webnovel

Episode 25 : Lin Jia Nu Xu (Menantu Keluarga Lin)

Perahu yang mereka tinggalkan tempo hari masih ada, dan mereka kembali menggunakannya untuk meneruskan perjalanan. Kota Wuling tidak jauh, dan tidak akan sulit untuk menemukan tempat kediaman Ban Ye Xia Ke Lin Tong Tian, bekas pemimpin Wuyuan Dian yang namanya cukup terkenal.

Memasuki pinggiran kota, Xu Qiao berlari mendahului Jin Shui turun dari perahu, tidak memberitahukan padanya hendak pergi kemana dan meminta Jin Shui menunggunya, sekitar dua jam kemudian baru kembali, membawa sebuah kursi beroda. Kedua kaki Jin Shui belum bisa digunakan untuk berjalan dengan baik, dan Xu Qiao tahu mereka memerlukan kursi itu untuk pergi menemui Huang Yu dan Lin Ji Xuan.

"Aku tidak akan duduk disitu," Jin Shui berkata, "aku Hua Jin Shui masih cukup bisa berjalan sendiri."

"Kursi ini aku meminta seorang tukang kayu membuatkannya, meski tidak cukup bagus akan tetapi juga tidak jelek," Xu Qiao berkata, menariknya turun dari perahu. "Jika kau tidak ingin Lin Tong Tian mengetahui kau dilukai oleh Liangshan Mo Jun, maka kau boleh menyamar sebagai ayahku."

"Buat apa aku menyamar sebagai Xu Louzhu?" tanya Jin Shui.

"Bukan ayahku seperti itu," sahut Xu Qiao, terus menariknya ke kursi beroda. Di atas kursi itu terdapat sebuah buntalan dan Xu Qiao mengambilnya sebelum memaksa Jin Shui duduk. Buntalan rupanya berisi rambut dan jenggot palsu. "Kita hendak menemui Huang Erge dan Lin Ji Xuan, tetapi tidak perlu bertemu dengan Lin Tong Tian, benar tidak?"

"Kenapa kau tidak mencarikan caping saja untukku?" tanya Jin Shui. "Aku tidak akan menyamar sebagai orang tua."

"Tidak terpikir olehku," Xu Qiao menyahut pertanyaannya. "Baiklah, kau duduklah dahulu, aku akan mencarikan caping untukmu nanti."

Jin Shui sudah duduk di kursi beroda, ia terpaksa membiarkan Xu Qiao mendorongnya meninggalkan tepian sungai, menuju jalan besar. Saat itu langit sudah mulai gelap, namun orang-orang masih berlalu lalang disana, beberapa ada yang melihat mereka, dua orang nampak berbisik dan bertanya-tanya, jelas sekali karena seorang gadis muda mendorong seorang pemuda yang duduk di kursi beroda bukan merupakan pemandangan biasa.

Mereka memasuki kota, dan baru saja Xu Qiao membeli caping berkerudung untuk dikenakan oleh Jin Shui dan dirinya sendiri, mereka melihat sejumlah orang melangkah lebar di tengah jalanan, menuju pinggiran kota. Sejumlah orang itu yang paling depan adalah delapan lelaki berwajah kasar, semua membawa toya di tangannya, wajah mereka galak dan memaksa siapa saja yang menghalangi untuk menyingkir.

Di belakang delapan orang itu nampak empat pelayan menggotong sebuah tandu yang nampak mewah, agaknya berisi seseorang yang punya pengaruh. Di belakang pembawa tandu mengikut dua perempuan pelayan yang sudah setengah umur menggiring seorang lelaki tua yang nampaknya adalah seorang tabib, keduanya juga kelihatan tidak ramah. Paling belakang ada delapan tukang pukul lain, semuanya membawa golok yang kelihatan berkilau. Rombongan ini tentu saja menarik perhatian orang-orang di jalanan.

"Orang-orang Keluarga Lin," Jin Shui dan Xu Qiao mendengar sejumlah orang berbisik.

"Kabarnya ada seorang pemuda yang membawa Lin Guniang di depan rumah Keluarga Lin dua hari yang lalu, tetapi tidak lantas menemui Lin Daren, malah pergi lagi," seorang perempuan tua berbisik pada kawannya, "ke penginapan."

"Apakah Lin Guniang diculik orang?" kawannya menanya. "Kasihan sekali."

"Kata pelayan Keluarga Lin, Lin Guniang sudah lama tidak di rumah," nyonya pertama tadi berkata, "tidak tahu kemana."

Jin Shui meminta Xu Qiao mengikuti rombongan pembawa tandu itu dan Xu Qiao langsung mendorong kursi beroda mengikuti. Rombongan itu berjalan dengan cepat, Xu Qiao bukannya tidak ingin menyusul, akan tetapi ia tahu dirinya dan Jin Shui tidak boleh sampai terlihat oleh orang-orang Keluarga Lin, maka ia berusaha menjaga jarak.

Rombongan pembawa tandu itu menghilang di belokan, dan Xu Qiao hampir saja kehilangan jejak mereka. Ia membawa Jin Shui mengikuti, dan mereka tiba di jalanan kecil yang sepi, bahkan tidak ada penerangan di sekitar. Orang-orang Keluarga Lin sudah tidak nampak jejaknya, dan tidak ada yang bisa ditanyai.

"Lin Gongzi, kukira kau pergi kemana," tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan, "belum lama pulang ke rumah, ayahmu terluka parah saja kau belum memberi penjelasan padaku, sudah pergi lagi, benar-benar tidak memandang aku nenek tua ini."

Xu Qiao lekas membawa Jin Shui berbelok ke sebuah jalanan sepi lainnya. Disana rupanya ada sebuah penginapan tua yang tidak menyolok, papan namanya sudah pudar dan hanya kata penginapan yang masih terlihat. Rombongan pembawa tandu berada disana, tandu sudah diturunkan dan seorang perempuan tua turun dari tandu itu, berdiri di depan pintu penginapan yang sudah terbuka lebar.

Perempuan tua itu mengenakan pakaian warna hitam dari bahan yang bagus, perhiasan di tubuhnya tidak banyak namun semuanya bukan barang murah. Wajahnya sudah keriput, rambutnya pun sudah memutih semua, namun masih menampakkan sisa kecantikan di masa muda dan wibawa seorang nyonya besar.

Seorang pemuda nampak keluar dari dalam pintu, langsung mundur selangkah melihatnya, tetapi tidak berani bergerak lagi ketika nyonya tua itu mengetukkan tongkat berukir di tangannya. Pemuda itu tentu saja adalah Lin Ji Xuan. "Nainai...." ia memanggil.

Satu pemuda lain muncul di samping Lin Ji Xuan, dan Jin Shui serta Xu Qiao langsung mengenalinya sebagai Huang Yu. Huang Yu nampak kaget melihat kedatangan seorang yang dipanggil nainai oleh Lin Ji Xuan, ia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Perempuan tua di depan pintu itu ternyata adalah ibunya Lin Tong Tian, neneknya Lin Ji Xuan. Orang menyebutnya sebagai Lin Laotai. Di Keluarga Lin, bahkan Lin Tong Tian mesti menurut padanya, Lin Ji Xuan sebagai cucu tentu saja tidak berani bertingkah di hadapannya. Huang Yu merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. Berhadapan dengan musuh ia tidak pernah takut, tetapi berhadapan dengan nenek tua ini membuat perasaannya tidak nyaman.

"Laotaitai, taifu (tabib) bilang xiaojie...." dua pelayan yang tadi ikut dalam rombongan mendekat, kata-kata selanjutnya dibisikkan di telinga Lin Laotai, Huang Yu dan Lin Ji Xuan tidak mendengarnya, Jin Shui dan Xu Qiao di ujung jalan juga tidak tahu apa yang dikatakan.

"Apa?" nenek tua itu mengetukkan tongkatnya sekali lagi. Wajahnya berubah pucat pasi, bergantian memandang ke arah Huang Yu dan Lin Ji Xuan. Nyonya tua ini rupanya mendapat kabar dari pelayannya, seorang anak muda datang ke Wuling, membawa Lin Xiao Yan bersamanya, tetapi saat mengetuk pintu rumah Keluarga Lin, nona muda mereka itu malah disembunyikan di tempat sepi. Lin Laotai lantas menyuruh orang menyelidiki, kemudian menemukan bahwa anak muda yang membawa cucunya itu menyewa satu kamar di penginapan ini. Ia sangat tidak tenang, kemudian datang sendiri kemari, tujuannya adalah menemui Lin Xiao Yan dan mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi, tidak disangka cucu lelakinya juga berada disini.

Lin Ji Xuan sudah kembali ke Wuling beberapa hari sebelumnya, membawa ayahnya pulang ke kediaman Keluarga Lin mereka. Lin Tong Tian masih dalam keadaan terluka parah, Lin Ji Xuan tidak ingin memberi penjelasan pada neneknya, ia terus menghindar dan kerap menyelinap keluar rumah. Semula ia hendak kembali ke rumah setelah ayahnya memberi penjelasan sendiri pada Lin Laotai, akan tetapi kemudian ia bertemu Huang Yu, kemudian juga dipergoki neneknya di tempat ini.

"Kalian berdua ikut aku," si nenek memerintah, kemudian mendahului masuk ke dalam penginapan diikuti pelayannya dan juga dua pengawal. Yang lain menunggu diluar dan siap menerjang masuk jika diperintah.

Jin Shui meraih tangan Xu Qiao, membawanya melesat ke atas tembok dan menuju ke baliknya. Ia belum bisa menggunakan ilmu ringan tubuh dengan baik, maka dengan cara meminjamkan tenaga pada Xu Qiao, mereka bisa mendarat tanpa menimbulkan suara di atas atap, mengintai yang terjadi di dalam sana.

Penginapan itu meskipun dari luar nampak gelap dan kumuh, juga tersembunyi di jalanan sepi, akan tetapi bagian dalamnya berbeda, berupa beberapa bangunan terpisah yang dihubungkan dengan sebuah taman batu dan koridor-koridor yang cukup lebar, semuanya nampak bersih dan juga unik. Jin Shui dan Xu Qiao melihat Lin Laotai menuju salah satu bangunan diikuti pelayannya yang barusan melapor tadi.

Seorang pelayan Keluarga Lin lain mengiringi keluar tabib tua yang tadi juga ada di dalam rombongan, juga berbisik pada Lin Laotai sebelum mengantarkannya ke dalam kamar. Huang Yu dan Lin Ji Xuan menunggu di depan bangunan, dan si nenek keluar sebentar kemudian.

"Kau!" Lin Laotai langsung menuding Huang Yu dengan tongkatnya. "Apa yang sudah kaulakukan pada cucuku?"

Huang Yu tidak segera menjawab, ia melirik ke arah Lin Ji Xuan sekilas. Tadi diluar pelayan Keluarga Lin membisikkan beberapa patah kata pada Lin Laotai, kemudian mereka menemui Lin Xiao Yan disini, ia sudah menduga akan menerima tudingan tajam.

"Dia dicelakai orang sampai seperti itu, barusan Lin Laotaitai juga sudah meminta tabib memeriksanya, mengenai keadaannya sekarang aku tidak perlu menjelaskan lagi," sahut Huang Yu. "Aku Huang Yu datang ke Wuling, selain hendak menemui Lin-xiongdi, juga untuk mengantarkan Lin Guniang pulang."

"Dicelakai orang apa?" Lin Laotai jelas tidak bisa menerima begitu saja. "Xiao Yan kurasa kau yang mencelakainya. Pelayan Keluarga Lin melihatmu membawanya, kalau memang niatmu baik kenapa kau tidak langsung terang-terangan mengantarkan dia menemuiku di rumah Keluarga Lin dan menjelaskan baik-baik, malah pergi ke penginapan dan menyewa satu kamar dan mengaku sebagai suami istri segala?"

Huang Yu tidak segera menyahut, ia paling tidak suka dituding seperti ini, namun ia masih menahan diri mengingat Lin Laotai ini adalah neneknya Lin Ji Xuan dan mengingat bahwa yang mencelakai Lin Xiao Yan adalah Huang Zhe kakaknya. Lin Ji Xuan mendekatinya.

"Yu, bisa kaujelaskan padaku, sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya. "Terakhir kali adikku ada di Wuzhang dan jatuh ke tangan orang jahat, tetapi dia masih baik-baik saja, siapa yang membuat pikirannya terganggu?"

"Lin Xiao Yan jadi seperti ini, anggap saja memang aku yang mencelakai, toh tidak ada bedanya," Huang Yu akhirnya berkata. "Aku hendak mengantarkannya ke Keluarga Lin melalui Lin Gongzi, juga berniat menjelaskan baik-baik pada Lin Gongzi lebih dulu demi menghindari masalah. Lin Gongzi adalah kawan baik, kurasa akan mendengarkan dulu dan tidak langsung menuding orang. Lin Laotaitai, mohon maaf jika aku bicara apa adanya."

"Kau...." Lin Laotai emosinya langsung naik, tongkat di tangannya seketika menyerang ke arah Huang Yu. Pelayannya tidak berani menghalangi, tetapi tamu-tamu di kamar lain ada yang keluar dan menyaksikan keramaian. Lin Ji Xuan tidak ingin ada perkelahian yang mengundang perhatian, ia langsung menghadang di depan Huang Yu.

"Nainai!"

Tongkat kayu tua itu sempat menghantam dadanya, nyaris membuatnya terluka jika Lin Laotai tidak segera menghentikan menahannya. Cucu perempuan dan cucu laki-laki sama-sama disayanginya, ia tidak inginkan satu pun terluka.

"Bagus sekali," katanya menahan emosi. "Kalau begitu... kalau begitu kau harus menikah dengan dia." ia menunjuk Huang Yu sekali lagi, suaranya terdengar tertahan, tidak ingin sampai didengar oleh orang luar.

"Apa?" Huang Yu tersentak kaget. Lin Laotai memintanya menikahi Lin Xiao Yan, ia bukannya tidak menduga kemungkinan ini, hanya tidak menyangka begitu cepat si nyonya tua mengambil keputusan.

Jin Shui dan Xu Qiao di atas atap juga tidak menyangka mendengar keputusan Lin Laotai, lebih lagi tidak tahu bagaimana Huang Yu akan menghadapinya. Huang Yu seumur hidup tidak suka berurusan dengan perjodohan, tujuan hidupnya hanya membalaskan dendam keluarga dan membangkitkan kembali Yumen, sekali ini diminta menikahi seorang nona setengah sinting, dan nona setengah sinting itu akan menjadi beban seumur hidup baginya.

"Barusan kau sudah mengakui sendiri, Xiao Yan jadi seperti ini karena kau yang mencelakai, masih mau bilang apalagi?" si nenek menanya pada Huang Yu. "Kaubilang berniat menjelaskan lebih dulu pada Lin Ji Xuan, berarti masih ada niat bertanggung jawab. Menikahinya atau menerima hukuman dari Keluarga Lin, kau tentukan sekarang."

"Nainai...." Lin Ji Xuan berpikir dengan cepat. Hukuman Keluarga Lin tidak ringan, ia tentu tidak ingin kawannya itu merasakannya. Masalah Huang Yu diam-diam membawa Lin Xiao Yan ke penginapan ini jika sampai diketahui Lin Tong Tian juga bisa lebih kacau lagi. "Menikah saja dulu, urusan lain nanti baru dibicarakan," bisiknya pada Huang Yu. "Hanya upacara saja, tidak akan merugikanmu."

Huang Yu belum pernah mengalami urusan yang seperti ini, sebelumnya juga belum pernah terpikir untuk menikah, terlebih lagi menikah dengan anak gadis setengah sinting, terlebih lagi dengan cara perjodohan yang tanpa pilihan seperti ini. Kakaknya Huang Zhe benar-benar sudah membawa masalah untuknya.

"Kau putranya Jin Gong Yin Jian Huang Wei Qun dari Hailang Biaoju, benar tidak?" Lin Laotai bertanya lagi pada Huang Yu, nada suaranya melunak. "Aku tidak peduli putra pertama atau putra kedua, cukup pantas buat menjadi menantu Keluarga Lin kami, ayahnya Xiao Yan juga tidak akan banyak bicara lagi. Kaubilang Xiao Yan kau yang mencelakai, hukuman Keluarga Lin saja tidak cukup untuk menebus kesalahanmu."

Namun Huang Yu memang sudah tersentuh menyaksikan keadaan Lin Xiao Yan saat ia berhasil merebut dari tangan Huang Zhe. Sekali lagi ia memandang ke pintu kamar tempat Lin Xiao Yan berada, kemudian menganggukkan kepala. Urusan pernikahan bukan masalah main-main, tetapi ia sungguh ingin berbuat sesuatu demi Lin Xiao Yan.

"Baik, aku akan menikahinya."

Kata-katanya cukup jelas, mengagetkan Lin Ji Xuan dan juga Jin Shui. Hanya Xu Qiao yang melihat bagaimana sikap Huang Yu terhadap Lin Xiao Yan sejak dari Chunjie Kezhan sampai Wansui Gu, menyadari jawaban itu bukan hanya keputusan sesaat tanpa pemikiran sama sekali.

Lin Laotai memberi perintah pada kedua pelayannya untuk membawa Lin Xiao Yan meninggalkan penginapan. Para pengawal ikut menggiring Lin Ji Xuan dan Huang Yu, semuanya menuju kediaman Keluarga Lin.

Jin Shui meminjamkan tenaga pada Xu Qiao sekali lagi, turun dari atas atap setelah mereka semuanya pergi. Mereka tidak perlu menemui Huang Yu dengan terburu-buru, maka membiarkan saja semuanya pergi.

Hari baik bagi kedua pengantin adalah dua hari kemudian, pernikahan mendadak yang dilaksanakan di kediaman Keluarga Lin tidak terhitung sederhana. Tentu saja, Lin Xiao Yan adalah putri tunggal kesayangan Lin Tong Tian dan cucu tercinta Lin Laotai, ayah dan nenek ini jelas inginkan pernikahan ini diketahui semua orang. Meski sedikit menyalahi kebiasaan karena bukan dilaksanakan di tempat asal pengantin pria, orang akan memahami alasannya. Huang Yu adalah putra Jin Gong Yin Jian Huang Wei Qun dari Hailang Biaoju yang sudah diratakan dengan tanah lebih dari tiga tahun silam.

Jin Shui dan Xu Qiao sudah mengganti pakaian mereka dan hadir pada pernikahan itu, mengaku sebagai Li Jue dan Nan Xing Lie, kawan Lin Ji Xuan dari Baitu Shanzhuang, pada pengawal yang menjaga di depan. Tidak ada yang mengenal keduanya, maka dengan sendirinya tidak ada yang mempersulit seorang pemuda cacad dan seorang gadis, pelayan bahkan langsung mengantarkan mereka menemui Lin Ji Xuan.

Lin Ji Xuan langsung mengenali Jin Shui dan Xu Qiao, keadaan Jin Shui mengagetkannya. Akan tetapi di rumah Keluarga Lin ada banyak tamu, Jin Shui dan Xu Qiao juga datang dengan mengaku sebagai orang lain, ia tidak leluasa menanyakan keadaan Jin Shui, hanya bisa mengikuti penyamaran kedua kawan itu, mengantarkan mereka ke aula utama untuk menyaksikan pernikahan.

"Kalian sejak kapan berada di Wuling?" ia menanya sambil berusaha tersenyum dan bersikap wajar, tidak sulit baginya dengan karakternya yang bebas. "Apakah hendak menemui ayahku?"

"Sudah dua hari," Xu Qiao yang menyahut, "kami tahu Huang Erge mengantarkan Lin Guniang kemari dan hendak mengembalikan pada ayahmu, hanya tidak ingin berurusan dengan Lin Dabo, kemudian membawanya ke penginapan itu dan ketahuan nenekmu."

"Oh," sahut Lin Ji Xuan, "benar, memang seperti itu. Hanya aku tidak mengerti kenapa Huang Yu bersedia menikahi adikku. Menjaga seorang nona sinting seumur hidup mungkin dia masih bisa menerima, akan tetapi menjadi menantu ayahku, entah apakah dia tidak memikirkan akibatnya."

"Ayahmu belum mengetahui hal ini?" tanya Xu Qiao.

"Sejak kembali dari Wuzhang, ayahku menutup diri untuk memulihkan keadaannya, melatih diri agar ilmunya tidak sampai punah," sahut Lin Ji Xuan, "pernikahan hari ini aku juga tidak tahu apakah dia akan menyaksikan atau tidak."

"Lin Guniang menjadi istri Huang Erge, setidaknya lebih baik daripada mati dibunuh agar tidak perlu mengingat kejadian di Wuzhang," kata Xu Qiao, "ayahmu sangat menyayangi Lin Guniang, masa tidak inginkan anak perempuannya hidup baik-baik."

"Kalian bukannya tidak mengenal ayahku," sahut Lin Ji Xuan, "aku mesti menemui tamu, mungkin setelah upacara baru bisa menemani kalian lagi. Pernikahan ini diadakan dengan mendadak, orang-orang dunia persilatan yang datang kemari semestinya tidak ada yang mengenali kalian, akan tetapi aku juga tidak bisa memastikan."

"Tidak apa," sahut Xu Qiao. "Kami hanya datang menyaksikan upacara, tidak akan ada keributan."

Lin Ji Xuan menyambut kedatangan sejumlah orang yang mengenakan seragam pengawal Wuyuan Dian, bekas pengikut Lin Tong Tian yang kini bekerja langsung di bawah Xianjing Wang. Jin Shui dan Xu Qiao tidak mengenal mereka, juga tidak ingin berurusan dengan mereka, maka keduanya lantas mengambil tempat di bagian ruangan yang lebih gelap, menyaksikan upacara dari sana.

Tidak berapa lama kemudian suara musik tetabuhan sudah terdengar, Huang Yu dan Lin Xiao Yan bersama memasuki ruangan itu untuk menjalankan upacara menyembah langit dan bumi. Lin Laotai duduk di kursi utama, air mukanya nampak berseri, tidak ingin menampakkan pada para tamu bahwa pernikahan ini diadakan karena terpaksa, dan pengantin wanita tidak cukup sadar untuk mengetahui yang terjadi.

Baru saja kedua pengantin diminta saling memberi hormat, suara alat musik dari luar tiba-tiba saja berhenti, para tamu yang ada diluar bagai menahan nafas, Lin Laotai berdiri, Lin Ji Xuan mundur ke samping neneknya.

Lin Tong Tian muncul di pintu aula, langsung melangkah masuk ke dalam, belum mengganti baju latihannya, kedua tangannya terkepal erat dan air mukanya menampakkan kemarahan. Para tamu yang hadir melihat penampilannya yang mengerikan, mereka tidak berani saling berbisik, sebagian memilih keluar dan menyingkir jauh-jauh.

Lin Tong Tian langsung menghampiri Huang Yu, tentu saja mengenali pengantin pria itu sebagai putra Huang Wei Qun dari Hailang Biaoju dan satu dari delapan pewaris Yumen. Ketika terakhir kali melihatnya di Wuzhang, ia sudah memberi ijin pada Huang Yu untuk membunuh Lin Xiao Yan dan membalaskan dendamnya, hari ini malah didengarnya bahwa Huang Yu menerima pengaturan Lin Laotai untuk menikahi Lin Xiao Yan, yang berarti akan menjadi menantunya.

Kekalahannya di Wuzhang tempo hari Lin Tong Tian sudah merelakan, terhadap keputusan Lin Ji Xuan ia juga tidak bisa menghalangi lagi, namun mengenai para pewaris Yumen ini bagaimana pun ia masih belum ada kesan baik, dengan sendirinya tidak mudah menerima salah seorang yang lain sebagai menantu. Keadaan Lin Xiao Yan yang sekarang ia juga sudah tahu, sebagai ayah tentu saja ia sangat sakit hati, hampir tidak bisa menerima, entah apakah ia akan memilih membunuh anak perempuan itu daripada membiarkannya menikah dengan Huang Yu.

Huang Yu sudah menyatakan bersedia menikahi Lin Xiao Yan, ia juga tahu mesti akan menghadapi calon ayah mertuanya. Lin Xiao Yan dicelakai oleh kakaknya, jika tersebar keluar maka reputasi Keluarga Huang akan rusak, dirinya juga tidak bisa lolos. Menikahi Nona Lin adalah satu-satunya cara mendamaikan urusan dengan keluarganya, memadamkan api permusuhan dengan Lin Tong Tian, maka ia harus menikahi Lin Xiao Yan baik-baik sesuai aturan yang berlaku.

Maka ia lantas maju, menghadapi Lin Tong Tian dengan berani. Lin Tong Tian menatapnya dengan tajam, tidak peduli di tempat itu ada banyak orang yang menyaksikan. Lin Ji Xuan hendak maju membela kawannya, akan tetapi menyaksikan tatapan ayahnya membuatnya tidak berani bergerak. Jin Shui dan Xu Qiao mengawasi dari sudut ruangan, mereka tahu tidak bisa ikut campur.

"Tong Tian, upacara sudah selesai, mereka sudah menjadi suami istri," Lin Laotai yang berkata lebih dahulu, berusaha agar tidak terjadi keributan yang akan merusak reputasi Keluarga Lin. "Kami tidak memberitahukan padamu karena kau sedang melatih ilmu, akan tetapi aku berani memastikan padamu, anak perempuanmu mendapat jodoh yang baik."

"Jodoh yang baik?" Lin Tong Tian menanya tertahan. "Dia sudah mengumumkan ke seluruh dunia sebagai salah seorang pewaris Yumen, aku tidak pernah berencana mengambil seorang pewaris Yumen sebagai menantu."

Para tamu yang hadir ada yang saling berbisik. Sejak pertemuan di Yiling beberapa waktu yang lalu memang para pewaris Yumen sudah membuka identitas mereka. Lin Ji Xuan adalah salah seorang, Huang Yu adalah satu yang lainnya. Hanya mereka yang ada di Wuling dan sekitarnya ini hanya mendengar kabar yang tersebar, tidak menyaksikan langsung. Kata-kata Lin Tong Tian barusan sudah membenarkan, beberapa orang terdengar menyesalinya.

"Lin Dabo, aku tahu Lin Guniang adalah putri kesayangan Anda, Anda menginginkannya menikah dengan orang yang bisa diandalkan juga sudah seharusnya," Huang Yu menyahut kata-kata Lin Tong Tian. "Akan tetapi aku sungguh ingin menjaga putri Anda seumur hidup, kutahu Lin Dabo tidak akan mempersulit."

"Sudah jelas tahu aku akan mempersulit, masih berkata tidak akan dipersulit, nyalimu sepertinya cukup besar," Lin Tong Tian berkata padanya, ,kembali mendekat dua langkah.

"Aku Huang Yu memang adalah salah seorang pewaris Yumen, akan tetapi pewaris Yumen bukan berarti seorang yang tidak pantas menjadi menantu Keluarga Lin," Huang Yu kembali berkata, "permusuhan Keluarga Lin dengan Yumen kami tiga belas tahun yang lalu sudah lewat, Huang Yu tidak akan membicarakan. Lin Dabo jika mengujiku lebih dulu, ini juga sudah seharusnya. Huang Yu akan berusaha sebaik mungkin."

"Bagus sekali," kata Lin Tong Tian, memang menunggu kata-kata ini. "Kalau begitu jangan salahkan aku."

Lin Tong Tian tidak suka banyak bicara, langsung bertindak, mengerahkan tenaga dalam pada lengannya, siap menghantamkan pada Huang Yu. Tempo hari di Wuzhang ia sudah kehilangan sebagian besar kemampuannya, juga menderita luka dalam yang tidak ringan, akan tetapi serangan kali ini nampaknya juga tidak akan bisa diremehkan. Huang Yu mendorong Lin Xiao Yan pada pengasuhnya, maju selangkah menghadapi Lin Tong Tian.

"Aku tidak bilang kau tidak boleh menghindar atau melawan," Lin Tong Tian berkata lagi. "Jangan harap aku akan bermurah hati."

Satu pukulan keras langsung mengarah pada Huang Yu, menghantam dadanya dengan telak. Ia tidak mempersiapkan perlindungan diri, juga tidak berusaha menghindar, seketika itu juga terdorong mundur, terhempas jatuh di lantai ruangan. Darah mengalir di sudut bibir, rasa sakit terasa sampai ke ujung kepala. Lin Tong Tian benar-benar tidak bermurah hati padanya.

Lin Ji Xuan bereaksi menyaksikan kawannya terkena pukulan, akan tetapi neneknya menahan dengan tongkat, urusan ayah mertua memukul menantu tidak ada yang boleh ikut campur. Jin Shui juga bereaksi, akan tetapi ia masih menahan diri. Xu Qiao juga nampak cemas, hampir saja menyebut Jin Shui Gege.

"Kenapa tidak menghindar?" Lin Tong Tian menanya pada Huang Yu.

"Pukulan ini demi pertarungan di Wuzhang tempo hari. Lin Dabo hendak menyatakan, sudah kalah di tangan para pewaris Yumen, tetapi bukan di tangan Huang Yu seorang," Huang Yu berusaha berdiri. "Dengan adanya pukulan ini, Lin Dabo juga ingin menyatakan, di kemudian hari tidak akan takut dengan satu pun dari kami para pewaris Yumen. Antara Keluarga Lin dengan Yumen Jiao tidak saling berhutang, juga tidak akan saling mengurusi lagi."

"Benar, sudah kalah oleh kalian, aku juga mengakuinya," sahut Lin Tong Tian. "Putraku Lin Ji Xuan menjadi salah satu dari kalian, aku tidak akan menentang. Kalian orang Yumen ingin membuat aliran semacam apa, kelak juga sudah bukan urusanku lagi, tetapi kau jika sudah menjadi menantu Keluarga Lin, maka harus menghormati aku sebagai ayah mertua, kurasa ini sudah seharusnya."

Habis bicara begitu, ia memukul untuk kedua kalinya, tidak lebih ringan daripada yang pertama tadi. Huang Yu lagi-lagi tidak menghindar, sekali lagi ia terlempar jatuh ke lantai, untuk berdiri lagi tidak begitu mudah. Lin Tong Tian menarik tangannya.

"Satu pukulan lagi, jika kau tidak mati boleh dibilang adalah keajaiban," ia berkata dengan dingin.

"Pukulan ini demi Lin Guniang," Huang Yu masih berusaha tersenyum. "Saat ini dia tidak bisa mengenali orang, mendapat luka badan dan bisa juga luka hati yang tidak mungkin sembuh dalam satu dua hari, Lin Dabo memukul demi menghukum pelakunya, ini juga sudah seharusnya."

Lin Tong Tian mendengus kesal. "Kau menanggung kesalahan orang lain, buat apa?" tanyanya.

"Lin Dabo, ini...." Huang Yu berdiri dengan sempoyongan. Isi pikirannya sudah terbaca oleh orang tua itu, tetapi ia tetap tidak ingin menyebut tentang kakaknya. "Aku benar-benar ingin menikahi Lin Guniang, masalah ini bisakah tidak usah diselidiki lagi? Aku berjanji akan menjaganya baik-baik seumur hidup, membantunya menyembuhkan luka, membuatnya melupakan semua masalah yang menyakitkan."

Lin Tong Tian tidak memukulnya lagi. "Pukulan yang ketiga, aku titip dulu padamu, kelak jika kau menyusahkan Xiao Yan sedikit saja, baru kutagih lagi padamu," kata-katanya sedikit lebih lunak. "Keadaan dia yang sekarang kau sudah tahu, pernikahan ini juga tidak ada yang memaksa. Kau jangan sampai menyesalinya."

Huang Yu juga tahu, melewati kehidupannya di masa yang akan datang tidak mudah. Istri yang baru saja dinikahinya ini tidak akan bisa menjalankan posisi sebagai istri yang selanjutnya, malah sebaliknya seperti anak kecil yang perlu dijaga dan diawasi, tidak tahu sampai berapa lama, juga tidak tahu apa yang akan terjadi saat dia mulai sadar dan bisa mengenali orang.

Upacara pernikahan itu selesai tanpa ada keributan lain. Lin Tong Tian kembali ke ruang rahasianya dan melanjutkan menutup diri. Para tamu menikmati perjamuan yang diadakan, kedua pengantin digiring ke kamar untuk melanjutkan membuka kerudung pengantin dan minum arak bersama.

Jin Shui dan Xu Qiao ikut meninggalkan kediaman Keluarga Lin saat satu persatu tamu berpamitan. Mereka berjanji bertemu dengan Lin Ji Xuan di kedai arak pada malam itu.

Jin Shui menolak membiarkan Xu Qiao menelan pil pemberian Zhou Yan Zi kedua kalinya hari itu, ia menyimpan botol porselen di balik bajunya. Akan tetapi ia tidak bisa menolak ketika Xu Qiao tidak mau ditinggalkan di penginapan dan mengikutinya ke kedai arak untuk bertemu dengan Lin Ji Xuan. Ia hanya meminta Xu Qiao berdandan sebagai seorang pemuda agar tidak menarik perhatian.

Keduanya menunggu di kedai arak hingga larut malam, Xu Qiao merasakan lelah dan akhirnya tertidur setengah berbaring di atas meja. Jin Shui seorang diri meminum arak, menunggu kedatangan Lin Ji Xuan.

Lin Ji Xuan datang sebentar kemudian, agaknya ia seharian sibuk mengurus tamu undangan pernikahan adiknya dan tidak bisa menyelinap pergi sampai neneknya beristirahat. Begitu datang ia langsung menuang arak ke dalam cawan dan minum terlebih dahulu, baru kemudian menyadari Xu Qiao juga ada disitu, terlelap tanpa menyadari kehadirannya.

"Kau juga membawa dia kemari?" ia menanya pada Jin Shui sambil menunjuk Xu Qiao. "Kukira hanya akan ada kita berdua dan tidak perlu ada perempuan."

"Kau tahu dia akan selalu bersamaku," sahut Jin Shui.

"Perempuan sangat merepotkan," kata Lin Ji Xuan pula, "saat membawa ayahku kembali ke Wuling aku mengira akan merawat dia, kemudian membicarakan mengenai beifeng qi bersamanya. Ayahku mengomel mengenai aku menjadi seorang pewaris Yumen rasanya aku masih bisa menerima, juga tahu bagaimana menghadapi. Tetapi ternyata begitu tiba disini dia langsung menutup diri, tidak mau bertemu siapa pun. Aku mengkhawatirkannya, tidak bisa pergi menemui kalian, akan tetapi aku tetap disini mesti setiap saat menghadapi nenekku, sungguh lebih merepotkan."

"Tuan muda Lin terkenal tidak menyukai perempuan ternyata alasannya adalah karena takut dengan neneknya," Jin Shui menyahut.

"Nainai sangat menyayangi aku, hanya saja dia adalah seorang nenek tua, tidak mudah dihadapi."

Ia hendak bicara lebih banyak lagi dan melupakan mengenai keadaan Jin Shui, akan tetapi di saat itu Huang Yu juga muncul di kedai yang sama, langsung duduk di hadapan Jin Shui dan mengambil seguci arak, menegak isinya tanpa menuangnya ke dalam cawan.

Kedai arak itu berada di tepian sungai. Jin Shui dan yang lain mengambil tempat duduk di bawah langit terbuka. Sinar bulan malam itu tidak terang, namun langit cerah tanpa awan mendung. Huang Yu minum cukup banyak, tidak seperti biasanya, dan kedua kawannya membiarkan saja.

"Pengantin pria tidak menemani pengantin wanita, malah pergi minum diluaran dan mabuk sendiri," Lin Ji Xuan menggodanya. "Di dalam kamar ada kehangatan, diluar hanya ada angin dingin, apa tidak sayang?"

"Pengantin wanita juga tidak tahu pengantin prianya ada atau tidak, tidak ada beda," sahut Huang Yu, "keadaannya seperti sekarang, aku juga tidak bisa menuntut apa-apa. Tunggu sampai dia sadar sepenuhnya, masalah suami istri ini baru diputuskan lagi, jika dia tidak ingin meneruskan, aku juga sepenuh hati akan melepaskannya. Saat sekarang, terpaksa hanya bisa menjadi suami palsu."

Lin Ji Xuan tertawa. "Xiao Yan begitu cantik, kurasa status suami palsu ini akan segera berubah menjadi suami sungguhan," katanya pula, "kau sudah bersedia menikahinya, buat apa masih berpikir macam-macam?"

"Hei, aku tidak ingin memanfaatkan kesempatan dan mengambil keuntungan. Jika dia kelak tidak menyukaiku lalu bagaimana?" tanya Huang Yu.

Tawa Lin Ji Xuan lebih keras lagi. "Tidak suka juga harus suka. Kau sendiri, menikahinya toh juga bukan karena menyukainya, hanya karena ingin melindungi nama baik, juga tidak ingin ada permusuhan antar keluarga."

"Aku...." Huang Yu kehabisan kata-kata. Urusan Yumen Jiao dan para pewaris, masalah sebesar apa pun ia bisa menghadapi, namun mengenai urusan wanita ia belum pernah memikirkan sedikit pun. Menjaga Lin Xiao Yan sudah cukup repot, status suami palsu ini nampaknya akan lebih merepotkan lagi, setelah Lin Xiao Yan sadar nanti juga tidak tahu bagaimana mesti menjelaskan.

"Jangan-jangan kau benar menyukai Xiao Yan?" Lin Ji Xuan tidak melepaskannya. "Kalau begitu urusannya mudah saja, kau buat saja dia menyukaimu juga. Cara begini, jika kelak dia sadar dan memahami keadaan, masa lalu juga tidak akan dipikirkan lagi, kalian bisa benar-benar menjadi sepasang suami istri yang bahagia."

Huang Yu menarik nafas sekali lagi, tidak ingin membalas kata-katanya. Ia menoleh dan mengenali Xu Qiao yang terlelap di samping Jin Shui, ia mengetahui yang terjadi dan sedikit merasa tidak enak. Akan tetapi pikirannya kacau, ia tidak ingin menjelaskan pada saat ini.

"Jin Shui, kakimu kenapa?" Lin Ji Xuan menanya pada Jin Shui. "Kau dan Xu Guniang seharusnya saat ini sudah dalam perjalanan ke Baiyu Shan, menunggu aku disana. Kalian malah muncul di Wuling, tidak mungkin hanya demi menghadiri pernikahan Huang Yu."

"Aku dilukai oleh musuh, akan tetapi sudah tidak apa dan akan segera sembuh," sahut Jin Shui, tidak ingin memberitahu mengenai Liangshan Mo Jun. "Aku mengetahui Huang Yu sedang mengantarkan Lin Guniang kemari, kebetulan aku dan Qiao-er tidak jauh, maka kami lantas kemari saja, mungkin akan bisa bersama kalian meneruskan perjalanan ke Baiyu Shan."

"Bisa, tentu saja bisa," sahut Lin Ji Xuan. "Ayahku sudah bisa memukul Huang Yu sampai muntah darah, agaknya aku juga tidak perlu lagi mengkhawatirkannya. Meifu (suami adik), bagaimana denganmu?" ia menanya pada Huang Yu.

"Aku sudah mengatakan pada Lin Laotai akan membawa Xiao Yan bersamaku, dan dia juga tahu tidak bisa menahanku di Wuling menjadi menantu Keluarga Lin selamanya," sahut Huang Yu. "Esok hari Xiao Hu dan Xiao Mi seharusnya juga sudah tiba disini bersama Li Qian dan Lian-er. Kita bisa berangkat bersama mereka."

Sebuah kapal sudah disiapkan oleh Lin Laotai untuk membawa Lin Ji Xuan dan yang lainnya pergi ke Baiyu Shan, akan tetapi nenek itu tidak ikut mengantar dan bahkan tidak ingin berpamitan. Lin Ji Xuan hanya bisa berlutut di depan kamarnya sebelum pergi bersama Huang Yu dan Lin Xiao Yan, menjemput Jin Shui dan Xu Qiao di mereka menginap, kemudian menuju ke tepian sungai.

Xiao Hu dan Xiao Mi datang bersama Li Qian dan Huang Lian, sesuai yang dikatakan oleh Huang Yu, saat mereka semua sudah tiba di kapal. Huang Yu selalu meninggalkan tanda di sepanjang jalan bagi kedua pelayannya itu dan mereka selalu bisa menemukannya kembali.

Huang Lian langsung menghampiri dan memeluk Xu Qiao, kemudian menceritakan panjang lebar semua yang dialami sejak mereka berpisah di Wuzhang beberapa waktu yang lalu. Li Qian menghampiri Jin Shui dan melihat keadaannya yang terluka dan lumpuh, ia langsung menanya.

"Tidak apa," Jin Shui menyahut singkat saja.

"Hari pertemuan yang dijanjikan di Kota Chen-an sudah tidak lama lagi," Huang Yu berkata, "kita naik dulu ke atas, melanjutkan perjalanan."

"Li Qian, kau mengerti pengobatan, bisa membantu dia pulih lebih cepat," Lin Ji Xuan berkata pada Li Qian. "Tidak tahu musuh mana yang melukainya, tetapi aku pasti akan membantu Jin Shui membalaskan dendam."

Mereka semua naik ke atas kapal. Kapal itu merupakan kapal baru dan bukan kapal milik Lin Tong Tian yang tempo hari dipinjam oleh Lin Ji Xuan tanpa ijin kemudian digunakan oleh Zhong Shao Yan dan Han Bu Dian kembali ke Wuzhang. Di bagian kabin terdapat dua buah kamar yang lebar, di bagian atas geladak juga ada tempat yang cukup luas dan dirancang untuk berpesiar, tidak seperti kapal Keluarga Lin yang bisa digunakan untuk berperang.

Li Qian memeriksa keadaan kaki Jin Shui dan menemukan tulang kaki kiri hanya retak tulang sedikit, sedangkan kaki kanan patah dan belum tersambung sempurna, jika tidak lekas dibereskan maka kemungkinan akan pincang selamanya.

"Tulang kaki ini dipatahkan dengan tenaga you ling shen shou," Li Qian menebak dengan tepat. "Jin Shui, musuh yang melukaimu, apakah adalah Liangshan Mo Jun? Apakah kalian ada bertemu dengan kawanan penjahat ini?"

Jin Shui mengangguk satu kali.

"Ma Yong Tao sudah melukai kita para pewaris Yumen sedemikian parah ketika di Wansui Gu, rupanya dia masih tidak cukup dan mencelakai Jin Shui," Huang Yu berkata, "rasanya kita para pewaris Yumen perlu menghabisi Liangshan Liu Mo, tidak cukup hanya menyerahkan mereka untuk dikendalikan oleh jiaozhu furen."

"Jiaozhu furen?" tanya Lin Ji Xuan. Sama seperti Li Qian, ia juga sudah melewatkan banyak hal.

"Bukan Ma Yong Tao, tapi ayahnya," sahut Jin Shui. Ia kemudian memberitahukan pada kawan-kawannya bahwa Liangshan Mo Jun yang asli adalah Ma Yao Lun, dan Ma Yong Tao hanya sebagai pengganti saja. Keadaan Ma Yao Lun sudah menyerupai orang gila, pada akhirnya juga membunuh diri di hadapan putranya.

Huang Yu juga kemudian memberitahukan pada Li Qian dan Lin Ji Xuan semua yang terjadi sejak meninggalkan Wuzhang hingga tiba di Wansui Gu. Mengenai pertemuan dengan Xie Tian Hu dan Huang Zhe lagi, pemberontakan Zhou San Gong, kematian Yuan Wan Cui, dan juga bagaimana para pewaris Yumen menghadapi Liangshan Liu Mo, juga mengenai jiaozhu furen Gu Chen Hui yang ternyata masih hidup. Hanya mengenai Qing Yi yang tidak disebut dengan jelas oleh Jin Shui.

"Kalau begitu Ma Yong Tao ini, apakah sekarang terhitung kawan atau masih ada permusuhan dengan kita?" Lin Ji Xuan menanya. "Kau tidak ada dendam padanya, akan tetapi dia masih ada dendam dengan seorang kawan kita."

"Urusan ini biar jiaozhu furen yang memutuskan," sahut Jin Shui, "Ma Yong Tao adalah muridnya, aku juga tidak berminat ikut campur."

"Kalian di Wansui Gu ternyata sungguh sudah berurusan dengan racun," Lin Ji Xuan kembali berkata, "Yan Zi bocah itu bukannya baik-baik menjaga kalian agar tidak sampai terluka, malah ikut membuat masalah dan melepaskan ayahnya. Nanti jika aku bertemu dengannya, pasti akan memberinya pelajaran."

"Ketika di Wansui Gu aku ada meminta Zhou Xiang Nu dan kekasihnya menemukan kalian, akan tetapi kalian bahkan tidak membalas tanda yang dilepaskan," Huang Yu berkata pada Li Qian. "Apakah kalian ada mendapat kesulitan?"

"Tidak, kami hanya…. " Li Qian kemudian juga memberitahukan bahwa sejak meninggalkan Wuzhang dan berpisah dengan yang lain Huang Lian mengajaknya berpesiar lebih dahulu, menjauh dari yang lain agar tidak perlu saling bertemu untuk sementara waktu. Huang Yu tahu adik perempuannya itu sengaja demi menghindarinya, maka ia tidak banyak bicara. Li Qian tidak muncul selama mereka menghadapi kesulitan di Wansui Gu beberapa waktu yang lalu, ia pun tidak ingin mempermasalahkan.

"Jin Shui, pedangmu kemana?" Lin Ji Xuan tiba-tiba menanya, baru menyadari bahwa sejak menemuinya di rumah Keluarga Lin hari itu, kemudian juga di kedai arak, Jin Shui tidak pernah membawa pedang xuanlong bersamanya.

"Diambil oleh kakaknya Huang Yu," sahut Jin Shui, tidak merasa perlu memberitahu bahwa Huang Zhe mengambilnya dari Xu Qiao.

"Kakakku?" tanya Huang Yu. "Kau juga bertemu dengannya? Apakah dia masih mengkuti Xie Tian Hu?"

"Entahlah," sahut Jin Shui singkat.

"Kita akan merebut kembali pedang itu," Huang Yu berkata, kemudian memberi perintah pada kedua pelayan kepercayaannya untuk berusaha menemukan Huang Zhe.

Selama beberapa hari kemudian Li Qian menyambung kembali tulang kaki Jin Shui sebelah kanan yang dipatahkan oleh Ma Yao Lun, memberikan obat dan mengikatnya dengan kayu agar tidak bergeser lagi. Tulang kaki kiri sudah tidak ada masalah, hanya perlu sedikit perawatan. Li Qian meminta Jin Shui berdiam di dalam kamar sepanjang perjalanan, menjaga agar kedua kakinya bisa lekas pulih.

Li Qian tidak menguasai ilmu pengobatan seperti ayahnya, ia masih bisa menyambung tulang karena merupakan salah satu pengalaman saat bekerja pada kerajaan dan beberapa kali berada di medan perang. Akan tetapi mengenai racun ia sama sekali tidak mengerti, dengan sendirinya tidak bisa menjelaskan mengapa Xu Qiao kerap merasakan lelah dan tidur dalam waktu lama, juga tidak tahu obat apa yang diberikan oleh Zhou Yan Zi.

Kapal itu memasuki wilayah pegunungan dan perjalanan selanjutnya mesti ditempuh melalui jalan darat. Hanya saja karena Jin Shui masih belum boleh berjalan, maka Li Qian meminta semuanya menunggu kedatangan yang lain di kapal.

Di hari yang sama Xiao Hu dan Xiao Mi menyusul mereka ke tempat itu, langsung memberitahukan pada Huang Yu bahwa Huang Zhe juga sedang dalam perjalanan menuju Baiyu Shan, tidak bersama Xie Tian Hu melainkan bersama sejumlah tokoh dunia persilatan dari beberapa macam aliran.

"Kami melihat dashaoye bersama mereka, ada membawa pedang milik Hua Gongzi, tetapi sesuai pesan Ershaoye kami juga berusaha menjaga jarak, tidak ingin sampai dikenali," kata Xiao Mi. "Kami mengikuti mereka dua hari lamanya, berusaha mendengarkan percakapan mereka untuk mengetahui tujuan mereka."

"Ternyata orang-orang ini ada mendapatkan selembar peta yang menyebutkan adanya harta peninggalan Liang Tian Jian Shen yang sebuah tempat di Baiyu Shan," Xiao Hu menyambung, "jumlah mereka ada puluhan orang, kemudian juga ada belasan lain yang ikut bergabung, semuanya hendak pergi kesana. Dashaoye mendamaikan mereka sebelum saling berebut, mengatakan bahwa peninggalan Liang Tian Jian Shen itu akan menjadi milik seluruh dunia persilatan, kira-kira semacam itu."

"Darimana mereka mendapatkan peta itu?" Huang Yu menanya.

"Ershaoye sendiri yang mengaku sudah mendapatkannya, setelah menyelidiki kematian laoye tiga tahun yang lalu," sahut Xiao Mi. "Akan tetapi juga ada dua kakek yang mengaku sebagai majikan lembah arak yang menyebut mereka mendapatkan peta dari seorang nona yang mengaku bermarga Xu."

"Ada juga dari beberapa aliran lain yang menyebut mendapatkan peta dari Xu Guniang," kata Xiao Hu juga, "peta itu semuanya sama, entah Xu Guniang darimana yang sudah memberikan peta pada mereka."

Jin Shui mengingat kata-kata Shen Xi Ru pada Huan Jiao Zheng yang menyebutkan bahwa ada seorang nona yang mengaku sebagai Nona Xu dari Huofeng Lou yang dengan sengaja meninggalkan sebuah kipas di Longshan Zhuang dan menyebabkan banyak orang yang menginginkannya. Kipas perak palsu yang kemudian diberikan oleh Shen Xi Ru pada Ma Yong Tao tidak ada peta di dalamnya, kini Jin Shui baru sadar bahwa waktu itu ia tidak sungguh memeriksa dengan teliti.

"Orang-orang itu mendapatkan peta, apakah mereka menemukan di dalam sebuah kipas perak?" Jin Shui menanya dari dalam kamar, karena Huang Yu dan kedua pelayannya berbicara di depan pintu.

"Ada beberapa yang menunjukkan sebuah kipas perak, tidak salah," sahut Xiao Hu. "Ershaoye, laoye waktu itu juga mengirimkan sebuah kipas ke Huofeng Lou, dan peta asli selama ini berada di tangan Xie Tian Hu."

Peristiwa yang serupa dengan kejadian tiga tahun yang lalu ketika muncul kabar mengenai harta peninggalan Liang Tian Jian Shen dan banyak orang yang memburunya. Hanya saja saat itu hanya ada sebuah kipas baja putih dan semua ingin mendapatkannya. Sekali ini mereka sudah mendapatkan peta dan hendak mengambil harta langsung ke sumbernya.

"Kakakku sudah lama mengikuti Xie Tian Hu dan mengakui pembunuh orang tua sebagai guru," kata Huang Yu. "Bisa saja dalam waktu beberapa lama ini, dia berhasil meyakinkan Xie Tian Hu untuk memberikan peta itu padanya dan kemudian dia sendiri yang sudah membuat salinannya, memberikan pada orang-orang lain. Hanya aku ada dua pertanyaan. Pertama apakah peta itu sama dengan yang asli atau sudah dipalsukan. Kedua, apa tujuannya."

"Xie Tian Hu tidak pernah berhasil masuk ke ruang rahasia yang digambarkan dalam peta, bisa saja muridnya lantas mengusulkan untuk meminjam tangan orang banyak, menemukan ruang rahasia itu dan mengambil apa pun yang tersembunyi di dalamnya," Jin Shui berkata, "asal sudah didapatkan, mereka guru dan murid tinggal merebutnya."

"Kemungkinan memang seperti itu," sahut Huang Yu. "Kakakku itu licik dan jika ada keuntungan sendiri, bisa dikatakan dia tidak bodoh. Sungguh tidak boleh membiarkan dia sampai membuat kekacauan di Baiyu Shan."

"Ershaoye, pada saat ini mereka kemungkinan sudah tiba di Kota Chen-an, jika kita menyusul kesana maka akan bertemu," Xiao Mi berkata. "Tidak tahu apa yang akan terjadi jika mesti berurusan dengan orang sebanyak itu."

"Liao Xian, Qin Liang Jie dan yang lain kemungkinan juga sudah berada di Kota Chen-an, biar bagaimana kita mesti menemui mereka juga," kata Huang Yu.

"Jin Shui masih belum bisa berjalan, keadaannya sekarang tidak boleh ada orang luar yang tahu," Li Qian berkata, "aku dan Lin Ji Xuan bisa pergi lebih dahulu ke Kota Chen-an menemui yang lain dan membawa mereka semua kemari, menghindari orang-orang itu."

"Kami saja," Xiao Hu lekas berkata, "kami bisa menyamar, juga tidak menarik perhatian, bisa menemui mereka di Penginapan Yongjiu."

"Kalian baru saja kembali, beristirahatlah lebih dahulu disini," Huang Yu berkata. "Li Qian dan Lin Ji Xuan menguasai ilmu ringan tubuh yang baik, mereka bisa pergi dan kembali lebih cepat."

Hari itu juga Li Qian dan Lin Ji Xuan berdua mendahului ke Kota Chen-an untuk menemukan Liao Xian dan para pewaris yang lain demi meminta mereka menghindari masalah dengan orang-orang yang datang bersama Huang Zhe. Selewat tengah malam keduanya kembali, hanya berdua dan memberitahukan pada Huang Yu dan yang lain bahwa para pewaris yang lain sudah tidak berada di Penginapan Yongjiu.

Pelayan penginapan memberitahu Li Qian dan Lin Ji Xuan bahwa beberapa hari sebelumnya memang ada sekelompok anak muda menyewa seluruh penginapan dan berdiam disana menunggu kawan-kawannya. Kemudian datang sejumlah orang asing berpenampilan aneh-aneh, nampak tidak senang ketika mendengar bahwa seluruh penginapan sudah disewa orang lain, hampir saja terjadi perkelahian.

Kemudian seorang nenek datang bersama seorang perempuan aneh, seorang pemburu, dan seorang biksu, malam-malam mengajak anak-anak muda yang menyewa seluruh penginapan itu mengikutinya, entah kemana. Mereka semua kemudian pergi dan penginapan bisa disewa oleh tamu lain.

"Jiaozhu furen," Huang Yu langsung mengetahui nenek yang disebutkan adalah Gu Chen Hui. Perempuan aneh, pemburu dan biksu yang bersamanya jelas adalah Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long, tiga anggota Liangshan Liu Mo yang sudah dikendalikan menggunakan racun. "Dia sudah membawa Liao Xian dan yang lain ke Baiyu Shan menemui ibunya."

"Kalau begitu baiknya kita juga langsung menuju Baiyu Shan," Huang Lian berkata.

Jin Shui menyerahkan salinan peta pemberian Zhang Zhe Liang pada Huang Yu. Baiyu Shan merupakan sebuah tempat yang masih asing bagi mereka semua dan pewaris Chai Lang adalah seorang yang paling bisa memahami sebuah peta.

Kereta kuda kemudian disiapkan untuk Jin Shui, Xu Qiao dan Lin Xiao Yan bertiga. Yang lain mengikuti dengan berjalan kaki. Xiao Hu dan Xiao Mi tidak menyebutkan darimana mereka mendapatkan kereta kuda itu, akan tetapi Jin Shui bisa menebak mereka mencurinya dari orang-orang yang ikut datang bersama Huang Zhe dan memburu benda peninggalan si dewa pedang.

Mereka menyusuri sebuah jalan kecil di sebelah utara Baiyu Shan, menembus hutan kering yang jarang didatangi manusia. Tebing pegunungan berada tidak jauh di depan, menjulang tinggi menembus awan dan kabut.

Selewat siang itu mereka tiba di persimpangan, mesti beristirahat sejenak karena perjalanan yang semakin tidak mudah. Jalan ke atas gunung penuh batu dan tidak mudah dilalui kereta kuda, menanjak dan semakin lama semakin curam.

Huang Yu menunjukkan peta di tangannya pada Li Qian. "Di depan ada dua jalan, yang satu bisa menuju Kota Chen-an, dari sana memutar ke bagian timur Baiyu Shan, melalui jalan besar dan langsung ke bekas markas Yumen disini," ia berkata sambil menunjuk. "Jalan yang satu lagi menuju makam Keluarga Bai, sudah tidak jauh akan tetapi kita semua mesti berjalan kaki."

"Dari dalam makam bisa melalui gua bawah tanah dan langsung tiba di belakang Baiyu Shan," Li Qian ikut melihat pada peta. "Ruangan segi delapan, sepertinya adalah sebuah tempat penyimpanan. Aku tidak tahu apakah kita bisa masuk sampai kesana."

"Chai Lang Shifu ada memberitahukan padaku mengenai alat rahasia untuk membuka makam, setidaknya kita bisa masuk sampai kemari," Huang Yu berkata, "hanya mengenai ruang segi delapan ini, Chai Lang Shifu juga tidak memberitahu terlalu banyak."

"Kita kesana saja lebih dahulu," kata Lin Ji Xuan, "setidaknya bisa berdiam di dalam makam dan melihat rahasia ruangan segi delapan ini sambil menunggu keadaan aman dan kita semua bisa menemui yang lain."

Mereka mengambil jalanan menuju makam, mesti meninggalkan kereta kuda tidak lama kemudian. Xiao Hu dan Xiao Mi membuatkan sebuah tandu untuk membawa Jin Shui, keduanya mengikuti yang lain mendaki hingga langit gelap. Mereka semua bergerak sangat lambat dan matahari terbenam terlalu cepat, terpaksa mesti beristirahat di dalam celah di bawah tebing malam itu.

Saat pagi tiba, mereka melihat burung-burung beterbangan di sekitar tebing, suara parau mereka membawakan suasana yang tidak menyenangkan. Li Qian dan Lin Ji Xuan mengambil alih tandu yang membawa Jin Shui, membiarkan Xiao Hu dan Xiao Mi mendahului di depan bersama Huang Yu.

"Aku bisa berjalan sendiri," Jin Shui hampir menolak, tidak enak pada kedua kawannya.

"Aku tidak mengijinkan," Li Qian langsung menahannya, "lagipula kami adalah dua pewaris Yumen, memiliki tenaga dalam pemberian pelindung kami, membawa sebuah tandu naik ke atas gunung tidak akan menyulitkan kami."

Tidak jauh, di tengah jalanan setapak di depan mereka terdapat belasan jenasah manusia, keadaan mereka bisa dibilang masih utuh, agaknya kematian mereka belum lama. Huang Yu melangkah menghampiri, Xiao Hu dan Xiao Mi membalikkan beberapa jenasah. Meski semua orang itu mengenakan baju berwarna gelap dengan jubah panjang dan penutup kepala, akan tetapi rupanya bukan berasal dari satu aliran yang sama. Senjata mereka beraneka macam, berserakan diantara jenasah mereka.

"Mereka orang-orang yang menginginkan harta peninggalan Liang Tian Jian Shen," Huang Yu memberitahu kawan-kawannya, "sepertinya sudah berhasil menemukan jalan ke makam Keluarga Bai sebelum saling membunuh disini."

"Orang-orang yang tamak," sahut Lin Ji Xuan, "mereka pantas menerimanya."

"Ershaoye," Xiao Hu mengulurkan sesuatu pada Huang Yu. Sebuah benda yang diambilnya dari salah satu jenasah, menyerupai benang yang sangat halus, senjata rahasia yang tidak asing bagi Huang Yu.

Xiao Mi juga mengulurkan sebuah benda lain pada Huang Yu, sebuah kipas baja putih palsu lain yang sudah patah menjadi dua bagian, didapatkan ketika membalikkan tubuh salah satu jenasah.

"Xie Tian Hu juga sempat berada disini," Huang Yu berkata, memandang ke sekeliling, satu biji catur sudah terselip di jari tangannya.

Jin Shui berusaha turun dari tandu, tidak ingin bertemu dengan musuh dengan keadaan sekarang. Xu Qiao mendekat, Huang Lian menarik Lin Xiao Yan untuk melindungi. Li Qian menahan Jin Shui.

"Aku sudah bersusah payah menyambung tulangmu, jangan sampai kau menyiakannya," ia berkata dengan tegas.

Akan tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia lain yang masih hidup di sekitar tempat itu. Huang Yu membawa yang lain meneruskan perjalanan, tidak lama tiba di sebuah tanah datar dengan tebing di sisi kanan. Sebuah sungai yang lebar dan dalam membelah tebing itu, kemudian mengalir entah sampai kemana. Mereka melalui jalan kecil di tepian sungai, dan kemudian menemukan sebuah gerbang buatan manusia pada dinding tebing yang menghadap ke sungai.

Makam Keluarga Bai. Kata-kata ini terukir jelas pada sebuah batu pada gerbang itu. Semangat mereka semua langsung terkumpul kembali, setidaknya sudah tiba di tempat yang dituju.

Huang Yu langsung menghampiri gerbang diikuti adiknya Huang Lian, berusaha menemukan alat rahasia sesuai yang pernah diberitahukan oleh gurunya Chai Lang, membuka pintu besar itu. Tanah terasa bergetar beberapa saat, makam itu sudah terbuka.

Mereka masuk ke dalam setelah menyalakan beberapa buah obor, membiarkan pintu gerbang dengan pelahan menutup kembali. Mata mereka dengan cepat menyesuaikan dengan penerangan yang cukup terbatas, mendapati sebuah gerbang lain yang menutupi lorong tempat mereka berada. Gerbang itu terkunci.

"Jin Shui, tanda perintah ketua apakah masih ada padamu?" Huang Yu menanya.

Jin Shui mengangguk, kemudian memberikan padanya sebuah plat besi berwarna hitam, benda yang ditemukan tersimpan di tempat kediaman pengkhianat Wang Ruan Ya beberapa waktu yang lalu dan diserahkan padanya. Huang Yu meletakkan plat besi itu di sebuah lubang di tengah gerbang kedua, kemudian memutarnya dua kali. Plat besi itu rupanya juga berfungsi sebagai kunci.

"Gerbang kedua ini baru dibuat pada masa kejayaan Yumen Jiao, atas perintah mendiang jiaozhu," Huang Yu berkata, "hanya bisa dibuka menggunakan tanda perintah ketua, agar tidak ada sembarangan orang yang bisa masuk ke dalam."

"Tanda perintah itu dahulu ikut diambil oleh pengkhianat Wang Ruan Ya," kata Jin Shui, "masih baik dia tidak mengetahui mengenai makam ini dan menggunakannya untuk membuka pintu."

"Makam ini adalah bagian dari Baiyu Shan dan bukan Yumen Jiao, bahkan mendiang jiaozhu dahulu juga tidak bisa sembarangan datang kemari," Huang Yu berkata, "Wang Ruan Ya pengkhianat itu kuyakin juga cukup memahami bahwa di Baiyu Shan masih ada seorang tokoh lain berilmu tinggi, biar bagaimana dia sudah mendapat cukup banyak keuntungan dan tidak akan cukup nyali untuk nekad masuk kemari."

Huang Yu mengembalikan tanda perintah pada Jin Shui. Mereka menutup gerbang kedua, melewati lorong lain di baliknya dan menemukan ruang altar tidak jauh dari sana. Makam Keluarga Bai sudah berpuluh tahun ditinggalkan oleh penjaganya namun tempat ini bukannya sudah tidak pernah didatangi orang lagi. Altar leluhur dan papan-papan nama disana masih terawat dengan baik, ruangan utama juga tetap bersih dan rapi. Sekali setiap tahun, majikan utama Baiyu Shan masih datang bersembahyang kemari.

Mereka hanya memberi hormat seperlunya pada papan-papan nama yang ada disitu, kemudian kembali mengikuti peta dan masuk ke dalam lorong lain yang cukup panjang dan berkelok. Setengah jam lebih melewati lorong-lorong dan tangga, akhirnya tiba di ruangan gua yang lain, jauh lebih besar dari ruangan altar, namun merupakan sebuah ruangan yang hampir kosong.

"Kita beristirahat dulu sebentar di tempat ini," Huang Lian berkata. "Shijie bilang dia lelah."

"Jin Shui Gege," Xu Qiao menghampiri Jin Shui dan memanggil lemah, "berikan obat itu padaku."

Li Qian dan Lin Ji Xuan menurunkan tandu dan membantu Jin Shui duduk bersandar pada sebuah batu besar. Xiao Hu dan Xiao Mi membagikan makanan kering. Huang Yu membantu Lin Xiao Yan minum air. Huang Lian duduk di lantai gua. Jin Shui mengambil botol porselen yang memberikan sebutir pil untuk Xu Qiao.

"Obat itu jika bisa membantu mengatasi lelah dan menambah tenaga, bolehkah kau memberikan sebutir untukku?" Lin Ji Xuan menanya. "Aku sedikit penasaran Yan Zi bocah kecil itu bisa membuat obat semacam apa."

"Nanti setelah tiba di Baiyu Shan kau bisa bertemu dengannya," Huang Yu berkata, "kutahu kau merindukannya."

"Benar, aku memang sedikit merindukannya," Lin Ji Xuan tidak malu mengakui, "sejak meninggalkan Wuzhang, aku tidak ada kesempatan mengerjai anak gadis mana pun, bisa dibilang kedua tanganku ini sedikit gatal. Eh, bukankah kita sudah tiba di Baiyu Shan? Majikan besar itu, apakah dia tinggal di sekitar tempat ini?"

"Ada sebuah tebing di sekitar Baiyu Shan yang bernama taiyang feng, majikan besar tinggal disana," Jin Shui berkata, "hanya saja Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang Laoqianbei tidak pernah pergi ke taiyang feng, dengan sendirinya tidak bisa menggambarkan letaknya di dalam peta."

"Baiyu Shan begitu luas, jika tidak tahu dimana persisnya tempat yang masih ada penghuninya lalu bagaimana kita akan menemukan yang lain?" tanya Lin Ji Xuan pula. "Kita sudah berputaran di dalam perut gunung ini cukup lama, apakah kalian yakin akan bisa menemukan sesuatu?"

"Ada yang datang," Jin Shui tiba-tiba berkata.

Kita bertemu lagi dengan Lin Ji Xuan yang beberapa waktu yang lalu berpisah dengan Jin Shui dkk untuk mengantarkan ayahnya pulang kampung. Di saat yang sama Huang Yu juga sedang mengantarkan Lin Xiao Yan pulang ke Keluarga Lin. Keduanya terpaksa menghadapi Nenek Lin yang galak bukan main.

Huang Yu juga 'terpaksa' menikahi Lin Xiao Yan yang sudah jadi setengah boneka setelah dicelakai oleh Huang Zhe.

Mereka akhirnya tiba di Baiyu Shan. Tempat ini merupakan tempat fiktif, dan disebutkan sebagai sebuah rangkaian pegunungan yang indah dengan tebing-tebing curam dan lembah-lembah yang dalam.

Para pewaris akan segera berkumpul kembali. Bagaimana Jin Shui dan kawan-kawan akan membangkitkan kembali Yumen Jiao?

Xiaodiandiancreators' thoughts