webnovel

Episode 22 : Jiao Zhu Fu Ren (Nyonya Ketua)

Jin Shui berusaha bangkit berdiri. Para iblis Liangshan terkenal sangat kejam, meski ia harus mengorbankan nyawa juga tidak akan sudi melihat mereka mengusik Xu Qiao, atau juga kawan-kawannya yang lain. Ma Yong Tao masih tetap berdiri di tempatnya, tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerang, bahkan menahan kawan-kawannya yang hendak berdiri dan mendekati mulut gua.

"Hua Jin Shui, kau sudah kalah," Ma Yong Tao berkata. "Kau bersujud padaku, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk melepaskan satu dua orang."

"Tenaga dalam milikmu itu, darimana datangnya?" Jin Shui tidak menanggapi kata-katanya, ia menanya tiba-tiba, hendak mengulur waktu lagi. "Usiamu masih muda, akan tetapi mempunyai kemampuan yang serupa dengan para pewaris Yumen. Apakah kau juga sama seperti kami, mendapatkan tenaga dalam hasil latihan berpuluh tahun dari seorang tokoh berilmu tinggi?"

"Benar," Ma Yong Tao menyahut. "Memang ada seorang yang pernah melatih tenaga dalam tingkat tinggi selama berpuluh tahun lamanya, dan memberikannya padaku."

"Jiaozhu furen kami, Gu Chen Hui," Jin Shui berkata.

"Benar, memang Gu Chen Hui Enshi," sahut Ma Yong Tao.

"Beritahukan padaku, apa yang sebenarnya terjadi," pinta Jin Shui, "kau ada mengatakan padaku bahwa jiaozhu furen kami sudah menjadi gurumu, apa maksudnya?"

"Jiaozhu furen kalian memang adalah guruku," sahut Ma Yong Tao. "Tiga belas tahun yang lalu pada saat markas pusat Yumen Jiao di Baiyu Shan dihancurkan, beliau ditangkap oleh Huan Jiao Zheng dan dibawa ke markas Yongjun Hui di Nanyang, menjadi tamu istimewa selama dua tahun disana. Huan Jiao Zheng tidak ingin melepaskannya, juga tidak berani membunuhnya. Huan Shaomenzhu, urusan ini apakah ayahmu pernah memberitahukan padamu?"

Huan Chao Yu menggeleng, ia tidak tahu urusan ayahnya, selama ini juga tidak pernah mau tahu. Ayahnya penuh ambisi dan haus kekuasaan, sedangkan dirinya hanya anak muda yang boleh dikatakan malas.

"Sebelas tahun yang lalu, kami Liangshan Liu Mo diundang oleh Huan Jiao Zheng, dan dia kemudian menyerahkan jiaozhu furen kalian pada kami," Ma Yong Tao meneruskan. "Keadaannya sudah setengah lumpuh, pikirannya juga sedikit terganggu. Meng Po asli kemudian meminta aku menjaganya, juga melarang anggota Liangshan Liu Mo lain mengusiknya."

"Ayahku selamanya tidak berurusan dengan kaum penjahat," Huan Chao Yu berkata, "bagaimana bisa mengundang kalian dan menyerahkan tahanan dari Yumen?"

"Tentu saja karena dia hendak meminjam kami Liangshan Liu Mo untuk membunuh Gu Chen Hui," Zu Ye yang menyahut. "Saat itu di dunia persilatan beredar kabar bahwa para pelindung Yumen masih hidup, tentu saja membuat ayahmu ketakutan, khawatir akan ada diantara mereka yang menagih hutang padanya."

"Kalau tidak salah di tahun itu Du Cao Li Chong Xing malah sempat datang ke markas Yongjun Hui, membunuh dua belas jago kalian yang tersisa," Fuchang Long menyambung, "Huan Jiao Zheng bahkan tidak sempat menggunakan nama Gu Chen Hui sebagai alat pelindung, Du Cao sudah pergi begitu saja."

"Gu Chen Hui sudah tidak ada gunanya, maka lebih baik dibunuh," Li Bai Xun juga berkata, "hanya saja dajie laoda kami itu tidak suka membunuh orang yang tidak bisa melawan. Sungguh sayang sekali."

"Kalian mengatakan seperti ini, seperti menyebut bahwa kalian Liangshan Liu Mo sudah menolong jiaozhu furen kami," Jin Shui menyahut pelan.

"Dajie laoda kami yang asli sudah mati dibunuh oleh perempuan ini," Fuchang Long yang memberi jawaban. "Tidak tahu bagaimana caranya dia lolos, kemudian aku melihat sendiri dia bunuh Meng Po, merusak jenasahnya. Setelah itu yang kutahu dia lari sambil berteriak-teriak seperti orang gila, selanjutnya tidak tahu lagi."

"Aku yang kemudian menemukannya, meneruskan merawatnya tanpa setahu kalian, memberikan segala macam obat untuk menenangkan pikirannya," Ma Yong Tao berkata, "saat itu aku hanya seorang pemuda tanggung, dia tidak mengetahui hubunganku dengan Liangshan Liu Mo, aku juga tidak merasa perlu memberitahukan padanya."

Ia memandang ke arah Zhu Bai Que saat mengucapkan kata-kata ini, ada penyesalan di balik sinar matanya. Zhu Bai Que memalingkan muka, tidak ingin mendengar omongannya. Fuchang Long mengacungkan jari telunjuk dan seperti hendak mengatakan sesuatu, akan tetapi ia tidak lantas menuding Ma Yong Tao. Li Bai Xun nampak kesal dan Zu Ye menggeleng kepala satu kali.

"Pelan-pelan ingatan enshi membaik, tenaganya pulih, ia mengetahui semua yang terjadi pada Yumen, juga pada dirinya sendiri," Ma Yong Tao meneruskan. "Dia merasa berhutang budi padaku, kemudian bersedia mengangkat aku sebagai murid, bahkan memberikan setengah tenaga dalamnya padaku, berharap kelak aku juga bisa membantu Hua Jin Shui membangkitkan kembali Yumen Jiao."

Ia selalu menyebut Gu Chen Hui dengan hormat, menunjukkan penyesalan bahwa ia sudah menyembunyikan identitas sebagai bagian dari sekelompok iblis di hadapan nyonya tua itu. Agaknya ada cerita lain yang masih disembunyikan olehnya, akan tetapi bahkan Zu Ye bertiga juga tidak ingin menyebutnya.

"Tetapi kau malah menggunakan kemampuan ini untuk mencelakai Jin Shui," Huang Yu berkata, "entah bagaimana kau nanti akan menjelaskan pada gurumu."

"Laoer kami adalah Liangshan Mo Jun yang terkenal dalam dunia persilatan," Zu Ye menyahut agak sengit, "Hua Jin Shui termasuk barang apa, laoer kami masa mesti ikut-ikutan membantunya membangkitkan aliran sesat."

"Kira-kira tiga tahun yang lalu, saat kabar mengenai para pewaris Yumen mulai beredar dalam dunia persilatan, saat itu enshi juga ingin menemukan kalian," lanjut Ma Yong Tao, "hanya saja selain Hua Jin Shui dia tidak mengetahui siapa saja yang terpilih sebagai pewaris, maka hanya bisa menunggu sampai kalian semua berkumpul dan memperkenalkan diri kalian, saat itu baru menemui kalian dan membawa kalian ke Baiyu Shan."

"Hanya saja saat hari itu tiba, jiaozhu furen malah mendapati kenyataan bahwa muridnya yang baik adalah anggota kedua Liangshan Liu Mo, sudah mendekatinya selama sepuluh tahun untuk menipu tenaga dalamnya, bahkan hendak menghancurkan para pewaris Yumen agar tidak menjadi ancaman di kemudian hari," Zhu Bai Que berkata.

"Aku sudah memberitahukan padanya bahwa aku adalah anggota kedua Liangshan Liu Mo cukup lama," sahut Ma Yong Tao, "aku juga yang meminta Zu Ye untuk mengajarkan ilmu menyamar agar enshi bisa menggunakan identitas sebagai dajie laoda kami Meng Po, dengan demikian dunia persilatan tidak akan tahu bahwa jiaozhu furen kalian masih hidup."

Ia menghampiri Zhu Bai Que, meraih tangannya dan menatapnya dengan aneh. "Que-mei, sampai disini, apa kau masih belum mengerti juga isi hatiku?"

Zhu Bai Que menarik tangan dan langsung menamparnya. "Kau lihat sekarang Jin Shui terluka, Liao Xian dan yang lain terkena racun dan hampir saja kehilangan jiwa, bahkan putra Qin Liang Jie kehilangan jiwa, hanya aku seorang yang masih bisa melawanmu. Isi hatimu sudah jelas, kau ingin membalaskan dendam ayahmu, dan menyingkirkan kami semua demi kejayaan Liangshan Liu Mo."

"Ma Yong Tao, apa yang sudah kaulakukan?"

Kata-kata yang terakhir terdengar membentak cukup keras. Hampir bersamaan, sebuah bayangan berkelebat dengan sangat cepat, sebuah tongkat kayu menghantam ke arah Ma Yong Tao, membuatnya terlempar. Ma Yong Tao hanya sedikit kaget, ia sebenarnya masih bisa menghindar akan tetapi malah membiarkan saja dirinya kena pukul.

Meng Po, si dajie laoda Liangshan Liu Mo sudah tiba disitu. Bukan yang asli, karena Meng Po asli sudah meninggal. Yang datang dan menghantam Ma Yong Tao ini adalah Gu Chen Hui, jiaozhu furen mendiang ketua Yumen Jiao yang juga adalah gurunya si raja iblis. Pakaian dan dandanan masih serupa dengan ketika menemui Jin Shui dan Huang Yu beberapa hari yang lalu di reruntuhan desa di dekat Longshan Zhuang, akan tetapi wajahnya sudah berubah dan bukan lagi seorang nenek buruk rupa.

Fuchang Long diam-diam beringsut menyembunyikan diri di belakang Zu Ye dan Li Bai Xun yang nampak berwaspada dan agak takut. Ma Yong Tao berusaha bangkit berdiri dan tersenyum pula pada Zhu Bai Que, tidak seorang pun yang bisa menebak isi pikiran si raja iblis itu.

"Shifu," ia lantas memanggil pada Gu Chen Hui.

Meng Po sudah melepaskan identitas palsunya, namun selain kecantikan yang luar biasa, wibawanya sebagai seorang istri ketua Yumen masih ada, keanggunan seorang keturunan majikan Baiyu Shan juga masih tersisa. Mereka yang baru mengetahui identitas asli Meng Po ini hanya bisa diam memandangnya. Nafas Jin Shui, Huang Yu dan lainnya bagai berhenti.

"Laoer, dia tahanan yang diserahkan oleh si marga Huan itu sebelas tahun yang lalu," Zu Ye menunjuk ke arah Gu Chen Hui. "Rupanya kau sungguh sudah membiarkan dia tetap hidup dan malah menyamar sebagai dajie laoda kita."

Zeng Bai Feng juga sudah tiba disitu, agaknya datang bersama Gu Chen Hui, lekas mendekati Jin Shui dan menyentuh bahu pemuda itu sesaat, mengalirkan tenaga yang sangat besar artinya bagi Jin Shui untuk mempercepat kerja penawar racun. Rasa sakit di seluruh badan Jin Shui sebentar saja sudah berkurang.

"Shifu, Hua Jin Shui dan para pewaris Yumen bagimu adalah putra-putra sendiri, aku sebenarnya juga ingin membantu mereka membangkitkan kembali aliran kalian," Ma Yong Tao berkata, "hanya saja para pewaris belum ada nama, kami Liangshan Liu Mo tidak bisa begitu saja mengikuti mereka karena akan merendahkan reputasi puluhan tahun. Maka aku perlu menguji sedikit, memastikan Hua Jin Shui cukup layak."

"Jin Shui memang adalah putraku," nyonya itu menyahut. "Belasan tahun yang lalu aku juga yang menyuruh Mo Ying menemuinya, sejak awal aku juga yang inginkan dia kembali ke markas Yumen. Para pewaris yang lain, tentu saja aku juga punya kewajiban melindungi mereka, membantu mereka membangkitkan kembali partai sesuai keinginan You Wei. Siapa pun yang menghalangi para pewaris Yumen bagiku adalah musuh."

Jin Shui menatap ke arahnya, tidak bicara sepatah kata pun. Mengenai masa lalu ayah ibunya, juga jiaozhu furen ini, ia tidak tahu dengan pasti, saat ini berbagai macam perasaan pun bercampur menjadi satu.

"Ma Yong Tao, kau boleh dibilang pernah menyelamatkan nyawaku, paling tidak aku juga mesti mengucapkan terima kasih padamu," Gu Chen Hui berkata lagi. "Tetapi kau berani bertindak diluar batas, menyusahkan mereka semua, urusan ini aku akan memperhitungkan pelan-pelan."

"Murid bersalah," Ma Yong Tao berkata.

"Gonggong!" Yan Zi berlari mendekati Zeng Bai Feng. "Tolonglah Duan Meng, dia...." kemudian ia berbisik, "Jin Shui Gege tidak boleh sampai tahu, Qiao-er Jiejie...."

"Diam disini, jangan bergerak dulu paling tidak setengah jam lagi," kakeknya berkata pada Jin Shui. "Aku akan melihat Duan Meng."

Zeng Bai Feng melangkah lebar ke dalam gua, langsung menghampiri dan memeriksa pelayan setianya Duan Meng dan hanya mengatakan tiga patah kata, "tidak akan mati," kemudian ia menyebutkan sejumlah nama obat untuk mereka yang baru saja lolos dari bahaya racun leiying hua.

"Campur semua bahan itu menjadi satu," katanya pada Yan Zi, "berikan setiap delapan jam sampai tiga kali saja, maka mereka sudah bisa pulih seratus persen. Jin Shui Gege-mu itu, nanti biar aku saja yang mengurusnya."

"Tapi Gonggong," Zhou Yan Zi memandang ke arahnya dengan manja. "Obat di Wansui Gu kita sudah dihancurkan orang, untuk mendapatkan obat-obat ini, harus pergi dahulu ke kota terdekat mencari toko obat dan membeli bahan yang tidak sedikit."

"Kau rewel sekali," Zeng Bai Feng mengomel tidak panjang lebar. "Pergi beli ya pergi beli."

Orang tua itu kemudian memeriksa keadaan Xu Qiao yang belum lagi sadarkan diri, ia menarik nafas dua kali, Yan Zi terdiam melihatnya. Keadaan Xu Qiao yang ia tahu memang tidak biasa. Barusan ia sudah menggunakan jarum demi menahan nyawa nona itu, satu-satunya yang bisa dilakukannya demi Jin Shui. Bahkan tokoh semacam Zeng Bai Feng pun sepertinya tidak bisa berbuat banyak, ia seketika merasa cemas.

"Gonggong, apakah dia...."

"Tenaga murninya sudah tercemar dengan racun, sama seperti Jin Shui juga. Bedanya, Jin Shui mempunyai tenaga dalam warisan gurunya sehingga mampu menahan, dia tidak sama sekali. Barusan jika kau tidak menggunakan jarum untuk menahan nyawanya, sekarang ini dia sudah tinggal mayat."

"Tidak boleh!" Yan Zi menahan jeritan. "Dia tidak boleh sampai mati, luka juga tidak boleh, jika tidak Jin Shui Gege...."

Huang Yu mengikuti masuk ke dalam gua, mendengar semua perkataan mereka dengan jelas. Xu Qiao bisa sampai terluka seperti ini semuanya akibat senjata rahasia yang lepas dari tangannya, sedikit banyak ia merasa bersalah. Bersalah pada Jin Shui, bersalah pada Nona Xu yang tidak berdosa, bersalah pada diri sendiri. Ia tentu tidak menyangka akibatnya bisa sampai seperti ini.

"Aku tahu," Lao Feng berkata. "Si bocah Jin Shui itu sangat menyayangi gadisnya ini, aku juga tidak akan membiarkan dia mati."

"Benar," Yan Zi juga nampak pucat, "obat penawar itu hanya tinggal sebutir, barusan jika aku tidak mengatakan bahwa Qiao-er Jiejie baik-baik saja, aku tahu Jin Shui Gege akan memberikan obat itu pada Qiao-er Jiejie. Aku bukannya tidak inginkan Qiao-er Jiejie tetap hidup, hanya saja…."

Zeng Bai Feng tidak memedulikannya, menyebutkan sejumlah nama obat lagi, kali ini dengan sangat hati-hati. "Buatkan obat ini," katanya pada Yan Zi kemudian, "berikan padanya satu kali sehari selama tiga bulan, tidak boleh lupa sekali pun. Begini paling tidak bisa menahan nyawanya selama tiga bulan."

Yan Zi memandangnya. "Gonggong, maksudmu setelah tiga bulan dia...."

"Dalam waktu tiga bulan aku pasti akan menemukan cara lain memperpanjang umurnya lagi, atau bisa saja sudah ada cara menyelamatkannya. Ingat, tidak boleh lupa sekali pun, jika terlewat sekali saja, maka racunnya akan mulai menyebar, melemahkannya dan mempengaruhi kelima indra satu persatu. Paling tidak, dia akan cacad total, saat itu aku juga belum tentu bisa menolong."

Yan Zi mengangguk lemas. "Masalah ini, kita jangan memberitahu Jin Shui Gege," katanya, "Qiao-er Jiejie juga tidak perlu tahu semuanya. Gonggong, selama tiga bulan ini, kau harus menemukan cara menolongnya."

Jin Shui tidak bisa mendengar pembicaraan Zeng Bai Feng dan Zhou Yan Zi, tidak mengetahui yang terjadi pada Xu Qiao. Obat penawar terakhir yang sudah ditelannya mulai bekerja, darahnya yang kehitaman kembali normal. Hanya saja proses ini perlu waktu panjang, ia tahu tidak akan bisa bertarung dengan siapa pun hari itu.

"Ma Yong Tao, kau pernah berjanji padaku tidak akan membiarkan Liangshan Liu Mo melakukan kekejaman seperti dulu, tetapi hari ini kau sudah meracuni orang, membantu pengkhianat Wansui Gu membuat kekacuan, sembarangan membunuh yang tidak bersalah, kaubilang bagaimana aku harus menghukummu?" Gu Chen Hui masih memarahi Ma Yong Tao, membiarkan muridnya itu berlutut di depannya dan menerima pukulan tongkatnya beberapa kali.

"Bukan dizi yang meracuni orang, dizi juga hanya mengikuti anak perempuannya Meng Gui itu menambah keramaian di Wansui Gu," Ma Yong Tao menyahut dengan tenang. "Siapa tahu dia sungguh ada dendam pada Hua Jin Shui dan kawan-kawannya, tidak sungkan melukai dan bahkan membunuh orang."

"Anak perempuannya Meng Gui apa?" Gu Chen Hui menanya padanya.

"Qing Yi," Liu Xin yang menyahut, "dia yang sudah membunuh Yue Dage, membantu pemberontakan di Wansui Gu, kuyakin dia juga yang sudah menyuruh tukang menyamar itu meracuni Qin Gege dan yang lain."

"Dia memberikan jarum beracun, aku juga tidak tahu racun apa," Zu Ye menyahut, "aku juga hanya mengikuti perintah laoer, ikut bermain sedikit dengan para pewaris Yumen untuk mengetahui seberapa besar kemampuan mereka hingga seluruh dunia persilatan selama tiga tahun ini begitu takut dengan mereka, melupakan kami Liangshan Liu Mo."

Gu Chen Hui menghentakkan tongkatnya dengan kesal. Tenaga dalamnya sudah diberikan pada Ma Yong Tao setengahnya, dan kemampuannya sudah jauh berkurang dibandingkan pada masa kejayaan Yumen di masa lalu. Satu-satunya harapan untuk mengendalikan Zu Ye, Li Bai Xun dan Fuchang Long bertiga adalah melalui Ma Yong Tao, akan tetapi kini ia juga tidak yakin muridnya itu akan berbakti padanya dengan sepenuh hati, terpaksa ia mesti memeras tenaga.

"Kau diam disini, jika berani berdiri maka aku akan mematahkan kakimu," si nyonya itu berkata pada Ma Yong Tao. "Aku akan lebih dahulu menghajar mereka bertiga, setelah itu baru berurusan denganmu."

"Kebetulan sekali, aku juga ingin membalaskan dendam dajie laoda," Fuchang Long berkata, ia mendekat sedikit pincang karena senjata rahasia Huang Yu tadi sungguh sudah membuat tulang kakinya retak.

"Laosan Wang Wei sudah tidak ada, kita bertiga juga terluka," Zu Ye berkata, "dajie laoda palsu ini juga tidak rendah kemampuannya, bertarung dengannya sekarang sama saja mengantar nyawa."

"Luka kecil, sejak tadi sudah cukup memulihkan diri," Li Bai Xun menyambung, ia sudah berdiri dan menggenggam busur senjatanya. "Jika dajie laoda palsu ini sampai berani menghajar kita, aku tidak percaya laoer kita akan membiarkan."

Ma Yong Tao tetap berlutut di tempatnya, yang lain masih berusaha memulihkan diri, tidak ada yang lantas menghalangi Gu Chen Hui pergi ke seberang kebun obat. Fuchang Long sudah menyerang lebih dulu dengan tasbih di tangannya, Li Bai Xun sempat membidikan sebatang panah sebelum ikut menyerang dengan busur di tangannya. Zu Ye sebenarnya tidak ingin berkelahi, akan tetapi ia mengambil juga tombak pendeknya dan mengikuti kedua saudaranya.

Pertarungan itu seimbang karena Wang Wei sudah tidak ada dan ketiga anggota Liangshan Liu Mo sempat terkena senjata rahasia Huang Yu dan pukulan Zhu Bai Que. Meski ketiganya masing-masing berilmu tinggi, tetapi Gu Chen Hui juga adalah jiaozhu furen dari Yumen Jiao dan putri majikan besar Baiyu Shan, kemampuannya tidak rendah.

Perkelahian di seberang sana semakin sengit. Jin Shui melihat si nenek palsu mulai memainkan jurus-jurus yang asing hampir sama sekali. Jurus-jurus yang menyerupai tarian, sedikit menyerupai san liu bao lian shu milik Bao Xin Fei, tetapi juga sangat berbeda. San liu bao lian shu lebih banyak merupakan tarian, mengacaukan konsentrasi lawan dengan pesona gerakannya, sedangkan ilmu yang dimainkan oleh Gu Chen Hui ini meski nampak jauh lebih mempesona, tetapi hanya sedikit menyerupai tarian, lebih tepat dikatakan sebagai serangkaian jurus indah yang sulit ditirukan.

"Liao Xian, kau mengenal jurus-jurus yang dimainkan Meng Po itu?" Jin Shui menanya, melihat Liao Xian menyaksikan hampir tanpa berkedip. "Dia adalah jiaozhu furen kita, tetapi ilmunya juga tidak menyerupai ilmu aliran kita."

"Jiaozhu furen adalah putri majikan besar Baiyu Shan, penguasa beberapa ilmu kuno yang kabarnya sangat sulit dipelajari, seseorang juga harus mempunyai bakat khusus untuk mempelajarinya," sahut Liao Xian, "Yin Luo Huang Qiuqiu pernah memberitahukan padaku, ilmu yang punya pesona dan keindahan paling luar biasa adalah leng qing yu hua."

"Leng qing yu hua?" Liu Xin juga pernah mendengar nama ini. "Zhang Laoqianbei pernah menyebutnya, tetapi dia juga tidak pernah ada kesempatan melihatnya secara langsung. Sudah berpuluh tahun, di dunia persilatan sudah tidak ada lagi yang melihat kelihaian ilmu ini, hari ini kita bisa menyaksikan disini sungguh pengalaman yang berharga."

"Hanya saja yang dimainkan oleh jiaozhu furen, kemungkinan sudah bukan leng qing yu hua yang murni," kata Liao Xian, "Jika memang bisa menguasainya secara penuh, dia tidak akan perlu menjadi Meng Po palsu selama bertahun-tahun."

Gu Chen Hui memang pernah mempelajari leng qing yu hua dari ibunya, Yu Nian, tetapi tidak pernah berhasil menguasainya. Maka yang dimainkannya sekarang juga masih terhitung jurus-jurus paling sederhana seperti luo zhu xiao yu hua (bunga giok kecil berembun) atau ku li xiao yu hua (bunga giok kecil dalam penderitaan). Ia tidak cukup berbakat untuk mempelajari ilmu ini seperti seharusnya, namun begini pun sudah membuat Jin Shui dan yang lain membuka mata lebar-lebar.

Zu Ye, Li Bai Xun dan Fuchang Long tentu saja juga belum pernah berhadapan dengan ilmu andalan Baiyu Shan ini. Begitu Gu Chen Hui mulai memainkan jurus-jurus indahnya, mereka mulai kewalahan. Makin lama makin sulit mendekati si nyonya. Tasbih di tangan Fuchang Long bahkan berhasil direbut.

Zu Ye menyerang dengan tombak pendeknya, mengarah ke bagian punggung Gu Chen Hui. Si nyonya masih sibuk membuang tasbih yang baru saja direbutnya, sekaligus menghadang serangan jurus tiao shan jian yue (melompati gunung menemui rembulan) milik Li Bai Xun. Tetapi serangan dari belakang itu rupanya tidak merepotkannya. Tiba-tiba saja ia sudah berbalik pula, pada saat yang sama membelokkan tombak pendek Zu Ye ke arah Li Bai Xun, nyaris mengenai perutnya.

Fuchang Long berusaha menangkap tasbih yang dilemparkan si nyonya, tapi senjatanya itu terlalu jauh. Ia mengibaskan tangan, menggunakan tenaga dalam untuk mengarahkan tasbih ke punggung Gu Chen Hui yang baru saja berbalik, namun sekali lagi Gu Chen Hui berhasil mematahkan serangan itu dengan jurus tendangan yang indah. Tasbih melingkar di kakinya, Fuchang Long tidak bisa meraihnya lagi.

Si nyonya mendadak mengeluarkan tiga butir pil, kemudian dalam gerakan berikutnya, ia menarik leher baju Zu Ye, memaksanya membuka mulut dan menelan pil itu. Zu Ye kaget bukan main, sementara berusaha memuntahkan apa yang baru saja ditelannya. Gu Chen Hui bergerak ke sisi Li Bai Xun, meloloskan ikat pinggang si pemetik bunga itu dengan tongkat di tangannya, kemudian saat Li Bai Xun berteriak kaget, ia menyentilkan satu butir pil ke dalam mulutnya, seketika tidak bisa dikeluarkan lagi.

Fuchang Long belum menyadari yang terjadi, perhatiannya sudah tertuju pada kaki Gu Chen Hui dengan tasbih masih melingkar disana, matanya berputar mengikuti gerakan tasbih itu. Ia memang bukan biksu asli, bahkan sangat membenci kaum biksu, tetapi senjatanya itu adalah kesayangan. Penampilannya sebagai biksu tidak akan sempurna tanpa senjata yang satu ini. Gu Chen Hui tahu kelemahannya, menendangnya dengan tiba-tiba, membuatnya jatuh ke tanah dan sebelum ia berdiri, satu butir pil terakhir sudah masuk ke dalam mulutnya.

Gu Chen Hui sudah memaksa tiga anggota Liangshan Liu Mo menelan pil, ia menunggu sebentar, menyaksikan ketiganya berusaha memuntahkan pil tanpa hasil.

"Pil apa ini?" Zu Ye berteriak.

"Kau berani menggunakan racun?" Li Bai Xun juga tidak berhasil memuntahkan pil, wajahnya berubah merah.

"Apa Zeng Bai Feng yang memberikan padamu?" Fuchang Long ikut bertanya.

"Benar," Gu Chen Hui berkata dengan pelan, "pil ini aku khusus memintanya pada Zeng Guzhu, karena orang-orang yang sudah membantu membuat kekacauan di lembah kesayangannya jika hanya mendapat hukuman mati terlalu enak."

Nyonya itu berkomat-kamit di tempatnya, membuat tiga anggota Ling Shan Liu Mo memegangi kepala mereka, bergulingan di tanah dengan kesakitan. Darah mulai keluar dari telinga Zu Ye, mulut Li Bai Xun dan hidung Fuchang Long. Gu Chen Hui menghentikan komat-kamitnya, tapi mereka bertiga sudah tidak bisa berdiri lagi.

"Kalian sudah terkena racun yin chong dan (pil ulat perak), selamanya tidak akan bisa berbuat kejahatan lagi," si nyonya berkata dengan dingin, "asalkan aku membacakan mantra, racun akan segera bereaksi dan kalian akan kesakitan sendiri, bahkan aku tidak perlu repot turun tangan."

Li Bai Xun menyingkirkan darah dari mulutnya.

"Kau nenek busuk, apa tidak takut kami membungkammu dulu agar membaca mantra sihir pun sudah tidak sempat lagi?" tanyanya.

"Boleh dicoba, kalian lihat saja akibatnya. Di dunia ini yang mengetahui mantranya bukan hanya aku seorang. Kalau kalian beruntung bisa bertemu yang lain, maka racun itu akan bereaksi lagi," sahut Gu Chen Hui pula, "bisa saja kalian membunuh seratus orang, tetapi diantara seratus itu ada seorang saja yang pernah membacakan mantra, maka nyawa kalian sudah keburu melayang duluan. Memangnya ada orang yang bisa bertahan sampai kesakitan seperti tadi sebanyak sepuluh kali? Tidak mati pun otak mungkin sudah jadi bubur."

"Kau...." Zu Ye nampak kesal sekali, tapi nyalinya sudah ciut.

"Ada lagi, ulat perak di kepala kalian sekali waktu mesti diberi makan," tambah Gu Chen Hui, "jika mereka mulai kelaparan maka mesti diberi sesuatu untuk mengenyangkan perut, jika tidak mereka akan memakan apa saja yang ada di dekatnya. Kurasa, kalian sudah cukup jelas dan tidak perlu bertanya lagi."

Jin Shui dan yang lain kecuali Liao Xian tidak bisa mendengar jelas kata-kata Gu Chen Hui yang diucapkan dengan pelan di seberang kebun obat itu, hanya bisa melihat ketiga anggota Liangshan Liu Mo tiba-tiba bergulingan di tanah, kemudian berlutut dan bersujud mati-matian di hadapan Gu Chen Hui.

"Dajie laoda...." tiba-tiba terdengar suara tangisan Fuchang Long. Orangnya merangkak ke depan Gu Chen Hui, bersujud berkali-kali. "Dajie laoda yang baik, ampuni kami, kami tidak berani lagi," katanya memelas, "selanjutnya pasti akan mendengarkanmu, tidak berani lagi menentang kata-katamu."

"Da... dajie laoda, aku juga tidak berani lagi," Zu Ye menyambung.

"Laoda, ampuni kami, Li Bai Xun juga akan menjadi budakmu selamanya."

Tiga penjahat Liangshan sudah ditaklukkan, tinggal si anggota kedua, Ma Yong Tao yang terkenal kejam dan juga berilmu tinggi itu.

Ma Yong Tao masih berlutut di depan Gu Chen Hui, sungguh tidak lantas bangkit berdiri menentang gurunya, bahkan tidak memandang sedikit pun pada ketiga iblis lainnya yang kini hanya bisa mematuhi perintah, terpaksa mengerjakan ketika Gu Chen Hui menyuruh mereka menggali lubang besar dan menguburkan semua jenasah kaum pemberontak jadi satu.

"Zeng Guzhu, muridku tidak tahu diri dan sudah membuat kekacauan di tempatmu, jika Zeng Guzhu hendak memberi pelajaran sedikit, laoniang juga tidak akan menghalangi," Gu Chen Hui kemudian berkata pada Zeng Bai Feng. "Putrimu Yuan Wan Cui, meskipun selama ini memusuhi Yumen Jiao kami, akan tetapi aku juga mengaguminya sebagai tokoh wanita terbaik di masa ini, aku sangat menyayangkan kematiannya. Aku tadi terpaksa mengganggu Anda menyelesaikan pemakaman, adalah karena tidak berharap ada kematian yang lebih banyak lagi, harap Anda tidak menyalahkan."

"Aku menguburkan anak perempuanku di samping makam ibunya, dia sudah tenang sekarang, urusan yang lalu tidak perlu diributkan," Zeng Bai Feng menyahut. "Hua Jin Shui, Xiao Wan sebelum meninggal ada memintaku untuk menghalangi kau dan kawan-kawanmu membangkitkan kembali Yumen. Hanya saja kutahu anak perempuanku itu sejak dahulu punya pemikiran sendiri, sifatnya agak aneh, aku tidak akan menuruti kata-katanya. Meski begitu aku juga tidak akan mendukung kalian Yumen Jiao. Urusan aliranmu, kau urus saja sendiri."

"Zeng Laoqianbei, aku sudah ikut campur dalam urusan Wansui Gu, harap Anda tidak mempermasalahkan," Jin Shui berkata, "Anda sudah membantu kami disini yang terluka, Hua Jin Shui mengucapkan terima kasih."

"Kalian boleh tetap tinggal di Wansui Gu sampai semua sembuh," Zeng Bai Feng kembali berkata. "Setelah itu silakan pergi, kelak jika tidak ada urusan penting jangan ada yang datang kemari."

Ia memutar badan dan kembali ke dalam gua batu tempat tinggalnya, seorang diri. Duka akibat pengkhianatan muridnya dan kematian anak perempuan tunggalnya masih mengganggu pikirannya, ia tidak ingin mengurusi yang lain. Mengenai Zhou Yan Zi sudah melepaskan Zhou San Gong dari ruang tahanan, ia belum mengetahuinya, dan Zhou Yan Zi juga berharap tidak perlu memberitahukan padanya.

"Jin Shui, aku masih ada satu urusan, tidak akan mengganggu kalian yang masih perlu memulihkan diri," Gu Chen Hui tiba-tiba berkata pada Jin Shui, nada suaranya terbilang datar, sedikit angkuh, agaknya belum ingin menghadapi anak haram suaminya. "Kalian para pewaris kuyakin sudah ada rencana, pada saatnya kita baru akan bertemu lagi."

"Kami semua sedang dalam perjalanan ke Baiyu Shan, bulan depan sudah bisa berkumpul di Kedai dan Penginapan Yongjiu, Kota Chen-an," Huang Yu berkata, "Jiaozhu Furen bisa bersama kami menemui majikan besar Baiyu Shan setelah itu."

Majikan besar Baiyu Shan. Ibunda Gu Chen Hui. Gu Chen Hui terdiam sebentar mendengar sebutan ini. Sudah tiga belas tahun, sejak ia dibawa pergi dari Baiyu Shan oleh Huan Jiao Zheng, ia tidak pernah menemui ibu kandungnya itu. Bahkan saat ingatannya sudah pulih dan keadaannya membaik ia juga tidak lantas pulang. Karena ia juga belum ingin memberi penjelasan mengenai semua yang terjadi tiga belas tahun yang lalu.

"Aku akan menemui kalian di Kota Chen-an nanti," akhirnya ia menjawab kata-kata Huang Yu. "Urusan membangkitkan kembali Yumen, memang harus dimulai dari Baiyu Shan. Aku akan membawa kalian menemui majikan besar."

Ia menyuruh Ma Yong Tao berdiri dan mengikutinya. Ma Yong Tao bangkit berdiri, berusaha menemukan Zhu Bai Que lebih dahulu, akan tetapi si pewaris Hu Ling itu sekali lagi memalingkan muka dan lantas pergi menjauh darinya.

"Kau sudah cukup membalas dendam padanya," Gu Chen Hui menegurnya, "urusan ini jika kau bisa menjelaskan baik-baik padaku, kelak aku akan melamar dia untukmu."

"Shifu," Ma Yong Tao hanya memandang sekilas pada gurunya, kemudian menundukkan kepala. "Aku tidak tahu…."

"Mengenai ayahmu, aku bisa mengatasinya," sahut Gu Chen Hui. "Ayo pergi."

Ia mendahui yang lain dan meninggalkan lembah tanpa menoleh lagi. Ma Yong Tao terpaksa mengikutinya, tidak mengucap sepatah kata pun pada Jin Shui atau yang lain. Zu Ye, Li Bai Xun dan Fuchang Long juga lantas mengikuti.

Jin Shui menemui Xu Qiao di dalam gua, mendapati gadisnya itu dalam keadaan tidak sadarkan diri, akan tetapi Zhou Yan Zi berkali-kali memberitahukan bahwa Xu Qiao hanya kelelahan, hanya perlu beristirahat, ia juga tidak bisa membantu dengan tenaga dalam, hanya bisa membawanya ke tempat beristirahat.

Sejumlah kamar sudah disediakan untuk mereka yang terluka dan perlu memulihkan diri. Zhou Yan Zi mengantarkan Jin Shui ke kamar miliknya sendiri, satu-satunya tempat di Wansui Gu yang tidak pernah diusik oleh para tukang racun busuk. Bunga beraneka warna menghiasi seisi kamar, Zhou Yan Zi lekas menyingkirkan semua tanaman yang mempunyai racun agar Xu Qiao bisa beristirahat dengan lebih nyaman.

"Kenapa dia bisa tidak sadarkan diri seperti ini?" Jin Shui menanya pada Zhou Yan Zi. "Sungguh dia hanya lelah?"

"Qiao-er Jiejie sudah menguras tenaga demi membantumu menyelamatkan begitu banyak orang," Zhou Yan Zi berkata, tidak mau memberitahukan yang sebenarnya. "Tetapi dia tidak apa-apa, sungguh tidak apa-apa."

"Jika sampai terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan mengampuni ayahmu," sahut Jin Shui dingin. "Aku akan memburunya kemana pun dia bersembunyi."

Zhou Xiang Nu dan Yang Lei kembali beberapa saat kemudian, membawa Xiao Hu dan Xiao Mi, kemudian membantu Zhou Yan Zi membuat obat seperti yang diperintahkan oleh Zeng Bai Feng dan membagikan pada semuanya. Sejumlah pil dibuat khusus oleh Zhou Yan Zi untuk Xu Qiao.

Selama tiga hari kemudian bagian luar Wansui Gu dijaga oleh ribuan binatang beracun di bawah kendali Zeng Bai Feng, tidak ada yang bisa keluar atau masuk lembah, dan mereka yang terluka dan terkena racun bisa beristirahat baik-baik dan memulihkan diri.

Jenasah anak murid Haitang Jian Pai yang terbunuh dibakar dan abunya diletakkan dalam wadah. Jenasah Yuan Wan Cui sendiri sudah dikuburkan oleh Zeng Bai Feng di samping kuburan Nyonya Zeng, ibu kandung Yuan Wan Cui yang sudah lama meninggal. Karena Zeng Bai Feng adalah ayah kandung ketua Haitang Jian Pai itu, maka Yun He dan yang lain juga tidak ada hak meminta jenasah ketua mereka untuk dibawa kembali ke Wenhu.

Kekacauan yang dibuat oleh Zhou San Gong dan racun leiying hua sudah diakhiri, maka seluruh tanaman bunga tetes air mata yang tersisa kemudian dibakar habis atas perintah Zhou Xiang Nu, untuk selanjutnya racun ini dilarang di Wansui Gu. Meski begitu, Zeng Bai Feng masih menyimpan senjata rahasia yang mengandung racun leiying hua, mempelajarinya lebih lanjut agar bisa menyelamatkan Xu Qiao saat masa tiga bulan berakhir.

Huang Yu meminta Zhou Yan Zi memeriksa keadaan Lin Xiao Yan. Sejak direbut dari tangan Huang Zhe beberapa hari yang lalu, keadaan Lin Xiao Yan tidak berbeda dengan boneka hidup, sepatah kata pun tidak pernah diucapkan, pandangan kosong sama sekali. Disuruh ke barat dia akan ke barat, disuruh ke timur langsung pergi ke timur, hanya makan jika disuapi, saat lelah akan tidur sendiri. Ia sudah lolos dari racun, tetapi bisa dibilang belum lagi lolos dari pengaruh Huang Zhe dan Xie Tian Hu.

Akan tetapi Zhou Yan Zi selamanya hanya tahu bermain dengan racun dan juga hanya bisa sedikit mengobati orang keracunan, tidak memahami penyakit manusia lain yang tidak ada kaitannya dengan racun. Maka ia kemudian menarik kakaknya Zhou Xiang Nu untuk melihat keadaan Lin Xiao Yan.

Zhou Xiang Nu meskipun tidak terlalu paham mengenai obat dan racun, akan tetapi ia adalah seorang yang kerap menggunakan manusia hidup ataupun mati sebagai alat untuk mengetahui reaksi racun dan obat tertentu, bahkan pengaruh ilmu dan senjata. Ia memeriksa keadaan Lin Xiao Yan bersama Zhou Yan Zi, mencoba menemukan luka di badannya.

"Di tubuhnya ada banyak luka, sepertinya bekas pukulan tangan atau tendangan," ia memberitahu Huang Yu kemudian. "Luka itu kebanyakan merupakan luka lama, maka aku hanya bisa mengatakan, dia sudah terluka sebelum jatuh ke tangan Liangshan Liu Mo. Mengenai selebihnya, aku dan Yan Zi... kami tidak tahu."

Kedua tangan Huang Yu terkepal erat. Tiga tahun yang lalu keluarganya dibantai, ia dan dua saudaranya tercerai berai. Huang Lian masih beruntung nasibnya, dirinya pun tidak sampai begitu parah, namun kakak pertama mereka sepertinya sudah terjerumus terlalu dalam. Bukan hanya mengakui pembunuh orang tua sebagai guru dan menjunjungnya setengah mati, bahkan ajaran keluarga tentang nama baik pun semuanya seakan sudah dilupakan sampai tidak bersisa. Lin Xiao Yan hanya seorang gadis lemah, ilmu bela diri hanya kenal satu dua jurus saja tanpa pernah dilatih, mencelakai gadis lemah itu sampai sedemikian bukan sikap seorang penerus Keluarga Huang.

"Tetapi... semalam ketika dia tidur," kata Zhou Yan Zi pula, "Huang Guniang bilang dia ada menyebut Zhe Gege... Zhe Gege seperti itulah."

"Apa?" Huang Yu berusaha menahan emosinya sendiri. Masalah ini, sudah pasti ia harus menemui kakaknya dan menanyakan sampai jelas, memintanya bertanggung jawab penuh.

"Di kepalanya juga ada luka, sepertinya bekas pukulan tangan yang mengandung semacam aliran tenaga dalam," lanjut Zhou Xiang Nu. "Akan tetapi pengalaman kami tidak banyak, sementara ini belum bisa mengambil kesimpulan apakah pukulan di kepala itu yang membuat dia seperti ini atau luka yang lainnya. Jika perlu, mungkin bisa meminta kakek guru memeriksa langsung."

"Aku tahu," perasaan Huang Yu memberitahukan, bukan Xie Tian Hu. Semua ini hasil kerjaannya Huang Zhe.

Yang dilakukan oleh Xie Tian Hu terhadap Lin Xiao Yan hari itu di markas Jianyin Bang di Wuzhang adalah sebuah penghinaan besar bagi seorang anak gadis, bahkan Lin Tong Tian pun sudah meminta Huang Yu membunuh anak perempuannya agar tidak perlu mengingat semuanya. Ada kemungkinan Huang Zhe juga mengetahui hal ini, kemudian dengan sengaja merusak ingatan Lin Xiao Yan dengan memukul kepalanya. Tujuannya belum dapat dipastikan, akan tetapi ada sedikit kemungkinan juga demi kebaikan Lin Xiao Yan, setidaknya agar nona muda itu masih bisa tetap hidup.

Zhou Xiang Nu hendak keluar ruangan, ia teringat satu hal, jika tidak diungkapkan maka akan menjadi ganjalan hati baginya.

"Huang Gongzi, tiga tahun yang lalu di Anhui aku pernah bertarung dengan ayah dan ibumu," katanya agak ragu. "Saat itu mereka dalam pelarian dan sudah mengalami banyak kesulitan. Tetapi aku sungguh tidak...."

"Aku sudah tahu," Huang Yu berkata. "Hari itu meski kau dan orang Wansui Gu lainnya tidak ada, ayah ibuku juga tetap tidak akan lolos. Xie Tian Hu yang membunuh mereka, agar urusan kipas peninggalan Zhang Laoqianbei tidak sampai melibatkan namanya. Aku tidak menyalahkanmu untuk masalah ini."

Zhou Xiang Nu menarik nafas lega. Meski terhadap Huang Yu ia tidak ada kesan terlalu baik, tetapi dirinya yang sekarang tidak ingin bermusuhan dengan siapa pun. Orang tua Huang Yu tewas bukan di tangannya, tetapi tewas di hadapannya, saat ini ia sedikit banyak merasa bersalah juga, khawatir Huang Yu menagih hutang lama.

Di hari ketiga, Wansui Gu kedatangan beberapa orang tamu. Zeng Bai Feng masih menyembunyikan diri di gua batu tempat tinggalnya, tidak ada yang berani mengganggu. Mereka yang lainnya kebanyakan adalah orang luar, maka kemudian Zhou Xiang Nu dan Zhou Yan Zi menemui para tamu ini diluar lembah.

Yang datang ternyata adalah dua biksu senior Biara Tianhe, bernama Xian Che dan Xian Nan. Biksu Xian Nan adalah guru dari empat biksu muda yang ditangkap oleh Fuchang Long dan dibawa sampai ke Wansui Gu. Mereka rupanya datang karena mendengar bahwa murid mereka diculik oleh anggota Liangshan Liu Mo, dan datang untuk menjemput.

Tamu yang lainnya adalah Shi Xiu Daochang, pendeta tao yang memberitahukan mengenai penculikan Lin Xiao Yan pada Jin Shui dan kawan-kawan beberapa waktu yang lalu setelah meninggalkan Yiling, sekali ini datang tanpa disertai kawan baiknya si pembuat senjata Peng Yang, juga hendak menjemput empat pendeta tao muda yang juga dibawa Fuchang Long beberapa waktu yang lalu dan ikut merasakan racun leiying hua. Empat pendeta muda itu adalah keponakannya.

Tamu lainnya adalah tiga bekas tetua Haitang Jian Pai, terhitung sebagai bibi-bibi gurunya Yuan Wan Cui. Ketiganya sudah mencukur rambut dan menjadi biksuni, nama mereka adalah Yi En, Yi Xin dan Yi Ting. Mereka rupanya mendengar bahwa Yuan Wan Cui hendak menemui majikan Wansui Gu dan memperpanjang masalah dengan para pewaris Yumen, kemudian meninggalkan biara dan berharap bisa menasehati. Bersama mereka mengikut enam gadis muda murid generasi ketiga Haitang Jian Pai yang tempo hari dilepaskan oleh Zhou Yan Zi sebelum dibawa ke Wansui Gu.

"Taishishu, jiejie itu yang membebaskan kami," salah seorang gadis muda berkata pada ketiga biksuni sambil menunjuk ke arah Zhou Yan Zi.

"Zhou Guniang, kami mendapat berita bahwa keponakan murid kami Yuan Wan Cui datang ke Wansui Gu, membawa beberapa anak murid dan hendak meminta Zeng Guzhu keluar lembah," Yi En berkata, cukup tegas meski tanpa emosi. "Kami sebenarnya sudah tidak mencampuri urusan duniawi, asalkan kalian bersedia melepas orang, kami anggap saja masalah ini tidak pernah terjadi."

"Kami bertemu dengan Xian Nan Dashi dan Xian Che Dashi, kabarnya beberapa anak didik kami masih ada di tempat ini, sementara keponakan murid kami Yuan Wan Cui sudah meninggal dunia," Yi Xian melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih halus. "Liangwei, anak-anak itu sudah merepotkan kalian beberapa hari, bisakah kami membawa mereka pulang?"

Para nigu ini cara bicaranya cukup sopan, akan tetapi sama sekali tidak merasa sungkan berada di tempat semacam Wansui Gu. Zhou Xiang Nu yang dulu terkenal galak dan tidak pernah mendengarkan orang lain selama beberapa hari ini sudah berubah banyak, sekali ini mulai timbul juga rasa hormat dan segannya pada kaum biarawan biarawati ini, ia tersenyum tipis.

"Kewei Dashi sebenarnya tidak perlu sungkan," sahut Zhou Xiang Nu. "Beberapa hari yang lalu kami orang Wansui Gu ada masalah, melibatkan orang kalian, sudah tanggung jawab kami untuk mengobati dulu yang terluka, seharusnya juga kami sendiri yang nantinya mengantarkan mereka pulang ke tempatnya masing-masing, sampai Kewei Dashi yang datang kemari menjemput mereka, kami jadi merasa tidak enak."

"Kalau begitu kalian tunggu sebentar, aku akan menjemput para guru," Yan Zi nampak lega karena urusan agaknya bisa selesai dengan damai. Ia tidak ingin para biksu, biksuni dan pendeta itu berlama-lama di Wansui Gu.

"Nushizhu, tunggu sebentar," biksu Xian Nan menegurnya.

"Laoheshang (biksu tua), kau memanggilku?" Zhou Yan Zi bertanya.

"Harap jangan pergi dulu," biksu tua itu tidak marah ia memanggil sembarangan. "Laona dengar para pewaris Yumen Jiao ada di Wansui Gu, bolehkah kami bertemu dengan pemimpin mereka, Yumen Mo Wang Hua Jin Shui, Hua Shaoxia?"

"Kau ingin bertemu dengan Jin Shui Gege buat apa?" Yan Zi sempat melirik kakaknya sebentar.

"Laona ada satu hal yang perlu dibicarakan dengan Hua Shaoxia, bisa minta tolong dipertemukan dengannya?"

Yan Zi berpikir cepat. Saat ini meski Jin Shui belum lagi pulih sepenuhnya karena ulah Ma Yong Tao dan kawan-kawannya, tetapi di Wansui Gu ada Zeng Bai Feng, tidak akan membiarkan sesuatu terjadi dengan anak muda yang disukainya itu. Terlebih, Jin Shui dan kawan-kawan sudah membuat jasa menyelamatkan murid-murid kecilnya si biksu tua ini, maka dengan reputasinya biara Tianhe, Biksu Xian Nan tidak mungkin menganggap jasa ini tidak ada.

"Baiklah," katanya, "aku akan menyampaikan pada Jin Shui Gege."

Para biksu dan pendeta muda yang ditangkap oleh Ma Yong Tao dan kawan-kawannya sudah sembuh sama sekali dari racun leiying hua, keadaan mereka pun sudah pulih sepenuhnya. Kedatangan para sesepuh menjemput mereka di Wansui Gu ini tentu saja sangat melegakan, dua pendeta yang muda menangis tanpa henti ketika melihat kedatangan paman guru mereka.

Yun He dan Yun Li memberitahukan dengan singkat bahwa guru mereka dan belasan saudara satu aliran terbunuh dalam pemberontakan Wansui Gu, memberitahukan bahwa jenasah Yuan Wan Cui sudah dikubur bersama keluarga terdekatnya.

Jin Shui juga sudah hadir disitu, memberi salam hormat pada para sesepuh. Biksu Xian Nan mendekatinya, mengucapkan terima kasih yang tulus padanya.

"Keempat murid kecil ini laona sudah mengangkat mereka menjadi murid, tetapi tidak menjaga baik-baik malah merepotkan Hua Shaoxia dan kawan-kawan, mengenai hal ini laona benar-benar jadi tidak enak hati," demikian si biksu berkata.

"Dashi tidak perlu sungkan," Jin Shui menyahut dengan sewajarnya. "Hidup di dunia persilatan sudah seharusnya saling tolong menolong, wanbei hanya menjalankan yang sudah seharusnya."

"Nama Hua Shaoxia selama beberapa waktu ini laona sering mendengarnya, tidak disangka sekali ini bisa bertemu, ternyata Anda masih muda," biksu tua itu kembali berkata. "Para pewaris Yumen yang lainnya, aku yakin juga adalah para tokoh generasi muda yang berbakat, sungguh suatu keberuntungan bagi Yumen. Hua Shaoxia, kalian sudah menolong murid kami, jasa ini bagi kami tidak bisa dibilang kecil."

Jin Shui mendengarkan saja, Biksu Xian Nan berbicara dengan pelan namun jelas, kata-katanya merendah namun sekaligus menjaga wibawa diri sendiri dan nama aliran yang dibawanya.

"Meski di dunia persilatan orang menyebut Yumen sebagai aliran iblis, namun sebenarnya yang dianut orang-orang Yumen bukan agama sesat mana pun, mengenai hal ini laona tidak ingin banyak bicara," Biksu Xian Che menyambung. "Kalau tidak salah sebutan aliran iblis ini munculnya justru dari orang-orang Yumen terdahulu yang banyak berbuat kejam, peraturan aliran yang kurang menghargai kemanusiaan dan juga ilmu-ilmu yang kalian pelajari rata-rata bersifat kejam."

"Dashi, di masa lalu jika memang ada kesalahan yang dibuat oleh jiaozhu kami dan juga saudara yang lain, kami delapan pewaris pasti akan berusaha memperbaiki dengan sepenuh hati, tidak akan melanjutkan kekejaman dalam bentuk apa pun," Jin Shui menjawab dengan serius. "Jin Shui berharap, Dashi juga memberi kami kesempatan."

Biksu Xian Nan tertawa singkat. "Kami tidak akan mempersulit delapan pewaris, hanya akan menjadi penonton saja. Biar bagaimana pun, kekejaman orang Yumen di masa lalu sudah mendapat hukumannya sendiri, ada hutang pun bisa dibilang sudah lunas. Hua Shaoxia juga harap tidak memandang masa lalu, Yuan Zhangmen dari Haitang Jian Pai sudah tiada, kalau pernah ada sedikit salah paham dengan Haitang Jian Pai, bisakah dilupakan saja?"

Biksu tua ini menemui Jin Shui ternyata hendak mendamaikan perselisihan Haitang Jian Pai dengan para pewaris Yumen beberapa waktu yang lalu. Yi En mendekat, menundukkan kepala satu kali di hadapan Jin Shui.

"Hua Shaoxia sudah menyelamatkan anak murid Yuan Zhangmen, pinni Yi En mengucapkan terima kasih," katanya tenang. "Mengenai masalah di Haitang Jian Pai beberapa waktu yang lalu, penyebabnya adalah karena kami hanya memandang reputasi Yumen di masa lalu, tidak memperhitungkan kemungkinan di masa depan. Mengenai hal ini, kurasa Hua Shaoxia juga bisa memahaminya."

Ia tidak meminta maaf, hanya memberikan sedikit alasan yang terhitung subjektif. Jin Shui pada dasarnya tidak suka mencari musuh, kata-kata Yi En hanya disimpan di dalam hati, ia tidak ingin memperpanjang. Masalah perbedaan persepsi, jika dibahas maka tidak akan ada habisnya.

"Hua Shaoxia, Anda sudah menyelamatkan empat keponakan, aku tidak perlu banyak bicara lagi," Shi Xiu juga berkata. "Kata-kataku yang lama masih berlaku, sedikit pun tidak berubah."

"Masa lalu tidak perlu disebut lagi, zaixia Hua Jin Shui juga tidak akan menyimpan dalam hati," sahut Jin Shui. "Mengenai membangkitkan kembali Yumen, zaixia sudah tidak ada jalan mundur, terpaksa meminta Kewei Dashi merestui saja."

Ketika para tamu ini meninggalkan mereka, satu tamu lainnya datang mendekat, sosoknya tidak asing bagi Zhou Xiang Nu. Seorang gadis berbaju ungu, gadis yang waktu itu mengatakan pada Zeng Bai Feng untuk menggunakan fayi chuan menyelamatkan Yuan Wan Cui dari racun pemberian Zhou San Gong.

"Jiejie, orang itu yang menemui ayah dan membuatnya melakukan pemberontakan di Wansui Gu," Yan Zi lekas mengingatkannya.

"Aku tahu." Zhou Xiang Nu berpaling sebentar pada Biksu Xian Nan dan yang lain. "Kewei dashi, maafkan xiaomei tidak mengantar lagi."

Ia tidak menunggu siapa pun memberi jawaban, langsung mengurai pecutnya dan menyerang ke arah sosok tinggi gemulai itu. Sosok itu tidak bergerak, berkedip pun tidak sementara ujung cambuk sudah sampai persis di hadapannya. Salah seorang biksu muda memberitahukan pada Biksu Xian Nan, perempuan yang baru datang itulah yang meracuni mereka tempo hari, namun si biksu tua tidak banyak bereaksi, hanya menggumamkan amitabha satu kali, Biksu Xian Che saudaranya juga tidak berniat menghalangi.

Qing Yi tidak menunjukkan perlawanan sama sekali. Suara kain robek terdengar, lengan perempuan itu terkena sambaran cambuk. Zhou Xiang Nu melihat lawan tidak menghindar atau membalas, darahnya semakin memanas, sekali lagi mengayunkan cambuk, kali ini diarahkan ke wajah. Ia sendiri terluka oleh senjata ayahnya Zhou San Gong, jika bukan didalangi perempuan di hadapannya ini, ayahnya itu juga tidak akan punya keberanian melakukan pemberontakan di Wansui Gu, bahkan putri sendiri tidak dilepaskan. Mengingat luka di wajah yang tidak mungkin lenyap sama sekali itu, dendam langsung membakar seluruh lapisan darahnya.

"Perempuan siluman, terima cambuk!"

"Zhou Guniang!"

Ujung cambuk sudah nyaris menyentuh kulit wajah Qing Yi, Jin Shui tiba-tiba melesat mendahului, ujung cambuk itu ditangkap dengan satu tangan. Zhou Xiang Nu kaget setengah mati. Jin Shui menangkap ujung cambuknya bukan baru pertama kali. Di kedai arak buchui liao beberapa bulan silam, ketika ia berkelahi dengan Xu Qiao ia pernah dipermalukan lebih parah lagi.

"Hua Jin Shui, kau berani menghalangiku?" Zhou Xiang Nu berseru padanya.

"Zhou Guniang, orang tidak melawan, harap kau bermurah hati sedikit," Jin Shui berkata.

"Perempuan ini yang sudah meracuni kita semua, menghasut ayahku dan membuat kekacauan di Wansui Gu," Zhou Xiang Nu tentu saja tidak terima. "Hua Jin Shui, kau dan dia ada hubungan di masa lalu itu urusan kalian, aku tidak akan banyak bertanya, tetapi harap ingat dia sudah berubah. Dia bukan hanya musuh Wansui Gu, tetapi juga musuh bagi semua pewaris Yumen."

Jin Shui tidak ingin berdebat dengannya, lantas berpaling pada Qing Yi. Masa lalu mereka sudah ia pendam dalam-dalam, harapan untuk Qing Yi sudah tidak ada lagi, tetapi bagaimana pun gadis ini adalah putrinya Meng Gui, satu diantara delapan pelindung Yumen. Tanpa delapan pelindung tidak akan ada delapan pewaris, hutang budi pada Meng Gui pun sedalam lautan. Jin Shui pernah berjanji menjaga Qing Yi, sampai saat ini pun ia tidak mampu menganggap Qing Yi sebagai musuh. Tidak peduli seberapa kejam pun tindakannya, bagi Jin Shui, Qing Yi ada alasan sendiri.

Ia melepas baju luar sendiri dan menyampirkannya di pundak Qing Yi untuk menutupi bajunya yang sobek terkena lecutan cambuk. Qing Yi memandangnya dengan bola mata yang basah, sulit ditebak isi pikiran gadis ini. Yan Zi menyiapkan jarum rahasia, siap menyerang jika Qing Yi sampai berbuat sesuatu pada Jin Shui. Zhou Xiang Nu kesal bukan main, hanya bisa melecutkan cambuk di tangannya ke tanah tanpa bisa berkata-kata.

Qing Yi sekali ini datang tujuannya memang bukan untuk beradu ilmu dengan orang. Ia meraih kedua lengan Jin Shui, kemudian menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.

"Jangan lepaskan aku," katanya. "Jin Shui, aku tahu salah, hari ini datang untuk meminta maaf padaku, kuharap kau tidak menolak."

Jin Shui tidak berkata apa-apa. Barusan ia berniat menghindar dari pelukan itu, tetapi tidak jadi. Ia sudah mempunyai Xu Qiao, seluruh cintanya juga hanya untuk Xu Qiao, namun ia juga begitu lemah saat menghadapi Qing Yi, tidak sampai hati menolak dengan tegas, tidak mampu menyatakan satu kata permusuhan.

"Jin Shui, kau tidak usah menjadi pewaris Yumen lagi, bisa tidak?" Qing Yi berbisik di telinganya. Kata-kata yang sangat besar pengaruhnya bagi Jin Shui, seketika ia hendak menyingkir dari pelukan Qing Yi. Namun bisikan perempuan itu seakan punya kekuatan sihir, mengikatnya dengan kuat, membuatnya terus mendengarkan lebih jauh lagi.

"Ini bukan keinginanmu, kau sebenarnya juga tidak ada kewajiban," kata Qing Yi lagi. "Kuberitahukan kau satu rahasia. Kau tahu, dulu ibumu dibawa ke Baiyu Shan sebagai pelayan. Gu Chen Hui yang mengatur supaya dia berada di dekat ayahmu. Ayahmu tidak pernah menyukainya, tidak pernah setuju dengan niat Gu Chen Hui untuk mengambilnya sebagai selir."

Jin Shui seketika hanya diam membisu, seolah tengah terhipnotis sehingga kenyataan yang belum siap didengarnya ini satu kata demi satu kata masuk ke dalam pikirannya. Qing Yi berbisik semakin pelan, namun setiap ucapannya terdengar semakin jelas. Tubuh Jin Shui bergetar, ia ingin sekali menyingkir tetapi tenaganya serasa sudah lenyap sama sekali.

"Wu Yao Wei hari itu mabuk berat, mengira ibumu adalah Gu Chen Hui, kurasa akibatnya seperti apa kau sudah tahu," kata Qing Yi lagi. "Setelah sadar dia marah besar, mengusir ibumu dari Baiyu Shan bersama ayahnya yang sudah pikun itu. Gu Chen Hui saat itu juga tidak menghalangi, tidak ada yang menghalangi. Ibumu menyimpan kebencian yang mendalam sampai mati. Masalah ini tidak pernah ada yang mengatakan padamu, kau boleh tidak percaya."

"Apa... aku...."

"Jin Shui, tidak ada yang menghendakimu. Ayahmu tidak, ibumu juga tidak. Gu Chen Hui tidak bisa punya keturunan, dia merencanakan semuanya, meminta Mo Ying menemukanmu dan mengaturmu menjadi pemimpin delapan pewaris, membuatmu setia dengan Yumen Jiao, semuanya demi tujuan sendiri." Ia berhenti sebentar, menunggu reaksi Jin Shui, tetapi Jin Shui hanya diam tidak bergerak sedikit pun. "Kau tinggalkan semuanya saja, bagaimana?" lanjutnya, "kau masih mempunyai aku. Aku... aku berusaha menghancurkan delapan pewaris semuanya hanya demi kau seorang, demi kebaikanmu. Kau ikut denganku, ikut denganku saja bagaimana? Kita bisa bersama selamanya, tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan, bahagia selamanya."

Perasaan dan pikiran Jin Shui benar-benar kacau. Hujan turun rintik, dengan cepat berubah deras. Jin Shui merasakan Qing Yi melepaskan pelukannya, kemudian mundur satu langkah menjauhinya.

Di saat yang sama, Xu Qiao sudah hadir disitu, memandang Jin Shui dengan mata merah dan bengkak. Entah sudah berapa lama ia ada disana, tidak tahu berapa banyak juga yang sudah didengarnya.

"Jin Shui Gege...."

Jin Shui belum lagi sadar sepenuhnya. Qing Yi menganggap semua yang perlu disampaikan sudah diucapkan olehnya, ia punya keyakinan sendiri mengenai yang kemudian akan terjadi. Ketika Xu Qiao menerjang ke arahnya, ia tidak berniat meladeni, lantas melesat pergi tanpa bicara sepatah kata pun, hanya meninggalkan satu senyuman lembut yang penuh kekejian. Ilmu ringan badannya sangat tinggi, Xu Qiao tentu saja bukan tandingannya.

Xu Qiao lebih banyak mencemaskan Jin Shui, tidak mengejar lebih jauh. Ia berlari menembus hujan dan kabut, kembali menemui Jin Shui yang masih diam di tempatnya. Dipeluknya Jin Shui, ia menangis tanpa tertahan.

"Qiao-er...." Jin Shui tersadar. Pelukan itu dibalasnya, perasaannya sangat kacau, pegangannya saat ini hanya tinggal Xu Qiao, kekuatannya hanya tinggal Xu Qiao, tetapi ia benar-benar tidak tahu apa yang mesti dilakukan demi mempertahankan pegangan dan kekuatan yang hanya tinggal satu dan begini rapuh ini. Kenyataan yang baru saja didengarnya memberikan pukulan yang sangat besar baginya. Masa lalu orang tuanya, ayahnya, tugas sebagai pewaris Yumen, semua tiba-tiba berubah menjadi sebuah beban berat yang tidak seharusnya.

"Qiao-er, mereka tidak inginkan aku...."

"Tidak boleh menemui dia lagi, dengar tidak?" Xu Qiao berseru dengan keras. Suara gemuruh di langit sana terdengar keras, membuatnya semakin ketakutan, membuat Jin Shui semakin tidak menentu.

"Aku tidak pantas menjadi pewaris Yumen, tidak seharusnya menjadi pemimpin mereka," Jin Shui berkata seperti orang linglung. "Aku tidak bisa... tidak bisa...."

"Tidak boleh! Tidak boleh dengarkan dia. Jin Shui Gege, kau dengarkan Qiao-er saja sudah cukup. Kita... kita kembali dulu ke Wansui Gu...."

Perubahan dalam hidup seorang anak manusia bisa saja terjadi pelahan selama bertahun-tahun, tetapi juga bisa begitu saja hanya dalam sekejab mata.

Zhou Yan Zi membiarkan Jin Shui dan Xu Qiao berdua menempati kamarnya malam itu, menyediakan dua perangkat pakaian bersih untuk mereka berganti baju, kemudian keluar tanpa banyak berkata-kata. Jin Shui hanya duduk di atas dipan kayu, untuk beberapa saat berusaha menenangkan diri, mengatur tenaga dalam untuk mengatasi hawa dingin. Hawa panas dari tubuhnya dalam waktu tidak lama sudah mengalir, pakaian dan rambutnya yang basah kuyub menjadi setengah kering. Sementara hujan turun deras diluar sana, hawa dingin menyusup masuk melalui celah jendela, perasaan kedua orang di dalam kamar sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata.

"Qiao-er, kemarilah, aku akan membantumu mengeringkan badan," Jin Shui memandang pada kekasihnya dengan sorotan yang sedikit aneh. Xu Qiao melangkah mendekat dengan pelahan. Jin Shui mengulurkan tangan padanya, ia pun meraih tangan itu. Hawa murni dirasakannya mengalir, rasa dingin dan basah pelahan menghilang, kehangatan terasa di seluruh tubuh.

"Besok kita meninggalkan tempat ini," Jin Shui berkata padanya, "aku akan minta Huang Yu dan Liao Xian membawa para pewaris Yumen langsung menuju Baiyu Shan. Kau dan aku, kita berdua saja. Aku ingin menenangkan diri, untuk sementara tidak ingin bersama mereka. Aku... mengenai peran sebagai pemimpin delapan pewaris ini memang harus dipertimbangkan lagi."

Xu Qiao menarik tangannya. Nada suara Jin Shui sedikit bergetar, sorotan matanya sangat aneh. Pengaruh sihir dari Qing Yi masih ada pada pikirannya, Xu Qiao diam-diam merasa ngeri.

"Tidak boleh!" ia berteriak. "Kau tidak boleh jauh dari Huang Yu dan yang lainnya. Saat ini, sama sekali tidak boleh!"

Jin Shui bangkit berdiri, mendekatinya pelahan.

"Qing Yi siluman perempuan itu setiap saat bisa datang lagi, saat itu jika kau dipengaruhi olehnya, aku hanya tinggal sendiri tidak bisa berbuat apa-apa," Xu Qiao berkata lagi, "Huang Yu dan yang lain bisa melindungimu, kau mana boleh meninggalkan mereka? Jin Shui Gege, kau pergi dari mereka saat ini, kau pasti akan membuat kesalahan dan menyesal seumur hidup, kau tahu tidak?"

Kata-katanya sangat beralasan. Benar, Qing Yi sangat besar pengaruhnya. Di hadapan perempuan itu Jin Shui tidak berdaya, pikirannya yang kacau saat ini hanya salah satu akibatnya. Xu Qiao memberanikan diri meraih kedua tangan Jin Shui, menatapnya untuk meyakinkan.

"Jin Shui Gege, mulai saat ini kau tidak boleh menemui Qing Yi lagi, juga tidak boleh membiarkan dia menemuimu," bujuknya, "aku tidak tahu masa lalu kalian seperti apa, aku juga tidak ingin tahu. Para pewaris Yumen mempercayaimu, mengandalkanmu, kau tidak boleh meninggalkan mereka."

Jin Shui menggenggam tangannya dengan erat. Sinar mata Xu Qiao memberitahunya, untuk saat ini ia tidak bisa bertindak sesuai keinginannya sendiri. Karena keinginannya ada dalam pengaruh orang lain.

"Baiklah, aku dengarkan kau saja," akhirnya ia berkata, "asalkan kau ada di sisiku, aku hanya akan menuruti kau seorang."

Jin Shui mendekatkan wajahnya ke wajah Xu Qiao. Ia tidak ingin memikirkan apa pun, tidak ingin merasakan apa pun selain memikirkan Xu Qiao, merasakan keberadaan Xu Qiao seorang.

"Jin Shui Gege...."

"Kau tahu tidak, aku sangat mencintaimu," Jin Shui berkata dengan nada tidak seperti biasanya. Suara itu bergetar. "Aku pernah mengatakan, jika suatu saat kau tidak bisa menyesuaikan diri dengan perananku sebagai salah satu pewaris Yumen, setiap saat kau boleh pergi meninggalkan aku. Saat ini, boleh tidak kata-kata itu dianggap tidak pernah ada?"

"Mengapa?" Xu Qiao bertanya dengan lugu. "Aku...."

Jin Shui tidak menjelaskan, tidak ingin mendapat jawaban atau perkataan lain yang mengacaukan pikirannya lagi. Pelan-pelan diciumnya bibir Xu Qiao. Satu titik air mata mengalir turun, ia tidak pedulikan. Saat ini kepedihan mengenai ayahnya, mengenai ibunya, mengenai apa pun ia tidak ingin memikirkan, tidak ingin mengingat, tetapi kata-kata Qing Yi juga tidak bisa menghilang begitu saja, membuatnya sangat kacau.

Cahaya lampu minyak di atas meja nampak meredup, Jin Shui memeluk Xu Qiao dengan seluruh perasaan, ia membiarkan dirinya menangis hingga merasa lelah. Mereka tidak lagi saling berbicara, menangis pun tanpa suara.

Jin Shui menemukan dirinya berada di dalam sebuah hutan yang gelap gulita, dikelilingi suara-suara dentingan pedang dan teriakan penuh emosi. Ia lelah dan ketakutan, kelebat cahaya nampak di sekitarnya, itu adalah senjata tajam yang siap merobek-robek tubuhnya dan mengambil paksa selembar nyawanya secara pelahan. Ia berlari tanpa arah, senjata-senjata itu terus mengejar, ia merasa seluruh dunia tidak inginkan dirinya hidup, semua orang inginkan kematiannya.

Ia terbangun dengan tiba-tiba. Butir-butir keringat membasahi sepanjang dahinya, tangannya gemetaran, tubuhnya terasa lemas. Nafasnya memburu ketika ia memandang ke sekeliling, pelan-pelan menemukan dirinya masih berada di dalam salah satu kamar di Wansui Gu. Hujan diluar sana tinggal rintik-rintik, tidak ada suara denting senjata, tidak ada suara teriakan manusia. Ia menutup mata beberapa saat, mencoba menenangkan diri. Hanya mimpi, hanya sebuah mimpi buruk.

"Tidak bisa... aku tidak mau sampai gila...." ia bergumam pada diri sendiri. Ketika turun dari dipan, ditemukannya Xu Qiao tidur di samping dipan itu. Xu Qiao menemaninya menangis sampai kelelahan juga, ketika Jin Shui menyentuh lengannya ia sama sekali tidak bereaksi. Dipandanginya gadis itu, perasaan yang berbagai macam berkeliaran dalam dirinya, terhadap Xu Qiao ia tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

"Qiao-er, maafkan aku," ia berbisik pelan, "tidak seharusnya melibatkanmu. Masalahku, aku sendiri yang harus menyelesaikan, kau jangan khawatir. Aku hanya perlu menenangkan diri sebentar. Jika sudah cukup kuat, pasti akan kembali dan melanjutkan hidup sesuai dengan yang kauinginkan."

Ia memindahkan Xu Qiao ke atas tempat tidur, menyelimutinya dengan rapat. Gadis itu sama sekali tidak terbangun olehnya, keadaannya selama tiga hari terakhir memang selalu seperti itu, tidur lelap lebih banyak dari biasanya. Jin Shui mencium dahinya dengan lembut sebelum meninggalkan kamar. Pedang xuanlong ada di atas meja, sekali ini ia tidak ingin membawanya serta. Dipandangnya Xu Qiao yang tengah terlelap sekali lagi sebelum ia menutup pintu.

Tentu saja ia tidak tahu, Xu Qiao bisa tertidur begitu lelap karena pengaruh racun leiying hua dalam tubuhnya, yang sudah masuk ke setiap sel darahnya, yang untuk sementara tertahan oleh obat pemberian Zeng Bai Feng.

Jin Shui menuju bagian lembah yang paling dalam. Hawa dingin disana semakin terasa. Kabut menghalangi pandangan, ia ingin tidak memedulikannya. Langkah kaki membawanya semakin jauh, air hujan membasahi kepalanya lagi, mencuci isi pikirannya, mendinginkan emosi yang memanas di dalam tubuh. Hujan kembali turun dengan deras, tiupan angin sangat menusuk. Air matanya sudah kering, tetapi perasaannya yang kacau tidak juga mereda.

Ingatan Jin Shui mengenai ibunya sama sekali tidak ada, ia juga sudah tidak ingat pada usia berapa dirinya bertemu dengan Mo Ying untuk pertama kali. Ia begitu kagum menyaksikan Mo Ying bermain pedang, tidak menolak saat pelindung utama Yumen itu mengajarkan jurus-jurus dasar padanya.

Peristiwa ketika kakeknya terbunuh ia hanya ingat sebagian, keadaan saat itu sangat kacau. Mo Ying membawanya lari, jauh sekali, tetapi ia tidak pernah menanyakan alasannya. Kemudian ia juga bertemu dengan pewaris yang lainnya. Diantara mereka semua di usia kanak-kanak itu yang paling tua adalah Li Qian, yang paling muda adalah Liu Xin yang justru menjadi pusat perhatian mereka semua.

"Aku pewaris Chai Lang hanya wakil, hanya utusan untuk mengumpulkan yang lainnya. Pemimpin kita yang sebenarnya bukan aku, tetapi dia." Ia teringat kata-kata Huang Yu pada Lin Ji Xuan waktu itu. "Mo Ying adalah ketua delapan pelindung, pewarisnya tentu saja akan menjadi ketua delapan pewaris."

"Hua Jin Shui memiliki tenaga dalam pemberian pelindung utama Yumen, dia juga adalah anak haram ketua iblis Wu Yao Wei," kata-kata Bao Xin Fei juga masih ada dalam ingatannya.

Kemudian kata-kata Qing Yi lagi-lagi merasuki pikirannya, berputaran di dalam otaknya, ia tidak bisa mengendalikan.

"Jin Shui, tidak ada yang menghendakimu. Ayahmu tidak, ibumu juga tidak. Gu Chen Hui tidak bisa punya keturunan, dia merencanakan semuanya, meminta Mo Ying menemukanmu dan mengaturmu menjadi pemimpin delapan pewaris, membuatmu setia dengan Yumen Jiao, semuanya demi tujuan sendiri...."

Ia terjatuh di atas rerumputan tinggi, genangan air menyambutnya.

"Tidak ada yang menghendakimu," suara Qing Yi itu terdengar lagi. "Kau tidak pantas menjadi pemimpin delapan pewaris. Tidak pantas. Tidak pantas."

Di sekitarnya hanya ada gelap, air hujan bagai jutaan jarum yang menusuk, kepalanya bagai ditekan beban berat, membuatnya tidak mampu mengangkatnya lagi. Ia berusaha berdiri namun tidak bisa. Di tengah lembah yang gelap dan sepi itu, ia jatuh tidak sadarkan diri.

Nyonya Ketua Gu Chen Hui menjadi penyelamat di episode ini. Selama beberapa tahun terakhir ia menggunakan identitas Meng Po palsu dan menunggu kemunculan para pewaris Yumen bersama Ma Yong Tao muridnya. Anggota Liangshan Liu Mo lain sudah lama mencurigai identitas palsu ini, dan Gu Chen Hui disini berhasil mengatasi trio Zu Ye Niang, Li Bai Xun dan Fuchang Long.

Kata-kata Qing Yi mengenai Wu Yao Wei membawa pengaruh besar pada Jin Shui dan mengacaukan pikirannya, membuatnya ragu akan posisi sebagai pewaris utama dan tugas membangkitkan kembali Yumen Jiao. Bagaimana Huang Yu dan kawan-kawan lain serta Xu Qiao akan menghadapi hal ini?

Xiaodiandiancreators' thoughts