webnovel

Episode 27 : Tian Hu Si Wang (Kematian Xie Tian Hu)

Gu Chen Hui belum lagi memberikan jawaban atas pertanyaan Liang Shao Ren. Suara denting senjata beradu dan teriakan orang kembali terdengar. Orang bercaping lebar yang tadi merebut kitab yin shou yang zhang berhasil digiring kembali kesitu. Rupanya suara petikan qin itu sudah mengurangi konsentrasinya, ketakutan akan nama besar majikan utama Baiyu Shan dan reputasinya di masa lalu membuatnya tidak bisa berlari lebih jauh. Jin Shui dan yang lain berhasil menggiringnya kembali ke tempat ini. Mereka mengepungnya dengan ketat.

Qin Liang Jie ikut melompat dan mengepung orang bercaping itu, mengenalinya sebagai Xie Tian Hu, orang yang juga ikut berperan dalam kematian putranya yang masih bayi. Orang-orang Wisma Dayue, sisa anggota Haitang Jian Pai dan lain-lain yang berada di sekitar menyingkir, memberi ruang lebih luas untuk pertarungan di tengah dataran yang luas.

"Siapa kau?" Ma Yong Tao menanya pada orang bercaping itu, ia jelas tidak kenal. "Bisa merebut kitab dari guruku, kelihatannya ilmumu tidak rendah."

"Dia adalah Xie Tian Hu, murid kedua Liang Tian Jian Shen dan juga pembunuh orang tuaku," sahut Huang Yu padanya. "Kau tidak ada urusan dengannya, biar kami para pewaris Yumen yang menghadapi."

Orang bercaping itu masih sempat melayangkan tinju pada Ma Yong Tao, hendak menyingkirkannya, mengira ia adalah orang luar dan tidak seperti para pewaris Yumen yang menguasai tenaga dalam pemberian para pelindung. Ma Yong Tao dengan nekad menyambut tinju itu, menggunakan tenaga dalam pemberian Gu Chen Hui.

Adu tenaga terjadi dengan singkat saja. Xie Tian Hu mendapati tenaga lawan tidak ringan, membuat tangannya kesemutan beberapa saat. Akan tetapi ia juga menguasai tenaga dalam hasil latihannya sendiri selama bertahun-tahun berdiam di daxian ke, tinjunya berhasil mengagetkan Ma Yong Tao, tangannya seketika mati rasa dan semacam gelombang tenaga menghantamnya cukup keras, membuatnya mundur tiga langkah.

"Siapa kau sebenarnya?" Ma Yong Tao menanya penasaran.

Xie Tian Hu tidak berniat memberitahukan identitasnya, ia baru saja menghantam salah seorang, ada jalan meloloskan diri yang terbuka untuknya, dengan segera ia melompat dan hendak melarikan diri lagi.

Lin Ji Xuan, Liu Xin dan Zhu Bai Que menghadangnya, yang lain kemudian juga mengepung dengan rapat. Gu Chen Hui memanggil Ma Yong Tao untuk melindunginya dan muridnya itu terpaksa meninggalkan arena.

Han Bu Dian melihat paman gurunya sudah hadir disitu, ia berusaha menemukan sosok Huang Zhe yang biasanya selalu mengikuti, akan tetapi agaknya Huang Zhe sudah memanfaatkan kekacauan yang dibuat Zhou San Gong tadi untuk pergi jauh-jauh.

"Jin Shui Gege!" Xu Qiao muncul di pinggir arena bersama Yin Xiu Chen, di tangannya terdapat dua tongkat kayu milik Jin Shui, agaknya saat Ma Yong Tao ikut mengejar tadi sudah menitipkan padanya. Xu Qiao tentu saja khawatir Jin Shui tidak bisa menahan kedua kakinya yang baru saja sembuh itu terlalu lama.

Jin Shui melompat ke arahnya, mengambil kedua tongkat itu dari tangannya dan menggunakannya juga sebagai pengganti pedangnya yang tidak ada. Pertarungan di tengah lapangan itu berlangsung sengit, Xie Tian Hu menggunakan seluruh kemampuan melawan delapan orang sekaligus, gerakannya semua cepat dan kuat, jelas sekali ia juga cukup kejam dan tidak segan melukai siapa saja atau membunuh dengan cara apa pun.

"Han Shaobangzhu, dia sungguh adalah murid kedua Liang Tian Jian Shen, Xie Tian Hu?" Yun He menanya pada Han Bu Dian.

"Benar," Han Bu Dian menyahut keras tanpa menutupi. "Dia adalah murid pengkhianat, tiga belas tahun yang lalu juga adalah orang yang mencelakai kakek guruku Liang Tian Jian Shen, kemudian menyebar kabar tidak benar ke seluruh dunia bahwa kakek guruku tewas di tangan majikan Wansui Gu."

"Sungguh seperti itu?" Yun Li ikut menanya.

"Tiga tahun yang lalu, dia juga yang sudah menyebarkan kabar mengenai kipas baja putih peninggalan kakek guruku, membunuh Keluarga Huang dan Keluarga Xu," sahut Han Bu Dian lagi. "Saudara sekalian, orang ini adalah manusia keji, kakek guruku juga inginkan kita semuanya membantunya membersihkan perguruan."

Mereka yang mendengar kata-kata Han Bu Dian bertekad tidak akan membiarkan Xie Tian Hu lolos hari itu. Liang Tian Jian Shen tidak beruntung dan mempunyai seorang murid pengkhianat, mereka akan dengan sepenuh hati membantunya, memastikan pengkhianat ini menerima hukuman yang pantas.

Para pewaris Yumen belum bisa menghadapi Xie Tian Hu dengan maksimal karena keadaan Jin Shui yang masih terluka dan masing-masing merasa perlu melindungnya, memberi kesempatan lawan untuk berada di atas angin. Huang Yu terkena sambaran lengan baju Xie Tian Hu yang kuat. Detik berikutnya Li Qian juga sudah terkena hantaman lawan, berikut senjata Liao Xian juga terlepas dari tangannya. Jin Shui melesat ke tengah arena, mengambil pena besi sebelum sampai di tanah dengan ujung tongkat, mengembalikan ke tangannya.

"Xie Qianbei adalah murid Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, seharusnya adalah seorang yang paham dengan aturan dunia persilatan," Jin Shui berkata pada orang bercaping itu. "Cara Anda bertarung lebih keji daripada kami anggota aliran sesat, apa tidak malu dilihat oleh orang-orang yang ada disini?"

"Delapan pewaris Yumen," Xie Tian Hu mendengus keras mengenali delapan muda mudi yang mengepungnya.

"Benar, kami adalah delapan pewaris Yumen," sahut Jin Shui, "delapan pewaris semuanya maju bersama, kurasa cukup sebanding dengan seorang Xie Tian Hu, tidak bisa dikatakan main keroyok dan menyalahi aturan dunia persilatan."

Xie Tian Hu tahu kalau identitasnya sudah dikenali, oleh Han Bu Dian dan juga ucapan Jin Shui. Ia melepaskan capingnya. Diantara yang hadir ada yang mengenali wajahnya, langsung membenarkan pada yang lain mengenai identitasnya. Sampai disini sudah tidak bisa menghindar lagi, ia pun menghadapi dengan berani.

"Xie Tian Hu, tiga tahun yang lalu kau yang menyebar kabar mengenai kipas putih untuk membuat kekacauan, memanfaatkan kesempatan untuk membunuh seluruh anggota Keluarga Xu dari Huofeng Lou!" Huang Yu langsung berseru padanya. "Orang mengira Keluarga Xu menjadi korban perebutan kipas putih, kau juga berpura-pura mati supaya tidak ada yang tahu bahwa semua itu adalah perbuatanmu. Ayah ibuku tidak bersalah, menjadi korban hanya karena mereka mengenalmu. Masalah ini, bagaimana kau menjelaskannya?"

"Benar, aku memang Xie Tian Hu, bisa lolos dari pembunuhan tiga tahun lalu karena keberuntunganku," ia tidak langsung mengakui semua perbuatannya. "Hanya dengan kata-kata kalian para pewaris aliran iblis, bisa menunjukkan apa? Apakah kalian ada bukti? Jika ada, tunjukkan pada semuanya."

Bukti tentu saja tidak ada, Jin Shui memutar otak dengan cepat. Membuat si murid pengkhianat ini mengakui semua kejahatannya di hadapan semua orang sepertinya tidak akan begitu mudah.

"Selama ini bukannya kau berada di Huofeng Lou dalam keadaan cacad?" Yang Lei berteriak dari tempatnya. Ia adalah murid majikan Huofeng Lou, tentu saja tahu keberadaan Xie Tian Hu di daxian ke selama bertahun-tahun. "Kenapa tiba-tiba bisa berdiri baik-baik disini? Apakah ini juga adalah keberuntungan...."

"Murid Liang Tian Jian Shen yang tersisa hanya tinggal aku seorang, bagaimana pun tidak akan membiarkan peninggalan guruku jatuh ke tangan pihak yang berseberangan!" seruan Xie Tian Hu memutuskan kata-katanya. "Para pewaris Yumen ingin menguasai warisan itu dan menguasai dunia persilatan, selama aku Xie Tian Hu masih hidup pasti akan berusaha merebutnya kembali, tidak akan membiarkan kalian para iblis Yumen kembali berjaya. Barusan aku hanya merebut apa yang menjadi hak perguruan kami dan tidak boleh sampai jatuh ke tangan aliran sesat, kurasa kalian yang hadir disini juga cukup mengerti."

"Bukankah kau ingin menguasai semua untuk dirimu sendiri?" Jin Shui bertanya dengan suara keras. "Saudara sekalian, diantara kalian yang ada disini, ada berapa orang yang memiliki kipas putih atau peta yang menunjukkan tempat penyimpanan warisan Liang Tian Jian Shen berada di sekitar Baiyu Shan?"

Jin Shui dan Huang Yu sudah bertekad untuk membongkar kejahatan Xie Tian Hu dan masalah pembunuhan di Keluarga Huang dan Keluarga Xu beberapa tahun silam, satu-satunya jalan adalah memaksa Xie Tian Hu mengakui sendiri perbuatannya. Tetapi manusia keji ini begitu licik dan sudah bisa lolos tanpa jejak selama tiga tahun, membuatnya mengaku jelas tidak akan mudah.

Mereka yang hadir kembali saling berbisik, didahului oleh Liang Shao Ren, mereka yang memegang kipas putih palsu atau salinan peta kemudian mengeluarkannya.

"Cara bagaimana kalian mendapatkan kipas itu?" Jin Shui kembali bertanya. "Apakah ada yang mengambilnya dari orang lain dengan cara merampas, ataukah kipas itu datang dengan sendirinya pada kalian?"

Serupa dengan cara Shen Xi Ru mendapatkan kipas putih palsu, rupanya sebagian besar yang hadir disitu juga mengaku kipas putih miliknya dengan mudah, hanya satu dua orang yang mendapatkan dengan cara merebut, tapi tentu saja mereka tidak ingin mengakuinya disini. Yang lainnya, membenarkan bahwa kipas putih ini datang dengan sendirinya.

"Kipas putih yang asli adalah milik Zhang Laoqianbei, dahulu direbut oleh Xie Tian Hu," Huang Yu melanjutkan kata-kata kawannya. "Peta itu dia yang kemudian menyalinnya karena tidak punya cukup nyali datang sendiri ke Baiyu Shan bertemu dengan nona-nona yang ada disini, dengan sengaja menyebarkannya pada kalian agar kalian beramai-ramai datang kemari dan saling berebut."

Jin Shui tidak langsung menyambung lagi, pandangannya tertuju pada Xie Tian Hu seakan memberi kesempatan musuhnya ini untuk bicara. Sampai disini jika saja ada Huang Zhe yang membantu maka Xie Tian Hu tidak akan begitu kesulitan. Namun muridnya itu entah berada dimana, sementara Xun Tian Yi sudah lama tewas, sungguh saat ini ia sendirian di tengah begitu banyak orang.

Tiba-tiba ia tertawa keras. "Benar, semuanya aku Xie Tian Hu yang melakukan," katanya, "Mengkhianati guruku, membuat kekacauan dan perebutan dalam dunia persilatan, membunuh Keluarga Xu dan Keluarga Huang. Anggap saja aku yang melakukan semuanya."

Bersamaan dengan akhir kata-katanya, ia kembali mengerahkan tenaga yin shou yang zhang miliknya. Ia bisa melihat bahwa Jin Shui tidak membawa pedang xuanlong, saat ini juga dalam keadaan cacad dan memakai tongkat untuk membantu berjalan, jika bisa menjatuhkannya maka yang lain tidak akan jadi masalah.

Namun Jin Shui adalah putra Wu Yao Wei, bukan orang yang bisa dijatuhkan dengan mudah meski dalam keadaannya sekarang. Sejak awal ia sudah berwaspada, kawan-kawannya pun sudah bersiap. Ia menjejak tanah dengan menggunakan tongkat saat Xie Tian Hu menebaskan golok di tangan ke arah kakinya. Xie Tian Hu memburunya, tetapi sebelum bisa menjangkaunya Lin Ji Xuan dan Liao Xian sudah menyerangnya dari kanan dan kiri.

Para pewaris mengeluarkan senjata masing-masing. Li Qian dengan goloknya, Qin Liang Jie dengan tombaknya, Liao Xian dengan pena besinya, Lin Ji Xuan dengan kipasnya, Liu Xin dengan pedang pendeknya, dan Zhu Bai Que dengan serulingnya. Hanya Huang Yu dan Jin Shui yang tidak bersenjata, tetapi Huang Yu masih punya senjata rahasia dan Jin Shui menggunakan tongkatnya.

Jin Shui mengerahkan tenaga dalam ke kakinya, membuat dua kaki yang masih belum pulih benar itu bisa digunakan untuk sementara. Memang hebat tenaga dalam warisan Mo Ying dalam tubuhnya. Mengandalkan kemampuan sendiri, ia baru saja sembuh, tetapi dengan adanya tenaga dalam ini, ia bisa bergerak dengan cukup bebas, maka tongkat pun bisa menjadi senjata meski tentu tidak selihai xuanlong jian.

Tetapi yang dihadapi para pewaris ini bukan tokoh sembarangan. Xie Tian Hu mampu menghabisi seluruh anggota Hailang Biaoju dan seisi Huofeng Lou tanpa meninggalkan saksi hidup, beberapa kali sebelumnya Jin Shui juga mesti mengandalkan kekuatan pedangnya baru bisa lolos. Kali ini pedang itu entah berada dimana dan ia masih mesti membagi perhatian ke kakinya. Tentu kawan-kawannya jadi lebih banyak berperan dalam pertarungan ini.

Xie Tian Hu sendiri bukannya tidak tahu kemampuan para pewaris Yumen. Ia pernah berhadapan dengan sebagian dari mereka. Yang paling dikenali olehnya selain Jin Shui tentu saja adalah Liu Xin. Si tuan putri kecil itu sudah beberapa kali nyaris dicelakai olehnya. Maka diincarnya Liu Xin lebih dulu. Seruling di tangannya mencecar dengan gerakan du she xing dian (ular berbisa merayap di sawah), hendak merampas senjata pedang pendek si tuan putri.

Huang Yu tahu ia pasti akan mengincar Liu Xin lebih dulu, lekas menghalanginya, nyaris berhasil menyapu kakinya. Namun Xie Tian Hu juga pernah mempelajari ilmu tie jiao gang ti yang dulu diturunkan gurunya pada Zhang Xiang Hui si Gang Jiao Daxiong. Kekuatan Huang Yu tidak cukup untuk menjatuhkannya. Malah di saat itu ia sudah berganti menyerang ke arah Qin Liang Jie dengan telapak tangannya.

Diantara para pewaris yang tenaga dalamnya paling lemah adalah pewaris Meng Gui dan Shui Yao yaitu Qin Liang Jie dan Liu Xin. Terkena sambaran tangan Xie Tian Hu seperti ini, Qin Liang Jie langsung merasakan seperti tersengat listrik. Tangannya yang memegang tombak bergetar sedikit dan Xie Tian Hu berhasil meloloskan tombak itu dari genggamannya. Tombak seketika digunakan untuk merobek kipas di tangan Lin Ji Xuan yang tentu bukan kipas baja seperti warisan Zhang Zhe Liang yang asli.

"Hei!" Lin Ji Xuan langsung memprotes. Senjata di tangannya sudah rusak, terpaksa tidak bisa digunakan lagi.

Xie Tian Hu kembali menyerang, kali ini menggunakan jurus kuang feng shang tian (badai naik ke langit) dari yin shou yang zhang. Ia merampas senjata seruling di tangan Zhu Bai Que dan mematahkannya menjadi dua sebelum melemparkannya keluar arena. Namun bersamaan Li Qian juga berhasil menyabet pundaknya dengan golok, suara kain robek terdengar. Sedikit lagi saja, pasti pundak Xie Tian Hu sudah mengucurkan darah.

Jin Shui memainkan jurus hua qing quan dari wuqing xue, berusaha menangkap pergelangan tangan Xie Tian Hu, hendak merebut pula golok di tangan musuhnya itu. Namun Xie Tian Hu amat cepat gerakannya. Baru saja menghindari golok Li Qian, ia sudah berhasil mematahkan gerakan Jin Shui dengan menendang ke arah kaki kirinya yang lemah. Jin Shui terpaksa mundur selangkah.

Liu Xin kembali maju dengan pedang pendeknya. Xie Tian Hu menghindar ke samping, serangan Liu Xin mengenai tempat kosong. Saat itu entah bagaimana caranya Xie Tian Hu sudah berhasil merebut pedang pendek dari tangannya, kemudian menggunakannya untuk menangkis serangan golok Li Qian yang datang dari belakang. Kekuatan di tangannya luar biasa, namun pedang pendek itu juga patah. Kecepatannya pun bukan main karena di saat itu serangan pena besi Liao Xian dan telapak tangan Huang Yu berhasil dihindarinya sampai pewaris Bai Gu dan Chai Lang itu nyaris saling beradu.

Melihat para pewaris satu persatu kehilangan senjata, Gu Chen Hui lekas meraih tiga dari tujuh pedang yang masih berada di tangan para gadis Yuzhi Shi Wu, sekaligus melemparkan pedang lentur dan pedang kuningan ke arah arena.

"Jin Shui, Huang Yu, gunakan senjata ini!" serunya.

Huang Yu yang menjemput senjata itu dengan dua tangan. Gerakannya amat indah dan tepat. Pedang kuningan dipakainya sendiri, sedangkan pedang lentur diberikannya pada Liu Xin yang berada di dekatnya.

Gu Chen Hui kembali melemparkan pedang berukir, langsung disambut oleh Lin Ji Xuan, bersamaan Ma Yong Tao juga melemparkan pedang hitam serta pedang panjang yang segera disambut oleh Zhu Bai Que dan Qin Liang Jie.

Xie Tian Hu melompat, berusaha menghalangi dengan golok di tangannya. Ia berhasil menyambar pedang hitam sebelum sampai ke tangan Zhu Bai Que, tetapi Liao Xian yang masih memegang pena besi dan Jin Shui dengan tongkat di tangannya memaksanya untuk menangkis serangan jurus liu lang da mo (iblis besar mengembara) bersamaan yang mengarah ke dada dan punggungnya. Zhu Bai Que pun punya kesempatan memungut pedangnya.

Ma Yong Tao sudah menggenggam sebuah pedang lain dan hendak melemparkannya ke arah Jin Shui, akan tetapi pertarungan terus berlangsung, para pewaris mulai menyusun formasi, dan tidak mudah untuk mendekati Jin Shui.

"Ma Xiongdi, simpan saja pedang itu," seru Jin Shui. "Tongkat pemberianmu sudah cukup."

Ma Yong Tao batal melempar pedang, ia mengambil patahan seruling ba yin xiao dan menyimpannya. Dilihatnya para pewaris sudah tumbuh lagi semangatnya dengan senjata baru di tangan mereka meski Lin Ji Xuan yang biasa menggunakan kipas dan Qin Liang Jie yang biasa memakai tombak nampak sedikit kaku. Liu Xin dan Zhu Bai Que menyesuaikan diri dengan lebih cepat, tidak memberi kesempatan Xie Tian Hu untuk menarik nafas.

Mojie chen atau formasi dunia iblis adalah formasi yang baru dipelajari oleh Jin Shui, Huang Yu dan Liu Xin di bawah petunjuk Liao Xian. Li Qian, Qin Liang Jie, Lin Ji Xuan dan Zhu Bai Que baru mengenal sedikit saat dalam perjalanan dari Yiling ke Wuzhang. Begitupun delapan pewaris semuanya mengenal ilmu yang sama, mempelajari jurus-jurus yang serupa sejak mereka masih kanak-kanak, tidak banyak kesulitan untuk mengikuti dalam pertarungan yang sesungguhnya.

Liao Xian seorang yang sangat cerdas dan teliti, ia bisa menganalisa dengan cepat dan membuat perubahan pada formasi yang dimainkan. Ia hanya memberi petunjuk melalui gerakan pena di tangannya, tidak bisa dipahami oleh orang luar.

Mereka yang menyaksikan tidak ada lagi yang saling bicara, semuanya bagai tersihir menyaksikan bagaimana delapan orang bisa menyerang bergantian seperti gelombang yang tidak ada habisnya, pelan-pelan membuat kecepatan dan kekuatan Xie Tian hu seperti tidak ada gunanya.

Diserang bergantian seperti ini membuat Xie Tian Hu sedikit goyah. Pada serangan terakhir ia menyabetkan golok di tangan dengan sembarangan, berhasil mematahkan sebagian tongkat di tangan Jin Shui. Namun berikutnya, serangan Lin Ji Xuan berhasil mengenai pinggangnya, meninggalkan goresan disana.

Para pewaris sudah bisa membaca gerakannya. Xie Tian Hu punya kecepatan dan kekuatan luar biasa, namun dengan senjata baru di tangan masing-masing, mengepung dengan ketat, menyerang berpasangan dari kanan dan kiri atau depan dan belakang, benar-benar membuatnya kerepotan.

Denting senjata beradu. Gerakan para pewaris semakin cepat. Ketika tongkat di tangan Jin Shui patah menjadi dua, pedang di tangan Li Qian menyabet lengannya dan pedang Zhu Bai Que menggores kakinya, Xie Tian Hu mulai melambat. Darah nampak mengalir dari lukanya.

"Hei, kau tidak mungkin sengaja mengorbankan tongkat itu kan?" Ma Yong Tao berteriak dari tempatnya. Nampak olehnya barusan Jin Shui sudah mengumpankan tongkat untuk dipatahkan Xie Tian Hu agar kawan-kawannya mempunyai kesempatan menembus pertahanan dan melukainya.

"Laoer, Hua Jin Shui barusan juga hampir kehilangan satu lengan, masih baik hanya terkena tongkatnya," Zu Ye Niang berkata padanya.

"Si Xie Tian Hu ini hebat juga," sahut Fuchang Long.

"Sayang namanya mestinya diganti," sambung Li Bai Xun, "bukan Xie Tian Hu (Harimau Langit), tapi Mao Bu Fei (Kucing Tidak Terbang)."

"Tidak terlalu cocok," Lao Gui Shou mengomentari kata-katanya yang bunyinya berbeda terlalu jauh.

Di saat itu, rupanya lengan Jin Shui memang sudah terluka. Dada Qin Liang Jie juga terkena goresan cukup panjang, kaki Zhu Bai Que terkena tendangan dan pena besi Liao Xian sudah gundul. Namun di saat berikutnya Li Qian berhasil mematahkan golok di tangan Xie Tian Hu, pada detik selanjutnya Huang juga Yu berhasil menikam pembunuh keluarganya itu di perutnya dengan jurus tong xing po yue (menembus bintang memecah bulan).

"Ini untuk ayah ibuku," ia berkata, kemudian mencabut pedang kuningan di tangannya, sekali lagi menghunjamkannya ke tubuh musuhnya. "Ini untuk orang-orang lain yang sudah kaubunuh."

Xie Tian Hu mengerahkan seluruh sisa tenaga, menangkap badan pedang dengan kedua tangan, namun tidak cukup. Pedang sekali lagi menancap di tubuhnya, meninggalkan sebuah luka lebar di dada ketika Huang Yu sekali lagi mencabutnya. Darah menyembur, sebagian mengenai wajah dan pakaian Huang Yu, tanpa disadari mengagetkan Lin Xiao Yan yang menyaksikan dari pinggir sana.

Dendam memancar di mata Huang Yu, jika Li Qian tidak menghalangi mungkin ia akan menebaskan senjatanya sekali lagi, membuat kematian palsunya yang mengerikan di Huofeng Lou tiga tahun yang lalu menjadi kenyataan.

Jin Shui menghampiri Xie Tian Hu, menahan dengan sisa tongkat di tangannya, menotok beberapa jalan darah di tubuh murid kedua Liang Tian Jian Shen itu untuk mengurangi pendarahan. Tentu saja ia bukan ingin menolong Xie Tian Hu, sebaliknya malah menahan agar kematiannya tidak datang terlalu cepat.

"Xu Qiao, Xu Guniang adalah calon istriku, dan hari ini aku mewakili dia membalaskan kematian tiga puluh lima jiwa di Huofeng Lou yang tewas di tanganmu tiga tahun yang lalu," Jin Shui berkata. "Kau membunuh Xu Cheng Hai, Xu Louzhu sekeluarga, sampai sekarang aku hanya bisa menebak alasannya. Benarkah karena Xu Louzhu mengetahui kau sudah mengkhianati gurumu Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, Zhang Laoqianbei?"

"Benar," Xie Tian Hu tidak menutupi, berharap Jin Shui akan membantunya mengakhiri penderitaan. "Xu Cheng Hai menerimaku di Huofeng Lou, tidak baik-baik membiarkan aku merawat luka, dan terlalu banyak bertanya, pada akhirnya mengetahui sesuatu yang tidak perlu diketahui. Aku meminta Huang Wei Qun memberikan kipas pada Xu Cheng Hai, tetapi Huang Wei Qun tahu terlalu banyak, maka aku mesti membunuh dia juga."

Semua yang diperkirakan oleh Jin Shui dan kawan-kawan saat berada di Mangren Gong rupanya benar adanya. Xie Tian Hu sudah mengkhianati gurunya, kemudian membunuh Xu Cheng Hai karena mengetahui pengkhianatan itu. Huang Wei Qun terkenal punya pengetahuan luas dalam dunia persilatan, dan dia juga bisa membongkar semuanya sehingga lebih dahulu dibungkam.

Jin Shui membiarkan tubuh Xie Tian Hu terkulai jatuh di tanah dan tidak bisa berdiri kembali. Para pewaris kecuali Jin Shui dan Liao Xian mundur, mengembalikan lima pedang pada para gadis Yuzhi Shi Wu.

"Pedang ini adalah peninggalan Zhang Laoqianbei, terlalu berharga untuk kami," Li Qian berkata, "barusan terpaksa meminjam untuk menghadapi lawan yang berpengalaman, kami ucapkan terima kasih."

"Senjata-senjata ini sudah menjadi milik kalian juga," sahut Gu Chen Hui, "jika kalian memerlukannya boleh menggunakannya kapan saja."

"Sebagian dari kami tidak terlalu terbiasa menggunakan pedang," sahut Qin Liang Jie. "Aku lebih memilih menggunakan tombak saja."

"Ma Xiongdi, terpaksa merusak karyamu," Jin Shui juga mundur dan berkata pada Ma Yong Tao.

"Kulihat kau juga sudah tidak memerlukannya lagi, ya sudahlah," sahut si raja iblis.

Jin Shui kali ini baru merasakan kedua kakinya sakit bukan main. Ia menggunakan tenaga dalam agar bisa menahan berat badan dan tetap berdiri tegak serta mampu menyelesaikan pertarungan, tetapi saat sudah tidak mengerahkan tenaga dalam warisan Mo Ying lagi, ia langsung terkulai. Ma Yong Tao menahannya sebelum ia jatuh, Gu Chen Hui menyerahkan tongkat Meng Po di tangannya.

"Pakai ini dulu," katanya. "Kediaman Keluarga Bai ada di puncak Baiyu Shan. Kuharap kau masih sanggup naik sampai ke atas."

"Aku sudah menggeledahnya, kitab itu tidak ada di badan Xie Tian Hu," Liao Xian yang mundur paling akhir melapor pada Jin Shui. "Sepertinya Xie Tian Hu tidak berencana membiarkan kita mendapatkannya kembali, kemudian melemparkannya di tempat lain ketika melarikan diri tadi."

"Biarkan saja," kata Gu Chen Hui. "Biar Yu Zhi Shi Wu yang mencarinya."

Liang Shao Ren dan para pemburu warisan lainnya maju, membuang kipas dan salinan peta di samping tubuh Xie Tian Hu yang tergeletak di tanah, kemudian satu demi satu meninggalkan tempat itu dengan berbagai perasaan. Matahari di atas sana bergerak mundur ke balik awan. Akhirnya yang tersisa disitu hanya tinggal Xie Tian Hu yang sendirian meregang nyawa.

Para pewaris Yumen akhirnya tiba di kediaman Keluarga Bai, puncak Baiyu Shan. Perjalanan jauh mereka akan segera sampai di akhirnya.

Tempat kediaman Keluarga Bai ini merupakan sebuah kompleks bangunan yang sudah ada selama ratusan tahun, berada di atas sebuah dataran luas agak jauh di belakang bekas markas Yumen, dikelilingi sejumlah tebing dan jurang yang terjal.

Ketika Baiyu Shan dijadikan markas Yumen, Wu You Wei dan orang-orangnya mendirikan sendiri bangunan yang menjadi markas mereka di bawah lereng gunung, pada saat itu di tempat kediaman Keluarga Bai hanya tinggal dihuni oleh beberapa orang saja dan anggota Yumen juga dilarang masuk tanpa ijin.

Dikarenakan ibundanya Gu Chen Hui, majikan besar Baiyu Shan, tidak menyukai keramaian dan memerlukan kedamaian yang lebih, maka tempat tinggalnya kemudian dipindahkan ke puncak matahari, sedangkan tempat kediaman Keluarga Bai ini tidak ditinggali dan dibiarkan saja selama beberapa tahun. Oleh karena itu maka pada saat markas Yumen dihancurkan, tidak ada yang mengusik tempat ini.

"Jin Shui, nona ini bernama Yao Yao, dia adalah cucu perempuan Dongjie Tang Tangzhu (Ketua Balai Musim Gugur) Yi Peng Pian," Gu Chen Hui memperkenalkan gadis berbaju merah yang ada diantara orang-orang dengan lengan bersulam lambang Yumen. "Dia diberi perintah oleh kakeknya untuk memimpin anggota-anggota baru yang sudah direkrut secara diam-diam selama tiga belas tahun terakhir."

"Xiaonuzi Yao Yao menemui Jiaozhu," gadis berbaju merah itu maju dan memberi hormat pada Jin Shui. "Laofuren beberapa hari yang lalu sudah menerima kami semua disini dan kami juga sudah membersihkan tempat ini."

Para pewaris memperkenalkan diri mereka pada gadis muda itu. Mereka yang baru pertama kali bertemu saling memberi salam, keadaan cukup ramai.

"Yao Yao Guniang, kedua saudara ini adalah Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou," Jin Shui memperkenalkan si kaki satu dan si mata satu, "mereka juga ada membawahi sejumlah anggota baru, pada saat ini masih berada di Anning Hegu."

"Kalian bisa tinggal disini untuk sementara waktu, mungkin nanti baru pelan-pelan membangun kembali markas Yumen di bawah sana," Gu Chen Hui berkata. "Majikan besar Baiyu Shan sudah memberi ijin, kalian bisa menemuinya esok hari dan berterima kasih langsung padanya."

Hari itu mendekati akhirnya. Gu Chen Hui kemudian meninggalkan mereka semua bersama kedua gadis Han Leng Shuang Yin, pergi beristirahat di taiyang feng. Esok hari para pewaris juga mesti pergi ke taiyang feng menemui majikan besar Baiyu Shan, tidak tahu apakah mereka akan mendapat dukungan atau sebaliknya. Hari ini mereka semua merasakan lelah, namun tidak seorang pun yang ingin pergi tidur dengan cepat.

Jin Shui diantarkan ke sebuah kamar yang sudah disiapkan khusus untuknya, sebuah kamar batu yang luas dan terpisah, mempunyai ruangan depan tersendiri dan juga sebuah kamar latihan yang tertutup. Xu Qiao mengikutinya kesana bersama Huang Yu, Li Qian, Shu Qin, dan juga Zhou Yan Zi.

"Aku sudah menyambung tulangnya dan memberikan obat, akan tetapi dia masih perlu pemulihan," Li Qian berkata pada Zhou Yan Zi. "Hari ini tidak seharusnya dia berkelahi dengan orang, meski menggunakan tongkat kayu juga membuatku khawatir sambungan tulangnya belum sempurna."

Xu Qiao mengambil alih Jin Shui dari Li Qian dan memapahnya untuk duduk di sebuah kursi panjang. Li Qian kemudian memeriksa sendiri keadaan kaki Jin Shui dan tidak menemukan ada masalah.

"Kelihatannya sudah tidak apa-apa, aku akan membuatkan obat agar Jin Shui Gege bisa lekas pulih," Zhou Yan Zi berkata, ia nampak sedikit tidak tenang, tidak lantas memeriksa Jin Shui, mungkin karena merasa tidak enak disitu banyak yang melihatnya.

"Jin Shui Gege, apakah masih sakit?" Xu Qiao menanya.

"Tidak sakit," Jin Shui berkata, ia memberikan botol porselen yang selalu dibawanya pada Xu Qiao, memintanya menelan sebutir pil.

Xu Qiao sudah bertahan sepanjang hari, wajahnya nampak lelah dan pucat, agaknya sudah sangat memaksakan diri untuk mengantarkan Jin Shui sampai ke kamar ini.

"Qiao-er Jiejie, kenapa obat itu bisa ada pada Jin Shui Gege?" Zhou Yan Zi menanya padanya.

"Jin Shui Gege tidak mengijinkan aku meminumnya lebih dari satu butir sehari," sahut Xu Qiao. "Dia bilang…." Ia tidak jadi mengatakan bahwa Jin Shui sudah menyebut obat buatan Wansui Gu bukan barang baik. "Dia bilang aku hanya perlu sebutir sehari."

"Xu Guniang, kau pergilah bersama Zhou Guniang," Huang Yu berkata pada Xu Qiao. "Jin Shui biar Li Qian saja yang mengurus."

Xu Qiao masih ingin tinggal karena ia mencemaskan Jin Shui, akan tetapi ia juga merasakan keadaannya sendiri yang tidak seperti biasa, maka ia mengikut saja ketika Zhou Yan Zi menariknya meninggalkan kamar itu, menuju kamar lain yang tidak jauh. Huang Yu juga keluar dan mengikuti mereka diam-diam.

Zhou Yan Zi menutup pintu kamar dan langsung menarik Xu Qiao ke tempat tidur, memeriksa nadinya dan mengambil botol porselen dari tangannya, menemukan hanya tinggal sepuluh butir yang tersisa.

"Qiao-er Jiejie, aku memberikan obat ini ketika berada di Wansui Gu, memintamu untuk memakannya sebutir sehari, tidak boleh terlewat sehari pun," nona cilik itu berkata dengan cepat, "apakah kau pernah lupa meminumnya?"

"Hari itu di Wansui Gu, Jin Shui Gege pergi begitu saja, aku sangat mencemaskannya kemudian pergi mencarinya," Xu Qiao berkata, "sepertinya ada satu atau dua hari aku tidak meminum obat itu."

"Kenapa?" tanya Zhou Yan Zi.

"Aku tidak ingat," sahut Xu Qiao, "akan tetapi tidak apa, aku kemudian meminum sebutir dan merasa lebih baik, kemudian aku meminum sebutir setiap kali merasakan lelah, sampai aku bertemu dengan Jin Shui Gege dan dia ada membantuku dengan tenaga dalamnya."

"Apa?" Zhou Yan Zi menanya. "Kau juga ada meminum lebih dari sebutir sehari? Sudah berapa kali?"

"Entahlah, aku tidak ingat," sahut Xu Qiao. "Obat apa ini?"

"Obat ini… obat ini adalah untuk menjaga agar racun leiying hua dalam tubuhmu tidak sampai menyebar," sahut Zhou Yan Zi. "Ketika kau lupa meminumnya, maka racun itu sudah tidak bisa ditahan lagi. Sudah seperti ini, setiap kali kau meminumnya lagi, hanya memulihkan tenaga sebentar, hanya menutupi kerja racun itu, akan tetapi… akan tetapi tidak bisa menghalanginya membunuhmu pelan-pelan."

"Apa katamu?" tanya Xu Qiao kaget. "Sejak kapan aku terkena racun leiying hua? Kenapa aku tidak tahu?"

Zhou Yan Zi tidak menyahut, ia sangat kebingungan dan pada saat itu yang terpikir olehnya hanya pergi menemui kakaknya Zhou Xiang Nu untuk menanyakan apakah ada cara lain untuk mengatasi racun leiying hua. Ia lantas berlari keluar dari kamar, meninggalkan Xu Qiao begitu saja.

Xu Qiao turun dari tempat tidur dan hendak kembali ke kamar Jin Shui, memberitahukan padanya, akan tetapi belum lagi keluar dari pintu ia mendapati Huang Yu sudah berdiri menghadangnya, agaknya sudah mendengar semua pembicaraan barusan.

"Huang Erge," ia melihat ekspresi Huang Yu jelas menyebutkan bahwa si pewaris Chai Lang itu mengetahui segalanya.

"Xu Guniang, aku perlu bicara berdua denganmu," Huang Yu berkata pelan, "bisakah kita berbicara di dalam?"

Xu Qiao terpaksa mengangguk kemudian membiarkan Huang Yu masuk ke dalam kamar, menutup pintu di belakangnya. Huang Yu berdiri diam beberapa saat, ia juga tidak tahu bagaimana menyampaikan yang diketahuinya.

"Xu Guniang, masalah ini kuharap kau tidak memberitahukan pada Jin Shui," ia berkata kemudian, nada suaranya pelan dan tertahan, "semuanya baru saja dimulai, keadaan Jin Shui kau juga tahu. Aku tidak ingin dia mengkhawatirkanmu."

"Aku tidak akan mengatakan padanya," sahut Xu Qiao. "Huang Erge, apa yang kautahu? Bisakah kau memberitahukan padaku? Racun leiying hua, waktu itu kalian menolong banyak orang di Wansui Gu, menggunakan tenaga wuqing xue untuk menyedot racun pada diri sendiri karena obat penawar tidak banyak. Apa kaitannya denganku? Aku ingat, aku hanya membantu Jin Shui Gege, dia bahkan tidak membiarkan aku mengambil racun itu."

"Hari itu Jin Shui sudah menyedot terlalu banyak racun, dia bisa menahannya karena mempunyai tenaga dalam pemberian Mo Ying Shibo," kata Huang Yu. "Akan tetapi saat itu Ma Yong Tao dan anggota Liangshan Liu Mo lain sudah kembali, kami semua khawatir tidak bisa menahan mereka, lebih lagi aku khawatir Jin Shui terlalu memaksakan diri menerima racun, hasilnya tidak akan baik untuknya."

"Benar," sahut Xu Qiao, "hari itu Jin Shui Gege sungguh sudah memaksakan diri."

"Aku terpaksa menggunakan biji catur untuk mengacaukan konsentrasinya pada saat dia masih menyedot racun dari orang terakhir," kata Huang Yu pula, "kau juga ingat yang kemudian terjadi."

"Racun seperti berbalik dan orang yang terakhir itu langsung kehilangan nyawanya," sahut Xu Qiao. "Saat itu aku juga masih menggunakan tenaga dalam. Saat racun berbalik mengenai Cai Qin dan juga menyebar di dalam tubuh Jin Shui Gege, saat itu juga masuk ke tubuhku."

"Yang terjadi memang seperti itu," kata Huang Yu menyesal. "Saat itu aku juga tidak berpikir panjang, hanya ingin Jin Shui berhenti menyedot racun, aku tahu mengacaukan konsentrasinya akan sangat berbahaya, akan tetapi aku juga tidak ada pilihan lain. Berdasar perhitunganku, Jin Shui masih bisa menahan racun dan asalkan segera menelan obat penawar maka tidak akan kehilangan nyawa. Murid Haitang Jian Pai dengan sendirinya aku tidak peduli. Hanya aku tidak menduga, kau juga terkena akibatnya."

Xu Qiao terhuyung mundur, ia memegangi meja untuk menahan berat tubuhnya. Sungguh tidak disangka ia sudah terkena racun Wansui Gu paling mengerikan tanpa diketahuinya selama hampir dua bulan terakhir.

"Sebutir penawar terakhir waktu itu diberikan pada Jin Shui, kemudian Feng Yeye meminta Yan Zi membuatkan obat untukmu, saat itu aku mendengar bahwa dalam tiga bulan Feng Yeye akan bisa menawarkan racun leiying hua, maka aku tidak khawatir," kata Huang Yu lagi, "kami juga tidak merasa perlu memberitahukan urusan ini, asalkan kau baik-baik meminum obat pemberian Yan Zi, sebutir sehari."

"Akan tetapi kemudian aku pergi sendiri mencari Jin Shui Gege, dan sempat melupakan obat ini," Xu Qiao melihat botol porselen yang ditinggalkan Zhou Yan Zi. "Huang Erge, obat ini hanya tinggal sepuluh butir, apakah ini artinya sepuluh hari kemudian, aku akan mati?"

"Racun leiying hua bukan racun yang bisa membunuh begitu saja," sahut Huang Yu. "Yan Zi sendiri sudah menjelaskan, sifat racun ini adalah membawa kematian yang lambat. Kau… aku tidak tahu berapa lama waktu yang kaumiliki."

"Kau tidak ingin aku memberitahu Jin Shui Gege, karena tidak ingin dia mencemaskan aku, benarkah?" tanya Xu Qiao, memaksakan untuk memahami pemikirannya. "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan dia mengetahuinya. Lagipula, saat ini Lao Feng juga sedang berusaha membuatkan penawar untukku, mungkin esok hari obat penawar itu sudah ada dan kita juga tidak perlu lagi khawatir."

"Zhou San Gong sudah ditangkap oleh Liangshan Liu Mo," kata Huang Yu, "dia yang membuat racun, dia mungkin mengetahui cara menawarkannya. Aku akan meminta Yan Zi menemuinya dan menanyakan padanya."

Shu Qin meminta Li Qian pergi beristirahat, mengatakan ia yang akan membantu Jin Shui mengobati kakinya. Tanpa sungkan gadis itu melepaskan sepatu Jin Shui, menggulung pipa celana dan membersihkan sisa obat penyambung tulang agar bisa mengoleskan obat yang baru.

"Aku adalah shengnu dari Yumen, sudah seharusnya melayani calon ketua yang baru," Shu Qin berkata dengan terus terang. "Kau adalah ketua yang sudah ditetapkan oleh laofuren, juga tidak perlu sungkan dengan kebiasaan ini."

"Shengnu." Jin Shui tidak mengetahui jelas masalah shengnu, sebenarnya juga tidak ingin mempertanyakan, namun ia juga tidak bisa menghindari kenyataan bahwa shengnu ini punya kaitan dengan dirinya. Ia merasa sedikit risih karena yang mengobati kakinya adalah seorang perempuan cantik yang masih asing, akan tetapi ia juga berusaha tidak berpikir terlalu banyak dan membiarkan saja.

"Shengnu adalah gadis yang dipersiapkan oleh jiaozhu furen untuk ketua Yumen yang selanjutnya," Shu Qin menjelaskan. "Laofuren yang membawaku bergabung dengan Yumen sejak kecil, bersama dua saudara lainnya. Kami mempelajari wuqing xue dan yun xia shen gong sejak kanak-kanak. Pada saatnya nanti, ketika ketua baru ditetapkan, salah satu dari kami akan menggunakan ilmu yang sudah kami pelajari sejak kecil untuk membantu ketua baru itu melatih dan menyempurnakan wuqing xue sampai tingkat terakhir, yaitu tingkat ke delapan."

"Maksudmu, wuqing xue baru bisa dipelajari sampai level tertinggi jika ada bantuan dari kalian?" Jin Shui bertanya. "Mo Ying tidak memberitahukan mengenai ini padaku. Pantas saja, aku merasa setiap kali berusaha mencapai satu level lebih tinggi seperti ada satu kekurangan. Pantas saja ayahku juga tidak menguasai sampai tingkat tertinggi. Tetapi, jika memang perlu bantuan dari orang lain mengapa mesti seorang shengnu?"

"Karena hanya seorang gadis yang masih suci baru bisa mempelajari yun xia shen gong dengan sempurna," sahut Shu Qin, sedikit pun tidak risih menyebut masalah kesucian, agaknya pemikirannya sudah dipersiapkan sejak kanak-kanak. "Jika kami kehilangan kesucian, maka kekuatan ilmu itu akan berkurang banyak, tidak bisa digunakan lagi untuk membantu ketua menyempurnakan wuqing xue."

"Rupanya begitu," Jin Shui tidak melihat ada yang salah, tetapi perasaannya tidak enak. "Apakah hanya ketua yang boleh mempelajari wuqing xue sampai tingkatan tertinggi?"

"Hanya ketua." Shu Qin beralih memandangnya. "Berdasarkan peraturan leluhur Yumen, pada saat ketua baru ditetapkan, saat itu nyonya ketua akan memilihkan tiga orang anak perempuan sebagai shengnu. Tiga orang shengnu ini akan dibesarkan demi menunggu calon ketua generasi berikutnya. Saat itu, jika calon ketua baru sudah ditetapkan, maka kami akan bergantian membantunya melatih wuqing xue dari satu tingkat ke tingkat berikutnya."

"Kami delapan pewaris semuanya mempelajari wuqing xue, apakah di masa lalu hanya ketua yang mempelajari ilmu ini?"

"Wuqing xue memang adalah merupakan ilmu tertinggi dalam Yumen, anggota lain bukan tidak boleh mempelajarinya, tetapi selain ketua tentu tidak akan mendapat bantuan dari shengnu dan mesti mengandalkan kemampuan sendiri," Shu Qin kembali berkata. "Sedangkan yun xia shen gong, adalah sebuah ilmu rahasia. Selain shengnu sendiri, hanya ketua dan nyonya ketua yang boleh mengetahuinya. Tentu saja, ketua dan nyonya ketua tidak sepantasnya mempelajari sendiri."

Jin Shui mendengarkan. Shu Qin mengganti obat dengan yang baru, mengoleskan dengan hati-hati, kemudian membalutnya kembali.

"Akan tetapi hanya akan ada satu shengnu yang diperlukan untuk membantu ketua baru menyempurnakan wuqing xue pada saatnya nanti," Shu Qin melanjutkan penjelasannya. "Berdasarkan peraturan leluhur, sebelumnya akan diadakan pertandingan hidup mati, hanya disaksikan oleh ketua baru. Tentu saja, pertandingan ini ada peraturannya. Tidak diperbolehkan menggunakan senjata, pemenangnya juga tidak ditentukan dari ilmu siapa yang paling tinggi, melainkan ditentukan oleh keputusan ketua baru itu. Dua orang yang kalah, maka nasibnya juga akan ditentukan oleh keputusan ketua baru. Pada generasi sebelumnya, kebanyakan mendapat anugerah kematian yang terhormat."

"Kematian yang terhormat?" Jin Shui tersentak kaget. "Sudah mengadu manusia seperti ini, masih memaksa orang yang kalah bunuh diri, pantas saja Yumen dikatakan sebagai aliran sesat. Aku tidak setuju."

"Pada generasi ini hanya tinggal seorang shengnu, dengan sendirinya pertandingan semacam ini tidak perlu dilakukan, juga tidak akan ada yang mesti bunuh diri," kata Shu Qin lagi. Ia sudah merapikan kembali pakaian dan sepatu Jin Shui, kemudian mencuci tangannya di baskom yang sudah disediakan.

"Mengapa tidak membiarkan tiga orang sekaligus membantu menyempurnakan wuqing xue?" tanya Jin Shui pula. "Bantuan dari tiga orang tentunya lebih baik dari satu orang. Mengapa mesti memaksa dua yang lainnya untuk mati sia-sia."

"Jika ketua yang baru menghendaki, sebenarnya mempertahankan ketiganya juga boleh," sahut Shu Qin. "Namun shengnu yang masih hidup ini, nasibnya juga tidak akan lebih baik. Pada saat yang sudah ditetapkan, satu orang shengnu atau tiga sekaligus mesti membantu ketua baru menyempurnakan wuqing xue, menyerahkan semua tenaga dalam hasil latihannya selama bertahun-tahun, sementara wuqing xue ada kekuatan menghisap tenaga dalam orang. Tentu akibatnya shengnu itu akan terluka parah."

Jin Shui masih ingat, ketika Mo Ying menyerahkan seluruh tenaga dalam hasil latihannya berpuluh tahun pada dirinya, seketika si pelindung utama itu berubah menjadi seperti orang cacad. Tetapi Mo Ying bukan tokoh sembarangan, dalam waktu tidak lama ia sudah bisa makan minum berjalan dan berlari seperti biasa, meski keadaannya sudah tanpa tenaga dalam sama sekali. Apakah seorang shengnu sampai terluka parah karena kemampuannya belum sehebat Mo Ying atau pelindung lainnya?

"Yun xia shen gong tidak sama sifatnya dengan wuqing xue," kata Shu Qin lagi. "Membantu ketua baru menyempurnakan wuqing xue juga tidak seperti para pelindung aliran seperti Mo Ying atau yang lain menyerahkan tenaga dalam pada para pewaris. Para pewaris yang menerima tenaga dalam kemampuannya masih rendah, tentu tidak bisa dibandingkan dengan seorang yang sudah menguasai wuqing xue sampai tingkat ke tujuh."

"Rupanya begitu," kata Jin Shui. "Kalau begitu ayahku tidak bersedia mempelajari wuqing xue tingkat tertinggi, apakah karena tidak ingin melukai orang?"

Shu Qin tersenyum. Pertanyaan Jin Shui baginya masih sangat lugu. "Tentu tidak seperti itu," katanya, "xianjiaozhu menetapkan Meng Gui dan Shui Yao sebagai pelindung karena mereka tidak menguasai yun xia shen gong sepenuhnya dan karena memandang jiaozhu furen yang sebelumnya sudah bersusah payah melatih mereka sejak kecil. Tetapi Miao Qin, shengnu yang menguasai yun xia shen gong sepenuhnya dan sudah siap membantunya, saat itu dipaksa bunuh diri."

"Kenapa?" tanya Jin Shui.

"Karena Miao Qin tidak bersedia menerima kedudukan lain, mengatakan padanya bahwa ia sudah ditakdirkan menjadi shengnu dan mesti memenuhi takdir itu," sahut Shu Qin.

"Aku tidak mengerti," sahut Jin Shui pula. "Dia ingin tetap menjadi shengnu mengapa ayahku malah membunuhnya? Tidak ingin melukai tetapi malah memaksa bunuh diri, sangat tidak masuk akal."

Shu Qin tersenyum lagi. Ia mendekati Jin Shui, duduk di sampingnya. Sama sekali tidak risih meski dirinya adalah seorang shengnu dan yang ada di sisinya adalah seorang pria. "Kami membantu ketua baru melatih wuqing xue tingkatan tertinggi tidak sama dengan membantu pada tingkat-tingkat sebelumnya, terlebih tidak sama seperti para pelindung menyerahkan tenaga dalam pada para pewaris," katanya lagi, "saat itu kami mesti berada di satu ruangan tertutup, hanya berdua saja, selama dua belas jam proses pemindahan tenaga maka mesti bersatu, juga tidak boleh ada gangguan sama sekali."

Jin Shui bergetar mendengar kata-kata mesti berada di satu ruangan tertutup, hanya berdua saja. Ketua Yumen seorang pria, shengnu adalah perempuan. Jika Xu Qiao mengetahui dirinya berdua dengan seorang perempuan lain di ruang tertutup selama dua belas jam, ia pasti akan menangis setengah mati.

"Seorang shengnu diwajibkan menjaga kesucian selain demi mempertahankan kemurnian yun xia shen gong juga demi hari ini," kata Shu Qin lagi. "Kedudukan ketua Yumen sangat tinggi, seorang perempuan yang sudah disentuh oleh lelaki lain tentu saja tidak pantas untuknya. Di hari itu, kami mesti melepaskan pakaian dan saling bersentuhan, juga... saat itu shengnu mesti menyerahkan kesucian pada ketua agar bisa bersatu dengannya."

Kata-kata yang sangat mengagetkan, ekspresi wajah Jin Shui yang sudah tegang semakin kaku. Seketika, ia merasakan keringat dingin di seluruh badannya. Masalah hubungan lelaki dan perempuan ia bukannya tidak tahu. Selama ini terhadap Xu Qiao ia selalu menjaga dengan hati-hati, tidak pernah melakukan yang diluar batas. Tidak pernah terbayang olehnya kelak harus terlibat dengan perempuan lain. Tidak pernah diketahui olehnya, di puncak Baiyu Shan ini sudah dipersiapkan satu orang yang sedemikian untuknya.

"Apa?"

"Setelah tugas ini selesai, juga tidak ada jalan hidup bagi seorang shengnu," Shu Qin melanjutkan. Suaranya terdengar pelan namun cukup jelas. "Kami akan terluka parah dan lumpuh seumur hidup, menjadi orang yang tidak berguna. Masalah ini merupakah rahasia Yumen Jiao, maka saat itu kami memang mesti dilenyapkan."

Jin Shui benar-benar terkejut. Pantas saja Yumen sering dikatai sebagai aliran iblis nyatanya di dalam Yumen sejak masa lalu, ada kekejaman dan cara sesat luar biasa yang seperti ini. Selain masalah shengnu, entah ada rahasia lain apalagi di sekitar ayahnya dan posisi ketua Yumen ini.

"Aku tidak akan membiarkan," ia berkata. "Semua tradisi kejam Yumen, aku tidak akan meneruskannya. Jika hendak mencapai wuqing xue sampai tingkatan tertinggi mesti menggunakan cara ini, maka aku lebih baik tidak perlu mempelajarinya sampai tingkatan tertinggi. Lagipula...." ia nyaris menyebut mengenai Xu Qiao. Seumur hidup ia hanya akan mencintai Xu Qiao seorang, tidak akan terlibat dengan wanita lain.

"Kami merelakannya," Shu Qin memotong kata-katanya. Jelas dan tegas. Air matanya nyaris mengalir. Ia sudah menanti Jin Shui seumur hidup, diam-diam sangat berharap bisa menyelesaikan tugas sebagai shengnu, meski pada akhirnya juga akan berhadapan dengan kematian. Ia sempat merasakan kekecewaan ketika menemukan Jin Shui hanyalah seorang pemuda yang cacad, tetapi saat ini perasaan itu sudah berubah sama sekali. "Sejak bergabung dengan Yumen, nyawa kami adalah milik ketua, tidak akan ada penyesalan."

"Nyawa manusia urusan Langit, mana bisa ada takdir yang ditetapkan oleh manusia seperti ini? Aku tidak bisa...."

Huang Yu masuk ke dalam ruangan itu dengan langkah tenang. Percakapan barusan ia mendengar cukup banyak, tentu saja ia punya pemikiran sendiri, Jin Shui sebagai ketua Yumen di masa depan mesti menguasai wuqing xue sampai tingkatan tertinggi, tidak peduli berapa banyak yang mesti dikorbankan.

Shu Qin membereskan obat-obatan dan baskom air. Jin Shui hanya bisa berbaring diam di tempat, saat ini tidak ingin berkomentar banyak mengenai shengnu ini, sudah tahu Huang Yu tidak akan mendukung.

"Dashanzhu sedang menutup diri dan tidak ingin bertemu dengan siapa pun, mungkin besok kita juga belum bisa bertemu dengan beliau," Huang Yu membicarakan urusan yang lain. "Kau masih ada waktu untuk memulihkan kakimu, sementara ini tidak perlu memikirkan apa-apa. Shu Qin Guniang, terpaksa merepotkan Anda."

Shu Qin hanya menganggukkan kepala. Air mukanya nampak sudah tenang kembali. Ia sudah terbiasa menutupi perasaan hati yang sebenarnya seumur hidup, siapa pun tidak perlu tahu apa yang ada dalam pikirannya.

"Qiao-er bagaimana?" Jin Shui menanya pada Huang Yu, ia tahu Huang Yu barusan keluar dari ruangan pasti mengikuti Xu Qiao dan Zhou Yan Zi.

"Tidak apa," Huang Yu berkata pelan, menutupi dengan sempurna, "hanya lelah karena terus mengikuti kita semua berpindah-pindah tempat begitu lama. Kau tidak perlu khawatir, dia akan segera bisa menyesuaikan diri dengan tempat ini dan sepertinya kita juga sudah tidak perlu membawanya pergi kemana-mana lagi."

"Biar dia tinggal bersamaku disini," kata Jin Shui, "aku belum memberitahukan pada Wu Furen, akan tetapi aku akan segera menyampaikan padanya, memintanya merestui aku dan Qiao-er."

"Tidak perlu buru-buru, kau juga masih harus memulihkan kakimu," kata Huang Yu. "Disini ada banyak pengikut Yumen yang masih baru, belum tahu kebiasaan lama. Kau dan Xu Guniang belum menjalani adat pernikahan, tidak enak jika menjadi pembicaraan orang, untuk sementara biar dia tinggal bersama adikku dan Yan Zi saja. Setelah kau pulih, urusan pernikahan baru bisa dibicarakan."

Jin Shui dan Huang Yu mengantarkan Lao Gui Shou dan Lao Diao Yan turun ke kaki gunung hari itu, keduanya berencana kembali ke Anning Hegu dan menjemput anggota Yumen lain yang menunggu disana, membawa semuanya ke Baiyu Shan untuk ikut membangun kembali aliran mereka.

"Beberapa lama ini kami sudah memberi tugas pada saudara-saudara di Anning Hegu untuk mencari anggota baru," Lao Diao Yan berkata, "hanya saja kami juga meminta mereka untuk berhati-hati, agar urusan ini tidak sampai membuat masalah dengan pihak yang belum bisa menerima kembalinya Yumen Jiao. Untuk sementara, hasilnya tidak banyak."

"Sesuai permintaan Huang Gongzi, kami juga sudah menyebarkan kabar bahwa para pewaris sudah memulai pergerakan ini terutama ke Nanyang," sambung Lao Gui Shou. "Sesuai perkiraan, hal ini membuat Huan Jiao Zheng ketakutan, hari itu ketika orang-orang Haitang Jian Pai di bawah Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei menemuinya untuk membicarakan niat Yuan Wan Cui menghalangi kembalinya Yumen, dia menyatakan akan membicarakan lebih dahulu dengan para tetua Yongjun Hui, kemudian membiarkan saja sampai tamunya pergi sendiri."

"Tetapi kemudian dia ikut pergi mencari benda peninggalan Liang Tian Jian Shen," Lao Diao Yan kembali berkata. "Dia ingin memperkuat diri sendiri dan alirannya, jelas sekali tidak peduli lagi orang akan memandang rendah dan menganggapnya tamak."

"Kabar mengenai kipas baja putih dan harta peninggalan Liang Tian Jian Shen ini menyebar lebih cepat daripada berita kembalinya Yumen," sambung saudaranya. "Banyak yang lantas pergi meninggalkan tempat tinggal mereka, berusaha mendapatkannya, ada yang dengan terang-terangan dan mengaku penasaran saja, akan tetapi juga banyak yang sembunyi-sembunyi dan tidak ingin diketahui orang lain."

"Kalian sudah membuat pertaruhan dengan Huan Jiao Zheng untuk menyingkirkannya, sudah bertindak dengan tepat," Jin Shui berkata.

"Jiaozhu bagaimana bisa tahu kami ada membuat pertaruhan dengan Huan Jiao Zheng?" tanya Lao Gui Shou, masih belum menyadari bahwa saat Huan Jiao Zheng hendak merebut kipas putih dari tangan Shen Xi Ru, Jin Shui juga berada di tempat yang sama dan menyaksikan, kemudian juga melihat saat Huan Jiao Zheng kalah dalam pertaruhan. "Ah, pasti Ma Gongzi yang memberitahukan pada Anda," ia menjawab pertanyaan sendiri.

"Huan Jiao Zheng kemudian mengirim lamaran pada Xianjing Wang, hendak menikahkan anak lelakinya yang bodoh itu dengan seorang tuan putri," sambung Lao Diao Yan lagi, "semula kami menertawakan niat konyol ini, mengira Xianjing Wang akan menolak mentah-mentah dan akan menyatakan bahwa urusan pernikahan putrinya adalah urusan kerajaan. Akan tetapi di masa lalu Xianjing Wang juga pernah ada kerjasama dengan Yongjun Hui, dan dia menyatakan akan memikirkan urusan ini terlebih dahulu."

"Xianjing Wang mempunyai beberapa orang putri, akan tetapi yang belum menikah hanya tinggal Liu Xin seorang," Huang Yu berkata. "Apakah dia akan meminta orangnya menjemput Liu Xin untuk dinikahkan dengan Huan Chao Yu?"

"Kami juga tidak tahu, akan tetapi Huang Gongzi bisa membicarakan hal ini dengan Liu Xin Junzhu, mempersiapkan langkah selanjutnya," sahut Lao Diao Yan.

Mereka sudah turun di kaki gunung, tempat reruntuhan markas Yumen. Beberapa orang nampak berada disana, mulai membersihkan reruntuhan agar bisa selekasnya dibangun kembali. Mereka memberi hormat ketika melihat Jin Shui dan Huang Yu datang.

"Jiaozhu, Huang Gongzi, terus terang sebelum menjadi pengawal Wang Ruan Ya kami berdua adalah kaum perampok, menghabiskan belasan tahun mengambil benda milik orang lain," Lao Gui Shou bercerita sendiri tanpa diminta. "Kelompok kami dulu sangat terkenal karena anggotanya tidak diijinkan sampai membunuh, paling banyak hanya menakuti saja."

Lao Diao Yan tertawa. Ia memang selalu ceria dan menganggap semua orang juga sama sepertinya yang berjiwa bebas tanpa beban. "Aturan dalam kelompok kami, jika membunuh harus membayar denda," katanya, "sebelah kakiku ini dulu aku sendiri yang memotongnya, karena tidak sengaja membunuh seorang nenek tua. Nenek tua itu sangat menyebalkan, tapi waktu itu aku menakutinya sedikit, dia langsung mati terkena serangan jantung. Terpaksa memotong satu kaki untuk membayar denda."

"Sebelah mataku ini juga dulu aku juga yang membutakan," tambah Lao Gui Shou. "Waktu itu aku mengetahui korban kami seorang suami yang suka main selingkuh dan memukuli istrinya, aku tidak tahan lalu menghajarnya sampai mati."

"Kalian tidak sengaja membunuh dan membunuh orang yang pantas mati, apa perlu menghukum diri seperti itu?" tanya Huang Yu. "Jika salah membunuh atau membunuh orang yang pantas mati sampai berkali-kali, maka bukankah kalian akan menjadi orang cacad dan rugi sendiri?"

"Ini sudah peraturan dalam kelompok. Jika denda hanya membayar sejumlah uang, kami bisa mendapatkannya dengan mencuri atau merampok," kata Lao Diao Yan lagi, "maka sejak generasi sebelumnya sudah ditetapkan peraturan seperti ini. Tentu saja, kalau tidak bersedia boleh menggantinya dengan cara lain, yaitu menjadi budak keluarga korban selama waktu tertentu. Tetapi sebagian besar dari kami tidak sudi menjadi budak orang, membuat cacad diri sendiri dianggap lebih terhormat."

"Sebenarnya dalam aturan juga disebut, jika salah membunuh atau membunuh yang pantas mati boleh lolos dari hukuman," tambah Lao Gui Shou. "Tetapi aku dan Lao Diao Yan adalah wakil ketua, bersalah ya bersalah. Kalau banyak alasan bagaimana kami akan menegakkan peraturan?"

Jin Shui dan Huang Yu menganggukkan kepala. Memang benar, sebagai pemimpin mesti memberi contoh pada pengikutnya. Kedua orang ini dahulu adalah kepala perampok, ternyata tindakan mereka sangat pantas dikagumi.

"Sudah mulai siang," kata Lao Diao Yan, "Erwei Shaoxia mengantar sampai disini saja. Sampai jumpa."

Mereka saling merangkap tangan. Tetapi Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou belum lagi meninggalkan tempat itu, terdengar suara seruan Yao Yao, bersamaan orangnya juga muncul disitu bersama dua pengikutnya, berlarian mendekat.

"Jiaozhu, di bawah gunung sana ada yang terbunuh," gadis itu berkata pada Jin Shui. "Banyak sekali mayat."

Mereka segera mengikuti Yao Yao dan kedua orangnya. Sekitar setengah li dari tempat itu, mereka menemukan belasan jenasah yang tergeletak di tanah, serupa dengan yang ditemukan oleh Jin Shui dan yang lain saat hendak masuk ke makam Keluarga Bai. Hanya saja sekali ini jenasah yang ada bukan para pemburu harta yang tewas karena saling bunuh, melainkan terbunuh oleh seseorang.

"Orang-orang Lembah Arak," Huang Yu mengenali jenasah orang-orang itu, semuanya adalah orang-orang Lembah Arak yang sudah ikut pergi meninggalkan Baiyu Shan kemarin. Kedua kakek ketua mereka juga ada.

Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou ikut memeriksa jenasah dan mendapati orang-orang itu sebagian besar tewas dalam keadaan tulang retak, patah, dan bahkan ada yang hancur. Hanya Jiu Ya Er Sheng berdua yang tewas dengan masing-masing satu goresan pedang di badannya, sangat tipis dan dalam.

"Dia," Huang Yu bisa langsung mengenali cara pembunuhan seperti ini. "Orang-orang Lembah Arak ilmunya tidak bisa dikatakan rendah, bagaimana dia bisa membunuh mereka semua seperti ini?"

"Huang Zhe," Jin Shui hampir melupakan orang ini. Xie Tian Hu sudah tewas terbunuh, akan tetapi muridnya itu sudah berhasil meloloskan diri, dan sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.

"Celaka!" Huang Yu berseru sekali lagi. Ia lekas berlari kembali ke arah reruntuhan dan menanyakan pada orang-orang yang ada disana dimana jenasah Xie Tian Hu. Salah seorang menunjuk.

Jenasah Xie Tian Hu tergeletak di pinggir reruntuhan, ditutup dengan kain putih dan salah seorang pengikut Yao Yao sedang menggali lubang untuk menguburkannya. Huang Yu lekas membuka kain penutup dan melihat keadaan jenasah.

Keadaan jenasah itu sangat mengerikan, matanya masih berbuka menampakkan kengerian yang tetap ada sampai nafasnya putus, tulang kepalanya hancur, tulang-tulang di seluruh tubuhnya pun sudah dipatahkan orang. Bekas luka tusukan Huang Yu masih ada, dari pakaian dan wajahnya pun jelas adalah Xie Tian Hu yang kemarin terbunuh disini, tidak mungkin dipalsukan. Akan tetapi kemarin tidak ada yang menghancurkan tulang-tulangnya dengan sedemikian kejam, ada orang lain yang sudah datang menemuinya sebelum ajal.

"Kakakku kembali kemari saat kita semua sudah pergi, mendapati gurunya masih hidup," Huang Yu berkata, bisa menebak apa yang terjadi. "Kakakku meski sejak lama mengikutinya dan seakan memujanya sebagai guru, tetapi juga mengetahui dengan jelas bahwa Xie Tian Hu adalah pembunuh orang tua kami."

"Dia yang sudah menyelesaikan pembalasan dendam," sahut Jin Shui.

"Bukan hanya itu," Huang Yu berkata, "dia pernah mencuri potongan kitab wuqing xue milikku, dan mempelajarinya dengan cara sesat. Tidak cukup untuk membuatnya menjadi pembunuh yang sangat berbahaya, akan tetapi sudah cukup memberikan kemampuan padanya untuk menyedot habis tenaga dalam seseorang."

"Dia sudah mengambil tenaga dalam Xie Tian Hu," sahut Jin Shui, sedikit pun tidak menduga bahwa Huang Zhe tidak menyiakan kesempatan.

"Dia sudah menyedot tenaga dalam Xie Tian Hu sebelum membunuhnya dengan menghancurkan tulang-tulangnya, menggunakan tenaga dalam yang baru diambil itu," kata Huang Yu. "Kemudian dia juga membunuh orang-orang Lembah Arak untuk menguji kemampuan sendiri. Hanya mungkin saja dia belum cukup bisa mengendalikan tenaga dalam yang baru saja diambilnya sehingga terpaksa menggunakan pedang untuk menghabisi Jiu Ya Er Sheng."

Yao Yao memungut selembar kertas yang ada di kaki Xie Tian Hu, terselip di sepatunya, kemudian memberikannya pada Huang Yu, sekali lagi mengagetkan si pewaris Chai Lang.

"Potongan kitab yin shou yang zhang," ia mengenali kertas itu sebagai sampul kitab yin shou yang zhang yang kemarin direbut oleh Xie Tian Hu dari Gu Chen Hui.

"Liao Xian tidak berhasil menemukan kitab itu di badan Xie Tian Hu ketika kita sudah melumpuhkannya," Jin Shui berkata.

"Dia pasti sudah memberikan pada muridnya saat berlari meninggalkan tempat ini," sahut Huang Yu. "Saat kita berhasil menggiringnya kembali kemari, kitab itu sudah berada di tangan kakakku."

"Dia membawa pedang xuanlong milikku, mempunyai tenaga dalam milik Xie Tian Hu, dan juga sudah mendapatkan salinan kitab yin shou yang zhang," Jin Shui berkata. "Yu, menurutmu apa yang akan dilakukan selanjutnya olehnya?"

"Aku tidak tahu," sahut Huang Yu. "Kakakku itu berambisi tinggi, punya keinginan menjadi orang nomor satu. Dia juga adalah seorang yang kejam dan tidak pedulikan apa pun demi meraih tujuannya."

"Menguasai tenaga dalam milik Xie Tian Hu perlu waktu, sama seperti kita para pewaris juga mesti melatih lebih dahulu sebelum bisa menggunakan tenaga dalam pemberian para pelindung dengan baik." Jin Shui berkata. "Yin shou yang zhang aku tidak pernah belajar, akan tetapi menguasai sebuah kitab ilmu juga pasti memerlukan waktu. Kakakmu masih muda, dia tidak akan terburu-buru dan pasti akan melatih diri terlebih dahulu. Untuk sementara, kurasa kita tidak perlu mengkhawatirkannya."

"Benar, dia akan perlu melatih diri dan menyesuaikan kemampuannya yang baru," Huang Yu berusaha menenangkan diri, "akan tetapi kita juga harus menemukannya."

"Kami akan mencarinya," Lao Diao Yan dan Lao Gui Shou menyahut bersamaan.

"Aku juga akan menyuruh orang mencarinya," Yao Yao menyambung.

"Aku akan membuatkan gambar agar kalian bisa menemukannya," Huang Yu berkata.

"Orang ini bisa saja sangat berbahaya, kalian harus berhati-hati," sahut Jin Shui. "Jika bisa merebut lebih dahulu pedang yang ada di tangannya maka akan lebih baik. Pedang xuanlong adalah senjata pusaka Yumen Jiao kita, sejak dahulu dikenal sebagai tanda pengenal ketua, jika dia sampai menggunakan untuk membunuh orang maka nama Yumen akan terlibat. Hal ini tidak bisa dibiarkan."

Pelaku pembantaian dua keluarga di awal cerita akhirnya mendapat karma dan tewas mengenaskan setelah kejahatannya diungkap ke semua orang. Bagian ini sudah mendapat revisi beberapa kali akan tetapi penulis sebenarnya masih merasa ada yang kurang.

Cerita belum berakhir karena pedang xuanlong masih ada di tangan Huang Zhe, yang menggunakannya untuk membunuh orang dan merusak nama Jinshui.

Dan Xu Qiao kini dalam keadaan sekarat oleh racun bunga leiying hua.

Masih ada beberapa episode lagi. Silakan ikuti sampai akhir untuk mengetahui penyelesaian semuanya.

Xiaodiandiancreators' thoughts