gadis suci kenapa tinggal seorang? Atau masih ada dua orang lagi di taiyang feng?" tanya Lin Ji Xuan. "Jin Shui, kau sungguh beruntung, jauh-jauh sampai kemari, bahkan sudah ada perempuan yang dipersiapkan untukmu. Kalau begitu berdiam sebentar disini sampai kau bisa berjalan lagi dan pulih seperti semula tidak ada ruginya."

"Eh, kau bicara pakai aturan sedikit bisa tidak?" Huang Lian mengomelinya. "Apa perempuan yang sudah dipersiapkan untuk Hua Dage?"

"Tidak peduli bagaimana pun, Jin Shui memang perlu lekas memulihkan kakinya," Li Qian berkata. "Kita hanya diminta berdiam disini tiga hari, bukan tiga bulan atau tiga tahun, waktu tidak banyak, mesti digunakan baik-baik."

Jin Shui duduk di lantai gua, memandang ke dinding di sekitarnya beberapa saat, kemudian mencoret-coret sesuatu di tanah dengan tongkat kayu pemberian Ma Yong Tao untuknya.

Siang malam di dalam gua bawah tanah tidak ada bedanya, tidak banyak juga yang bisa mereka kerjakan. Xiao Hu dan Xiao Mi beberapa kali mencoba menembus lorong-lorong yang ada, berharap bisa menemukan hewan liar atau sejenisnya agar bisa menjadi makanan mereka. Akan tetapi di dalam gua di dalam perut gunung itu tidak ada makhluk hidup lain, tidak ada tanaman ataupun serangga. Begitupun udara di dalam gua masih terasa segar, artinya mereka tidak perlu khawatir akan kehabisan nafas.

Li Qian mengawasi coretan yang dibuat oleh Jin Shui di lantai gua, Huang Yu menambahkan beberapa petunjuk. Coretan itu adalah peta pemberian Liang Tian Jian Shen yang sejak lama sudah dihafalkan oleh Jin Shui.

Xiao Hu dan Xiao Mi memberitahu bahwa jalanan dalam perut gunung pada lorong-lorong menuju ruangan segi delapan semakin lama semakin menanjak, beberapa diantaranya merupakan jalanan sempit dengan anak tangga buatan manusia.

"Anak tangga disini hanya bisa dilewati satu orang," Xiao Hu berkata, "cukup jauh ke atas, juga tidak bisa berhenti di tengah jalan."

"Kemudian juga ada jembatan disini," Xiao Mi menunjuk bagian peta yang lain, "di bawahnya ada celah gunung yang cukup lebar dan entah sedalam apa."

"Jin Shui, tulang kakimu sudah tersambung sempurna, kau sudah boleh menggunakan untuk berjalan, hanya sementara masih perlu dibantu dengan tongkat," kata Li Qian, "untuk pulih sepenuhnya masih perlu waktu, tetapi untuk saat ini rasanya sudah cukup. Jika diperlukan, kau juga sudah bisa menggunakan ilmu ringan tubuh."

Li Qian, Huang Yu dan Lin Ji Xuan bergantian membantu Jin Shui melatih kembali kakinya. Mereka yakin sudah hari ketiga ketika meninggalkan tempat itu, melewati lorong-lorong panjang di dalam gunung dan mendaki ratusan anak tangga. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Xiao Mi, mereka akhirnya tiba di sebuah jembatan.

Jembatan itu dibangun di atas sebuah jurang yang lebar dan dalam. Jembatan yang terbuat dari kayu tua yang sudah sekian lama termakan usia, hanya selebar telapak kaki manusia. Tidak ada pegangan di sisinya, kayu tua itu pun tidak akan cukup untuk menahan berat badan mereka semua meski masing-masing memiliki ilmu ringan badan.

Lin Ji Xuan melemparkan sebutir batu ke sisi jembatan, berusaha menemukan seberapa dalamnya celah gunung disana. Namun batu dengan segera ditelan oleh kegelapan, tidak terdengar suaranya mencapai dasar jurang.

"Kalian belum pernah melewati jembatan ini?" tanyanya pada Xiao Hu dan Xiao Mi.

"Jembatan ini kelihatan rapuh, aku juga tidak yakin apakah kita sembilan orang semuanya bisa melewati dengan selamat," Li Qian berkata.

"Pintu keluar ada di seberang jembatan sana?" Huang Lian bertanya pada Jin Shui.

"Ruangan segi delapan itu ada di seberang sana, tidak jauh, hanya akan melewati dua persimpangan, pertama ambil yang kanan, kemudian sebelah kiri," sahut Jin Shui yakin. "Asalkan sudah mencapai tempat itu, tinggal menemukan pintu keluar. Hanya saja, untuk membuka kuncinya mungkin kita mesti memecahkan beberapa teka-teki kecil."

"Saat ini seharusnya sudah hari ketiga, nona shengnu itu sebentar lagi pasti akan muncul juga disana," Lin Ji Xuan berkata, "tunggu saja dia datang, maka tidak perlu repot memecahkan teka-teki."

"Yu, kau pergilah lebih dahulu bersama Lin Guniang," Jin Shui berkata pada Huang Yu.

"Tunggu dulu," Xu Qiao berkata, kemudian mengulurkan senjata selendang miliknya pada Lin Ji Xuan. "Lin Gongzi, kuyakin jembatan kayu ini tidak akan menyulitkanmu. Jika sudah sampai kesana, aku akan mengulurkan selendang ini dan setidaknya akan bisa dipakai untuk berpegangan."

Lin Ji Xuan memahami maksudnya, maka ia tidak perlu bertanya. Ia mendahului yang lain melesat ke atas jembatan, hanya tiga kali menapakkan kaki pada kayu tua itu, kemudian bersalto satu kali sambil memamerkan gayanya sendiri sebelum mencapai seberang sana. Pewaris Xie Zhang menguasai ilmu ringan tubuh yang terhitung baik, cara menyeberang yang seperti ini setidaknya akan mengurangi beban pada kayu jembatan.

"Lian-er, selendang ini tidak cukup, berikan juga milikmu," Xu Qiao berkata pada Huang Lian. Dua selendang diikat dahulu menjadi satu, Xu Qiao kemudian meminta Jin Shui melemparkan salah satu ujungnya pada Lin Ji Xuan.

"Aku saja," kata Huang Yu, kemudian mengambil ujung selendang itu dan menyentikkan seperti cara ia menembakkan senjata rahasia biji caturnya. Ujung selendang melesat ke seberang, masih sempat menghantam sedikit dinding gua sebelum Lin Ji Xuan bisa menangkapnya.

"Qiao-er, kau tidak bisa menggunakan tenaga dalammu?" Jin Shui menanya, tidak tahu mengapa Xu Qiao tidak melempar ujung selendang itu sendiri.

"Lin Ji Xuan sudah memamerkan ilmu ringan tubuhnya, kuyakin yang lain juga ingin pamer sedikit," Xu Qiao berkata. "Huang Erge, silakan."

Li Qian mengambil alih ujung selendang yang satu lagi dan membiarkan Huang Yu menggendong Lin Xiao Yan, menyeberangi jembatan itu sambil berpegangan. Huang Yu seorang diri bisa menggunakan ilmu ringan badan, akan tetapi ia mesti membawa istrinya yang seperti boneka hidup itu, tidak bisa sembarangan.

Xu Qiao dan Huang Lian menyeberang bergantian, diikuti Xiao Hu dan Xiao Mi, semuanya bisa mencapai seberang dengan selamat, namun keadaan jembatan itu kurang baik, suara derik kayu terdengar beberapa kali.

"Jin Shui Gege, hati-hati," Xu Qiao berseru pada Jin Shui saat mulai menjejakkan tongkat pada kayu jembatan.

Kayu jembatan berderik keras saat Jin Shui berada di tengah, selendang yang dipegang oleh Lin Ji Xuan dan Li Qian masih lebih kuat dibandingkan kayu tua itu, dan untuk sebentar Jin Shui menahan langkah, berusaha memperhitungkan kemungkinan melompat langsung ke seberang sana. Masih ada Li Qian di belakangnya, jembatan itu masih harus bisa menahan satu orang lagi.

"Jangan mencemaskanku," Li Qian berkata, "aku pasti bisa menyusul kalian."

Jin Shui kembali meneruskan langkah, menahan agar kayu jembatan tidak sampai patah. Akan tetapi kayu itu sudah terlalu tua, menahan beban delapan orang bergantuan bukan pekerjaan ringan. Jembatan itu pun patah saat Jin Shui menjejakkan kaki di seberang, terlambat sedikit saja sudah pasti akan terjatuh ke dalam jurang sana.

Li Qian masih tertinggal di seberang, hanya bisa memandangi sisa jembatan menghilang sekejab dalam kegelapan. Huang Lian menjerit, akan tetapi kemudian ia melihat Li Qian membelitkan selendang di tubuhnya, bersamaan Huang Yu juga membantu Lin Ji Xuan menahan ujung yang satu lagi, ia tahu mereka ada cara, maka ia pun ikut memegang kain selendang dengan erat.

Li Qian bersalto satu kali, menggunakan tenaga dalam untuk mendorong diri sendiri, dengan kuat memijakkan kaki untuk melompat ke seberang. Huang Yu dan Lin Ji Xuan menariknya, memberinya lebih banyak kesempatan, dan ia pun tiba di seberang dengan selamat. Huang Lian langsung memeluknya.

Mereka kembali melewati lorong, jalan tetap menanjak, tidak berapa lama menemukan satu pintu tertutup. Tidak nampak ada teka-teki apa pun, Lin Ji Xuan berusaha mendorongnya, namun pintu batu itu tidak bergerak sedikit pun. Jin Shui dengan tenang meraba bagian samping pintu, menemukan celah disitu, kemudian menariknya, pintu pun terbuka.

Mereka masuk ke dalam, menemukan satu pintu lain yang tidak jauh, Jin Shui membuka dengan cara yang sama dan mereka kembali masuk ke bagian lain ruangan gua bawah tanah, kali ini merupakan sebuah ruangan batu berbentuk segi delapan. Ruang penyimpanan yang sesuai dengan yang ada pada peta pemberian Zhang Zhe Liang.

Ruangan itu cukup luas, di bagian tengah ruangan terdapat sebuah meja batu. Delapan sisi ruangan semuanya merupakan sebuah dinding batu, termasuk sisi tempat mereka masuk barusan. Pintu keluar seharusnya berada di sisi yang di seberangnya, akan tetapi mereka tidak mendapati alat rahasia seperti yang barusan ditemui oleh Jin Shui.

Meja bundar di tengah ruangan segi delapan itu bukan meja sembarangan, melainkan sebuah teka-teki yang belum pernah ditemui sebelumnya. Jin Shui dan yang lain mengelilingi meja, segera mengetahui bahwa pada meja itu terdapat sejenis alat rahasia yang untuk membuka jalan keluar mereka dari tempat ini.

Permukaan meja tersusun oleh empat lapis lingkaran dengan diameter yang berbeda, masing-masing lingkaran terbagi delapan bagian sama besar, pada pusat semua lingkaran dan masing-masing ujung dari setiap bagian terdapat sebuah angka, tidak ada yang lebih besar dari tiga puluh tiga. Angka yang ada di pusat lingkaran adalah angka sembilan. Keempat lingkaran bisa diputar-putar, jelas sekali meminta siapa pun yang masuk kemari untuk menyusun angka-angka itu sampai mendapatkan satu rangkaian yang sesuai.

"Permainan apa ini?" Huang Lian yang paling malas berurusan dengan huruf dan angka. Teka-teki seperti ini ia tentu saja tidak ingin memikirkan sama sekali. "Menebak dan berhitung?"

"Aku belum pernah melihat yang seperti ini," sahut Xu Qiao. Ayahnya pernah memberitahukan berbagai macam teka teki dan hitungan, akan tetapi ia tidak mengenal lingkaran angka itu. "Lingkaran-lingkaran ini apakah ada hubungannya dengan jalan keluar dari ruangan segi delapan?"

"Chai Lang Shifu ada memberitahukan dan mengajarkan padaku mengenai berbagai macam tokoh dan ilmu yang ada dalam dunia persilatan, termasuk mengenai tempat kediaman mereka, akan tetapi tidak pernah mengajarkan mengenai teka teki dan hitungan," Huang Yu berkata.

"Delapan sisi pada ruangan ini semestinya semua adalah pintu yang bisa dibuka dan di baliknya adalah rahasia yang saat ini diinginkan banyak orang," kata Jin Shui. "Kita disini bukan menginginkan rahasia itu, hanya perlu keluar hidup-hidup."

"Zhang Laoqianbei tidak ada memberitahukan padamu petunjuk untuk menyelesaikan teka-teki ini?" tanya Lin Ji Xuan.

"Ada empat lingkaran dengan masing-masing delapan bagian disini, sama saja ada ratusan kemungkinan kita bisa meletakkannya pada urutan yang benar," sahut Huang Yu. "Tetapi seharusnya, ada satu angka yang bisa dijadikan patokan. Sepertinya, kita mesti menyusun sampai delapan diameter yang ada jika dijumlahkan angka-angkanya akan membentuk satu angka yang sama."

"Angka berapa?" Li Qian seorang yang cerdas, tetapi tidak bisa berpikir sampai sejauh itu. Pada keempat lingkaran tidak ada petunjuk sama sekali. "Jin Shui, Zhang Laoqianbei ada memberi petunjuk apa lagi?"

"Tidak ada, tapi kurasa teka-teki ini tidak begitu sulit," Jin Shui berpikir sebentar, menyentuh angka terbesar yang ada, yaitu angka tiga puluh tiga. "Jumlah angka pada masing-masing lingkaran adalah seratus empat puluh tujuh, dikurangi angka sembilan yang ada di tengah, kemudian dibagi dua, maka akan mendapatkan angka enam puluh sembilan. Masing-masing jari-jari lingkaran, empat angka tanpa angka sembilan yang ada di tengah, seharusnya berjumlah enam puluh sembilan."

"Bagaimana kau tahu?" Huang Lian sama sekali tidak mengerti.

Jin Shui tidak menjawab, otaknya berputar keras. Ia menyusun angka paling luar tiga puluh tiga, kemudian angka sembilan, selanjutnya angka tiga dan dua puluh empat, jumlahnya enam puluh sembilan.

Salah satu pintu lain pada ruangan segi delapan terbuka, namun pintu tempat mereka tadi masuk malah tertutup dan langsung terkunci.

"Jin Shui, kau benar-benar hebat," Lin Ji Xuan langsung berseru memuji. Jin Shui tidak menyahut, ia merasa ada yang tidak sewajarnya. Teka-teki ini tidak mungkin begitu mudah. Hanya satu pintu yang terbuka, belum tentu juga pintu itu adalah pintu keluar.

Mereka semua belum sempat bertindak lebih jauh, dari balik pintu ruangan yang barusan terbuka melesat keluar belasan batang senjata rahasia, entah beracun atau tidak yang jelas sudah cukup mengagetkan mereka semua. Satu menyambar lengan Xiao Hu dan satu yang lainnya hampir menancap di kaki Lin Xiao Yan. Yang lainnya masih sempat bersembunyi di balik meja, Jin Shui malah sempat menangkap salah satu senjata rahasia.

"Ini bukan senjata rahasia milik Baiyu Shan ataupun Yumen Jiao," ia tidak mengenali senjata rahasia itu. "Ruangan ini, bisa jadi sudah ada sejak sebelum majikan yang sekarang datang kemari."

Hujan senjata itu tidak lama. Mereka kembali mengelilingi meja bundar setelah merasa aman. Xu Qiao mencoba memeriksa ke dalam ruangan tempat senjata-senjata rahasia barusan keluar. Hanya sebuah ruangan kosong yang ditemukan, ia juga tidak menemukan alat rahasia apa pun di dalam, pintu keluar agaknya bukan pada ruangan yang ini. Teka-teki belum lagi selesai.

"Lihat, hanya satu baris angka yang menunjukkan jumlah enam puluh sembilan," Li Qian menunjuk ke arah meja bulat. Memang benar hanya ada satu susunan empat angka yang menunjukkan jumlah yang seharusnya, sisanya tidak ada yang sesuai, maka delapan pintu ruang segi delapan juga tidak semuanya terbuka. Teka-teki ini sepertinya masih menyimpan rahasia yang lain. Mereka juga mesti lebih berwaspada.

"Artinya kita mesti memecahkan semua baru bisa mendapatkan jalan keluar," Lin Ji Xuan menyahut. "Jika mendapatkan yang seperti barusan entah apalagi yang bakal muncul."

"Terpaksa hanya bisa mencoba," sahut Jin Shui. "Pintu mana pun yang terbuka kita mesti menghindarinya lebih dulu."

Ia melanjutkan memutar-mutar lingkaran angka pada meja. Perhatiannya terutama terpusat pada angka terbesar yaitu tiga puluh tiga. Ketika angka itu bersama angka lima belas, dua puluh tiga dan tujuh menunjukkan jumlah tujuh puluh delapan, angka yang hampir berseberangan rupanya membentuk jumlah enam puluh sembilan. Jin Shui masih sempat menggeser papan angka paling kecil satu kali sebelum pintu senjata rahasia barusan menutup dan pintu salah satu ruangan yang lain terbuka.

Kali ini tidak ada senjata rahasia yang berhamburan keluar. Xu Qiao kembali memeriksa. Lagi-lagi sebuah ruangan kosong yang ditemukan. Namun ruangan kosong ini bukan hanya sekedar sebuah ruangan kosong. Huang Yu ikut memeriksa dan menemukan ukiran huruf-huruf kecil pada seluruh dinding ruangan. Huruf-huruf ini berupa huruf kuno yang kemungkinan dibuat pada masa dinasti Tang ratusan tahun silam. Atau tulisan baru yang sengaja diukirkan dengan huruf kuno agar tidak mudah terbaca, tidak ada yang tahu.

"Sebuah kitab," Huang Yu berkata, "tidak benar, bukan sebuah melainkan ada tiga kitab yang diukirkan pada tiga dinding ruangan ini,"

"Kitab apa?" tanya Huang Lian. "Apakah kitab ilmu tingkat tinggi?"

"Kalau tidak salah ini adalah ilmu leng qing yu hua, ilmu milik orang Baiyu Shan," Huang Yu berkata, menunjuk pada dinding di depannya, "ilmu yang sudah lama tidak pernah ada dalam dunia persilatan, sudah hampir menjadi legenda saja."

"Kita disini untuk menemukan jalan keluar," Xu Qiao mengingatkan, "kitab milik Baiyu Shan, kita tidak ada hak untuk mempelajarinya tanpa ijin."

Empat lingkaran kembali membentuk satu susunan angka dengan jumlah enam puluh sembilan. Delapan, enam belas, dua puluh tiga dan dua puluh dua. Pintu ruangan kitab tertutup, kemudian pintu ruangan lain terbuka. Ruangan kali ini berisi tujuh bilah pedang, masing-masing pedang berbeda bentuk, ukuran, dan warna, namun semuanya mempunyai karakter dan keistimewaan sendiri.

Mereka masing-masing tidak bisa menahan diri untuk melihat lebih dekat ketujuh pedang itu. pada badan pedang nampak terukir nama-namanya. Tujuh pedang terbaik yang dibuat oleh para pembuat pedang terbaik pula. Huang Lian mengambil salah satu dan mendapati sebuah pedang lentur. Li Qian mengambil pedang yang paling besar, beratnya tidak kurang dari tiga ratus kati.

Sebuah pedang lain diambil oleh Jin Shui, Xu Qiao juga mengamatinya. Pedang ini berwarna hitam legam, terasa ringan di tangan seperti tidak ada, jelas pedang ini adalah yang paling istimewa dibandingkan yang lainnya.

Semua pedang dikembalikan ke tempatnya. Mereka masih harus memecahkan teka-teki lingkaran angka untuk menemukan jalan keluar. Jin Shui kembali memutar keempat lingkaran, pada kombinasi angka selanjutnya, tiga puluh tiga, satu, sebelas dan dua puluh empat, mereka menemukan kejutan lain.

Pintu ruangan segi delapan yang tadi terbuka menutup pelahan, sementara sebuah pintu yang lain terbuka.

Air langsung membanjiri tempat mereka berada, mengalir dari salah satu dinding dan langsung menggenangi kaki sembilan orang yang ada disana. Jin Shui dengan cepat memutar lingkaran angka ke sembarang arah, menutup pintu tempat air berasal. Pintu pun menutup pelahan, namun air masih mengalir dan menggenangi ruangan itu semakin tinggi.

Jin Shui tahu mereka lekas keluar dari tempat ini sebelum mati kehabisan udara atau mati tenggelam. Maka ia berusaha menghitung dengan cepat dan menemukan kombinasi angka yang berikutnya. Huang Yu, Lin Ji Xuan dan Li Qian, termasuk Xu Qiao, semuanya ikut menghitung dan berusaha tetap tenang.

Tiga puluh tiga, satu, tiga belas dan dua puluh dua, di seberangnya angka delapan, tujuh belas, dua puluh enam dan delapan belas, persis masing-masing membentuk jumlah enam puluh sembilan. Semua diameter lingkaran sekarang persis menunjukkan jumlah yang sama juga. Kombinasi yang seharusnya bisa membuka semua pintu yang ada.

Waktu benar-benar terasa sangat lambat. Detik demi detik terasa tegang. Entah berapa lama kemudian, mereka merasakan air menyusut dengan cepat. Udara pegunungan yang segar, menyusup masuk melalui salah satu bagian ruangan segi delapan. Pelahan kemudian, semua pintu yang ada membuka. Tidak ada senjata rahasia atau panah menyembur keluar atau air yang mengalir. Kombinasi empat lingkaran sudah benar, jalan keluar terbuka di depan mereka.

Xiao Hu dan Xiao Mi mendahului keluar, berwaspada. Yang lain menyusul, Jin Shui dan Xu Qiao paling akhir.

Di depan lorong merupakan salah satu tebing Baiyu Shan, sinar matahari nampak redup, dataran di depan ruangan segi delapan itu berada di atas tebing yang tinggi, dikelilingi jurang yang dalam, di kejauhan nampak tebing-tebing lain yang begitu indah, serasa berada di tempat kediaman para dewa.

Perempuan berbaju putih yang menemui mereka di dalam makam datang entah darimana, menghampiri Jin Shui dan yang lain. Melihat Jin Shui masih menggunakan tongkat untuk berjalan, sorotan matanya sama dingin seperti ketika mereka bertemu pertama kali.

"Jiaozhu furen sudah menunggu kalian," katanya tanpa basa basi, tapi suaranya terdengar lebih halus, "semuanya silakan ikut aku."

"Guniang apakah benar shengnu Yumen Jiao?" Huang Yu langsung menanya pada perempuan itu.

"Aku Shu Qin, pemimpin Yuzhi Shi Wu (Lima Belas Cabang Giok), pelindung utama Baiyu Shan," perempuan itu menjawab dengan halus tenang, sedikit menutupi identitas sebagai gadis suci dari sebuah aliran sesat.

"Yuzhi Shi Wu?" tanya Lin Ji Xuan. "Apa itu?"

"Di masa lalu majikan besar Baiyu Shan mempunyai dua kelompok pesilat yang setia mengawal dan melindungi setiap saat, yang satu adalah Shen Feng Di Zhi (Dua Belas Angin Sakti) dan Lian Hua Tian Gan (Sepuluh Bunga Teratai)," Shu Qin berkata. "Dua kelompok pesilat ini kemudian mendapat perintah mengikuti Gu Qiong Nan Gu Daxia, suami dari majikan besar, untuk mengawal dan melindungi di medan perang. Mereka semua gugur, dan majikan besar Baiyu Shan kemudian melatih lima belas perempuan menjadi satu pasukan kecil baru yang disebut Yuzhi Shi Wu."

"Apa?" Lin Ji Xuan mendengar penjelasannya yang panjang lebar, ia malas memahami. "Oh, disini ada pasukan perempuan?"

Shu Qin tidak menyahut lagi, lantas mendahului mereka semua ke bagian lain tebing itu, menembus sebuah gua di atas gunung, dan tiba di sebuah dataran lain yang lebih luas. Sebuah tempat yang cukup tersembunyi diantara serangkaian pegunungan yang saling menyambung. Seperti sebuah lembah, akan tetapi letaknya juga di ketinggian.

Di tengah lembah itu terdapat semacam taman bunga dengan sebuah gasebo kecil diantaranya, empat lukisan tergantung disana, semuanya masih belum selesai. Suara alat musik kecapi terdengar pelan, lagu yang dibawakan membawa berbagai macam perasaan.

Yang tengah memainkan alat musik itu rupanya adalah seorang gadis muda, duduk di atas atap gasebo. Ia mengenakan pakaian berwarna merah muda, wajahnya putih dan cantik. Usianya paling banyak baru empat belas tahun, matanya bening akan tetapi sekaligus membawakan sejenis hawa dingin yang aneh. Wajah mungil yang sebenarnya sangat menarik, siapa pun akan dengan senang hati mendekati gadis cilik ini, terutama jika melihat peliharaan di sisinya, seekor kelinci putih yang manis.

Lagu yang dimainkannya semakin cepat. Bunga-bunga betebaran di udara di sekitar gasebo itu, satu sosok lainnya datang entah darimana, melayang sambil memamerkan kemampuan memainkan senjata rahasia. Beberapa ekor burung kecil jatuh ke tanah, menggeliat sebentar sebelum terbang lagi dengan ketakutan.

"Jiejie, melukai makhluk kecil yang tidak berdaya seperti ini, sepertinya terlalu kejam," gadis yang memainkan kecapi itu berkata, suaranya lembut dan tenang, masih membawakan perasaan dingin sama seperti sorotan matanya. Lagu yang dimainkan berubah lambat, sosok yang baru datang itu masuk ke dalam gasebo dan berdiam diantara empat lukisan yang ada.

"Aku hanya bermain sebentar dengan mereka, tidak membunuh juga tidak melukai," ia memberikan jawaban, "mana bisa dikatakan kejam?"

Gadis yang baru datang ini mengenakan pakaian berwarna kuning muda, wajahnya jauh lebih dingin dibandingkan adiknya. Ia hanya setahun lebih tua, cantik dan gemulai. Di dalam gasebo itu ia mulai mengambil alat lukisnya, mengaduk cat dan mulai menari mengikuti nada-nada yang dimainkan di atas gasebo sana. Sambil menari sambil melukis, empat lukisan berbeda dikerjakan bersamaan. Pemandangan seperti ini di tempat yang terpencil seperti Baiyu Shan, barangkali tidak jauh berbeda dengan alam dewa dewi.

Kedua gadis itu sama sekali tidak memperhatikan Shu Qin yang datang bersama Jin Shui dan yang lainnya, mereka terus memainkan kecapi dan melukis. Sungguh sebuah pemandangan yang memukau.

"Gadis yang sedang melukis itu dipanggil dengan nama Leng Shui (air dingin), bersama adiknya Han Xue (salju dingin) merupakan dua anggota Han Leng Shuang Yin (Dua Negatif Dingin)," Shu Qin memberitahu Jin Shui dan yang lainnya. "Mereka dibawa ke Baiyu Shan ini sejak masih bayi, dilatih langsung oleh majikan tempat ini yang belum pernah mereka lihat wajahnya. Orang tua keduanya adalah anggota Yumen di masa lalu, terbunuh tiga belas tahun silam ketika markas Yumen di kaki bukit sana dihancurkan orang."

"Markas Yumen ada di bawah sana," kata Jin Shui, "kalau begitu apakah tempat ini yang disebut sebagai taiyang feng?"

"Disini disebut sebagai feicui feng, tempat berlatih bagi kami para pengawal Baiyu Shan," sahut Shu Qin. "Taiyang feng merupakan tempat kediaman majikan besar, bahkan kami pun tidak boleh sembarangan pergi kesana."

"Jiejie, ilmu ringan tubuhmu sepertinya semakin bagus, serangan biao juga semakin lihai," gadis di atas gasebo berseru memuji. Permainan alat musiknya berhenti. "Bisa menjatuhkan burung-burung kecil tanpa melukai, sama seperti yang diajarkan oleh dashanzhu (majikan bukit) kita."

Ia melayang turun dari atas atap, hanya membawa kelinci peliharaannya. Alat musiknya ditinggalkan begitu saja. Kelinci dipeluk dengan satu tangan, satu tangan lainnya membuat gerakan melambai yang lembut, namun gerakan yang begitu lembut itu menerbitkan tiupan angin yang tidak kecil. Daun-daun dan kelopak bunga beterbangan ke arah gasebo, tentu saja mengganggu si kakak yang sedang melukis.

"Meimei, kau ingin merusak lukisanku?" si kakak tidak marah, tetapi ia juga tidak tinggal diam, kemudian menyambar tempat cat dan mengarahkan percikannya ke arah si adik. Han Xue tentu saja tidak suka pakaiannya kotor oleh pewarna itu, untuk beberapa saat jadi sibuk sendiri, menghindar kesana kemari.

Leng Shui menggoreskan kuas ke arah kanvas-kanvasnya, melanjutkan melukis dengan santai. Han Xue hendak mengganggu lagi, tetapi dengan sedikit waspada karena tidak ingin terkena cat, serangannya sangat lemah. Kakaknya melihat kesempatan, satu senjata rahasianya melesat, langsung menotok jalan darah di badan adiknya hingga kaku seketika.

"Sudah dua hari aku mengerjakan lukisanku, masih belum selesai juga karena diganggu olehmu," ia mengomel dengan nada datar. "Masa setiap kali kau mesti menonton aku melukis dengan badan kaku tidak bisa bergerak seperti itu?" ia kembali menari, menggoreskan satu warna demi satu warna pada empat lukisannya secara bergantian. Sinar matahari pagi menyiram wajahnya yang bersih, menampakkan kecantikan yang khas. Tariannya sangat menawan, lukisan-lukisan itu pun sangat indah.

"Aku hanya mengujimu saja Jiejie, ingin tahu leng qing yu hua yang diajarkan oleh dashanzhu sudah sampai tahapan yang mana," Han Xue berkata.

"Menurutmu?" tanya Leng Shui.

"Ternyata baru sampai tingkatan pertama," sahut Han Xue setengah mengejek.

"Ilmu ini sangat sulit, tidak sembarang orang bisa mempelajarinya, juga tidak boleh dilatih dengan buru-buru atau akan berbalik melukai diri sendiri," Leng Shui berkata. "Kau baik-baik saja melatih yun feng nong yue-mu itu, kita berdua tidak saling mengganggu, bukannya begitu lebih baik?"

"Mempelajari yun feng nong yue memang mesti menguasai permaian alat musik, tetapi leng qing yu hua tidak ada kaitannya dengan lukisan," sahut Han Xue, "Jiejie, pantas saja kau baru menguasai tingkatan pertama."

Beberapa tetes cairan pewarna melesat, lewat persis di samping kanan dan kiri Han Xue, tetapi sudah cukup untuk membuat gadis muda ini ketakutan dan seketika menutup mulutnya rapat-rapat. Si kakak jelas tahu adiknya ini sangat suka kecantikan, barusan ternyata ia hanya menggertak saja.

Beberapa orang lain hadir disitu, datang dari bagian lain tebing melalui sejumlah anak tangga. Leng Shui menyentilkan satu senjata rahasia sekali lagi, membebaskan adiknya dari totokan. Han Xue bisa bergerak lagi, hampir terlambat untuk menangkap kelincinya yang nyaris merosot jatuh dari pelukan.

Gu Chen Hui datang bersama anggota Liangshan Liu Mo yang sudah dikendalikan olehnya, Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long. Paling belakang juga ada mengikut muridnya dan si anggota kedua yang sempat bersama Jin Shui beberapa waktu yang lalu, Ma Yong Tao.

"Leng Shui, Han Xue, lekas temui jiaozhu kalian yang baru," Gu Chen Hui langsung menegur kedua gadis muda yang sedang bermain musik dan melukis itu. Keduanya lekas meninggalkan gasebo dan menghampiri Jin Shui dan yang lain, memanggil Shu Qin terlebih dahulu. Akan tetapi tentu saja mereka tidak lekas memanggil jiaozhu karena tidak mengenali Jin Shui atau pun yang lain.

"Kakak ini adalah Hua Jin Shui, Hua Jiaozhu," Shu Qin langsung memperkenalkan Jin Shui dan membiarkan kedua gadis Han Leng Shuang Yin memberi salam seperlunya.

"Jiaozhu mengapa berjalan menggunakan tongkat?" Han Xue menanya lugu. "Apakah ada yang melukaimu?"

"Yang melukai dia adalah ayahku," Ma Yong Tao yang menjawab, orangnya sudah mendekati Jin Shui dan menepuk bahunya. "Huang Xiongdi, kau juga sudah tiba disini?" ia menanya pada Huang Yu sebelum sebutir biji catur melesat ke wajahnya.

"Kau rupanya juga sudah berada disini," Huang Yu berkata padanya, "jika tidak ingat kau adalah murid jiaozhu furen, aku sudah ingin mengadu jiwa denganmu."

"Akan ada waktunya," Ma Yong Tao menyahut santai. "Jin Shui, hari itu kau pergi begitu saja bersama gadismu, aku sebenarnya hendak menyusulmu, hanya saja aku tidak enak jika mengganggu kalian." Ia memandang sebentar ke arah Xu Qiao. "Xu Guniang sudah menjaga Jin Shui baik-baik, aku mengucapkan terima kasih."

"Aku menjaga Jin Shui Gege apa urusannya denganmu?" Xu Qiao menanya. "Buat apa kau berterima kasih?"

"Jin Shui belum memberitahukan padamu?" tanya Ma Yong Tao. "Dia sudah menolong ayahku, dua kali, aku sudah bersumpah akan setia padanya seumur hidup."

"Jiaozhu furen," Jin Shui tidak memedulikan si raja iblis, langsung menyapa Gu Chen Hui dan memberi hormat seperlunya. Huang Yu melakukan yang sama, diikuti Lin Ji Xuan dan juga Li Qian.

"Jin Shui, kawan-kawanmu yang lain sudah tiba di Kota Chen-an beberapa hari yang lalu dan aku kemudian membawa mereka ke Baiyu Shan," Gu Chen Hui berkata, "juga sudah bergabung dengan Yao Yao dan yang lain. Hanya saja kau tidak ada, kami mengkhawatirkanmu. Kemudian Shu Qin memberitahu bahwa kau sudah berada di dalam ruang rahasia, dan aku sudah menunggu untuk bertemu denganmu disini."

"Jin Shui terpaksa melewati makam Keluarga Bai untuk bisa sampai kemari," sahut Jin Shui, "harap Jiaozhu Furen tidak keberatan."

"Tidak apa," sahut Gu Chen Hui, "asal bisa tiba disini dengan selamat."

"Jiaozhu Furen, Liao Xian dan yang lain berada dimana?" tanya Huang Yu.

"Yao Yao siapa?" Lin Ji Xuan menanya. Sudah ada seorang shengnu, sekelompok pengawal perempuan, dua gadis Han Leng Shuang Yin, kini ditambah lagi seorang bernama Yao Yao, agaknya juga adalah seorang perempuan.

"Yi Peng Pian sudah mengatur cucu perempuannya untuk menjadi pemimpin sementara anggota Yumen yang baru, mereka sudah lama menunggu kalian untuk membangun kembali markas di bawah sana," kata Gu Chen Hui. "Juga ada dua orang lain yang datang, bernama Lao Diao Yan dan Lao Guo Shou, mereka bilang juga sudah menjadi pengikut bersama sejumlah orang lain di Anning Hegu."

"Benar, sepanjang perjalanan kami kemari memang sudah mengumpulkan orang sebagai anggota Yumen yang baru," Huang Yu berkata. "Sudah waktunya untuk memulai semuanya."

"Hanya saja, saat ini kita ada sedikit masalah," nada suara Gu Chen Hui tiba-tiba berubah. "Orang-orang dunia persilatan selama beberapa hari ini berdatangan ke Baiyu Shan, dan dari yang kulihat, tujuan mereka bukan untuk ikut bergabung dengan Yumen."

Di lereng gunung, tempat puing-puing bekas markas Yumen, sudah berkumpul ratusan orang dari berbagai penjuru, para tokoh dari berbagai aliran, ketua beberapa partai, pemimpin beberapa perkumpulan, orang-orang yang tempo hari berdatangan di Kota Chen-an demi mendapatkan benda peninggalan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang yang sudah menarik perhatian mereka sejak tiga tahun yang lalu.

Yang paling depan diantara orang-orang itu jelas adalah Huang Zhe, kakak kandung Huang Yu yang sejak beberapa bulan yang lalu mengakui Xie Tian Hu sebagai guru kemudian pelan-pelan membujuknya untuk memberikan peta peninggalan Zhang Zhe Liang, menyebarkannya, dan menggerakkan orang-orang yang penasaran mengenai harta peninggalan itu untuk datang ke Baiyu Shan.

Diantara mereka yang hadir nampak sisa pengikut Haitang Jian Pai, sejumlah pengikutnya si pembuat senjata Peng Yang tanpa pemimpinnya, orang-orang Lembah Arak, sejumlah orang berbaju nelayan sungai, dan ratusan orang yang menggunakan caping lebar, topeng atau penutup wajah yang agaknya tidak ingin dikenali.

Lin Laotai dan beberapa pengawal Keluarga Lin ada diantara mereka yang hadir, berdiri agak jauh. Nyonya tua ini tentu saja datang bukan demi segala macam warisan, melainkan karena tempo hari di Wuling tidak berpamitan dengan dua cucu kesayangannya, datang kemari untuk memastikan mereka bisa menghadapi orang banyak yang berdatangan.

Han Bu Dian juga hadir, seorang diri, karena seluruh anggota Jianyin Bang sudah tewas terbunuh. Ia mendengar kabar bahwa benda peninggalan kakek gurunya sudah muncul kembali dan orang-orang menyebut mengenai peta sebuah tempat di Baiyu Shan. Ia tahu kakek gurunya sudah memberikan salinan peta itu pada Jin Shui, akan tetapi ia juga masih ingat bahwa peta yang asli ada di tangan paman guru keduanya, Xie Tian Hu, orang yang sudah membantai seisi Jianyin Bang dan membunuh gurunya.

Han Bu Dian tahu Jin Shui tidak mungkin dengan sengaja menyebarkan salinan peta, akan tetapi Xie Tian Hu bisa saja melakukannya, demi meminjam tangan orang-orang lain mendapatkan benda peninggalan Zhang Zhe Liang dan merebutnya.

Liao Xian, Qin Liang Jie, Zhu Bai Que dan Liu Xin beserta pasangan dan kawan-kawan mereka Yin Xiu Chen, Shangguan Ru Yin, Zhou Xiang Nu, Yang Lei dan juga Zhou Yan Zi semua berdiri di bagian depan puing-puing markas Yumen, menghadang mereka yang datang. Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou juga sudah berada disitu, di belakang mereka nampak seorang gadis muda berbaju merah yang membawa sejumlah orang, pada lengan mereka nampak jelas tersulam lambang Yumen.

Gu Chen Hui melangkah ke diantara orang-orang yang berada di puing markas Yumen, semuanya menyingkir memberi jalan padanya, membiarkannya maju ke depan. Ma Yong Tao, Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long menghentikan langkah dan tidak ikut maju. Jin Shui, Huang Yu, Li Qian dan Li Ji Xuan berempat yang maju bersama Gu Chen Hui, lebih dahulu menemui empat pewaris lain sebelum ada yang saling serang di depan sana.

"Jin Shui," Liao Xian dan Qin Liang Jie langsung menyambutnya.

Jin Shui sudah menyerahkan tongkatnya pada Ma Yong Tao dan berjalan sendiri. Kedua kakinya belum cukup kuat, akan tetapi ia bisa menahan dengan menggunakan tenaga dalam, ia merasa cukup yakin.

"Lin Ji Xuan," Zhou Yan Zi langsung menyambut kekasihnya.

"Lekas ke belakang," Lin Ji Xuan menghindarinya, "disini tidak ada urusan denganmu."

Gu Chen Hui terus melangkah ke bagian depan, diikuti oleh delapan pewaris lengkap tanpa ada yang kurang. Mereka yang hadir sebagian mengenali Jin Shui dan kawan-kawan, juga ada yang mengenali si nyonya, mereka saling berbisik.

"Itu adalah Wu Furen, istri ketua Yumen, iblis Wu Yao Wei,"

"Bukannya orang Yumen sudah mati semua? Mengapa masih ada?"

"Para pewaris semuanya juga ada disini."

"Bukankah kita datang untuk mencari peninggalan Liang Tian Jian Shen? Kenapa disini malah bertemu orang-orang aliran sesat?"

Huang Yu menyapukan pandangan pada orang-orang yang mengenakan caping, topeng dan memakai penutup muka yang tersebar di bagian belakang, berusaha menemukan sosok Xie Tian Hu, musuh utamanya. Orang-orang yang datang ke Baiyu Shan ini demi peninggalan Zhang Zhe Liang yang sangat diinginkan oleh Xie Tian Hu, bahkan Huang Zhe sudah berada disitu, tidak mungkin Xie Tian Hu tidak ikut hadir.

Dua orang kakek menyerang ke arah Gu Chen Hui dengan senjata golok mereka. Yang satunya berbadan bungkuk dan berjenggot panjang, satunya lagi tinggi tetapi pincang, keduanya membawa guci arak di pinggang yang cukup menyolok. Dua kakek itu adalah Jiu Ya Er Sheng dari Lembah Arak, Shi Wen dan Shi Gang. Gu Chen Hui meninggalkan Jin Shui dan kawan-kawan, menyambut serangan dua orang itu.

Orang-orang lainnya ikut maju, akan tetapi di saat itu Leng Shui dan Han Xue berdua sudah menghadang di depan para pewaris, keduanya bersama memainkan gerakan khas leng qing yu hua dan yin feng nong yue, dua ilmu khas Baiyu Shan, meski hanya sekedar pamer akan tetapi sudah cukup menghentikan langkah banyak orang.

"Mereka adalah orang-orangnya majikan besar Baiyu Shan, bukan orang Yumen," Han Bu Dian berseru dari tempatnya, "sungguh memalukan jika kalian datang kemari hanya untuk mengeroyok dua nona muda."

Diantara mereka yang hadir masih ada yang ingat mengenai majikan besar Baiyu Shan dan mendiang suaminya yang dahulu sangat dihormati dalam dunia persilatan. Mereka yang masih ingat dan mendengar mengenai pasangan itu setidaknya masih merasa segan dan tidak ingin sampai membuat masalah.

"Kami dari Wisma Dayue, membawa perintah Meng Zhuangzhu untuk menghalangi siapa saja yang ingin membuat kekacauan di Baiyu Shan."

Dua orang lelaki setengah tua berbaju hitam putih hadir di belakang Han Bu Dian, diikuti belasan lelaki lain yang berpenampilan serupa. Mereka mengaku sebagai utusan Meng Zhuangzhu dari Wisma Dayue, dan mereka yang hadir disitu agaknya juga segan pada nama Wisma Dayue, salah satu wisma yang masih cukup berpengaruh pada masa ini.

Di saat yang sama Gu Chen Hui masih bertarung dengan Shi Wen dan Shi Gang, dua kakek majikan lembah arak. Penghuni Lembah Arak terkenal suka membuat arak beracun dan membunuh orang hanya untuk melihat hasil percobaan racun mereka. Reputasi kedua kakek majikan lembah ini lebih mengerikan lagi, yaitu ilmu golok kembar berputar mereka yang bisa membuat lawan putus tangan dan kaki tanpa ampun itu.

Gu Chen Hui mengarahkan satu jarinya ke arah kedua lawan, gerakannya amat cepat, hanya satu jari yang digunakan untuk mematahkan setiap serangan lawan, tangan kiri yang memegang tongkat tersimpan di belakang punggung. Semua yang hadir terdiam, hanya sedikit yang bisa mengenali ilmu yang digunakan oleh si nyonya. Ini adalah salah ilmu dari Baiyu Shan yang bernama yi dian shui (ilmu setitik air).

Satu jurus untuk melawan dua buah golok jelas tidak main-main. Terlebih Gu Chen Hui menguasai setiap gerakan dengan sangat fasih, sedikit pun tidak ragu, setiap gerakan begitu tepat dan indah. Tentu saja, tidak seorang pun tidak menyangka kemampuan nyonya ini sudah tinggal setengahnya karena tenaga dalamnya sudah banyak diambil oleh Ma Yong Tao. Maka yang dimainkannya sebenarnya hanya jurus tanpa kekuatan berarti. Jika lawannya punya tenaga dalam lebih tinggi sedikit lagi saja, ia tidak akan bisa menguasai keadaan dengan begitu tenang.

Kedua kakek Jiu Ya Er Sheng menyerang ke kanan kirinya, golok mereka menebas seperti sedang membabat ilalang memainkan jurus zhan cao qing yuan (menebas rumput membersihkan kebun). Menghadapi lawan biasa maka akan dengan mudah menebas putus kedua lengan lawan, tetapi Gu Chen Hui sedikit pun tidak tersentuh. Nyonya itu tahu mesti bertindak cepat sebelum ada yang mengetahui kelemahan tenaganya yang hanya tinggal setengah.

Terdengar suara tring satu kali, berikut golok di tangan Shi Wen dan Shi Gang saling beradu sendiri, Gu Chen Hui sendiri sudah berpindah ke belakang mereka, tangan kiri yang membawa tongkat sudah terulur. Satu gerakan lagi saja, si nyonya pasti bisa menghantam punggung kedua kakek Jiu Ya Er Sheng itu dan membuat keduanya tersungkur jatuh dengan tulang retak. Tapi mereka masih berdiri di tempat, golok saling terkait satu sama lain.

Golok milik kedua kakek itu tajam dan kuat bukan main, ditambah tenaga pemiliknya yang dikeluarkan saat tengah bertarung, maka jika bertemu senjata lain maka akan mematahkannya dengan mudah. Tetapi senjata beradu dengan kawan sendiri, hasilnya adalah patahan kecil. Benar-benar Gu Chen Hui punya cukup banyak waktu untuk menghajar keduanya sebelum bisa melepaskan senjata itu.

"Barusan yang kugunakan hanya ilmu dari Baiyu Shan," Gu Chen Hui kembali menghadapi mereka yang hadir, berdiri bersama delapan pewaris Yumen tanpa ada memperlihatkan tanda-tanda orang yang baru saja memeras tenaga. "Kurasa kalian disini ada yang masih mengenalnya, juga masih ingat reputasi Baiyu Shan di masa lalu."

Ia berkata dengan suara yang dialiri tenaga dalam tidak ringan. Beberapa orang langsung merasakan telinganya sakit. Suasana di tempat itu seketika menjadi tenang. Semua pandangan mata tertuju pada si nyonya. Tempat ini adalah wilayah Baiyu Shan. Gu Chen Hui seorang diri bisa mengalahkan Jiu Ya Er Sheng hanya dalam beberapa jurus saja, merusakkan senjata mereka tanpa melukai orangnya, diantara yang hadir disini yang mempunyai ganjalan pada Yumen di maasa lalu juga tidak ada yang punya nyali begitu besar bisa untuk menantang para pewaris.

"Rupanya memang orang Baiyu Shan!" Shi Wen berseru. Ia sudah berhasil melepaskan golok dari saudaranya. "Apa hubunganmu dengan Wu Mian Guniang Bai Qiu Yi, majikan besar Baiyu Shan?"

"Wu Mian Guniang Bai Qiu Yi sudah lama meninggal, tetapi majikan Baiyu Shan yang sekarang adalah ibuku," sahut Gu Chen Hui.

"Orang Baiyu Shan sudah puluhan tahun tidak ikut campur urusan dunia persilatan," Shi Gang juga berkata. "Ternyata masih ada pewarisnya. Orang bilang Baiyu Shan sudah bergabung dengan aliran sesat Yumen, ternyata benar adanya. Wu Furen, lain kali kami akan meminta petunjuk lagi darimu!"

Kedua kakek Jiu Ya Er Sheng mundur ke tempatnya lagi dengan air muka menahan malu. Mereka jelas tahu barusan bukan hanya tidak berdaya menghadapi si nyonya, ilmu andalan mereka yang mengerikan itu bisa dipatahkan dengan mudah, malahan nyawa mereka sudah diampuni. Tetapi mereka rupanya terlalu tinggi hati untuk mengakui kekalahan, langsung membawa empat murid yang bersamanya pergi dari situ. Tujuan mereka datang kemari adalah memburu harta warisan Zhang Zhe Liang, tidak ingin berurusan dengan orang Baiyu Shan karena sudah tahu reputasinya, barusan juga merasakan sendiri kelihaiannya.

"Benar, aku adalah Gu Chen Hui, jiaozhu furen dari Yumen Jiao, sedangkan delapan anak muda ini adalah para pewaris yang sudah dipersiapkan untuk membangkitkan kembali aliran kami," ia menunjuk ke arah Jin Shui dan kawan-kawan. "Aku tahu kedatangan kalian kemari bukan demi berkenalan dengan orang-orang Yumen generasi yang sekarang, tetapi karena di tangan sebagian dari kalian ada sebuah peta yang sangat menarik."

"Rupanya Wu Furen juga ingin menginginkan benda peninggalan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, Zhang Laoqianbei!" seorang anak muda berbadan kecil berkata. Nampaknya ia murid salah satu aliran yang tidak ternama, sekedar ikut meramaikan perburuan warisan dengan harapan bisa mendapat keuntungan.

"Warisan Zhang Zhe Liang sejak lama sudah berada di Baiyu Shan kami, aku Gu Chen Hui juga sudah mengetahui!" seru Gu Chen Hui. "Tidak perlu repot jika ingin mengambil dan menguasainya sendiri!"

"Wu Furen, Zhang Laoqianbei adalah musuh Yumen Jiao kalian. Bisa saja beliau menyimpan harta warisannya di sekitar Baiyu Shan, karena menganggap bahwa tempat berbahaya adalah tempat paling aman. Tetapi dia mana mungkin membiarkan Anda mengetahuinya," salah seorang lain berseru.

Orang ini berbadan tinggi besar, membawa golok bertangkai di tangan. Di wajahnya ada bekas luka, di lengannya yang terbuka juga ada bekas-bekas goresan senjata tajam. Mereka yang hadir mengenalinya sebagai Liang Shao Ren, seorang pesilat bayaran yang sering disewa untuk membunuh orang. Ia tidak punya kawan ataupun pengikut, selama belasan tahun selalu bertindak sendiri. Keramaian di Kota Chen-an dan Baiyu Shan, tentu saja sangat menarik baginya.

"Warisan Liang Tian Jian Shen bukan untuk orang Yumen," yang lain ikut berteriak.

Huang Zhe dengan diam-diam sudah mengundurkan diri saat Gu Chen Hui mulai bergebrak dengan kedua kakek Jiu Ya Er Sheng tadi, kemudian menyelinap diantara orang-orang yang ada di barisan belakang. Huang Yu membiarkan, terus mengikuti dengan pandangan mata, berharap kakaknya itu akan menunjukkan dimana Xie Tian Hu.

"Kalian semua datang kemari demi harta warisannya Liang Tian Jian Shen, untuk bisa memilikinya mesti melihat dulu apakah diantara kalian ada yang punya kemampuan cukup bagus," Gu Chen Hui berkata, masih dengan suara nyaring. "Tetapi sebelumnya kalian mesti bertemu lebih dulu dengan orang-orang yang sudah ditunjuk sebagai pewaris yang sah, mereka yang lebih punya hak untuk memiliki warisan itu."

Orang-orang berseru menyatakan tidak mungkin Liang Tian Jian Shen malah meninggalkan benda berharga miliknya pada penerus Yumen. Gu Chen Hui menarik nafas, masalah mengenai peta segala macam harta peninggalan Liang Tian Jian Shen ini sebenarnya ia tidak mengetahui dengan jelas, ia hanya ingin orang-orang ini pergi tanpa mengusik ketenangan di Baiyu Shan.

Jin Shui maju ke depan, Liao Xian dan Liu Xin yang mengikutinya karena selain Huang Yu, mereka adalah yang paling jelas mengenai peta yang membawa orang-orang itu sampai ke Baiyu Shan. Huang Yu ikut maju selangkah, namun ia tidak lepas memandang ke arah kakaknya dan tidak ingin sampai kehilangan kesempatan menemukan Xie Tian Hu.

"Aku adalah Hua Jin Shui, pewaris utama Yumen dan putra mendiang Wu Jiaozhu, diantara yang hadiri disini mungkin ada yang ikut hadir dalam pertemuan di Yiling beberapa waktu yang lalu dan sudah mengenal aku," Jin Shui berkata pada mereka yang hadir. "Han Shaobangzhu, urusan mengenai kipas baja putih peninggalan Liang Tian Jian Shen bisa jadi sedikit merusak nama Jianyin Bang kalian, akan tetapi harap Anda bisa mempercayai kami," ia berkata pada Han Bu Dian terlebih dahulu.

Han Bu Dian menganggukkan kepala satu kali, menyatakan kepercayaan padanya.

"Kalian semua yang hadir mungkin sudah tahu, bahwa ketika Liang Tian Jian menemui ayahku pertama kalinya, yang dibawa adalah pesan perdamaian, hendak menasehati ayahku agar menghentikan kekejaman Yumen di masa itu," Jin Shui kembali berkata pada mereka yang hadir. "Saat itu mereka sepakat menjalin persahabatan, dan ayahku memberikan sebuah peta pada Liang Tian Jian Shen agar bisa kapan saja kembali kemari minum arak bersamanya. Peta itu adalah peta sebuah ruang penyimpanan di Baiyu Shan, dimana ayahku dan Liang Tian Jian Shen selain minum bersama juga bisa mendiskusikan berbagai macam ilmu, dan bertanding sedikit tanpa diganggu oleh siapa pun."

Han Bu Dian semula mengira Jin Shui akan terpaksa menyebutkan bahwa kakek gurunya sudah bertindak curang karena secara diam-diam melukiskan peta dan menyimpannya tanpa setahu Wu You Wei, akan tetapi ternyata Jin Shui malah mengatakan bahwa peta diberikan langsung, dengan demikian tidak akan merusak nama Liang Tian Jian Shen. Ia mengangguk kagum.

"Ketika Liang Tian Jian Shen dikabarkan meninggal, peta ini jatuh ke tangan murid keduanya, hanya saja karena bukan merupakan orang yang berhak mendapatkan keuntungan dari peta itu, maka sampai sekarang masih belum bisa menemukan ruang penyimpanan yang ada disini," Jin Shui meneruskan. "Tentu saja dia sangat penasaran, maka kemudian membuat salinan peta, menyebarkan pada kalian semua, berharap kalian akan beramai-ramai mencari ruang penyimpanan itu dan mengambil isinya. Pada saat itu, merebutnya dari tangan kalian akan jauh lebih mudah."

Mereka yang hadir kembali saling berbisik, ada yang percaya, akan tetapi lebih banyak yang tidak yakin. Reputasi Jin Shui dan para pewaris Yumen sudah mulai dikenal selama beberapa bulan terakhir, akan tetapi kisah mengenai benda peninggalan Zhang Zhe Liang sebenarnya memang sangat tidak jelas.

"Murid kedua Liang Tian Jian Shen bukannya sudah meninggal tiga tahun yang lalu?" lelaki setengah baya yang mengaku sebagai suruhan majikan Wisma Dayue menanya. "Pembantaian Keluarga Xu dari Huofeng Lou kurasa saudara disini ada yang pernah mendengarnya. Xie Tian Hu, Xie Daxia ikut terbunuh, sampai saat ini siapa pembunuhnya belum ada yang bisa memastikan."

"Paman keduaku belum meninggal," Han Bu Dian yang menyahut, ia bergabung dengan Jin Shui. "Dia juga yang sudah hadir di Wuzhang beberapa waktu yang lalu, membunuh guruku Zhong Shao Yan dan membantai seisi Jianyin Bang. Aku menyaksikan sendiri semuanya, juga hampir ikut terbunuh olehnya."

Jin Shui sudah meminta ijin pada Han Bu Dian sebelum membongkar urusan kipas baja putih peninggalan Liang Tian Jian Shen yang pastinya akan menyinggung nama Jianyin Bang, akan tetapi ia masih menjaga agar tidak sampai merendahkan nama aliran yang sudah musnah itu. Han Bu Dian juga tidak ingin sampai menyebutkan bahwa kakek gurunya mempunyai seorang murid pengkhianat, akan tetapi Xie Tian Hu sudah membunuh gurunya sendiri, ia tidak bisa membiarkan.

"Kami juga ada mendengar yang terjadi di Wuzhang," Liang Shao Ren berkata, "akan tetapi ada yang menyebut bahwa pembantaian dilakukan oleh Ban Ye Xia Ke Lin Tong Tian bersama sejumlah anak muda, kabarnya adalah para pewaris Yumen."

"Putraku dilukai orang saat berlatih, cucu perempuanku digunakan untuk mengancamnya," Lin Laotai maju beberapa langkah dan ikut bicara, perhatian orang langsung tertuju pada nenek tua itu, cukup banyak orang yang mengenalinya sebagai ibu kandung Lin Tong Tian. "Yang terjadi di Wuzhang bukan kehendaknya, tetapi karena ada orang lain yang mengendalikan."

Orang-orang sebagian terdiam, sebagian saling berbisik. Beberapa orang nampak mundur diam-diam, agaknya sungkan berurusan dengan Baiyu Shan, ataupun ikut terlibat masalah dengan para pewaris, merasa lebih baik pergi sebelum dikenali.

"Pada pertemuan di Yiling tempo hari, para pewaris Yumen sudah membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang yang punya sikap ksatria," Yun He berseru diantara sisa pengikut Haitang Jian Pai yang datang bersamanya, "yang terjadi di Wuzhang aku yakin bukan mereka yang melakukan, mereka hanya berusaha menghalangi."

Yun He adalah murid ketiga Yuan Wan Cui, saat ini sudah diangkat menjadi ketua Haitang Jian Pai menggantikan gurunya. Ia dan adik ke tujuhnya Yun Li diselamatkan oleh Jin Shui dan kawan-kawan di Wansui Gu beberapa waktu yang lalu, belakangan mendapatkan banyak wejangan dari ketiga bibi gurunya yang sudah menjadi biksuni, melupakan permusuhan dengan Yumen dan merasa berhutang budi pada Jin Shui. Kedatangannya hari ini sama seperti orang-orang Wisma Dayue, menghalangi dan mendamaikan jika terjadi perselisihan dan perebutan yang tidak perlu.

Di saat itu Shu Qin tiba-tiba melangkah ke tengah arena, pandangan semua orang langsung tertuju padanya. Wu Furen adalah seorang wanita yang cantik, meski saat ini sudah berumur juga masih bisa membuat orang mengaguminya, dan gadis ini bagai versi mudanya, tetapi juga sangat berbeda dengan gayanya yang acuh dan air mukanya yang sedingin es. Ciri khas yang mengingatkan pada sosok Wumian Guniang di masa lalu. Tentu saja, hanya sebagian dari mereka yang ada disini yang masih mengingat mengenai kisah penguasa Baiyu Shan itu.

"Masalah Yumen aku tidak akan membahas, kami juga tidak akan mengganggu waktu kalian lebih lama lagi," Shu Qin berkata dengan nada yang biasa. "Aku adalah Shu Qin, pelindung utama Baiyu Shan, menjalankan perintah langsung dari Dashanzhu untuk menyelesaikan semua urusan kipas putih dan warisan Liang Tian Jian Shen."

Ia menepuk tangan, semua yang hadir terdiam.

Dari bagian lain reruntuhan markas Yumen muncul lima belas orang gadis muda, semuanya mengenakan pakaian putih bersih dan langsung menarik perhatian mereka yang hadir, terutama karena benda-benda yang berada di tangan mereka. Diantara mereka ada yang membawa gulungan naskah kuno, setumpuk catatan, ada juga yang membawa pedang dengan ciri khasnya sendiri. Jin Shui mengenali tujuh pedang itu adalah yang berada di dalam ruangan segi delapan, kalau begitu naskah kuno dan catatan yang dibawa juga adalah salinan kitab yang terukir di ruang penyimpanan.

Lima belas gadis muda itu adalah Yuzhi Shi Wu, pasukan kecil Baiyu Shan yang hanya terdiri dari kaum perempuan, seperti yang sudah disebutkan oleh Shu Qin.

"Harta warisan milik Liang Tian Jian Shen ada disini," Shu Qin melanjutkan kata-katanya. Tetap dingin tanpa emosi. "Siapa pun dari kalian yang tertarik untuk memilikinya silakan maju mengambilnya sendiri."

Mereka yang hadir spontan langsung saling pandang, tentu saja bukannya tidak tahu untuk mengambil satu saja dari benda-benda itu tidak akan begitu mudah. Paling tidak mesti berhadapan lebih dulu dengan para anggota Liangshan Liu Mo, atau pewaris Yumen, atau orang Baiyu Shan yang mana pun.

Kedua gadis Han Leng Shuang Yin ikut berdiri di samping Shu Qin, menunggu siapa saja yang cukup besar nyalinya hendak merebut satu dari senjata atau kitab yang ada disitu. Beberapa orang nampak mengawasi dengan penuh harap, terutama mereka yang di bagian belakang yang tidak ingin dikenali, berharap akan ada pertempuran disitu dan tidak datang kemari dengan sia-sia.

"Kitab-kitab yang ada disini berisi ilmu-ilmu tingkat tinggi milik Baiyu Shan kami, kalian bahkan tidak cukup hak untuk mengetahui namanya," Han Xue berkata. "Lima kitab, semuanya sudah diberikan oleh majikan besar pada ketua Yumen terdahulu."

"Tujuh pedang ini adalah senjata yang dikumpulkan mendiang Tianbian Xing Gu Qiong Nan, Gu Daxia, diberikan pada putrinya," sambung kakaknya, "kemudian juga menjadi milik Wu Jiaozhu, sudah lama tersimpan di Baiyu Shan kami agar tidak jatuh ke tangan orang yang tidak cukup bersih tangannya."

Kata-kata kedua gadis Han Leng Shuang Yin sangat meremehkan. Jika bukan melihat mereka adalah dua gadis manis yang masih lugu, para pemburu harta ini pasti ada yang sudah turun tangan.

"Sejak awal tidak ada harta warisan atau benda berharga apa pun yang ditinggalkan oleh Liang Tian Jian Shen," Shu Qin kembali berkata, "ketua Yumen terdahulu berbaik hati menerimanya, menunjukkan padanya ilmu-ilmu kuno yang ada di Baiyu Shan agar bisa berdiskusi bersama, berlatih bersama. Akan tetapi Zhang Zhe Liang malah sudah bertindak licik, diam-diam membuat peta ruangan tempat penyimpanan pedang pusaka dan kitab kuno ini, hendak memberi kesempatan pada anak muridnya untuk mengambilnya demi kepentingan sendiri."

Gu Chen Hui mengambil sebuah kitab dari tangan salah satu anggota Yuzhi Shi Wu, kemudian mengacungkannya di hadapan mereka yang hadir.

"Ini adalah salinan kitab yin shou yang zhang, satu-satunya yang bisa dikatakan sebagai peninggalan Liang Tian Jian Shen," nyonya itu berkata, "ilmu ini awalnya diciptakan untuk menghadapi wuqing xue, akan tetapi setelah Liang Tian Jian Shen bertemu dengan Wu Jiaozhu dan banyak berdiskusi dengannya, ilmu ini disempurnakan dengan mengambil intisari berbagai kitab kuno yang ada di Baiyu Shan. Karakternya tidak lagi menentang wuqing xue, akan tetapi bisa digunakan membantu orang yang melatih wuqing xue."

Mereka yang hadir seketika merasakan kekaguman pada Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang. Kecerdasan tokoh tua ini memang sudah terkenal sejak lama, kemampuannya menggubah jurus-jurus pedang, mengolah tenaga luar dalam dan kepandaiannya akan berbagai macam ilmu sudah tidak ada orang lain pada masa ini. Meski sudah bertindak sedikit tidak ksatria dengan diam-diam membuat peta tempat penyimpanan di Baiyu Shan, akan tetapi bisa dikatakan bukan demi merugikan orang lain, kesalahan ini masih bisa diampuni.

"Rahasia kipas putih semuanya ada disini, kami orang Baiyu Shan mendapatkan dengan cara baik-baik atau pun merampas, yang jelas sudah ada di tangan kami," Shu Qin melanjutkan kata-katanya, juga tidak ingin memperpanjang pembicaraan. Jika mesti diselesaikan dengan perkelahian, maka silakan saja turun tangan. "Diantara kalian jika ada yang ingin mencoba mengambilnya silakan maju, kami pasti akan memberi kesempatan yang adil."

Mereka yang hadir masih sangat penasaran. Reputasi Baiyu Shan mereka sudah tahu dengan jelas, reputasi para pewaris juga sudah cukup jelas, bahkan Haitang Jian Pai bisa tunduk sepenuhnya. Baiyu Shan dan delapan pewaris, masih ditambah lagi sekutu mereka yang lain, semuanya ada disini, siapa pun yang maju akan sulit mendapat kemenangan.

"Nona, bisa meminjam pedang ini sebentar?" Lin Ji Xuan melihat orang-orang ini mesti diberi pelajaran sedikit, kemudian maju, meminjam salah satu pedang dari pelayan Baiyu Shan. Ia memilih pedang yang paling bagus bentuknya, tentu saja dengan segera menarik perhatian mereka yang hadir. "Siapa pun yang bisa menjatuhkan pedang ini dari tanganku, maka Lin Ji Xuan akan mengaku kalah," katanya lagi. Kata-kata yang mengandung jebakan, sebenarnya, karena orangnya mengaku kalah bukan berarti akan membiarkan pedang menjadi milik orang lain.

"Aku akan mencobanya."

Seorang dari barisan para nelayan sungai maju ke depan, seorang lelaki tua yang menjuluki diri sendiri sebagai Han Shui Lao E (Buaya Tua Sungai Han), bernama Peng Wu Can. Ia bukan seorang yang serakah, namun ia selalu tertarik dengan ilmu bela diri. Pada pertemuan di Yiling beberapa waktu lalu ia tidak hadir, dengan sendirinya belum sempat menyaksikan kelihaian para pewaris Yumen, membuatnya sedikit penasaran. Kali ini lawannya hanya seorang pemuda kecil, ia merasa cukup seimbang.

Hanya saling menyapa dengan anggukan kepala, kedua orang itu sebentar saja sudah saling serang. Lin Ji Xuan menghunus pedang dan sebentar kemudian sudah merasakan, pedang di tangannya itu bukan pedang biasa. Sebuah pedang yang dulu dibuat untuk persembahan, akhirnya malah membawa kematian pada pembuatnya. Darah si pembuat pedang menyatu dengan bahan logamnya, meski tidak sedahsyat pedang xuanlong, namun juga cukup memiliki pengaruh.

Pelayan Lin Laotai sempat memandang dengan cemas pada majikannya. Tuan muda ini yang ia tahu jarang berkelahi, kali ini malah beradu jurus satu lawan satu dengan seorang berbadan gemuk yang meski lambat namun kelihatan bertenaga. Di hadapan begini banyak orang, sedikit banyak Lin Ji Xuan juga akan membawa nama Keluarga Lin. Si nenek semula ingin menghalangi, namun di belakang cucunya masih ada para pewaris lain, maka ia punya pertimbangan sendiri.

Jurus-jurusnya Peng Wu Can ini asalnya dari beberapa aliran, yang dikuasainya dengan benar-benar bisa dihitung dengan jari, beberapa jurus lain merupakan hasil kreasinya sendiri. Artinya jurus dari yang aliran entah mana yang ditiru olehnya meski jadinya sedikit berbeda. Ilmu silat kasaran yang tidak terlalu banyak mengikuti aturan sebenarnya, berbeda sama sekali dengan karakter Lin Ji Xuan yang lebih beraturan, mudah ditebak namun jelas lihai. Untuk beberapa jurus awal keduanya masih tahap penjajakan, masih bisa berimbang.

Perhatian mereka semua kemudian tertuju sepenuhnya pada yang sedang berkelahi. Lin Ji Xuan berlipat kemampuannya dengan adanya pedang di tangan, namun saat ia menyadari keadaan ini diam-diam malah berusaha mengalah pada lawan, ketika pedang nyaris menyambar lengan Peng Wu Can ia lantas mengalihkan ke tempat lain agar tidak sampai nampak oleh orang ia sedang menarik serangan. Ketika Peng Wu Can kewalahan menghadapi jurus-jurusnya yang cepat ia melonggarkan serangan dan memperlambat gerakan.

Lama-lama Peng Wu Can merasakan juga, paling tidak ada dua tiga kesempatan bagi pemuda lawannya ini untuk membuatnya terluka, namun yang terjadi kemudian paling hanya adu senjata atau adu kepalan. Peng Wu Can bukan orang yang berhati sempit, melihat cara Lin Ji Xuan mengalah dengan tidak kelihatan ini ia langsung mengetahui, lawannya itu tidak ingin membuatnya malu karena dikalahkan seorang tuan muda junior.

Sekali lagi Lin Ji Xuan membelokkan sendiri serangan jurus bai he zhuo xing (bangau putih mematuk bintang) yang sudah hampir mengenai lawan, ia kemudian mundur sendiri, menjura dengan tulus pada lawan. Yang nampak oleh orang hanya pertarungan seimbang yang sulit ditebak akhirnya seandainya terus berlanjut. Peng Wu Can mengakui kekalahan sambil tertawa.

"Lin Gongzi sengaja mengalah, sepertinya karena disini tidak bisa mengerahkan seluruh kemampuan dengan leluasa," katanya merendah. "Hari ini aku mewakili para nelayan Sungai Han, mengundurkan diri dari perebutan warisan Zhang Laoqianbei, selanjutnya juga tidak akan peduli lagi siapa yang akan mendapatkannya."

"Peng Qianbei yang memberi kesempatan, Lin Ji Xuan hari ini sudah mendapat banyak pelajaran," Lin Ji Xuan juga membalas dengan rendah hati. "Zaixia benar-benar merasa tidak enak hati."

Pedang yang tadi dipinjamkan ia kembalikan ke tempatnya. Sementara bersama orang-orangnya, Peng Wu Can kemudian meninggalkan tempat itu. Para pewaris Yumen bukan sekelompok manusia berhati kejam, ia tidak perlu mengkhawatirkan akan bangkitnya Yumen Jiao seperti yang mengerikan di masa lalu. Setidaknya, mesti memberi kesempatan.

Lin Laotai juga merasa tidak perlu berlama-lama berada disitu. Kedua cucunya sudah berada di tempat yang seharusnya, ia juga tidak ada alasan mencemaskan mereka. Lain hari masih ada waktu menemui kedua cucu itu, maka ia pun lekas membalik badan dan berlalu dengan diikuti para pelayannya. Dari jauh, Lin Ji Xuan dan Huang Yu menundukkan kepala satu kali untuk mengantar. Saat sekarang memang bukan waktunya untuk sebuah pertemuan keluarga, masih ada kesempatan yang lain.

Melihat dua kelompok ini meninggalkan arena, sementara beberapa yang lain juga hendak menyusul, seorang bercaping lebar di bagian belakang sedikit menampakkan kegelisahan. Huang Yu sudah mulai memperhatikan orang itu, Jin Shui dan bahkan Liu Xin juga sama. Sosok Huang Zhe berada tidak jauh dari orang itu, akan tetapi juga tidak lantas menampakkan bahwa mereka saling mengenal, agaknya mereka masih menunggu perkembangan keadaan.

Li Qian dan Qin Liang Jie maju, juga meminjam pedang warisan dan menantang siapa pun yang tidak puas untuk bertanding dengan mereka. Liang Shao Ren, orang yang juga penasaran dengan kelihaian wuqing xue, hendak maju bersama seorang lainnya.

Namun ketika perhatian sebagian besar yang hadir disana tertuju ke tengah arena, satu sosok berbaju petani yang tidak menyolok tiba-tiba melesat secepat kilat ke arah para pelayan Baiyu Shan yang membawa kitab dan pedang, bersamaan sejumlah benda dilemparkan ke sekitar. Ledakan-ledakan kecil terdengar, sejumlah asap tipis langsung menyelubungi Gu Chen Hui, kedua gadis Han Leng Shuang Yin dan para gadis Yuzhi Shiwu.

Para pengawal wanita Baiyu Shan itu belum berpengalaman dalam pertarungan sebenarnya, akan tetapi mereka tidak pernah kehilangan kewaspadaan, dalam keadaan kacau itu dengan cepat mereka sudah menutup pernafasan agar tidak sampai terkena pengaruh asap, kemudian mengepung orang berbaju petani yang hendak merebut salah satu kitab dari tangan mereka. Suara denting senjata terdengar di tengah kabut asap, mereka yang hadir tidak ada yang bisa melihat jelas apa yang terjadi.

Dalam keadaan yang masih kacau itu sosok berbadan tinggi besar bercaping lebar yang tadi mulai diperhatikan oleh Jin Shui dan Liu Xin tiba-tiba melompat, melesat cepat dan melompati kepala orang-orang yang hadir, langsung ke arah Gu Chen Hui.

Liu Xin masih sempat mencabut pedang pendek di tangannya dan melompat menghadang, akan tetapi orang itu dengan mudah menghindarinya. Jin Shui hendak memburu juga, akan tetapi kedua kakinya belum lama sembuh, tidak mudah baginya untuk begitu saja menjejakkan kaki dan ikut menghadang, ia terlambat selangkah.

Orang bercaping itu sudah merebut kitab yin shou yang zhang yang ada di tangan Gu Chen Hui, sungguh gerakannya cepat dan sangat tepat, jelas sudah mempersiapkan diri untuk merebut kitab, tidak yang lain, kemudian langsung melarikan diri. Kemampuan orang itu jelas sangat tinggi, bisa dikatakan masih di atas Gu Chen Hui yang sekarang, dengan menggunakan kesempatan yang hanya setengah detik ia sudah berhasil membawa pergi benda incarannya.

Jin Shui lekas melompat mengejar, diikuti Huang Yu, Li Qian dan Liao Xian, empat pewaris yang ilmu ringan tubuhnya paling baik. Liu Xin tidak ikut dan memilih melindungi Gu Chen Hui bersama yang lain, khawatir masih ada orang lain yang akan menggunakan kesempatan.

Ma Yong Tao melihat Jin Shui pergi mengejar orang, ia pun mengikuti. Zhou Yan Zi tahu kabut asap yang dibuat oleh orang berpakaian petani yang hendak merebut kitab dari Yuzhi Shi Wu adalah kabut beracun, ia lekas menarik kakaknya Zhou Xiang Nu mendekat.

"Lu si yan (kabut sutra hijau)," Zhou Xiang Nu juga mengenali asap tipis itu sebagai salah satu senjata rahasia milik Wansui Gu.

"Die...." Zhou Yan Zi menghentakkan kaki, tapi sebelum mulutnya memaki ia lekas berlari ke arah Gu Chen Hui, Han Leng Shuang Yin dan para gadis Yuzhi Shi Wu, memberikan sebutir pil ke tangan mereka masing-masing. "Lekas telan!" serunya. "Asap ini beracun!"

Ia sendiri menelan sebutir. Asap putih menipis, samar-samar berubah warna menjadi hijau. Gu Chen Hui dan yang lain tidak ada pilihan kecuali menelan penawar, kemudian duduk di tempat masing-masing untuk memulihkan tenaga.

Orang berpakaian petani tadi tidak lain adalah Zhou San Gong, murid kedua Zeng Bai Feng dan ayah kandung Zhou Xiang Nu dan Zhou Yan Zi yang beberapa waktu yang lalu gagal membuat pemberontakan di Wansui Gu, kemudian dilepaskan oleh Zhou Yan Zi. Tidak disangka ia muncul di Baiyu Shan dan hampir saja merebut salah satu salinan kitab kuno.

Zhou San Gong sudah terkena pukulan salah seorang anggota Yuzhi Shi Wu, hanya saja karena kerja kabut asapnya yang cukup cepat ia masih bisa bergulingan menghindar ketika para pengawal wanita itu memburunya. Begitupun pelariannya tidak jauh karena tiga anggota Liangshan Liu Mo langsung mengejar dan menghadangnya. Li Bai Xun langsung menghajar rahangnya dengan busur di tangan, Fuchang Long menendangnya hingga jatuh tersungkur.

"Zhou San Gong, kau masih ada hutang pada kami Liangshan Liu Mo dan belum membayar sepeser pun," Zu Ye Niang langsung berkata padanya. "Kami sudah bersusah payah membantu pemberontakan, meski tidak berhasil akan tetapi saudara kami ada yang menjadi korban, untuk ini kami pasti akan menagihnya juga."

Zhou San Gong tidak menyahut, ia berusaha bangkit berdiri dan melarikan diri. Zu Ye Niang memberikan sebuah hantaman keras di dadanya tanpa ampun. Belum lagi menarik nafas, Li Bai Xun dan Fuchang Long sudah menghajar kedua kakinya hampir bersamaan. Seketika ia tersungkur di tanah, teriakan putrinya Yan Zi nyaris tidak terdengar olehnya.

"Jangan!"

Zhou Yan Zi berlutut tempatnya, menghadang di depan ayahnya sebelum tiga anggota Liangshan Liu Mo itu turun tangan lebih lanjut. Untuk kedua kalinya putri bungsu ini memohon agar nyawanya diampuni, sementara putri sulung yang merupakan kesayangannya hanya berdiri terpaku di tempat, sedikit banyak berpengaruh pada pikiran Zhou San Gong.

"Dia ayahku," Zhou Yan Zi berkata dengan terang-terangan. "Jangan bunuh dia...."

Ketiga anggota kelompok iblis kejam itu memandangi Yan Zi beberapa saat. Tidak disangka Zhou San Gong masih mempunyai putri yang bersedia membelanya di saat terakhir. Mereka tidak berselera membunuh dengan keadaan sekarang, maka kemudian hanya menyeret Zhou San Gong ke arah Gu Chen Hui.

Samar-samar terdengar suara musik di kejauhan. Suara petikan alat musik qin. Mereka yang berada disitu semuanya terpaku di tempat. Suara musik mengalun merdu dan sekaligus membawakan perasaan bagi siapa pun yang mendengarnya. Suara terdengar dari kejauhan, dari puncak Baiyu Shan sana, tetapi tidak nampak ada sosok manusia yang memainkannya. Agaknya suara ini dikirimkan dengan menggunakan tenaga dalam yang luar biasa. Di jaman sekarang tidak banyak orang yang mempunyai kemampuan sedemikian, beberapa diantara mereka yang hadir masih cukup mengingat cerita generasi sebelumnya mengenai tokoh wanita yang tinggal di Baiyu Shan, yang mampu memainkan alat musik qin dengan indah dan merdu, dan akan membawa perasaan tertentu bagi orang lain.

"Wu Furen, bukankah Anda tadi mengatakan, 'dia' sudah lama meninggal," Liang Shao Ren bertanya pada Gu Chen Hui. "Ini...."

Episode ini menampilkan pertama kali sosok shengnu - gadis suci aliran Yumen yang dipersiapkan untuk membantu ketua melatih tingkatan tertinggi wuqing xue. Shengnu generasi ini adalah untuk Jin Shui. Bagaimana perannya nanti?

Di episode ini juga digambarkan kehidupan di Baiyu Shan yang dihuni murid2 majikan besar dan satu kelompok pengawal, semuanya adalah wanita. Pada dua kisah berikutnya dalam trilogi ini masing2 akan menggunakan Baiyu Shan sebagai lokasi penting. Penggambaran dan kehidupan tempat ini masing2 akan berbeda.

"Harta" yang tersimpan di ruangan segi delapan sudah lama menjadi incaran berbagai pihak dan kini menarik kedatangan banyak orang. Bagaimana Jin Shui dan kawan-kawan akan menghadapinya?

Apakah majikan besar Baiyu Shan akan hadir juga?

Xiaodiandiancreators' thoughts