webnovel

Episode 23 : Liang Shan Mo Jun (Raja Iblis Liang Shan)

Jin Shui menemukan dirinya terbaring di tanah, jauh di bagian dalam Lembah Panjang Umur, diselimuti air hujan, kabut dan lumpur, tidak mampu membuka mata, untuk beberapa lama juga tidak bisa merasakan semua yang ada di sekitarnya.

Ketika ia baru saja merasakan hangatnya sinar matahari menyapanya, ia menemukan kaki dan tangannya semua sudah lemas sama sekali, ia tidak mampu menggerakkannya sedikit pun. Kemudian didengarnya suara tawa sumbang seorang lelaki tua berputaran di sekitarnya beberapa saat, sepasang kaki tanpa alas mendekat, menendangnya tubuhnya beberapa kali dengan ringan, kemudian terdengar lagi suara tawa dan beberapa kalimat yang tidak jelas bunyinya.

Sejenis jala kemudian ditebarkan oleh orang itu, mengurung Jin Shui seperti seekor hewan buruan, pada jala itu terdapat duri-duri kecil yang menembus kain pakaian dan menggores kulit tanpa ampun. Jin Shui meronta dan hendak bangkit berdiri, tetapi perintah dari pusat syaraf tidak mempengaruhi satu pun otot di badannya, ia hanya bisa menggerakkan satu dua ujung jarinya dengan lemah, mulutnya pun tidak bisa mengeluarkan suara. Kemudian ia kembali kehilangan kesadaran.

Ketika ia membuka mata sekali lagi, dirinya masih terbungkus jala itu, rasa sakit karena goresan duri-durinya terasa di seluruh tubuh, tetapi ia merasakan tubuhnya sangat lemah, sama sekali tidak bisa bergerak. Orang yang menangkapnya itu menyeretnya di dalam jala berduri, entah ke arah mana. Samar-samar Jin Shui mendengar suara ocehannya, berbicara dan tertawa-tawa sendiri dengan tidak jelas. Hanya beberapa detik, kemudian ia tidak tahu lagi yang terjadi.

Ia dibawa ke sebuah gua, masih di wilayah Wansui Gu, diletakkan di antara batu-batuan besar yang berlumut, masih di dalam jala berduri itu. Bau busuk seperti bangkai terasa menyengat, membuat Jin Shui merasa sangat mual ketika ia pelan-pelan tersadar. Tubuhnya masih belum bisa digerakkan, Jin Shui baru menyadari beberapa jalan darah penting di tubuhnya tertotok. Ia kemudian berusaha mengerahkan tenaga dalam sendiri untuk memunahkan totokan dan membebaskan diri, namun sia-sia saja, dirinya yang sekarang tidak ada beda dengan seorang yang lumpuh total.

Celaka, pikirnya, ingin menenangkan diri sendiri malah bertemu dengan musuh dan tertangkap sampai seperti sekarang. Ia mengintai dari balik jala dan batu-batuan gua, melihat orang yang menangkapnya itu sedang berlari-lari dan melompat-lompat di bagian lain gua, suara tawa sumbangnya hanya terdengar pelan, tertahan. Seorang kakek gila, pakaiannya compang camping tidak karuan, rambutnya terurai berantakan. Tubuh dan wajahnya kotor, jelas tidak pernah dibersihkan selama entah berapa tahun.

Kemudian Jin Shui melihat beberapa sosok mayat di salah satu sudut ruangan, sebagian sudah membusuk, keadaannya sangat mengerikan. Sebagian daging mereka tersobek, juga ada yang kehilangan anggota badan. Jin Shui langsung memalingkan muka.

Ia nyaris kehilangan kesadaran lagi. Orang yang menangkapnya itu kemudian mengambil salah satu mayat yang paling baru, menghisap darah dari lehernya seperti binatang liar. Jin Shui terkejut melihatnya, perutnya semakin terasa mual. Orang gila ini ia tidak mengenalnya, juga tidak bisa menebak identitasnya. Meminum darah dari orang yang sudah mati, benar-benar membuat muak. Jin Shui tidak mengenal wajah orang gila ini, juga tidak pernah mendengar mengenai manusia penghisap darah mayat yang semacamnya. Bahkan dirinya ketika menjadi Yumen Mo Wang yang mengerikan pun tidak bisa dibandingkan dengan orang tua ini.

Orang itu melemparkan sisa korbannya, menghapus sisa darah di sudut bibir sambil tertawa-tawa riang. Kemudian ia melompat-lompat lagi seperti anak kecil, bersalto beberapa kali di tengah ruangan gua, kemudian mulai memainkan serangkaian jurus yang aneh. Jin Shui merasa tidak asing dengan gerakan-gerakan yang dimainkan orang gila ini, sebagian dari gerakan itu mirip dengan you ling shen shou, ilmu milik si raja iblis Ma Yong Tao, sebagian lain berupa jurus-jurus kasar yang nampak keras dan juga kejam. Batu-batu di dalam gua berserakan. Tenaga orang gila ini tidak kecil, ilmunya kemungkinan juga tidak di bawahnya Ma Yong Tao.

Jin Shui tidak mengawasi lebih lanjut lagi. Dia berusaha mengatur nafas, mencari celah untuk bisa memulihkan tenaga, membebaskan diri sendiri dari totokan. Tertangkap oleh orang semacam ini, setiap saat nyawanya bisa saja melayang dan ia menjadi salah satu diantara mayat yang tertumpuk di sudut gua itu. Tentu saja ia tidak mau mati. Betapa pun berat tekanan yang dihadapinya saat ini, jalan kematian tidak akan diambilnya. Diluar sana ada tujuh pewaris Yumen, juga ada Xu Qiao yang menantinya. Ia masih ingin hidup.

Waktu berjalan dengan amat pelan. Jin Shui tidak bisa begitu saja memusatkan pikiran. Bau busuk di dalam gua, suara si orang gila dan duri-duri jala yang tajam, semuanya terasa sangat mengganggu. Sampai berjam-jam kemudian, tidak ada perubahan sama sekali, totokan di badannya juga tidak bisa dibuka. Ketika sinar matahari meredup dan langit di luar sana kembali gelap, Jin Shui malah merasakan kepalanya semakin berat, pandangannya mengabur, sementara di seluruh badannya ada semacam hawa dingin yang menyerang, bekas goresan duri-duri pada jala terasa sangat pedih. Setengah mati ia berusaha mempertahankan kesadarannya.

Masih terdengar suara si orang gila berlatih, tenaganya sama sekali tidak berkurang setelah ia melompat-lompat dan memukul kesana kemari sampai berjam-jam. Saat langit diluar sana sudah benar-benar gelap, orang itu baru berhenti membuat suara. Jin Shui hanya bisa melihat samar-samar dengan bantuan cahaya bulan yang menerobos masuk, orang gila itu duduk bersila di salah satu batu gua, diam tidak bergerak, entah tidur atau berlatih ilmu apa lagi tidak jelas. Tidak ada perapian yang dinyalakan.

Jin Shui merasa keadaan sudah lebih tenang, ia mencoba lagi memusatkan pikiran, mengatur nafas dan kemudian aliran hawa murni dalam tubuhnya. Tetapi sampai saat itu ia hanya mampu merasakan sedikit tenaga warisan dari Mo Ying bergerak di sekitar jantungnya, kemudian rasa lelah sudah lebih dulu menguasai sebelum ia bisa menggunakan tenaga itu. Ia tertidur di tempatnya.

Ia terbangun kembali ketika hidungnya mencium bau amis darah yang sangat menyengat, bau yang membuatnya seketika tersentak kaget melihat si orang gila sudah berada persis di hadapannya, memaksanya menelan cairan pekat di dalam mangkuk. Jin Shui muak bukan main, tentu saja tidak sudi meminum darah manusia, apalagi dari mayat yang sudah setengah membusuk. Orang gila itu mengucapkan kata-kata yang tidak jelas sambil tertawa-tawa, Jin Shui baru menyadari orang ini lidahnya hanya tersisa setengah, giginya pun rata-rata seperti sudah diremukkan orang. Di wajahnya banyak terdapat bekas goresan senjata tajam, juga ada bekas kehitaman seperti terbakar, di balik bajunya kemungkinan ada lebih banyak lagi bekas luka. Pantas saja dia selalu bicara tidak jelas dan sinting seperti ini, di masa lalu pasti pernah menerima siksaan yang berat, entah siapa yang begitu kejam.

Jin Shui menolak setengah mati minuman yang menjijikkan itu. Si orang gila menjadi kesal, kemudian membuang mangkuk di tangannya ke lantai gua, membanting dengan keras. Jin Shui melihat sepintas, mangkuk itu rupanya dibuat dari tulang tengkorak, lebih kecil dari tengkorak manusia, mungkin dari hewan liar entah apa, ia tidak ingin memikirkannya.

Orang gila itu mengamuk, menarik Jin Shui keluar dari dalam jala berdurinya, kemudian menghujani dengan tendangan keras berkali-kali. Jin Shui tidak bisa menggerakkan badannya, juga tidak bisa mengeluarkan suara untuk berteriak, hanya bisa merasakan, benar-benar tidak berdaya.

Keadaan seperti ini berlangsung sampai tiga hari selanjutnya. Orang gila itu hanya sekali meninggalkan gua mencari korban baru, selain itu ia tidak berhenti melatih ilmu anehnya, meminum darah mayat dan menyiksa tawanan. Jin Shui tidak mampu makan atau minum apa pun sampai tiga hari, ia lemah dan keadaannya sangat mengenaskan. Totokan di badannya sama sekali tidak bisa dibuka, hawa murni di dalam badannya ia hanya sesekali bisa merasakannya, setiap kali berusaha menggunakannya selalu terganggu oleh si orang gila, membuatnya tidak mampu melanjutkan niat membebaskan diri sendiri. Entah totokan macam apa pula yang digunakan si orang gila itu, Jin Shui pun tidak yakin bisa memunahkannya.

Sekali waktu orang gila itu memaksanya memakan daging mentah yang sudah setengah busuk. Tidak tahu daging hewan atau daging manusia, Jin Shui menolaknya mati-matian, membuat si orang gila mengamuk lagi, melemparkannya ke batu gua yang keras. Jin Shui hanya merasakan sakit pada kakinya sebelum ia jatuh tidak sadarkan diri sekali lagi.

Di hari ketiga itu si orang gila berlatih seperti kesurupan, lebih parah daripada hari-hari sebelumnya. Jin Shui mengintainya dengan lemah, menyaksikan ia meruntuhkan batu-batuan di langit-langit gua, mengubur mayat-mayat yang tertumpuk di salah satu sudut sana. Suara teriakannya bergema, membuat telinga Jin Shui serasa akan pecah. Kemudian ia melesat keluar gua sambil berteriak-teriak. Jin Shui menutup mata pelahan. Paling tidak keadaan akan sedikit lebih tenang untuk beberapa saat. Ia pelan-pelan mengatur nafas. Tidak boleh buru-buru, ia memberitahu diri sendiri, kemudian sekali lagi mencoba melepaskan diri, berharap orang gila itu tidak kembali terlalu cepat.

Jin Shui sudah menghafalkan seluruh isi kitab wuqing xue sebelum kitab itu dibagi menjadi delapan bagian dan diberikan pada masing-masing pewaris. Pelan-pelan ia mengingat dari potongan kitab milik Li Qian ada suatu petunjuk, sebuah teknik dasar pernafasan untuk melancarkan aliran darah. Pelahan ia lantas mengatur pernafasan berdasarkan petunjuk itu, menyatukan semua hawa murni dalam tubuhnya di satu titik, kemudian baru menyebarkannya sedikit demi sedikit ke aliran darah yang terhambat. Proses ini berlangsung sangat lambat, Jin Shui hanya bisa berharap tidak akan ada yang mengacaukan atau semuanya mesti diulang lagi dari awal. Keadaan di luar sunyi senyap, enam jam lewat sudah.

Jari tangan Jin Shui bergerak pelahan. Semangat Jin Shui langsung tumbuh, usahanya tidak sia-sia. Ia terus memusatkan pikiran, berusaha menembus lebih banyak jalan darah yang tersumbat agar bisa selekasnya lolos dari tempat ini.

Namun suara-suara diluar mengacaukannya. Jin Shui tahu orang gila itu sudah kembali, tetapi ia tidak berniat menghentikan usahanya. Jika menunggu sampai orang gila itu pergi lagi, kemungkinan dirinya sudah tidak mampu bertahan lagi di dalam gua yang menyesakkan ini, tanpa makan dan minum, tanpa udara bersih, dalam keadaan terluka pula. Kedua tangannya sudah bisa digerakkan, namun kakinya masih lumpuh sama sekali ketika orang gila itu melemparkan satu sosok tubuh manusia ke sisinya. Jin Shui kaget bukan main, mengira yang dilemparkan itu mayat yang lain lagi dan si orang gila akan memaksa memakannya.

"Ah... ah...." orang gila itu berteriak-teriak marah dengan kata-kata yang tidak jelas, tangannya menunjuk ke manusia yang baru saja dilemparkan ke samping Jin Shui. Ternyata orang hidup, bukan mayat, namun sudah setengah mati juga. Orang itu biasa mengenakan baju serba putih, wajahnya cakap dan tubuh aslinya tinggi tegap, namun baju serba putihnya sudah basah oleh darah yang bercampur tanah, wajahnya yang cakap dipenuhi bekas tamparan, tubuhnya pun sudah terluka parah, lengan kanannya patah terkena pukulan keras. Jelas hasil kerjaan si orang gila juga. Jin Shui mengenali korban baru ini sebagai si Liangshan Mo Jun, Ma Yong Tao.

"Die, kau mau bunuh aku bunuh saja, kenapa mesti repot-repot membawaku kemari?" Ma Yong Tao berteriak keras, membuat Jin Shui tersentak kaget dan seketika melihat ke arahnya. Ma Yong Tao memanggil ayah pada orang gila itu, entah apakah mereka benar-benar ada hubungan ayah dan anak. "Kau tidak membunuhku, maka aku pasti akan pergi, tidak akan menemanimu!"

"Huh...." orang gila itu membalas kata-katanya dengan makian yang tidak jelas.

"Aku punya tangan dan kaki, tentu saja bisa pergi sesukaku, tidak ada alasan untuk ikut denganmu seumur hidup menjadi orang gila yang kerjanya bergaul dengan mayat-mayat busuk!" Ma Yong Tao berdiri, memegangi lengan kanannya yang patah, berusaha keluar dari ruangan gua itu. Ayahnya tentu saja menghalangi. Satu lagi tamparan mendarat di pipi si anak, begitu kerasnya sampai Ma Yong Tao tersungkur jatuh. Sebelah tangannya patah, ia tidak bisa menjaga keseimbangan.

"Liangshan Mo Jun, tidak disangka bisa bertemu denganmu disini," Jin Shui berbisik pelan padanya, membuatnya sadar di dalam ruangan gua ini masih ada satu lagi manusia hidup.

"Hua Jin Shui...."

Si orang gila melihat tawanannya sudah bisa bergerak dan bicara, ia menampakkan kemarahannya lagi, dengan cepat menyerang ke arah Jin Shui, hendak menotoknya lagi. Jin Shui melihat serangan ini, tentu saja tidak membiarkan. Kedua kakinya tidak bisa digerakkan, ia hanya bisa menggerakkan kedua tangan untuk memberi perlawanan. Ma Yong Tao melihat ayahnya sedang sibuk menghadapi Jin Shui, semestinya ia bisa menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri, namun ia tahu kemungkinannya hanya dua bagian, maka menurut perhitungannya akan lebih menguntungkan jika bekerja sama dengan Jin Shui lebih dulu melumpuhkan si orang gila itu.

Belum lagi Ma Yong Tao bertindak apa-apa, si orang gila sudah mengarahkan satu tangan padanya, menarik batang lehernya dengan tenaga dalam yang sesat, membuatnya kelabakan beberapa saat. Air mukanya berubah, perlawanannya tidak banyak berguna. Saat seperti ini, harapannya hanya tinggal Jin Shui.

Namun perlawanan Jin Shui sepertinya juga tidak akan lama lagi, ia hanya bisa menggunakan dua tangan, tidak bisa berdiri, tenaganya juga belum pulih sepenuhnya. Sementara si orang gila itu tenaganya sangat kuat, Jin Shui lengah sedikit saja maka bisa terluka dalam dan mungkin akan langsung tewas. Tewas di tangan seorang tua yang gila di tengah pegunungan yang sepi seperti ini, ia tentu saja tidak rela. Harapannya hanya Ma Yong Tao.

"Totok jalan darah di ubun-ubunnya, maka kau baru bisa menghentikannya," Ma Yong Tao berbicara dengan isyarat mata. "Aku akan membuatnya sibuk sedikit."

"Kau gila, ayah sendiri juga dibunuh," Jin Shui sedikit ragu.

"Dia tidak akan mati, hanya akan kesakitan sedikit dan kehilangan kesadaran. Aku Ma Yong Tao meski digelari raja iblis juga tidak akan membunuh ayah sendiri."

Jin Shui masih sedikit ragu. Di saat seperti ini dirinya tidak mampu bertindak kejam menghabisi musuh dengan sekali hantam, ia juga merasa sangat kesal. Selama beberapa hari berada dalam gua yang menyesakkan ini, semestinya emosinya sudah tidak terkontrol, seharusnya kebenciannya pada si orang gila ini juga sudah cukup besar untuk memberinya kemampuan turun tangan.

"Aku tidak bisa berdiri, mana bisa mencapai kepalanya," katanya pada Ma Yong Tao lagi.

"Aku akan membantumu."

Ma Yong Tao mengibaskan lengan kirinya dengan nekad, menyingkirkan sebelah tangan ayahnya yang nyaris mencekik. Lengan kanannya sudah lumpuh, lengan kiri ini pun bagai tersengat listrik dan mati rasa seketika. Ia tidak pedulikan rasa sakitnya, kemudian mengangkat Jin Shui di punggungnya, segenggam pasir disebarkan ke arah kepala si orang gila, membuatnya tidak mampu lagi menghalangi Jin Shui menotok jalan darah paling mematikan di kepalanya.

"Aaa... a....." orang gila itu seketika seperti kesakitan, memegangi kepala sambil bergulingan di lantai. Ma Yong Tao tidak memedulikannya lagi, lantas membawa Jin Shui berlari keluar dari dalam gua.

"Mo Jun, dia...." Jin Shui masih berusaha menoleh.

"Tidak akan mati," sahut Ma Yong Tao.

Ma Yong Tao dan Jin Shui sama-sama terluka parah, luar dan dalam, mereka tidak bisa pergi terlalu jauh, malam itu terpaksa berdiam di dalam salah satu celah yang ada di bagian dalam lembah di Wansui Gu.

Tulang kaki Jin Shui ada yang retak, untuk beberapa waktu ini ia jelas tidak akan bisa berjalan. Luka dalamnya juga tidak terhitung ringan. Ia baru saja bisa lepas dari totokan ketika mesti berkelahi dengan ayahnya Ma Yong Tao yang gila itu, perkelahian yang hanya untuk mempertahankan diri. Saat itu tenaganya belum sempat pulih, tidak bisa menghadapi lawan dengan benar, akhirnya berbalik melukai diri sendiri.

Ma Yong Tao sama saja. Sebelah lengannya patah, lengan yang satu lagi mati rasa akibat beradu tenaga langsung. Selain itu ia pun terluka dalam tidak ringan, tenaganya tidak cukup untuk membawa Jin Shui terlalu jauh, maka untuk sementara lebih baik bersembunyi di celah di lembah ini, memulihkan sedikit tenaga sebelum mencari tempat lain yang lebih aman.

Ada genangan air yang bersih di dalam celah gua itu, Jin Shui mengambilnya dengan lembaran daun yang lebar, memberikannya pada Ma Yong Tao, membantunya minum karena si raja iblis itu tidak bebas menggunakan tangannya.

"Terima kasih," Ma Yong Tao bisa juga mengucapkan kata-kata ini. "Sebenarnya tidak perlu, kita juga bukan terhitung kawan."

"Sebenarnya kau juga bisa lari sendiri, tidak perlu menemani aku di tempat ini, tetapi ternyata Liangshan Mo Jun masih punya sedikit hati juga," Jin Shui memaksakan berkata padanya, saat itu baru menyadari tengorokannya sangat kering. Ia sudah berhari-hari disekap di dalam gua penuh mayat, tidak ada makanan atau minuman yang bisa masuk ke mulutnya, saat ini baru merasakan haus bukan main. Tidak peduli Ma Yong Tao melihatnya tanpa berkedip, ia lantas menegak habis sisa air yang ada di antara bebatuan.

"Yumen Mo Wang Hua Jin Shui bisa sampai jatuh ke tangan orang tua gila, sekarang malah dipatahkan kakinya sampai tidak bisa berdiri," Ma Yong Tao berkata padanya, nadanya datar sekaligus sinis. "Jarak dari tempat ini ke tempat kediamannya Zeng Bai Feng paling hanya satu jam, disana ada segala macam obat, masalah kaki yang patah hanya urusan kecil. Mungkin aku bisa membantumu."

"Tidak perlu," Jin Shui mengusap sudut bibirnya, ia merasa jauh lebih baik setelah meminum air.

"Aku tahu, kau tidak ingin bertemu dengan kekasihmu dalam keadaan seperti ini," kata Ma Yong Tao lagi. "Xu Guniang itu ada di tempatnya Zeng Bai Feng, kau tidak ingin dia dan juga para pewaris Yumen lainnya melihat keadaanmu seperti sekarang, lantas memangnya kau lebih memilih tetap menjadi orang cacad, bersembunyi disini selamanya?"

Jin Shui tidak menyahut. Ia memeriksa keadaan kakinya sendiri. Kaki kiri hanya retak tulang sedikit, tetapi kaki kanan sepertinya lebih parah. Pukulan si orang tua gila itu memang tidak main-main, kedua kaki itu seperti sudah tidak ada.

Tentu saja, sulit baginya untuk mengakui kemungkinan menjadi orang cacad. Yang dikatakan Ma Yong Tao benar adanya, jika lekas pergi menemui Zeng Bai Feng maka tulang patah pun bisa disambung kembali. Akan tetapi setahu Jin Shui kawan-kawannya para pewaris Yumen lain masih ada disana, Xu Qiao juga ada disana. Kedua kakinya ini dipatahkan oleh seorang tua gila, masalah yang begitu memalukan ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada kawan-kawannya, juga pada Xu Qiao.

"Sepertinya aku memang harus repot sedikit," kata Ma Yong Tao lagi. "Di lembah panjang umur tidak perlu khawatir kekurangan obat. Aku akan mencarikan bahan yang bisa dipakai untuk membereskan tulangmu yang entah patah atau retak itu."

"Sebenarnya kau tidak perlu menolongku," sahut Jin Shui, "aku bisa berusaha sendiri."

"Kaki sudah patah sampai tidak bisa berdiri seperti ini bisa berusaha sendiri apa?" sahut Ma Yong Tao. "Tidak perlu banyak bicara, juga tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku Ma Yong Tao sudah berniat membantu, pasti akan membantu sampai akhir. Tetapi sebelum aku pergi mencari bahan obat, sepertinya kau harus membantuku lebih dulu."

"Membantu apa?" tanya Jin Shui.

"Tangan kananku sudah dipatahkan ayahku, sama seperti kakimu itu, harapanku hanya tinggal tangan kiri," sahut Ma Yong Tao pula. "Hanya menggunakan sepasang kaki bagaimana bisa mengambil obat?"

Jin Shui mengerti maksudnya. Ma Yong Tao ini meski terhitung sebagai musuh tetapi entah mengapa ia bisa percaya begitu saja. Tanpa banyak bicara lagi, ia lantas menempelkan telapak tangan di bahu Ma Yong Tao, menyalurkan sedikit tenaga untuk memulihkan lengan kirinya yang mati rasa, juga membantunya mengobati sebagian luka dalam. Satu aliran tenaga murni yang kuat ada di dalam tubuh Ma Yong Tao, sempat dilumpuhkan oleh ayahnya yang gila itu, kali ini dengan bantuan Jin Shui baru bisa digunakan kembali. Ini adalah tenaga milik Wu Furen, si Meng Po palsu itu.

Ma Yong Tao meski merupakan anggota Liangshan Liu Mo dan merupakan seorang yang kejam bukan main, tetapi rupanya ia sangat menepati setiap kata-katanya. Sudah menerima bantuan Jin Shui dan keadaannya pulih setengah bagian, jika pergi begitu saja ia hanya cukup mencari seorang tabib biasa untuk memulihkan tangan kanannya yang patah, atau langsung turun tangan membunuh Jin Shui dan menghilangkan satu musuhnya. Tetapi ia benar-benar mencari obat, kemudian kembali lagi membantu Jin Shui menyambung tulang.

"Kau tidak mau pergi menemui Zeng Bai Feng, terpaksa harus menahan sakit lebih lama dan kemungkinan tidak bisa lekas pulih," Ma Yong Tao berkata padanya. "Paling jeleknya, kau akan jadi orang cacad dan tidak bisa berjalan normal."

"Aku tidak akan cacad," Jin Shui menyahut singkat.

"Jika benar-benar tidak bisa berjalan lagi, apa kau juga tidak akan bertemu lagi dengan gadismu itu selamanya?" tanya Ma Yong Tao pula.

"Jika kakiku tidak bisa digunakan lagi, aku tidak akan mengampuni orang gila itu." Jin Shui berusaha menahan perasaan. Kemungkinan menjadi orang cacad ini memang sangat besar, ia juga mesti menghadapi, perasaan tidak rela menguasainya. Sampai seperti ini, masalah ayah ibunya tersisih menjadi hanya satu urusan kecil. Mengenai Xu Qiao, ia tidak tahu lagi.

"Orang gila itu ayah kandungku, Ma Yao Lun," sahut Ma Yong Tao. Suaranya sedikit bergetar. "Lagipula, dia sebenarnya tidak gila. Dia masih mengenaliku sebagai putranya, masih bisa mengenali siapa musuh siapa kawan. Hari ini aku membantumu mencari obat dan menyambung tulang, mungkin kau tidak akan menganggapnya sebagai hutang budi, tetapi aku tetap memintamu, jangan membalas dendam pada ayahku."

Jin Shui memandang ke arahnya. Tadi di gua ia juga mendengar Ma Yong Tao memanggil orang gila itu sebagai ayah, ternyata memang benar ayah kandungnya.

"Ayahmu begitu kejam, tanganmu yang patah itu juga hasil kerjaannya," ia berkata sambil menunjuk tangan Ma Yong Tao. "Kau sendiri tadi memintaku menotok jalan darah mematikan di kepalanya, kuyakin dia meski tidak akan mati tetapi bisa jadi akan lumpuh total. Sekarang kau memintaku agar tidak membalas dendam padanya, kau ini benar-benar aneh."

"Dia tidak akan mati atau lumpuh total, otaknya sudah terganggu cukup lama dan jalan darah di ubun-ubun itu adalah satu-satunya cara untuk mengatasinya," sahut Ma Yong Tao. "Aku menggantikannya sebagai Liangshan Mo Jun, kalau tidak ada cara ini sejak awal tidak ada kesempatan."

Pernyataan yang lebih mengagetkan lagi. Ternyata diantara enam anggota Liangshan Liu Mo, bukan hanya Meng Po seorang yang palsu, si anggota kedua ini juga bukan Liangshan Mo Jun yang asli.

"Menggantikannya sebagai Liangshan Mo Jun? Maksudmu Liangshan Mo Jun yang asli itu adalah dia? Kau hanya pengganti?" Jin Shui bertanya, untuk sementara melupakan masalah kakinya.

"Tentu saja aku bukan yang asli," Ma Yong Tao tertawa kecil, "Liangshan Liu Mo sudah dua puluh tahun mengacaukan dunia persilatan, meski hampir setengah diantaranya kami tidak lagi berkeliaran sampai jauh. Usiaku sekarang baru dua puluh lima tahun, masa nama Liangshan Mo Jun yang begitu ditakuti orang awalnya hanya seorang anak kecil?"

"Bagaimana kau bisa menggantikan dia?" tanya Jin Shui. "Meng Po yang sekarang palsu, apa Zu Ye dan yang lainnya juga palsu?"

"Wang Wei, Zu Ye, Li Bai Xun dan Fuchang Long rata-rata usianya sudah empat lima puluhan tahun, mereka anggota asli. Wang Wei pencuri ulung, Zu Ye suka menyamar dan menipu orang, Li Bai Xun menyukai anak gadis, Fuchang Long suka mengerjai kaum biarawan. Ayahku, sama seperti aku, tidak suka membunuh orang, tetapi suka menyiksa. Meng Po yang asli, tentu saja adalah dajie laoda yang baik." Ia menyebutkan kata-kata yang baik dengan arti yang sebaliknya. "Aku sudah ikut ayahku sejak lahir, menyaksikan bagaimana sepak terjang dia dan kawan-kawannya, sudah terbiasa dengan mereka. Waktu itu ayahku masih bisa dianggap normal, meski sifat kejamnya sudah ada, tetapi dia sangat sayang padaku, memukul pun tidak pernah."

Jin Shui mendengarkan saja. Rasa sakit di kaki dan akibat luka dalamnya tidak terasa karena perhatiannya teralih. Obat penyembuh tulang yang diberikan Ma Yong Tao sedikit mulai menghangat.

"Kau juga tahu segala macam kejahatan Liangshan Liu Mo membuat kami punya banyak musuh," kata Ma Yong Tao lagi. "Sekitar sepuluh tahun tahun yang lalu, ayahku mengerjai dua saudara bermarga Zhu sampai setengah mati, membuat mereka dendam bukan main, kemudian meminta bantuan pada Ban Ye Shashou Lin Tong Tian untuk menangkap ayahku. Waktu itu enam anggota Liangshan Liu Mo sempat diburu oleh Lin Tong Tian. Tetapi kau juga tahu reputasi Lin Tong Tian di masa lalu."

"Ban Ye Xia Ke hanya akan memburu korban saat mulai gelap sampai tengah malam, jika sudah lewat tengah malam korbannya masih belum tertangkap atau mati, maka dia akan melepaskan," kata Jin Shui.

"Saat itu Liang Shan Lio Mo berhasil lolos meski masing-masing terluka parah, kedua marga Zhu itu rupanya menggunakan kesempatan," kata Ma Yong Tao. "Mereka memisahkan ayahku dari yang lain, disekap dan disiksa sampai berhari-hari. Keadaannya yang sekarang kau sudah lihat sendiri. Dia bicara tidak bisa jelas karena lidahnya dipotong. Sebelah matanya juga sudah tidak bisa digunakan, belum lagi luka dalam yang waktu itu dirasakan, membuatnya tidak bisa lagi berlatih ilmu dengan sempurna. Meski kemudian Meng Po asli berhasil menyelamatkannya, tetapi tidak bisa memulihkan keadaannya yang sudah seperti itu. Lebih parah lagi, dalam setahun selanjutnya dia seringkali kerasukan sampai kehilangan kesadaran. Lama kelamaan, dia jadi seperti orang gila."

"Orang yang melukainya itu bagaimana?" tanya Jin Shui. "Dua saudara marga Zhu, yang kaumaksud adalah Fuxing Dao Jian Zhu Zi Fu dan Zhu Zi Xing, paman dan ayahnya Zhu Bai Que."

"Mereka tahu tidak bisa lolos saat Meng Po dan yang lain menemukannya, kemudian bunuh diri karena cukup tahu akibatnya jika jatuh ke tangan mereka lagi." Ia bangkit berdiri, bicara seolah pada diri sendiri. "Karena Liangshan Liu Mo tidak boleh berkurang orangnya, juga tidak bisa menerima satu anggotanya sudah gila, maka aku kemudian mengajukan diri untuk menggantikan ayahku."

"Mereka menerima?" tanya Jin Shui.

"Meng Po menerima, yang lain pun mau tidak mau menerima juga," sahut Ma Yong Tao. "Tetapi saat itu usiaku masih sangat muda, tentu saja kutahu mereka tidak memandang sebelah mata pun padaku. Di tahun yang sama, ayahku melarikan diri dari kami, mulai tinggal di hutan ini. Tidak ada yang peduli padanya, aku pun tidak cukup mampu membawanya kembali ke kehidupan yang normal. Sejak itu aku mesti menghadapi sendiri menjadi Liangshan Mo Jun palsu. Bagus juga ayahku sudah mengajarkan you ling shen shou sejak aku masih kanak-kanak, juga sudah menurunkan semua ilmu padaku, paling tidak penyamaran sebagai Liangshan Mo Jun masih bisa menipu orang luar, sesuai yang diharapkan oleh yang lain."

"Akan tetapi kemudian Meng Po terbunuh oleh jiaozhu furen kami," kata Jin Shui, "kau membiarkan dia menjadi pengganti Meng Po, apakah demi menambah satu lagi anggota palsu Liangshan Liu Mo?"

"Kutahu enshi adalah seorang berilmu tinggi, jika aku bisa menguasai kemampuannya yang begitu hebat, maka Liangshan Mo Jun palsu juga bisa menjadi yang asli. Meng Po asli sudah meninggal, maka Liangshan Mo Jun sebagai anggota kedua mestinya akan menjadi pemimpin. Saat itu enshi tidak sadar bahwa seorang anak muda usia belasan identitasnya adalah putra kandung Liangshan Mo Jun. Aku merawat dia sudah cukup lama, belakangan baru bisa meyakinkannya untuk mengangkatku sebagai murid dan bisa dikatakan sedikit menipunya untuk menyerahkan setengah tenaga dalamnya padaku."

Jin Shui memandangnya. Ma Yong Tao duduk lagi di sampingnya, tidak terlalu peduli dengan reaksinya.

"Kemampuanku berlipat ganda, dan dengan mudah aku bisa mengungguli empat anggota Liangshan Liu Mo lain yang masih ada dan mereka tidak lagi berani memandang sebelah mata padaku. Kemudian aku mendekati Zu Ye, memintanya mengajarkan cara menyamarkan wajah. Kau juga tahu, kemampuan si Ci Xiong Yi Shen ini menyamarkan orang tidak ada tandingan, dia juga sangat bangga dengan kemampuan itu, dipuji sedikit sudah bersedia mengajarkan. Tentu saja dia tidak tahu, ilmunya ini kemudian kugunakan untuk menyamarkan Gu Chen Hui sebagai Meng Po baru. Aku memberitahukan padanya, lebih baik hidup dengan identitas ini sambil menunggu kebangkitan kembali Yumen Jiao."

Jin Shui menarik nafas. Kalau dikatakan Ma Yong Tao ini sudah mencari permusuhan dengan jiaozhu furen sebenarnya tidak juga. Dia menolong Gu Chen Hui, memanfaatkan juga karena terpaksa, demi mempertahankan posisi diantara para iblis Liangshan lainnya. Terlebih lagi Ma Yong Tao sudah melindungi jiaozhu furen dengan baik, menghormati sebagai guru dan pengganti orang tua, agaknya juga cukup berbakti padanya.

"Ayahmu tinggal di tempat ini, kau sering menemuinya?" ia bertanya mengenai Ma Yao Lun lagi. "Sepertinya dia begitu marah padamu."

"Ada beberapa kali, tetapi selalu tidak ada hasilnya, malah aku terkena pukulan dan tendangan seperti tadi." Ia memperhatikan sebagian luka di lengannya yang patah. "Dia memarahiku anak yang tidak becus, disuruh membalas dendam tidak dikerjakan."

"Zhu Bai Que," kata Jin Shui.

"Urusan generasi yang lebih tua sebenarnya aku tidak ingin ikut campur," kata Ma Yong Tao lagi. "Ayahnya Zhu Guniang mencelakai ayahku, tetapi sudah bunuh diri juga. Zhu Guniang sendiri tidak tahu apa-apa. Selama bertahun-tahun ini dia juga merasakan hidup seorang diri, menjadi yatim piatu, boleh dibilang cukup kasihan. Lagipula kalau boleh dibilang, ayahku juga yang membuatnya jadi seperti ini, aku berhutang padanya."

Kata-kata yang tidak seharusnya keluar dari mulut seorang raja iblis semacam Ma Yong Tao. Setahu Jin Shui, kekejaman Liangshan Mo Jun tidak pernah berkurang selama belasan tahun, maka asli dan palsu sama saja. Tidak disangka si Liangshan Mo Jun palsu ini ada menyimpan penyesalannya sendiri.

"Aku memang seorang yang kejam, tidak punya perasaan, mungkin karena sejak kecil sudah terbiasa melihat kejahatan," lanjut Ma Yong Tao. "Tetapi aku tidak pernah punya rasa dendam. Tidak mengerti apa itu dendam. Ayahku pernah berpesan, minta aku mendekati Zhu Guniang itu dulu sebelum membalas dendam padanya."

"Kau mendekati dia selama sepuluh tahun," Jin Shui masih ingat dengan kata-kata Zhu Bai Que.

"Aku menemui dia pertama kalinya sepuluh tahun yang lalu, tidak lama setelah semua yang terjadi pada ayahku," sahut Ma Yong Tao, "saat itu aku melihat sendiri dia kerap ditindas oleh murid-muridnya Yuan Wan Cui, akan tetapi dia juga tidak banyak melawan, diam-diam saja menerimanya. Aku juga tahu meski dia adalah putrinya Zhu Zi Xing, akan tetapi sejak kecil sudah diterlantarkan, bahkan tidak mengenal ayahnya itu. Mungkin karena ini maka aku sejak awal merasa kasihan padanya."

"Akan tetapi kau terus mendekati dia," kata Jin Shui.

"Ayahku terus meminta aku membalas dendam padanya, dia mengatakan jika hanya sekedar mengambil pisau dan membunuhnya tidak akan cukup," sinar mata Ma Yong Tao berubah aneh. "Selama ini aku sering menyiksa orang, membuat mereka membenci dan merasakan dendam padaku, tujuannya supaya aku bisa memahami seperti apa rasanya membenci, dendam pada orang lain, dengan demikian aku baru bisa menggunakannya pada Zhu Guniang."

"Dan kau sungguh melakukannya," kata-kata Jin Shui sedikit bergetar.

"Aku beberapa kali menemui dia selama sepuluh tahun terakhir, akan tetapi sebenarnya kami juga tidak banyak bicara dan tidak pernah sungguh bersama," lanjut Ma Yong Tao. "Aku menjaga jarak dengannya, di saat yang sama juga membuatnya percaya bahwa aku adalah seorang yang diam-diam melindunginya. Mengenai membalas dendam, aku sebenarnya juga belum ada niat jelas. Sampai hari itu setengah bulan yang lalu, aku menemui dia, mengajak dia menemui anggota Liangshan Liu Mo lainnya, juga mengatakan akan menikahi dia."

"Kau sungguh ingin menikahi dia?" Jin Shui menanya.

"Selain dia, aku tidak akan menikahi perempuan lain," Ma Yong Tao berkata dengan mata memerah, agaknya sungguh sudah menahan perasaan. "Sama seperti kau hanya akan menikahi Xu Qiao seorang."

Ma Yao Lun mematahkan kaki Jin Shui, membuatnya lumpuh sama sekali sampai beberapa hari selanjutnya, dan entah bakal sampai berapa lama lagi, tetapi kedua tangannya normal, setelah lepas dari totokan itu pun ia bisa melatih tenaga dalam tanpa banyak halangan.

Di dalam celah gua itu tidak ada yang bisa dikerjakan oleh seorang yang tidak bisa berjalan. Ma Yong Tao menemani dengan setia, mencari obat dan makanan adalah kerjaannya. Selama beberapa hari ini, luka dalamnya boleh dibilang sudah hampir sembuh sama sekali, semuanya karena ada bantuan dari Jin Shui. Ma Yong Tao meski kejam sifatnya sampai dijuluki raja iblis, tetapi terhadap satu hutang budi ia akan berusaha melunasi. Terhadap Jin Shui, ditambah dengan rasa kagum dan segan yang sudah ada sejak menyaksikan Jin Shui berjuang sepenuh hati menyelamatkan begitu banyak orang di Wansui Gu.

Beberapa hari itu Jin Shui tidak banyak berbicara, terus melatih wuqing xue berdasarkan ingatannya. Ia tidak banyak beristirahat dan tidur, salah satunya juga karena tidak ingin banyak berpikir, tidak ingin teringat dengan masalah masa lalu ayah ibunya, tidak ingin teringat dengan masalah Qing Yi. Saat ini tujuannya adalah menembus wuqing xue sampai tingkat enam. Meski ia tahu melatih ilmu ini sampai tingkat berapa pun tidak akan berguna untuk menyembuhkan kakinya, namun ia tidak ingin menjadi orang cacad yang tidak berguna.

Karena ia tidak bisa berdiri apalagi berjalan, maka yang bisa dilatih tentu saja hanya neigong, maka ia melatih neigong hampir seperti orang gila. Batu-batuan di dalam gua kecil itu seringkali menjadi sasarannya, langit-langit gua hampir hancur dibuatnya, ia dan Ma Yong Tao sempat nyaris terkubur di dalam. Sejak itu, setiap kali Jin Shui mulai berlatih maka Ma Yong Tao memilih berdiam diluar gua, tahu tidak akan gunanya menasehati orang sehat yang baru saja berubah cacad.

Hari itu Ma Yong Tao membuatkan sepasang tongkat kayu, Jin Shui sama sekali tidak menggubrisnya.

"Kau mau seperti ini sampai kapan?" si raja iblis itu sedikit tersinggung. "Setiap hari hanya berlatih seperti ini, apa bisa membuatmu berjalan lagi? Kulihat cepat atau lambat kau hanya akan mengubur diri sendiri hidup-hidup disini."

Jin Shui tidak menyahut. Kedua tangannya direntangkan, ia membiarkan hawa tenaga bergerak dengan bebas, meningkat sedikit demi sedikit.

"Bukankah kau masih punya Xu Guniang?" Ma Yong Tao berkata lagi. "Apa kau selamanya tidak ingin bertemu dengan dia, bersembunyi di tempat ini seperti kura-kura? Menghabiskan hidup disini, melatih ilmu sampai kepala pecah juga tidak bisa dipakai."

Jin Shui masih diam di tempatnya. Tangannya dilipat di depan dada, berputar dua kali sebelum ia menurunkannya pelahan. Kedua matanya terpejam sesaat, suara nafasnya bagai tidak ada.

"Kau juga masih punya tugas membangkitkan kembali Yumen," kata Ma Yong Tao lagi, "Guruku sudah memberitahukan padaku masalah ayah ibumu. Jika urusan masa lalu berbalik menjadi penghalang meraih masa depan, kau terlalu membuat kecewa semuanya, termasuk aku yang tidak terhitung kawan ini. Kurasa jika kau terus seperti ini, ayahmu di alam sana baru punya alasan untuk tidak menyukaimu."

Jin Shui membuka mata, memandangnya dengan tatapan aneh.

"Aku sudah berhasil menguasai wuqing xue sampai tingkat keenam," ia berkata, "meski belum sampai tingkatan tertinggi, tetapi digabungkan dengan tenaga Meng Po palsu yang ada padamu, sudah cukup untuk menolong orang."

"Apa?" Ma Yong Tao tidak mengerti. "Menolong siapa?"

"Kaubilang ayahmu tidak gila, hanya karena salah berlatih maka dia jadi seperti itu," kata Jin Shui. "Dia sudah jadi orang bisu, lidahnya itu aku tentu saja tidak bisa menyambung kembali, tetapi pikirannya masih bisa dibuat sadar. Dengan wuqing xue tingkat enam ini ditambah dengan tenagamu, sepertinya sudah cukup untuk melumpuhkannya beberapa saat, kemudian membantunya melancarkan kembali jalan darah yang tidak beraturan itu, aliran darah ke otak jika sudah lancar, bisa jadi pikirannya akan lebih normal."

"Kau...." Ma Yong Tao tidak bisa berkata apa-apa.

"Cara ini aku tidak yakin sepenuhnya, tetapi aku sempat melihat ayahmu berlatih ilmu anehnya itu setidaknya selama tiga hari," kata Jin Shui pula. "Dia memang tidak gila, hanya saja salah berlatih sehingga kerasukan. Asalkan bisa mengatasi masalah yang satu ini, kebencian dan dendam di dalam hatinya bisa pelan-pelan dibicarakan, mengenai yang ini aku juga akan membantumu."

Ma Yong Tao seumur hidup berbuat banyak kejahatan, belum pernah bertemu dengan yang seperti Jin Shui. Ia benar-benar tidak menyangka, Jin Shui bukan hanya tidak menaruh dendam pada orang yang telah mencelakainya, malah ingin menolong. Selama beberapa hari ini dia berlatih sampai melupakan bahwa diri sendiri sudah cacad rupanya justru demi menolong ayahnya. Ma Yong Tao seorang yang kejam dan menganggap sepi perasaan antar manusia, tetapi sepertinya kali ini ia benar-benar tersentuh.

"Hua Jin Shui, benarkah kau... kau ingin menolong ayahku?" ia menanya dengan suara putus-putus.

"Menolongnya sama saja menolong diri kita sendiri," Jin Shui berkata dengan tenang, "aku juga tidak mau selamanya diam di tempat ini menjadi orang yang tidak berguna, kita keluar dari tempat ini, setiap saat bisa bertemu dengan ayahmu dan mengantar kematian dengan sia-sia. Kurasa, kemungkinan ini kau juga sudah memperhitungkan."

Ma Yong Tao mengangguk-anggukkan kepala, memandangi Jin Shui beberapa saat, kemudian berlutut di depannya. Kekagumannya tidak bisa dikatakan, rasa terima kasihnya membangkitkan kesetiaan yang sungguh-sungguh. Saat ini jika disuruh berkorban nyawa bagi Jin Shui, dia pasti bersedia mati dengan sukarela.

"Kau benar-benar pantas menjadi putra Wu Yao Wei," katanya dengan tulus, "pantas menjadi pemimpin Yumen Jiao di masa depan. Hua Jin Shui, kelak aku dan saudara-saudara yang lain pasti akan membantu dengan sepenuh hati, mendukung kau dan para pewaris lainnya membangkitkan kembali aliran kalian."

"Jangan banyak bicara manis dulu," sahut Jin Shui. "Masalah menolong ayahmu ini belum tentu bisa berjalan sesuai perkiraan. Lagipula, semua ini demi Zhu Bai Que, aku sangat berharap urusan dendam antara kalian dianggap tidak ada."

"Tidak peduli alasanmu, juga tidak peduli bagaimana hasilnya nanti, ada niat ini saja sudah cukup," kata Ma Yong Tao pula. "Hua Jin Shui, kurasa aku Ma Yong Tao sudah benar-benar jatuh hati padamu."

Jin Shui meraih kedua tongkat kayu yang dibuat oleh Ma Yong Tao. Ia berusaha bangkit berdiri dengan menggunakan tongkat itu, tentu saja tidak mudah. Sudah berhari-hari duduk di lantai gua, kali ini pertama kalinya ia berusaha berdiri. Obat yang dibawakan oleh Ma Yong Tao selama beberapa hari ini daya kerjanya sangat lambat, rasa sakit di kedua kaki itu masih terasa.

"Aku tidak mau selamanya duduk di punggung orang lain," Jin Shui menolak bantuan Ma Yong Tao. "Bagaimana pun caranya juga mesti belajar berdiri."

Ma Yong Tao memandangnya. "Kau ingin pergi menolong ayahku sekarang?" ia bertanya.

"Sudah membereskan ayahmu baru bisa membereskan kakiku, juga tanganmu itu. Tentu saja mesti pergi sekarang."

"Kalau begitu sekali ini kau boleh duduk di punggungku dulu, nanti setelah membereskan urusan dengan ayahku baru belajar menggunakan tongkat ini, lalu pergi mencari obat penyambung tulang yang benar juga masih belum terlambat. Hua Jin Shui, kurasa kau masih cukup sayang dengan tubuhmu, tidak ingin dia rusak sebelum waktunya, benar tidak?"

Mereka menuju gua tempat tinggal Ma Yao Lun. Hanya lewat lima hari, bau busuk di sekitar tempat itu semakin tercium. Mayat-mayat yang tempo hari sudah dipendam dengan batu-batuan dari reruntuhan gua, tetapi nampaknya batu-batuan itu tidak cukup untuk menutupi bau busuknya. Terlebih lagi di depan gua saat ini berserakan mayat-mayat yang baru, keadaan mereka semua sangat mengerikan.

Jin Shui dan Ma Yong Tao tentu saja tidak menduga, sejak mereka kabur meninggalkan gua itu lima hari yang lalu, si orang gila itu marah besar, kemudian menangkap sejumlah orang lainnya dan membantai mereka semua di tempat ini. Mayat mereka dibiarkan begitu saja, menimbulkan sumber bau busuk yang baru. Ma Yong Tao memeriksa keadaan salah satu mayat, tidak menemukan bekas luka gigitan di leher.

"Benar-benar sudah gila, dia membunuh orang-orang ini bukan untuk berlatih, tetapi hanya untuk melampiaskan kemarahan," katanya.

"Orang-orang ini semuanya mengenakan pakaian yang serupa, kalau tidak salah mereka adalah para pengikutnya Huan Jiao Zheng dari Yongjun Hui," sambung Jin Shui. "Orang Yongjun Hui bukan orang-orang baik, tetapi dibilang penjahat juga masih terlalu jauh, anggota mereka dibunuh seperti ini, aku yakin Huan Jiao Zheng tidak akan tinggal diam."

Suara ribut-ribut terdengar. Gua tempat tinggal Ma Yao Lun itu runtuh, bersamaan dengan suara gemuruh yang mengagetkan mereka yang ada diluar. Ma Yong Tao langsung membawa Jin Shui menjauh, menghindari bebatuan lain yang berjatuhan dari atas tebing sana. Bumi serasa bergetar.

Suara tawa terdengar keras. Si orang gila itu rupanya tidak ikut terkubur di dalam, masih sempat melesat keluar dari runtuhan batu dan tanah di sekitar mulut gua tempat tinggalnya, bersalto di udara beberapa kali, melompat ke berbagai penjuru beberapa saat dibarengi suara tawa yang mengerikan.

"Celaka," Ma Yong Tao berbisik, "lima hari ini bukan hanya kau yang melatih wuqing xue, dia juga melatih ilmu sesatnya entah sampai tahap mana."

"Sudah sampai disini, mati hidup biar takdir yang menentukan."

Kata-kata Jin Shui yang terakhir ini seperti sebuah isyarat, ia dan Ma Yong Tao langsung menerjang ke arah orang gila itu, Jin Shui menyentilkan beberapa butir kerikil padanya. Teknik menggunakan senjata rahasia ini dipelajarinya dari Huang Yu, untuk menghadapi seorang gila ternyata tidak banyak berguna. Ma Yao Lun terus berlompatan kesana kemari seperti seekor monyet kecil, sangat lincah menghindari serangan batu-batu kerikil.

"Hua Jin Shui, bermain-main begini, sepertinya kita hanya membuang tenaga percuma," Ma Yong Tao berkata pada Jin Shui. "Senjata rahasiamu kulihat tidak ada yang bisa mengenai sasaran."

"Harus mendekatinya, baru bisa menyerang," sahut Jin Shui. "Ayahmu ini tenaganya sangat besar, kulihat dia sengaja mengulur waktu membuat kita kelelahan, tentu saja tidak bisa dibiarkan. Aku akan mengalirkan tenaga wuqing xue padamu, dengan tenaga ini kau akan bisa membawaku mendekatinya. Manfaatkan kesempatan baik-baik, tidak boleh sampai gagal."

"Aku mengerti," kata Ma Yong Tao.

Jin Shui menempelkan dua ujung jari pada punggung Ma Yong Tao, pelan-pelan mengalirkan tenaga melalui satu titik itu, sebentar kemudian Ma Yong Tao merasakan tenaganya bagai berlipat ganda, langkah kakinya terasa ringan dan bisa dengan mudah mengikuti gerakan ayahnya melompat kesana kemari. Sementara satu tangannya sibuk mengalirkan tenaga, Jin Shui terus melancarkan serangan batu kerikil dengan tangan yang satunya.

Dengan adanya bantuan tenaga dalam dari Jin Shui, Ma Yong Tao baru bisa mendekati si orang gila, satu tangannya yang sudah sembuh ikut membantu ketika Jin Shui beradu tangan dengan lawan. Si orang gila tahu perkelahian dengan cara ini tidak menguntungkan baginya, ia berusaha memperlebar jarak dengan lawan, Jin Shui tentu saja tidak membiarkan. Belasan jurus berlalu dengan cepat, gerakan si orang gila itu sedikit kacau. Sama sekali ia tidak menyangka, seorang yang lumpuh kaki bisa mengurungnya dengan rapat seperti ini.

Batu dan pasir di sekitar mereka yang berkelahi beterbangan, daun-daun pepohonan juga rontok terkena sambaran tenaga yang berputaran. Gerakan-gerakan yang dimainkan oleh si orang gila semakin lama terlihat semakin kacau, tangan dan kakinya menyambar kesana kemari tanpa aturan. Jin Shui meningkatkan tenaga yang digunakan, Ma Yong Tao juga mengerahkan seluruh kemampuan, diam-diam keduanya sepakat untuk mencecar titik kematian di ubun-ubun ayahnya.

Akan tetapi you ling shen shou, ilmu andalan Ma Yong Tao, merupakan hasil ajaran ayahnya. Menggunakan ilmu ini tentu tidak banyak berguna. Setiap gerakan Ma Yong Tao bisa dibaca dan dipatahkan oleh Ma Yao Lun meski orang tua itu sudah sinting dan tidak tahu benar cara berkelahi yang seharusnya. Kerjasama Jin Shui dan Ma Yong Tao meski sempat merepotkan lawan tetapi agaknya tidak akan bertahan lama.

Suara tawa Ma Yao Lun terdengar lagi, kedua tangannya menerjang ke depan, sasarannya adalah Jin Shui. Ma Yong Tao yang menyambutnya dengan tangan kiri, Jin Shui menyusul dengan tangan kanan. Adu tenaga yang singkat, tenaga si orang gila itu luar biasa kuatnya. Jin Shui baru saja mengulurkan dua jari tangan kanan, belum lagi berhasil meraih ubun-ubunnya, ia dan Ma Yong Tao sudah terpental ke tanah sampai beberapa tombak jauhnya, bersamaan dengan suara desir angin yang kuat. Jin Shui seketika jatuh dari gendongan kawannya.

Ma Yao Lun melihat kedua lawannya terkapar jatuh, ia langsung memburu mereka, bersalto beberapa kali di udara, menyerang Jin Shui dari atas. Ma Yong Tao melihat keadaan ini, ia langsung bergulingan mendekati kawannya. Kalau tadi Jin Shui yang memberinya bantuan tenaga agar ia bisa bergerak cepat, kali ini sebaliknya, Ma Yong Tao mengalirkan tenaga melalui punggung Jin Shui demi melindungi dari serangan.

Badan si orang gila seperti tergantung di udara, kepalanya ada di posisi yang terbuka. Kedua tangan Jin Shui sedang sibuk, sementara Ma Yong Tao satu tangannya berada di punggung Jin Shui, satu lagi tidak bisa digunakan. Keadaan seperti ini, Ma Yong Tao terpaksa menggunakan kaki, menendang dua buah batu yang ada dekat dengannya, langsung mengarahkan keduanya berturutan ke punggung ayahnya dan kemudian ke kepala. Kedua batu itu mengenai sasaran, tentu saja, tetapi tidak tepat benar pada jalan darah yang dituju.

Begini pun sudah cukup untuk membuat si orang gila menarik serangannya dari Jin Shui, berlompatan lagi kesana kemari menjauhi kedua lawan itu.

"Tidak berhasil juga," kata Ma Yong Tao, "sekarang bagaimana?"

"Tenaganya terlalu kuat, aku tidak yakin bisa mengatasinya," sahut Jin Shui.

"Dia pasti sedang mencari jingyu wang (jala ikan paus)nya," kata Ma Yong Tao.

"Jala berduri itu?" tanya Jin Shui.

"Benar, jala itu adalah kesayangannya," sahut Ma Yong Tao

"Bukankah sudah terpendam di dalam reruntuhan gua sana?" Jin Shui kembali menanya.

"Dia pasti sudah menyingkirkannya ke tempat lain."

Benar, si orang gila itu sudah meletakkan jala kesayangannya di tempat aman sebelum ia meruntuhkan gua tempat tinggalnya. Beberapa detik kemudian jala berduri itu sudah ada di tangannya, ia mendekati Jin Shui dan Ma Yong Tao dengan cara yang masih serupa, bersalto dan melompat kesana kemari.

"Dia ingin menangkap kita hidup-hidup," Jin Shui berkata.

"Dia masih mengenali aku sebagai putranya, masih inginkan aku membantunya membalas dendam, sementara ini tidak akan membunuhku. Jin Shui, kau lekas pergi saja...."

"Aku seperti ini, mana bisa pergi jauh, kau seperti ini juga tidak akan bisa menghalanginya lama-lama."

Orang gila itu sudah dekat dengan mereka. Ia mengangkat jala di tangannya dan siap melemparkan pada kedua buruannya. Namun di saat ini tiba-tiba terdengar suara desir angin yang lain, diikuti suara teriakan si orang gila itu, jala masih ada di tangannya ketika ia tersungkur jatuh ke tanah, tidak jauh dari Jin Shui dan Ma Yong Tao. Sebatang anak panah menancap di punggungnya.

Selebar wajah Ma Yao Lun sebentar kemudian membiru. Panah di punggungnya itu beracun. Jin Shui mengalihkan pandangan, menemukan bahwa orang yang barusan melepas panah tidak datang sendirian. Seorang pria setengah tua bertubuh tinggi, mengenakan baju sutra dengan jubah gelap bersulam yang nampak indah. Wajahnya bengis, bersih namun tidak terhitung cakap, kedua alis matanya tidak rata, membuat siapa pun tidak suka memandangnya terlalu lama.

Ma Yong Tao lekas menghampiri ayahnya, mencabut panah itu dan menghisap racun dari punggungnya tanpa banyak berpikir lagi.

"Kalian siapa?" Jin Shui bertanya pada orang-orang yang baru datang itu, ia tetap duduk di tempatnya. Ia tidak perlu mendengarkan jawaban mereka, karena dari pakaian yang dikenakan sudah jelas bahwa mereka ini adalah orang-orang Yongjun Hui.

"Panah itu beracun, kau menghisap darahnya sampai kering juga tidak akan bisa menghilangkannya," orang yang melepas panah berkata dengan dingin, sorot matanya menunjukkan ada kebencian. "Racun begitu masuk ke dalam tubuh maka akan langsung bekerja. Orang gila ini sudah membunuh banyak pengikutku, membuatnya menderita dulu tiga hari tiga malam baru menemui ajal juga sudah seharusnya."

"Lekas berikan penawarnya!" Ma Yong Tao berseru pada orang itu.

"Kalian berdua barusan bukannya mau dibunuh juga, kenapa masih membela dia?" orang yang melepas panah itu menanya.

"Dia ayahku," Ma Yong Tao menyahut dengan cepat. "Kami berkelahi dengannya karena ingin menolongnya, bukan ingin membunuhnya."

"Orang gila ini adalah ayahmu?" orang itu kembali menanya.

"Dia tidak gila, hanya karena salah berlatih maka jadi seperti ini," sahut Ma Yong Tao. "Lekas berikan penawarnya."

"Tidak ada obat penawar," orang itu berkata. "Dia sudah membunuh banyak orang dari markas Yongjun Hui kami, susah payah Huan-mo memburu sampai kemari."

"Huan-mo," Jin Shui mendengar cara orang itu menyebut diri sendiri. "Apakah Anda adalah Huan Jiao Zheng, Huan Menzhu dari Yongjun Hui?"

Hei Bao Jiangjun Huan Jiao Zheng, ketua Yongjun Hui, orang yang paling berperan dalam penyerangan besar ke markas Yumen di Baiyu Shan tiga belas tahun yang lalu. Satu dari ketua tiga aliansi yang sampai sekarang masih menyembunyikan diri dan tidak ikut tampil menghadapi para pewaris Yumen.

"Siapa kau?" orang berjubah sulam itu balas menanya.

"Orang gila itu bukan ayahku," Jin Shui tidak ingin memperkenalkan diri sebagai pewaris Yumen atau putra Wu Yao Wei. Pedang xuanlong juga ditinggalkannya di Wansui Gu, dengan keadaannya sekarang juga tidak mungkin menyebut nama asli. "Dia yang sudah melukai dan melumpuhkan aku."

Huan Jiao Zheng menghampirinya dan menendang kakinya pelahan. Ia kemudian menyentuh bahu Jin Shui, menekannya cukup kuat, hendak memaksanya mengeluarkan tenaga dalam untuk menolak. Jin Shui merasakan sesak di dadanya, mengetahui dirinya sudah terluka dalam. Ia tidak ada pilihan lain kecuali berusaha menahan diri, tidak sudi sampai jatuh ke tangan Huan Jiao Zheng begitu saja.

"Huan Menzhu mengatakan orang gila itu sudah membunuh banyak anggota Yongjun Hui, sudah bersusah payah memburunya kemari dan baru bisa meracuninya," Jin Shui berkata tegas, "pada saat ini membunuh dia maka akan terlalu enak baginya, meninggalkannya sama saja memberi kesempatan untuk menawarkan racun dan kembali membalas dendam. Racun itu akan membuatnya menderita tiga hari tiga malam, kuyakin Huan Menzhu juga ingin melihatnya sampai akhir."

Huan Jiao Zheng mendengarkan setiap kata-katanya, senyuman mengembang sekilas di wajahnya. Agaknya ia memang suka menyaksikan kesusahan orang, dan kata-kata Jin Shui memberinya kesempatan menikmati sebuah pertunjukan.

"Tempat ini masih merupakan wilayah Wansui Gu, obat dan racun yang dimiliki oleh Zeng Bai Feng, Zeng Guzhu tidak terhitung banyaknya," Jin Shui kembali berkata, "waktu tiga hari sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan penawar. Kudengar beberapa hari yang lalu ada kekacauan di Wansui Gu, maka bisa jadi saat ini siapa pun bisa bebas keluar masuk lembah dan mengambil apa pun yang ada disana."

"Bocah, pengetahuanmu baik juga," seorang pengikutnya Huan Jiao Zheng berkata. "Memang benar beberapa hari yang lalu di Wansui Gu kedatangan musuh, tidak tahu apa yang terjadi, akan tetapi sekarang sudah tidak ada penjaganya."

Huan Jiao Zheng nampak diam sebentar dan memandang ke atas, air mukanya nampak angkuh dan memandang diri sendiri sebagai seorang yang pandai dan hebat. Ia sungguh mempertimbangkan setiap perkataan Jin Shui demi keuntungan sendiri.

"Apa yang kaulakukan?" Ma Yong Tao menanya pada Jin Shui.

"Mengulur waktu," sahut Jin Shui pelan.

"Bawa mereka berdua sekalian," Huan Jiao Zheng tiba-tiba berkata.

Setengah dari dua puluh empat jago utama Yongjun Hui sudah terbunuh pada penyerangan ke markas pusat Yumen di Baiyu Shan tiga belas tahun yang lalu. Sisanya kemudian dihabisi oleh Du Cao dengan cara yang terbilang kejam.

Yang ada bersama Huan Jiao Zheng sekarang adalah enam diantara jago baru, mereka hanya merupakan sejumlah pesilat bayaran yang agaknya tidak seberapa baik kemampuannya. Sikap dan cara bicara mereka kasar, logat mereka pun sedikit berbeda.

Mereka menggiring Ma Yong Tao yang menggendong Ma Yao Lun berjalan keluar dari lembah, kemudian menyeret Jin Shui juga. Ma Yao Lun sudah tidak sadarkan diri, Jin Shui dengan sengaja menggunakan tenaga dalam pemberian Mo Ying, menekan berat tubuhnya sendiri ke tanah, memperlambat langkah orang yang menyeretnya.

"Bocah ini sungguh merepotkan," orang itu berkata, "buat apa membawa dia?"

Huan Jiao Zheng memandang tajam padanya, memaksanya menutup mulut dan terpaksa memeras tenaga. Ma Yong Tao melihat ke arah Jin Shui, menggeleng kepala satu kali, memberitahu bahwa keadaan mereka sangat tidak menguntungkan, semakin jauh meninggalkan Wansui Gu sebenarnya semakin tidak menguntungkan.

Saat menemukan jalan besar mereka mendapati sebuah gerobak kerbau dibawa oleh seorang petani tua. Para pengikut Huan Jiao Zheng merebut gerobak itu, memaksa ketiga tawanan mereka naik, kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan pegunungan, menuju arah barat, bukan ke utara menuju Nanyang. Agaknya orang-orang Yongjun Hui ini sedang dalam perjalanan entah kemana, dan belum berencana kembali ke markas mereka.

Ma Yao Lun mengerang kesakitan, racun dari panah yang mengenai punggungnya sudah menyebar dan keadaannya cukup parah. Ma Yong Tao diam-diam menyalurkan tenaga dalam untuk mempertahankan nyawa. Jin Shui duduk bersandar pada dinding gerobak, tanpa terlihat oleh Huan Jiao Zheng dan orang-orangnya lantas berusaha mengatur hawa murni agar bisa memulihkan diri secepat mungkin.

"Mereka sepertinya ingin kita saling membunuh," Ma Yong Tao berbisik pada Jin Shui, "aku Liangshan Mo Jun Ma Yong Tao bisa jatuh ke tangan orang-orang Yongjun Hui, jika kabar ini sampai tersiar ke seluruh dunia persilatan, reputasi Liangshan Liu Mo bisa habis."

"Kita hanya perlu memulihkan diri satu hari, setelah itu dengan kemampuan berdua tidak akan sulit untuk pergi dari tempat ini," Jin Shui berkata. "Saat itu kau ingin menghabisi mereka, aku tidak akan menghalangi."

"Aku tidak pernah membunuh orang, masa kau sudah lupa," Ma Yong Tao berkata. "Yongjun Hui adalah musuh kalian Yumen, Huan Jiao Zheng juga adalah duri dalam daging kalian yang nomor satu. Hua Jin Shui, apakah kau hendak meminjam tanganku untuk menghadapi mereka?"

"Menurutmu, bagaimana kemampuannya si Huan Jiao Zheng itu?" Jin Shui menanya. "Tadi saat dia menekan pundakku, aku bisa merasakan tenaga dalamnya cukup kuat. Jika xuanlong jian ada disini, aku masih bisa mengalahkan dia, akan tetapi tanpa senjata, aku juga tidak terlalu yakin."

"Huan Jiao Zheng menguasai huang he chuan (ilmu bangau kuning), ilmu yang didasari dari fei huang he qi shu (tujuh jurus bangau kuning terbang) milik leluhur Keluarga Huan," sahut Ma Yong Tao. "Kakeknya Huan Jiao Zheng adalah seorang laoqianbei yang sangat dihormati dalam dunia persilatan masa itu, bukan hanya karena ilmunya yang tinggi akan tetapi juga karena pembawaannya yang membuat setiap orang menjadi segan. Hanya sayang sekali, anak cucunya tidak sama."

"Kau tidak menjawab pertanyaanku," kata Jin Shui.

"Aku bisa mengalahkan dia sendiri, Hua Jiaozhu tidak perlu khawatir," sahut Ma Yong Tao. "Jika kau sudah cukup beristirahat, aku bisa turun tangan pada mereka. Ohya, kau ada kemampuan memindahkan racun leiying hua dari begitu banyak orang pada dirimu sendiri, bisa tidak kau memindahkan racun dari ayahku pada ketua Yongjun Hui itu. Membuat dia hanya kesakitan tiga hari, sesuai kebiasaanku sebenarnya tidak cukup, akan tetapi memandang dia hanya seorang bodoh, aku juga tidak berminat menghabiskan terlalu banyak waktu dengannya."

"Kau tidak bisa melakukannya sendiri?" tanya Jin Shui. "Gurumu mestinya ada mengajarkan wuqing xue padamu."

"Ada mengajarkan, hanya saja karena aku terlalu sibuk menjadi Liangshan Mo Jun palsu selama beberapa tahun terakhir, aku lebih tertarik memperdalam ilmu sendiri agar bisa menggantikan ayahku dengan sempurna," sahut Ma Yong Tao. "Urusan racun, terpaksa merepotkan Hua Jiaozhu."

Belum lewat tengah hari itu, mereka bertemu dengan enam anggota Yongjun Hui lainnya, datang dari arah berlawanan, membawakan beberapa ekor kuda untuk semuanya. Satu orang langsung menemui Huan Jiao Zheng, ia adalah seorang lelaki setengah tua berbadan pendek dengan bekas luka bakar melebar di dagu sampai lehernya, di pinggangnya tergantung sebilah golok bulan sabit.

"Mereka ada di depan," si pendek itu langsung berkata pada Huan Jiao Zheng, "sedang beristirahat di sebuah kedai."

"Kabar itu apakah benar?" Huan Jiao Zheng menanya padanya.

"Xu Guniang dari Huofeng Lou kabarnya sudah memberikan kipas perak peninggalan Liang Tian Jian Shen pada nona bermarga Shen itu," si pendek menyahut. "Hanya tidak tahu apa hubungannya Xu Guniang dengan orang-orang Longshan Zhuang."

Jin Shui mendengar orang itu menyebut mengenai Xu Qiao, seketika ia bereaksi, hampir saja bangkit berdiri dan menyambar ke arah si pendek, akan tetapi kedua kakinya masih belum bisa digunakan, ia tetap duduk di atas gerobak.

"Anak perempuannya Xu Cheng Hai sudah meninggal semuanya," seorang pengikut Huan Jiao Zheng lain berkata, "yang terakhir belum lama tewas dibunuh oleh iblis Hua Jin Shui, bahkan Xu Furen sendiri yang sudah mengumumkan kematiannya."

"Kipas perak peninggalan Liang Tian Jian Shen sempat muncul tiga tahun yang lalu, kemudian menghilang sejak Keluarga Xu terbunuh," si pendek tadi kembali berkata. "Mungkin sekali kipas berada di tangan orang Huofeng Lou selama beberapa tahun ini. Xu Guniang ini kabarnya sudah jatuh ke tangan iblis Hua Jin Shui, mungkin saja dia sebenarnya masih hidup, dan baru bisa melarikan diri, membawa kipas perak itu untuk meminta pertolongan orang."

"Aku tidak peduli segala macam Xu Guniang," Huan Jiao Zheng berkata. "Kipas itu adalah warisan Liang Tian Jian Shen, aku hanya ingin melihatnya sebentar."

Mereka meneruskan berjalan dan membawa sekalian gerobak berisi Jin Shui bertiga. Si pendek masih sempat melihat ke arah tiga tawanan itu, akan tetapi pada saat itu keadaan Jin Shui masih kotor dan berantakan setelah berhari-hari ditawan oleh Ma Yao Lun, bersama Ma Yong Tao di dalam lembah sepi, dan kini jatuh ke tangan musuh. Ma Yong Tao sama saja, penampilannya sebagai sastrawan tampan yang ternyata anggota kedua Liangshan Liu Mo tidak lagi terlihat. Siapa pun tidak akan menduga dua pemuda kotor dan berantakan itu adalah Yumen Mo Wang dan Liangshan Mo Jun.

Tidak berapa jauh di depan ada sebuah kedai teh di pinggir jalan, diantara para tamu disana ada dua orang perempuan muda yang sama mengenakan baju putih halus dan dandanan yang sederhana, masing-masing membawa sebilah pedang tipis yang tergantung di pinggang. Tidak ada yang menoleh ketika Huan Jiao Zheng dan orang-orangnya mendekat, tetap meminum teh dan menikmati makanan kecil dengan santai.

"Disini apakah ada Shen Xi Ru, Shen Guniang?" si pendek tadi langsung berseru pada para tamu di kedai itu, "menzhu kami ingin bertemu dengan Anda."

Seorang dari kedua perempuan itu bangkit berdiri dan langsung mendekati Huan Jiao Zheng, merangkap tangan dan tersenyum tenang. Jin Shui langsung mengenali perempuan itu sebagai Shen Xi Ru, pengawal utama dan kepercayaan si nenek Xi Xiao Feng, majikan Longshan Zhuang yang belum lama ditemuinya.

Jin Shui juga mengenali gadis yang bersama Shen Xi Ru sebagai Jia Ping, gadis yang waktu itu menyambutnya di Chunjie Kezhan dan membawanya ke dalam kediaman rahasia di bawah tanah. Entah bagaimana Shen Xi Ru dan saudaranya ini bisa berada jauh dari Longshan Zhuang.

"Xiaomei Shen Xi Ru," Shen Xi Ru tidak sungkan menyebut namanya. "Kalian dari Yongjun Hui," ia mengenali penampilan orang-orang yang datang. "Apakah Anda adalah Hei Bao Jiangjun Huan Jiao Zheng, Huan Menzhu?" ia menghadap langsung pada Huan Jiao Zheng, bukan pada si pendek, dengan tepat sudah menebak identitas si ketua Yongjun Hui.

"Guniang mengenalku," Huan Jiao Zheng berkata dengan angkuh, tidak ingin menyebut identitas akan tetapi ternyata sudah dikenali, ia berusaha menanggapi dengan datar.

"Sudah lama mendengar mengenai Huan Menzhu dari Yongjun Hui, baru kali ini bertemu adalah sebuah kehormatan," Shen Xi Ru berkata. "Huan Menzhu menemui xiaomei, apakah juga karena kipas perak yang katanya adalah peninggalan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, Zhang Laoqianbei?"

'"Ah, Shen Guniang mengatakan seperti ini sungguh membuat Huan-mo tidak enak," Huan Jiao Zheng sedikit tergagap menyadari niat kedatangannya diketahui begitu cepat dan langsung disebut di depan mukanya. "Kabarnya Shen Guniang mendapatkan kipas perak dari seorang Xu Guniang, saat ini sedang dalam perjalanan ke Baiyu Shan dan hendak menyerahkan benda berharga ini pada para pewaris Yumen."

"Kabar yang diterima oleh Huan Menzhu cukup lengkap," sahut Shen Xi Ru pula, "baru beberapa lama ini terdengar kabar bahwa benda peninggalan Liang Tian Jian Shen sudah muncul lagi di dunia persilatan, dan Huan Menzhu sudah tiba disini menanyakan langsung pada xiaomei. Entah siapakah yang sudah memberitahukan mengenai hal ini pada Anda."

"Tidak ada yang memberitahukan pada kami," si pendek yang menyahut. "Kipas itu ada padamu atau tidak?"

"Memang ada seorang nona yang mengaku sebagai Nona Xu dari Huofeng Lou, beberapa waktu yang lalu dengan sengaja meninggalkan sebuah kipas di Longshan Zhuang kami," sahut Shen Xi Ru, "bukan kipas perak, melainkan sebuah kipas baja putih. Hanya sebuah benda biasa saja, akan tetapi agaknya ada banyak orang yang menginginkannya, membuat xiaomei mesti pergi meninggalkan rumah."

Jin Shui tahu Shen Xi Ru mengenal Xu Qiao yang asli, tidak mungkin menyebutnya sebagai nona yang mengaku sebagai Nona Xu dari Huofeng Lou. Kemunculan kembali benda peninggalan Zhang Zhe Liang, kejadian yang serupa tiga tahun yang lalu, pihak yang menerima kipas lantas diburu oleh banyak orang.

"Shen Guniang apakah sungguh hendak menyerahkan benda peninggalan Liang Tian Jian Shen pada para pewaris Yumen?" tanya Huan Jiao Zheng.

"Xiaomei sempat berkenalan dengan Hua Shaoxia dan kawan-kawan para pewaris Yumen yang lain beberapa waktu yang lalu, dan xiaomei bisa melihat mereka adalah anak-anak muda berjiwa ksatria, tidak tamak dan bisa dipercaya," sahut Shen Xi Ru, melihat ke arah Huan Jiao Zheng sambil tersenyum seakan mengatai si ketua Yongjun Hui mempunyai karakter yang sebaliknya, seorang rendahan, tamak dan tidak bisa dipercaya. "Lagipula kipas baja putih ini dahulu kabarnya adalah pemberian ketua Yumen terdahulu pada Liang Tian Jian Shen. Liang Tian Jian Shen sudah tiada, dengan sendirinya kipas mesti dikembalikan pada penerus ketua Yumen terdahulu."

"Kipas itu berisi peta ilmu ciptaan Liang Tian Jian Shen, tidak boleh sampai jatuh ke tangan para pewaris Yumen," Huan Jiao Zheng langsung berkata.

"Tidak boleh sampai jatuh ke tangan mereka, apakah mesti jatuh ke tanganmu?"

Shen Xi Ru menanya bersamaan dengan Jia Ping bangkit berdiri dan siap menghadapi Huan Jiao Zheng dan dua belas orangnya. Dua orang gadis muda menghadapi belasan lelaki, akan tetapi agaknya mereka tidak khawatir sedikit pun.

"Nona itu sangat berani," Ma Yong Tao berbisik pada Jin Shui. "Apa perlu aku menyelesaikan si Huan Jiao Zheng itu sekarang agak mereka nona-nona tidak perlu merusak dandanan? Lagipula aku juga sudah mulai malas melihat wajahnya."

"Jangan sampai membuat pemandangan yang tidak enak dilihat oleh nona-nona itu," sahut Jin Shui pelan.

Ma Yong Tao mengangguk satu kali, kemudian menyerahkan Ma Yao Lun padanya sebelum melesat dari gerobak, melayang dengan gerakan indah, dan berdiri persis di hadapan Huan Jiao Zheng dan orang-orangnya sebelum menyerang ke arah Shen Xi Ru dan Jia Ping. Huan Jiao Zheng tersentak kaget, tidak menyangka tawanan yang dibawanya bisa tiba-tiba bergerak begitu cepat, tanpa sadar ia masih sempat memandang ke arah Jin Shui.

Episode ini menjelaskan asal usul Ma Yong Tao sebagai anggota kedua kumpulan penjahat Liangshan Liu Mo. Rupanya ia hanya 'menggantikan' ayahnya yang sudah cacad dan gila karena ulah ayah dan paman Zhu Bai Que. Namun waktu itu ia hanya pemuda tanggung yang tidak dianggap oleh anggota Liangshan Liu Mo lainnya, sampai ia menyelamatkan Gu Chen Hui dan berguru padanya serta menerima setengah tenaga dalamnya seperti para pewaris mendapat tenaga dalam dari para pelindung. Di saat yang sama Ma Yong Tao juga merancang pembalasan pada Zhu Bai Que. Pembalasan ini tidak berjalan mulus karena Ma Yong Tao bukan hanya tidak bisa membenci, malah merasa kasihan pada Zhu Bai Que. Bagaimana kelanjutan hubungan cinta benci antara si raja iblis dan pewaris Hu Ling ini?

Xiaodiandiancreators' thoughts