webnovel

Episode 19 : Liang Shan Liu Mo (Enam Iblis Liang Shan)

Xi Xiao Feng sudah memberitahukan pada Jin Shui bahwa ada kemungkinan Gu Chen Hui, istri Wu You Wei dan jiaozhu furen Yumen itu berada di tangan ketua Yongjun Hui, Hei Bao Jiangjun Huan Jiao Zheng, dan sudah menjadi tawanan istimewa selama tiga belas tahun. Untuk menyelidiki kebenaran kabar ini dan nasib Gu Chen Hui saat sekarang, tentu saja Jin Shui mesti pergi ke markas Yongjun Hui di Nanyang.

Hanya saja sesuai pendapat Xu Qiao bahwa jika Jin Shui sendiri ataupun bersama kawan-kawannya dengan terang-terangan menemui Huan Jiao Zheng maka akan menyebabkan perselisihan dan bisa saja memperdalam permusuhan. Untuk menghindari ini, Jin Shui tidak mungkin begitu saja datang meminta orang. Penyelidikan mesti dikerjakan dengan diam-diam, setelah memastikan nasib Gu Chen Hui baru bisa ditentukan selanjutnya.

Jin Shui, Huang Yu dan Shen Xi Ru baru saja meninggalkan makam kekasih dan kembali ke penginapan ketika suara keributan terdengar. Di atas atap sana terdengar suara orang sedang berlari dan saling hantam, teriakan dan denting senjata terdengar. Huang Yu tidak tahu musuh mana lagi yang datang, ia lekas melompat ke atas atap dan menemukan Liao Xian dan Qin Liang Jie sedang menghadang seorang perempuan.

Perempuan itu bertubuh tinggi, pinggangnya nampak lebar tidak seperti pinggang perempuan. Wajahnya jelas adalah perempuan, dandanannya juga perempuan, namun tangannya kasar, gerak geriknya berat dan tangkas. Di kedua bahunya masing-masing ada satu sosok tubuh, yang satu jelas adalah Shangguan Ru Yin, satu lagi Lin Xiao Yan, keduanya sama tidak sadarkan diri.

Perempuan itu langsung melesat pergi ketika melihat kedatangan Jin Shui bertiga, membawa Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan. Huang Yu lekas mengejar, untuk sesaat tidak peduli apa pun dan hanya tidak ingin Lin Xiao Yan dicelakai orang lagi. Liao Xian terpaksa menotok Qin Liang Jie terlebih dahulu dan membawanya turun karena si pewaris Meng Gui itu masih dalam keadaan terluka berat, kemudian baru ia menyusul.

Huang Yu memburu sampai ke dalam hutan. Ia adalah pewaris Chai Lang yang menguasai tenaga dalam tingkat tinggi pemberian gurunya, juga punya ilmu ringan tubuh yang baik. Akan tetapi orang yang barusan menculik Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan bisa lolos darinya dengan begitu mudah, bahkan membawa dua orang juga tidak menyulitkan.

Dalam dunia persilatan pada masa ini tidak banyak orang yang mempunyai kekuatan dan ilmu ringan badan sedemikian, Huang Yu meski punya pengetahuan luas mengenai tokoh-tokoh berbagai kalangan juga sulit menentukan siapa yang tengah dikejarnya. Seorang perempuan yang sosoknya sedikit menyerupai pria, entah apakah seorang yang menyamar. Jika demikian, maka akan lebih sulit lagi menerka siapa yang akan dihadapinya.

Ia menghentikan langkah di dalam hutan, berusaha menarik nafas untuk menenangkan pikiran. Jin Shui barusan terluka setelah bertarung dengan Xie Tian Hu. Keadaan Qin Liang Jie dan Liu Xin juga kurang baik, sedangkan para pewaris yang lain entah berada dimana. Ia sendiri mengejar penculik, jika bertemu lawan tangguh maka akan lebih berbahaya.

Maka ia terpaksa kembali ke penginapan, hendak melapor terlebih dahulu pada Jin Shui, menunggu kedatangan yang lain, baru mencari orang.

"Yu," suara Jin Shui terdengar sebelum ia kembali menjejakkan kaki. Sedetik kemudian dilihatnya kawannya itu sudah melayang turun dari atas pohon, seorang diri. "Siapa yang menculik Lin Guniang dan Qin Furen?"

"Aku tidak tahu," sahut Huang Yu.

"Kemana perginya orang itu?" tanya Jin Shui.

"Kesana," Huang Yu menunjuk.

Jin Shui lekas melompat ke atas pepohonan, melayang ringan ke atas dan berdiri di atas dahan yang tinggi, berusaha mendapati orang yang membawa pergi Lin Xiao Yan dan Shangguan Ru Yin.

"Jin Shui, kau sendiri juga terluka," Huang Yu ikut melayang naik, masih sempat mengingatkannya.

"Tidak apa," kata Jin Shui, "aku tidak akan mati."

Mereka melihat sesosok bayangan berkelebat di kejauhan, kemudian sama-sama melesat mengejar, menembus hutan perbukitan. Orang yang dikejar sudah menghilang, akan tetapi keduanya tidak menyerah, mengejar sampai ke sebuah reruntuhan desa kecil di tepian lembah. Sebuah desa tanpa penduduk. Huang Yu melihat asap mengepul dari salah satu rumah yang terhitung masih bisa dipakai, ia mendahului kesana. Bau pembakaran sebentar kemudian sudah tercium.

Jin Shui berusaha mempertajam pendengaran dan menemukan suara manusia di sekitar. Memang di tempat asal bau pembakaran itu ada suara beberapa orang, maka ia lekas mengikuti Huang Yu. Dengan hati-hati keduanya melihat dari belakang tembok yang sebagian sudah runtuh, berusaha melihat terlebih dahulu apakah Lin Xiao Yan dan Shangguan Ru Yin sungguh dibawa kesana.

Dari belakang tembok itu mereka melihat ada empat orang yang terikat menjadi satu, keempatnya adalah biksu muda, mata mereka terbuka dengan susah payah, agaknya masih dalam pengaruh obat bius. Salah seorang, yang paling tua, nampak berusaha mengenali seorang lelaki setengah umur yang ada di dekat mereka.

Lelaki itu juga mengenakan jubah biksu dari bahan kasar yang nampak kusam dan terlalu lebar untuk tubuhnya yang pendek gemuk. Wajahnya mulus putih, dan rambut di kepalanya dicukur habis, sebuah tasbih tergantung di lehernya. Ia tengah membelah kayu bakar, senyum di sudut bibirnya menampakkan kebengisan, nafsu membunuh di matanya semakin menyala ketika memandang ke arah para tawanannya.

"Aku paling benci dengan para biksu dan pendeta," orang itu bicara dengan suara yang parau dan sinis. Tangannya sibuk membelah kayu, matanya sibuk membelah hati orang, membuat siapa pun menjadi muak. "Hari ini jika tidak bisa membuat empat saudara ini makan daging dan minum arak, jangan sebut aku sebagai Fuchang Long."

Nama Fuchang Long (Naga Fuchang, salah satu jenis hewan dalam mitologi klasik Cina) diketahui Huang Yu sebagai anggota keenam Liangshan Liu Mo, dikenal sebagai seorang yang selalu mengenakan penampilan sebagai biksu, akan tetapi kerap menangkap para biksu dan pendeta, mengerjai mereka sampai gila atau mati.

Seorang biksu palsu, wajah terlihat sangat memuakkan, suara paraunya pun mengandung nada yang sangat tidak enak didengar. Ia menambahkan kayu yang baru saja dibelahnya ke dalam perapian, kemudian membalik rusa panggang yang sudah ada disitu.

"Rusa ini masih muda, dagingnya empuk dan lembut, sudah pasti kalian akan menyukainya," katanya pula. "Terlebih daging ini sudah direndam semalaman dengan bumbu rahasia dariku, siapa pun tidak akan bisa menolaknya."

"Ditambah arak shaoxing ini, sudah pasti akan meruntuhkan seberapa pun tebalnya iman para guru kecil."

Satu orang lain menyambung perkataan Fuchang Long sambil mengangkat guci arah di tangannya tinggi-tinggi, kemudian meminum isinya. Orang ini, wajahnya sangat jelek dengan mata terlalu kecil, hidung penyok, mulut lebar, badannya tinggi kurus, kepalanya besar dan kulitnya gelap. Huang Yu menduga orang ini adalah Wang Wei, si anggota ketiga, penampilannya yang luar biasa membuatnya pantas dijuluki Niu Mian Lao Mo (iblis tua muka kerbau).

"Liangshan Liu Mo," Jin Shui berbisik. "Apakah mereka yang sudah menculik Lin Guniang dan Qin Furen?"

Huang Yu memberi isyarat agar tidak bersuara. Liangshan Liu Mo bukan sekelompok penjahat biasa, akan tetapi enam anggotanya semuanya berilmu sangat tinggi, kemampuan mereka masing-masing tidak akan kurang dari seorang pelindung Yumen.

Jin Shui tahu kelompok iblis ini punya kegemaran mengerjai orang, sepuluh tahun yang lalu ia sempat menyaksikan sendiri kekejaman mereka. Hanya saja selama beberapa tahun belakangan nama Liangshan Liu Mo jarang disebut, banyak yang mengira mereka sudah tidak ada lagi di dunia, tetapi ternyata dua anggotanya bisa muncul disini dan masih melakukan kegemaran lama mereka.

Di tempat itu sudah hadir satu orang lagi, anggota kelima, Hou Yi Zui Ri (hou yi mengejar matahari) Li Bai Xun. Ia seorang lelaki berusia empat lima puluh tahunan tetapi masih nampak gagah dan tegap, membawa busur dan anak panah seperti Hou Yi dalam legenda pemanah matahari pada masa Dinasti Xia. Wang Wei melempar guci arak di tangannya ketika melihat kawannya itu menurunkan sebuah karung, mengeluarkan dua gadis muda berumur tidak lebih dari empat belas tahunan dari dalamnya, keduanya masih dalam keadaan sadar, hanya terkena totokan sehingga tidak dapat bergerak atau berbicara, hanya wajah mereka yang jelas menampakkan ketakutan.

"Anak gadis mana lagi yang kauambil?" Wang Wei bertanya dengan datar. "Jangan bilang kau habis dari tempat Pejabat Xia, karena aku baru saja mencuri pisau perak pemberian Huan Jiao Zheng dari Yongjun Hui disana."

Wang Wei adalah seorang pencuri, terkadang juga suka merampok. Akan tetapi yang biasa dicuri atau dirampok olehnya bukan uang atau perhiasan biasa, melainkan benda yang dilihatnya dibawa oleh seseorang dan yang menarik perhatian. Asalkan dia sudah menyukai sebuah benda, maka ia pasti akan mengambilnya, memamerkan beberapa hari, kemudian membuang begitu saja setelah ia mendapat curian baru.

Li Bai Xun menculik anak gadis orang bukan baru pertama kali, saudara-saudaranya juga sudah hafal dengan sifat si pemetik bunga. Diantara enam anggota Liangshan Liu Mo, Li Bai Xun memang terkenal paling suka bermain perempuan. Anak gadis keluarga terpandang pun tidak jarang yang menjadi korbannya, biasanya setelah dikerjai habis-habisan akan dikembalikan pada keluarganya dalam keadaan hidup dan setengah gila.

"Hanya dua anak kampung," sahut si anggota kelima. Ia tertawa menjijikkan, bahkan air liurnya sampai menetes. "Aku akan mendandani mereka lebih dahulu, setelah itu baru bermain dengan mereka."

"Laosi barusan membawa dua perempuan untukmu, sedang didandani di dalam sana," Wang Wei berkata padanya, "kau juga tahu laosi bisa mendandani lebih baik darimu. Kedua anak gadis itu, dijamin kau akan menyukai mereka setidaknya selama tujuh hari tujuh malam."

Li Bai Xun menyeka air liurnya. "Laosi mendandani lebih baik dariku memang benar, akan tetapi aku tidak percaya padanya," ia berkata sambil mendelik, "terakhir kali apa kalian tidak ingat, dia mendandani dua orang lelaki dewasa jadi dua gadis muda, sungguh membuatku muntah sampai tiga hari tiga malam, sampai hari ini pun setiap kali mengingatnya selera makanku langsung hilang."

"Kau jangan khawatir mengenai dua orang ini," sahut Fuchang Long, "mereka adalah perempuan sungguhan. Yang seorang sudah dewasa dan sudah menikah, akan tetapi masih halus mulus. Satu lagi boneka kecil yang manis, jika kau tidak keberatan aku ingin meminjamnya untuk diberikan pada para guru ini."

Ia menunjuk pada empat biksu, mengucapkan kata-kata yang sangat tidak enak didengar. Jin Shui sudah mengepalkan tangannya, hampir saja melupakan keadaan sendiri dan langsung menerjang tiga anggota kelompok penjahat itu.

"Laowu, mereka ada di dalam, aku sudah mendandani mereka sedikit supaya sesuai dengan seleramu."

Satu orang lagi sudah keluar dari dalam rumah, berdiri di pintu dan memanggil Li Bai Xun. Orang yang dikejar oleh Huang Yu berdua tadi, akan tetapi sudah berganti dandanan sama sekali, dari penampilan perempuan sekarang sudah menjadi seorang laki-laki. Wajah tetap sama, suara pun tidak berubah, rupanya ia adalah seorang laki-laki yang menyamar menjadi perempuan. Atau sebaliknya.

Huang Yu tentu saja mengetahui diantara Liangshan Liu Mo ada satu anggota yang bergelar Ci Xiong Yi Shen (lelaki dan perempuan dalam satu badan), bernama Zu Ye Niang. Zu Ye adalah namanya saat berpenampilan sebagai pria seperti sekarang, sedangkan saat mengganti dandanan sebagai wanita namanya adalah Zu Niang. Potongan badannya sedang. Ia bukan banci, tetapi seorang aneh yang bisa memainkan peran sebagai pria maupun wanita. Tentu saja, belum pernah ada yang mengetahui aslinya ia adalah pria atau wanita meski lebih sering tampil sebagai pria. Ilmu menyamar dan dandanannya selalu sempurna.

"Laosi, kau kalah bertaruh denganku juga tidak perlu begitu sungkan," Li Bai Xun berkata dengan merendah. Agaknya ia cukup segan dengan kakak keempatnya ini. "Satu anak perempuan saja sudah cukup, dua orang terlalu banyak. Lagipula, aku masih ada dua nona manis ini," ia menarik dua anak gadis yang dibawanya ke dalam.

"Aku membawa mereka kemari dengan susah payah, tidak bilang kau mesti habiskan dalam semalam," sahut Zu Ye, "mendandani mereka juga mesti menghabiskan sedikit waktu, kuharap kau tidak merusaknya."

Wang Wei tidak memedulikan kawannya lagi. Di tangannya sudah tergenggam sebuah pisau yang berwarna keperakan, gagangnya dihiasi beberapa batu berharga, sebuah benda yang istimewa. Ia memainkan pisau itu, kemudian melemparkannya ke arah empat biksu, lewat persis di atas kepala mereka dan menancap di tembok di depan Jin Shui dengan cukup dalam. Sungguh kuat tenaga melempar si muka kuda itu, hampir saja memancing Jin Shui untuk bersuara.

Fuchang Long mengambil potongan daging rusa dari api pemanggang, memberikannya pada satu persatu biksu tawanan. Tawanya terdengar parau, sangat memekakkan di telinga. Biksu tidak boleh memakan daging, mati-matian mereka menolaknya, tetapi si iblis keenam ini memaksa mereka membuka mulut lebar-lebar, menjejalkan daging sampai ke tenggorokan dan memaksanya masuk ke perut.

Jin Shui melihat pemandangan seperti ini, tangannya terkepal erat, ia sudah meraba gagang pedangnya dan siap menerjang para iblis. Huang Yu menyentilkan sebiji catur, memintanya menunggu sebentar lagi.

Di saat berikutnya, si pemetik bunga Li Bai Xun menggeret dua gadis tangkapannya ke dalam rumah. Dua gadis itu usianya masih muda, tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka, hanya bisa ketakutan. Jin Shui merasakan darahnya mendidih, Huang Yu juga mengepalkan tangan dan sudah mengerahkan tenaga disana.

Akan tetapi Jin Shui dan Huang Yu belum lagi bertidak sesuatu, di pekarangan rumah itu sudah datang dua orang, seorang pemuda dan satu gadis. Si pemuda masih asing, meski Huang Yu yakin dia adalah sastrawan tampan yang pernah meminta Yuan Wan Cui melepaskan Zhu Bai Que pada pertemuan di Yiling beberapa waktu yang lalu. Sedangkan si gadis tidak lain adalah pewaris Hu Ling dan kawan mereka sendiri, Zhu Bai Que.

Fuchang Long mengalihkan pandangan dari keempat biksu tawanannya, daging di tangannya dilemparkan begitu saja ke tanah. Keempat biksu lekas memuntahkan semua yang ada di mulut mereka, tidak berani menelan bahkan sedikit pun air liur sendiri, kemudian sibuk membaca doa dengan gemetaran. Wang Wei seketika berdiri dan mematung di tempatnya, memandang dua muda mudi yang baru saja datang itu dengan tajam, antara kaget, takut dan juga berwaspada. Zhu Ye lekas membalik badan dan masuk ke dalam rumah, bahkan menutup pintu dengan cukup keras.

Jin Shui dan Huang Yu melihat kedatangan kawan mereka, untuk sementara mereka masih tetap berada di tempat persembunyian dan menunggu yang akan terjadi. Zhu Bai Que jelas melihat Li Bai Xun membawa dua gadis muda ke dalam rumah, juga menyaksikan bagaimana Fuchang Long mengerjai empat biksu, seharusnya ia sudah bertindak dan menghajar para anggota Liangshan Liu Mo. Akan tetapi ia hanya berdiri diam saja di depan rumah itu, air mukanya tidak bisa ditebak.

Sastrawan tampan di sampingnya juga hanya berdiam diri, seolah menunggu Wang Wei dan yang lain menyerang lebih dahulu, atau menunggu kedatangan orang lain. Diantara mereka semua tidak ada yang berbicara, si sastrawan kemudian pelahan mengalihkan pandangan ke tembok runtuh tempat Jin Shui dan Huang Yu berada, tersenyum tipis saja tanpa bertindak sesuatu.

"Mau pergi menolong orang kenapa tidak lekas turun tangan?"

Suara ini adalah milik seorang perempuan tua, serak dan sumbang. Jin Shui dan Huang Yu di tempat persembunyian mereka seketika menoleh. Seorang nenek tiba-tiba sudah berada di belakang mereka, sepertinya sudah beberapa saat dan mereka tidak menyadari kedatangannya. Nenek itu membawa tongkat untuk menahan berat tubuhnya, wajah tuanya nampak datar dan sulit ditebak. Lebih sulit lagi menebak seberapa tinggi ilmunya.

Tongkat di tangan nenek itu tiba-tiba sudah menyentuh bahu Huang Yu bahkan sebelum ia bersiap. Ada sengatan listrik kecil yang terasa, namun sebelum Huang Yu membalas serangan kecil itu, si nenek sudah menarik kembali tongkatnya. Tidak terlihat ada niat mencelakai, maka Jin Shui juga batal mencabut pedang.

"Kau pewaris Chai Lang?" si nenek bertanya pada Huang Yu.

"Wanbei...." Huang Yu memandang Jin Shui sekilas, memberi diri sendiri kesempatan mencerna maksud di balik pertanyaan itu. "Wanbei pewaris Chai Lang," ia menjawab dengan sejujurnya. "Qianbei adalah...."

"Kalian bersembunyi disini, sejak awal mereka sudah tahu," kata si nenek pula. "Mau pergi sekarang juga sudah terlambat, ikut aku."

Si nenek mendahului melangkah ke pekarangan rumah, Jin Shui dan Huang Yu mengikut di belakang mereka. Wang Wei dan Fuchang Long baru saja dikagetkan oleh kedatangan si sastrawan dan Zhu Bai Que, kini ditambah tiga orang lagi. Mereka tidak mengenal Jin Shui dan Huang Yu, akan tetapi jelas mengenal si nenek. Wajah keduanya nampak pucat seketika, Wang Wei bahkan mundur selangkah.

Zhu Bai Que juga nampak kaget melihat kedatangan si nenek, entah karena ia mengenal nenek itu atau karena ia melihat Jin Shui dan Huang Yu yang datang bersamanya. Sastrawan di sisinya nampak tenang saja, sepertinya sudah tahu apa yang akan terjadi.

"Laoer," si nenek berkata, suaranya pelan dan singkat, akan tetapi jelas terdengar dan membuat Wang Wei dan Fuchang Long semakin pucat.

Si sastrawan seperti mendengar perintah, langsung masuk ke dalam rumah tempat Li Bai Xun berada bersama dua korbannya, menyeret keluar si pemetik bunga itu, memaksanya meninggalkan kesenangannya. Gerakan pemuda itu sepertinya biasa saja, tidak sedikit pun menunjukkan sebagai seorang yang lihai, akan tetapi ia bisa dengan mudah menyeret Li Bai Xun, anggota Liangshan Liu Mo yang kemampuannya tidak rendah, melemparkannya begitu saja ke hadapan si nenek.

"Siapa ini yang berani mengganggu kesenangan tuan besarmu?" terdengar suara Li Bai Xun mengoceh. Ia masih sibuk menarik celananya, bahkan lupa sama sekali untuk memberikan perlawanan. Seumur hidup yang berani mengganggu dirinya mengerjai anak gadis orang hanya satu.

"Meng... Meng Po-po...." ia langsung terbata-bata melihat nenek yang datang bersama Jin Shui dan Huang Yu seperti melihat orang yang paling tidak ingin dilihatnya tiba-tiba sudah berada di hadapannya. "Kau...."

Li Bai Xun memanggil si nenek dengan sebutan Meng Po, artinya si nenek adalah anggota pertama Liangshan Liu Mo, juga pemimpin mereka yang hanya diketahui berilmu tinggi dan selama ini adalah yang paling ditakuti oleh anggota lainnya. Nama Meng Po diambil dari nama nenek penjaga jembatan reinkarnasi di neraka, yang memberikan teh pelupa pada mereka yang hendak menjalani kelahiran berikut. Nama asli Meng Po ini tidak ada yang tahu, hanya lima saudaranya yang tahu ia bermarga Lu.

Bahkan Huang Yu tidak mengerti mengapa anggota pertama Liangshan Liu Mo seakan berniat membantu ia dan Jin Shui. Mungkin benar yang dikatakan orang, anggota pertama ini sebenarnya masih punya hati, karena ini pula maka namanya jadi tidak terlalu dikenal oleh orang, juga tidak pernah ada yang membicarakan kejahatan yang dilakukannya seperti halnya saudara-saudaranya yang lain.

"Po po apa, kau apa? Kau berani kurang ajar pada nenekmu?" Meng Po balas mengomeli Li Bai Xun. Dua gadis kecil yang tadi dibawa oleh Li Bai Xun sebentar kemudian berlarian keluar dari dalam rumah tua dengan pakaian berantakan, mereka sangat ketakutan.

"Hei!" Li Bai Xun tentu saja tidak rela, tapi si nenek agaknya lebih mengerikan buatnya, ia terpaksa hanya bisa diam menyaksikan kedua hasil tangkapannya lepas dari tangannya begitu saja. Ia kemudian menyingkir dan mengoceh sendiri dengan bahasa daerah utara yang tidak dipahami oleh kawan-kawannya.

"Kalian lekas bawa kemari dua perempuan yang masih ada di dalam sana," Meng Po memberi perintah pada Jin Shui dan Huang Yu.

Jin Shui dan Huang Yu tidak tahu siapa nenek itu, tetapi mereka jelas menangkap niat si nenek untuk membantu mereka. Maka keduanya lekas mendobrak pintu rumah tempat Zhu Ye berada, sebentar kemudian sudah kembali membawa keluar Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan. Anggota Liangshan Liu Mo tidak seorang pun yang menghalangi. Nampaknya pengaruh si nenek memang sangat kuat.

Sesuai yang dikatakan Zu Ye Niang, ia sudah mendandani Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan sebagai dua gadis cilik. Rambut dikepang dan pipi diberi pemerah. Keduanya dalam keadaan tertotok jalan darahnya dan tidak sadarkan diri, ketika Huang Yu berusaha melepaskan totokan di tubuh Lin Xiao Yan, ia menemukan totokan itu sangat istimewa, agaknya hanya orang yang menotok yang bisa membebaskannya.

"Laoer," Meng Po kembali berkata pada si sastrawan.

Meng Po memanggil si sastrawan dengan sebutan laoer, maka seharusnya si sastrawan itu adalah anggota kedua Liangshan Liu Mo, yang bergelar Liangshan Mo Jun (Raja Iblis Liangshan), seorang yang bermarga Ma, dan dikenal sebagai seorang yang kejam bukan main, punya kegemaran menyiksa orang sampai gila atau sekarat namun tidak pernah sampai membunuh. Wajah asli anggota kedua ini tidak pernah diketahui orang, karena semua korbannya tidak ada yang masih cukup sadar untuk memberitahukan pada orang lain seperti apa rupanya, atau bahkan namanya.

Si sastrawan itu tidak lekas mengerjakan perintah Meng Po, ia hanya tersenyum dan mengembangkan sebuah kipas lipat di tangannya, kemudian mengipas dengan gaya santai. Anehnya, si nenek juga tidak memaksa, malah berpaling pada Fuchang Long.

Zhu Bai Que memandang ke arah si sastrawan itu dengan kaget, seperti hendak menanya sesuatu akan tetapi kemudian juga tidak mengucapkan apa pun, memalingkan pandangan dan menggenggam seruling ba yin xiao di tangannya dengan erat.

"Laowu, masih belum lepaskan orang?" si nenek menghardik Fuchang Long. Si biksu palsu itu sesaat sorot matanya menampakkan sedikit ketakutan, tetapi ia ternyata masih belum rela melepaskan empat biksu tawanannya.

Zhu Bai Que menghampiri Jin Shui dan mengambil alih Shangguan Ru Yin darinya, mencoba melepas totokannya, akan tetapi hasilnya juga sama. Ia melirik ke arah si sastrawan seakan ingin meminta bantuan, akan tetapi pemuda itu hanya diam saja di tempatnya, ia pun tidak lantas mengucapkan sesuatu.

"Dajie Laoda, aku masih perlu meminta keempat guru ini mengajarkan isi kitab suci, terpaksa untuk sementara tidak bisa mengikuti petunjukmu," Fuchang Long menelan ludah satu kali, kemudian berkata dengan tajam dan sedikit sinis, sikap yang tidak biasanya, dan tidak semestinya ditunjukkan pada seorang yang dipanggilnya dajie laoda.

Dalam pandangan lima iblis yang lain, seakan si biksu palsu ini nyalinya sudah berlipat sampai entah berapa kali lipat. Meng Po meskipun sudah bertahun-tahun tidak bersama mereka, meskipun ia hanya seorang nenek tua dan meskipun catatan kejahatannya boleh dibilang tidak ada, namun bagaimana pun ia adalah pemimpin dari enam iblis ini, kakak seperguruan tertua mereka, seorang yang punya cara sendiri menjatuhkan hukuman pada siapa pun dari lima saudaranya itu yang membangkang.

Si sastrawan berhenti mengipas dan melihat ke arah Fuchang Long sambil memiringkan kepala. Wang Wei dan Li Bai Xun sama melirik dan seperti orang yang siap berkelahi. Zu Ye mengintai dari balik pintu, menggelengkan kepala satu kali dengan menyesal.

Jin Shui dan Huang Yu juga mengira Meng Po akan bertindak sesuatu untuk menghukum Fuchang Long, akan tetapi Meng Po sebentar kemudian bukan hanya tidak marah, malah tertawa. Jin Shui mendengar suara tawa ini merasa ada sesuatu yang tidak sewajarnya, Huang Yu juga sempat menangkap sedikit perubahan pada air muka si nenek, saat itu keduanya terpikir satu hal yang sama, Meng Po ini punya rahasianya sendiri.

"Lama tidak bertemu sepertinya diantara kalian ada yang sudah berubah," si nenek itu berkata. "Beberapa tahun ini cerita kejahatan kalian tersebar dimana-mana, aku juga tidak ingin peduli."

Ia hendak meninggalkan tempat itu, memberi isyarat pada Jin Shui dan Huang Yu yang bersamanya untuk ikut pergi membawa Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan. Fuchang Long maju selangkah, mendekatinya.

"Dajie Laoda, tunggu sebentar," ia bicara dengan nada yang lebih tidak enak didengar lagi. "Lama tidak bertemu bukankah mestinya kita duduk minum-minum dulu barang sejenak. Masakah kau tidak rindu pada kami adik-adikmu?"

Meng Po menghentikan langkah tanpa membalik badan. Jin Shui dan Huang Yu tahu si nenek tidak ingin berlama-lama di tempat ini, mereka pun tidak ingin berurusan dengan anggota Liangshan Liu Mo. Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan sudah berada di tangan, memang paling baik lekas pergi dan kembali ke Longshan Zhuang.

"Aku masih ada sedikit urusan, nanti kalau sudah beres pasti akan menemani kalian minum dan mengobrol sampai pagi," kata Meng Po. "Selamat tinggal."

Fuchang Long tidak sudi melepaskannya. Si biksu palsu itu bergerak cepat, menghadang di depannya. "Laoda," katanya, "kulihat kau membawa dua orang bocah cakap bersamamu, apakah kau tidak ingin memperkenalkan mereka lebih dahulu pada kami? Mereka meskipun bukan anak gadis kesukaan laowu, akan tetapi di tangan mereka ada dua perempuan hasil tangkapan laosi. Barusan kau sudah mengganggu kesenangan orang, jika mengganti rugi dengan salah satu juga sudah cukup."

"Kedua anak muda ini adalah muridku," Meng Po berkata, "kalian sudah berani mengganggu istri mereka, aku tidak memberi pelajaran pada kalian hanya karena sedang malas mengotori tanganku."

Kata-kata yang barusan diucapkannya ada yang salah, seketika memberitahukan pada lima iblis lainnya bahwa ia bukan Meng Po yang asli. Bahkan air muka si sastrawan pun langsung menunjukkan. Meng Po seketika itu tahu keadaan, tapi ia sudah tidak ada jalan meloloskan diri, terpaksa menghadapi dengan nekad. Li Bai Xun mendekat, tersenyum sinis padanya.

"Muridmu?" si pemetik bunga itu menanya. "Dajie Laoda kami selamanya tidak pernah mempunyai murid lelaki. Kalau tidak salah ilmu yang kaumiliki hanya bisa diturunkan pada perempuan. Masa nona kecil yang seperti boneka itu kau juga akan mengajarinya?" ia menunjuk ke arah Lin Xiao Yan.

"Bukan dajie laoda yang asli?" Zu Ye keluar dari dalam rumah, nyalinya sudah kembali. "Kalau begitu siapa dia sebenarnya?"

"Bisa menyamar menjadi dajie laoda, kemudian malah berani hadir diantara kita, sudah pasti bukan orang sembarangan," Fuchang Long yang menyahut. "Kurasa, dia ini menyamar menjadi dajie laoda kita bukan baru sehari dua. Barusan jika bukan karena salah bicara, penyamaran ini kalian juga tidak akan mengetahuinya, bukan begitu?"

"Laoliu, kau tahu apa?" si sastrawan bertanya padanya.

"Laoer, kau masih ingat tidak, sepuluh tahun yang lalu kita diundang oleh ketua Yongjun Hui, Huan Jiao Zheng, diminta untuk membawa jiaozhu furen-nya Yumen Jiao, Wu Furen dari Nanyang ke tempat ini," kata Fuchang Long lagi, "saat itu aku yakin, dajie laoda kita masih Meng Po yang asli. Yang selanjutnya terjadi, kurasa kalian semua masih belum lupa."

Sampai disini Jin Shui dan Huang Yu merasa kaget bukan main. Belum lama majikan Longshan Zhuang, Xi Xiao Feng menyebut kemungkinan jiaozhu furen Gu Chen Hui masih hidup dan berada di tangan Huan Jiao Zheng. Tidak disangka sepuluh tahun yang lalu Huan Jiao Zheng sudah menyerahkannya pada sekawanan iblis.

"Hari itu kita semua mabuk, saat sadar si Wu Furen itu sudah lenyap tidak ada jejaknya sama sekali," Wang Wei yang menjawab kata-kata Fuchang Long. "Beberapa tahun kita tinggal disini, setiap sudut tempat ini kita sudah kenal dengan baik, tetapi sampai sekarang diantara kita masih belum ada yang bisa memecahkan teka teki ini. Wu Furen itu benar-benar seperti air menguap."

"Kita berlima tidak tahu," kata Fuchang Long lagi, "tetapi laoda palsu kita ini mungkin saja mengetahuinya."

"Dajie Laoda, kau sebenarnya ada hubungan apa dengan Yumen Jiao?" Wang Wei bertanya pada Meng Po. Ia masih ada sedikit rasa segan karena tahu kelihaian kakak tertua mereka, tidak berani menjatuhkan tuduhan secara langsung, namun dalam hati kecurigaannya sangat kuat, masalah ini tentu saja harus lekas diselesaikan.

"Aku mengenal Meng Gui, salah satu dari delapan pelindung Yumen," Meng Po tidak menunjukkan tanda-tanda menyembunyikan sesuatu lagi. Ada kisah lain yang tersimpan di balik semua ini, sebuah teka-teki yang masih harus diuraikan satu persatu.

"Hanya mengenal Meng Gui?" sahut Fuchang Long, sinis. "Tidak mungkin kau hanya mengenal Meng Gui. Kuyakin enam ketua divisi, lima ketua elemen, empat ketua balai, bahkan dua wakil ketua dan ketua Yumen sendiri pun kau pernah bertemu dengannya. Di masa lalu, asal kau memberi perintah, siapa pun dari orang yang kusebut barusan pasti dengan sepenuh hati bersedia mati untukmu."

"Biarpun aku mengenal enam ketua divisi, lima ketua elemen, empat ketua balai, dua wakil ketua atau sekalian ketua Yumen sekalipun, tidak ada urusannya denganmu," si nenek berkata dengan tajam, kemudian lekas memutar badan dan lagi-lagi hendak berlalu.

"Laoda, barusan laoer juga menolak perintahmu, tetapi kau tidak mempersoalkan, masalah ini kuyakin saudara yang lain juga merasa aneh," kata Fuchang Long lagi. "Sudah lama tidak bertemu, tetapi kau begitu ingin segera pergi dari sini, apakah karena takut ketahuan, kau bukan Dajie Laoda kami yang asli?"

"Kulihat dia asli, apanya yang tidak asli?" Zu Ye mengoceh pelan. "Masa ada orang yang bisa meniru aku, menyamar sebagai orang lain sampai begitu mirip?" diam-diam ia melirik ke arah si sastrawan, entah apa maknanya. Si Laoer itu membalas pandangannya dengan santai saja seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.

"Hari ini kau tidak menjelaskan sampai selesai, aku Fuchang Long tidak akan membiarkanmu pergi," si biksu palsu lagi-lagi menghadang di depan Meng Po. Meng Po menggerakkan tongkat di tangan, berusaha menyingkirkannya. Dua orang yang mestinya adalah saudara seguru itu sebentar saja sudah saling serang, memaksa Jin Shui dan Huang Yu untuk menyingkir. Tenaga dalam si nenek sangat luar biasa, mereka merasakannya. Tetapi anggota Liangshan Liu Mo yang lain juga tidak lemah kemampuannya.

Jurus-jurus yang digunakan si nenek sangat tidak biasa, juga terlalu cepat untuk diikuti pandangan mata biasa. Jin Shui dan Huang Yu tidak bisa mengenali asal ilmu si Meng Po ini, akan tetapi mereka masih bisa melihat bahwa gaya berkelahinya terlalu elegan untuk seorang kepala kelompok iblis. Fuchang Long lebih banyak menghindar kesana kemari, beberapa kali berusaha menyerang dari belakang. Gerakan tubuh gemuknya gesit dan cepat, meloncat kesana kemari seperti seekor monyet.

"Yu, apakah dia adalah…?" Jin Shui menanyakan pada kawannya kemungkinan Meng Po itu adalah jiaozhu furen Gu Chen Hui, orang yang hendak mereka temukan.

"Aku tidak yakin," sahut Huang Yu. "Entah apakah Zhu Guniang bisa memberi penjelasan sedikit." Ia menanya pada Zhu Bai Que tanpa melihat orangnya.

"Aku juga tidak tahu," Zhu Bai Que memandang ke arah si sastrawan, akan tetapi kawannya itu hanya menanggapi dengan satu senyuman misterius.

Meng Po sudah tidak sabaran, tahu makin lama berada di tempat ini maka akan berbahaya. Ia memaksa Fuchang Long mengadu tenaga, membuat si biksu palsu itu seketika terlempar. Meng Po sekali lagi membalik badan, tetapi kali ini sebelum Jin Shui dan Huang Yu bergerak, Wang Wei, Zu Ye dan Li Bai Xun sudah sama-sama menghadangnya. Rupanya barusan si nenek pamer kemampuan, mereka pun langsung bisa melihat bahwa setiap gerakannya tidak seperti yang mereka kenal. Meng Po ini palsu adanya.

"Siapa yang begitu besar nyalinya, berani menyamar menjadi dajie kita?" terdengar suara Li Bai Xun.

"Ternyata memang dajie laoda palsu," sahut Zu Ye. "Kukira ilmu penyamaranku sudah nomor satu di dunia, ternyata masih ada yang bisa menyamar sebagai dajie kita dengan begitu persis."

"Jangan banyak bicara, tangkap dia dulu!" seru Wang Wei.

Tiga orang itu mengeroyok si nenek, hanya si sastrawan yang tetap berdiri diam di tempatnya. Air mukanya sulit diterka. Jin Shui dan Huang Yu memperkirakan, si anggota kedua ini sudah tahu sejak tadi bahwa yang datang adalah Meng Po palsu. Bahkan yang ia tahu mengenai dajie palsunya ini lebih banyak lagi.

"Hari ini aku harus membongkar kedokmu." Fuchang Long berusaha bangkit, tidak memedulikan luka dalamnya, langsung ikut menyerang pula.

"Zhu Guniang, kau pergi meninggalkan Zhou Yan Zi bersama Qin-xiong dan Qin Furen beberapa hari yang lalu, bisa kau jelaskan mengapa hari ini bisa hadir disini bersama anggota Liangshan Liu Mo?" Jin Shui menanya pada Zhu Bai Que, belum merasa perlu ikut campur dalam perselisihan anggota enam iblis.

Zhu Bai Que seperti hendak mengatakan sesuatu, akan tetapi lagi-lagi ia tidak mengucapkan sepatah katapun, agaknya tidak tahu bagaimana menjelaskan. Si sastrawan mendekat, langsung merangkap tangan pada Jin Shui dan Huang Yu sambil tetap menggenggam kipas lipat di tangannya.

"Zaixia Ma Yong Tao, anggota kedua Liangshan Liu Mo," ia memperkenalkan diri dengan terang-terangan. "Kalian berdua sepertinya adalah kawan-kawan Bai Que, apakah juga sama seperti dia merupakan pewaris Yumen Jiao?"

Si sastrawan itu rupanya benar adalah anggota kedua Liangshan Liu Mo, Liangshan Mo Jun yang terkenal suka menyiksa orang dengan kejam namun tidak ada yang pernah mengenal wajahnya. Jin Shui dan Huang Yu saling pandang, tidak menyangka anggota kedua Liangshan Liu Mo adalah seorang pemuda cakap, sangat berbeda dengan anggota lain yang semua berusia setengah abad ke atas.

"Kau mengapa bisa bersama Zhu Guniang?" Huang Yu menanya padanya, tidak berminat memperkenalkan diri.

"Zhu Guniang adalah seorang kawan lama," Ma Yong Tao berkata, "aku sudah mengenalnya sejak dia masih menjadi pelayan di markas Haitang Jian Pai, bisa dikatakan merupakan salah satu pelindung baginya. Hanya saja, kami berpisah cukup lama dan baru bertemu kembali di Yiling beberapa waktu yang lalu."

"Pelindung?" Jin Shui menanya. Ia masih ingat saat dalam perjalanan ke Danau Xuanwu bersama gurunya sepuluh tahun yang lalu menyaksikan Fuxing Dao Jian yang dikerjai oleh orang yang mengaku sebagai laoer dan laosi dari Liangshan Liu Mo. Salah satu dari Fuxing Dao Jian adalah ayah kandung Zhu Bai Que, kematiannya tidak lepas dari peranan anggota kedua Liangshan Liu Mo. Akan tetapi sekarang ada seorang pemuda yang mengaku sebagai anggota kedua Liangshan Liu Mo menyebut diri sebagai kawan lama dan pelindung Zhu Bai Que. Sungguh urusan ini tidak sederhana.

"Hua Dage, Ma Gongzi ini memang adalah kawan," Zhu Bai Que berkata singkat.

"Dia sungguh adalah anggota kedua Liangshan Liu Mo?" Jin Shui menanya.

"Anggota kedua Liangshan Liu Mo terkenal suka menyiksa orang sampai setengah mati atau gila, bukan reputasi yang baik," Ma Yong Tao yang menyahut, dengan tenang saja, "kuyakin selain Liangshan Mojun asli, tidak akan ada yang akan kurang kerjaan menyebut diri sebagai anggota kedua Liangshan Liu Mo. Lagipula kau juga sudah dengar sendiri, gurumu memanggil laoer padaku, masa dia yang sembarang memanggil?" ia menyebut kata 'gurumu' dengan nada menyindir, agaknya mengetahui Meng Po hanya sembarang menyebut dua anak muda yang bersamanya sebagai murid.

"Sepuluh tahun yang lalu aku pernah melihatmu mengerjai orang," Jin Shui berkata padanya, "berapa usiamu saat itu?"

Ma Yong Tao berpura-pura menghitung dengan jari, akan tetapi agaknya ia tidak berminat memberi tahu usianya yang benar. "Sepuluh tahun yang lalu, aku juga sama lebih muda sepuluh tahun dari kau yang sekarang," ia berkata dengan santai.

"Urusan kalian Liangshan Liu Mo hari ini aku tidak ingin ikut campur," Jin Shui berkata. "Zhu Guniang, kau ingin ikut dengan kami atau tidak, kau tentukan sendiri."

"Eh, Hua Shaoxia hendak pergi kemana?" Ma Yong Tao lekas menghalangi. "Hua Shaoxia masih penasaran dengan identitasku, mengapa tidak menjajal sedikit you ling shen shou (ilmu tangan hantu) milikku? Kebetulan, aku juga ingin melihat seperti apa kelihaian pewaris utama Yumen yang sudah membuat Yuan Wan Cui, Yuan Zhangmen mengundang teman-temannya ke Yiling untuk menyambut kalian."

Rupanya ia benar adalah sastrawan tampan yang pada pertemuan di Yiling tempo hari sempat meminta Yuan Wan Cui melepaskan Zhu Bai Que. Kalau begitu Ma Yong Tao ini sudah mengenali Jin Shui dan Huang Yu sejak mereka muncul bersama Meng Po, menanyakan indentitas hanya sebagai basa basi saja.

Tidak tahu siapa yang memulai, Jin Shui dan Ma Yong Tao sudah saling menyerang. Huang Yu ingin menyaksikan kelihaian si sastrawan dan penasaran apakah dia sungguh adalah anggota kedua Liangshan Liu Mo yang sudah terkenal kekejamannya sejak belasan tahun yang lalu. Zhu Bai Que masih membawa Shangguan Ru Yin, ia terpaksa mundur, hendak memainkan senjata ba yin xiao miliknya untuk menghentikan perkelahian, akan tetapi Huang Yu menahannya.

Jin Shui belum menghunus pedang, ia menyadari keadaan sendiri masih terluka dan mengerahkan tenaga dalam pemberian Mo Ying untuk melindungi diri, bertindak dengan hati-hati dan menguji dulu kemampuan lawan, menunggu kesempatan menjatuhkan Ma Yong Tao dengan satu pukulan.

Sarung pedang beberapa kali beradu dengan kipas lipat di tangan Ma Yong Tao, getaran tenaga dirasakan oleh Jin Shui dan jika tidak sejak awal menggunakan tenaga dalam pemberian Mo Ying untuk melindungi diri tulang-tulang di kedua lengannya sudah retak dan hancur.

"Kau menguasai tenaga wuqing xue?" ia menanya pada Ma Yong Tao, mengenali getaran tenaga dari kipas lipat itu adalah khas getaran tenaga ilmu andalannya sendiri.

"Bagaimana?" tanya Ma Yong Tao, "tidak kalah dengan seorang pewaris Yumen, benar tidak?"

Akan tetapi jurus-jurus yang dimainkan oleh Ma Yong Tao semuanya bukan jurus dari wuqing xue. Kedua tangan pemuda itu gerakannya cepat dan halus seperti tidak terlihat, bagai tangan hantu yang melambai dan menggapai, hendak menarik lawan ke alam bawah. Jika bukan Jin Shui adalah pewaris utama Yumen yang mampu mengimbangi kecepatannya, ia tidak akan bisa menangkis setiap kali. Begitupun ia harus sangat hati-hati, karena lambaian tangan lawan itu setiap saat mengarah ke titik berbahaya.

Baru belasan jurus lewat, Jin Shui merasakan nyeri akibat luka dalamnya, pertahanannya mengendur sedetik dan memberi Ma Yong Tao kesempatan menangkap pedang di tangannya, hampir merebutnya. Jin Shui menarik dengan cepat, kemudian menghunus senjata itu dan langsung menyabetkannya ke kedua tangan lawan.

"Hua Jin Shui, kau cukup kejam," Ma Yong Tao berkata dengan tenang, dan ia sudah menarik dua tangannya sehingga tidak sampai terpotong putus. Sungguh kelihaian sastrawan ini tidak bisa diremehkan, ditambah tenaga dalam yang dimilikinya, membuatnya tidak berbeda dengan seorang pewaris Yumen yang meski masih belia akan tetapi mempunyai tenaga dalam hasil latihan berpuluh tahun. "Sayang sekali kau dalam keadaan terluka, tidak bisa menggunakan seluruh kemampuan menghadapi aku."

Ia melompat mundur dengan santai, langsung berdiri di samping Zhu Bai Que sehingga Jin Shui tidak dapat memburunya.

"Kau sungguh adalah Liangshan Mo Jun," Jin Shui berkata.

"Benar, sudah kukatakan sejak tadi," sahut Ma Yong Tao. "Sesuai reputasiku, seharusnya tidak akan membiarkan siapa pun yang sudah melihat wajahku pergi begitu saja, setidaknya harus dalam keadaan sekarat atau hilang akal sehingga tidak akan memberitahukan pada orang lain. Hanya saja kalian adalah orang-orang Yumen, bisa dikatakan sejalan dengan kami Liangshan Liu Mo, aku boleh saja membuat pengecualian."

"Aku tidak perlu," kata Jin Shui.

"Kau hari ini sedang terluka, membuat sekarat atau hilang akal seorang yang sedang terluka akan merusak reputasiku," Ma Yong Tao lekas berkata lagi. "Hua Jin Shui, nanti setelah lukamu sembuh, aku baru mencarimu lagi. Saat itu, barulah kita bertarung habis-habisan untuk menentukan menang kalah, bagaimana?"

"Kau tidak akan ada kesempatan lagi," Jin Shui berkata.

"Belum tentu," Ma Yong Tao melihat ke arah pertarungan Meng Po dengan anggota Liangshan Liu Mo lainnya, mengetahui Meng Po sudah mulai kewalahan. "Kami Liangshan Liu Mo juga masih perlu membereskan urusan dalam," katanya pada Jin Shui sebelum berpaling pada Zhu Bai Que. "Kau ikutlah dulu dengan mereka, kita akan bertemu lagi nanti," ia berucap dengan halus.

Ia tidak menunggu jawaban orang, lantas melesat ke arah pertarungan disana, gerakannya sangat cepat seperti hantu yang bisa tiba-tiba melayang dan tidak dapat disentuh. Huang Yu lekas menahan Jin Shui, memberi isyarat untuk membiarkan ketika menyadari si anggota kedua Liangshan Liu Mo itu bagai belum berkurang tenaganya setelah berhadapan dengan pewaris utama Yumen. Seorang lawan tangguh, sangat berbahaya jika menjadi musuh sungguhan.

Ma Yong Tao tiba-tiba saja sudah berada di tengah pertarungan, membantu siapa tidak jelas, tetapi Wang Wei, Zu Ye, Li Bai Xun dan Fuchang Long sebentar kemudian terlempar ke tanah. Belum lagi empat iblis itu berdiri, Ma Yong Tao sudah membawa pergi Meng Po, melesat cepat seperti anak panah. Empat saudaranya tidak menyangka keadaan ini, lima detik kemudian baru memutuskan mengejar.

Para iblis itu menghilang begitu saja, seperti sudah melupakan Jin Shui dan yang lain termasuk Shangguan Ru Yin dan Lin Xiao Yan yang tadi ditangkap oleh Zu Ye Niang. Huang Yu lekas melepaskan keempat biksu tawanan, kemudian membawa Lin Xiao Yan pergi mendahului yang lain, secepatnya kembali ke Longshan Zhuang. Zhu Bai Que mengikuti sambil memapah Shangguan Ru Yin. Jin Shui mengikut paling akhir, setelah menarik nafas beberapa kali dan berusaha mengatasi sedikit rasa sakit akibat luka dalamnya.

Jin Shui kembali memuntahkan darah segar saat tiba di Chunjie Kezhan, hampir saja kehilangan kesadaran. Huang Yu menyerahkan Lin Xiao Yan pada Xiao Hu dan Xiao Mi yang sudah tiba disana, kemudian memapah Jin Shui ke dalam kamar, menggunakan tenaga dalam pemberian Chai Lang untuk membantunya mengatasi luka dalam.

Xu Qiao sudah mengkhawatirkan Jin Shui sejak pergi mengejar penculik, ia tidak bisa beristirahat dan menunggu di depan pintu, segera mengikuti saat melihat kedatangan Jin Shui. Zhu Bai Que membiarkan saja, ia berdiri dengan air muka kosong, bahkan hampir tidak bereaksi saat Qin Liang Jie mengambil alih Shangguan Ru Yin darinya dan membawa pergi.

"Jin Shui Gege bagaimana?" Xu Qiao menanya, berdiri di samping tempat tidur dan semakin cemas saat melihat wajah Jin Shui pucat pasi.

"Dia sudah terluka dalam saat menghadapi Xie Tian Hu, masih mesti berkelahi dengan kekasih Zhu Guniang," sahut Huang Yu, "menurutmu dia bagaimana?"

"Kekasih Zhu Guniang?" Xu Qiao menanya, menoleh sebentar pada Zhu Bai Que.

"Dia bukan," Zhu Bai Que menyahut singkat.

Huang Yu tidak menggubris lagi. Ia memberikan tenaga dalam pada Jin Shui hingga hampir sejam kemudian, kemudian membiarkan Jin Shui duduk bersila dan memulihkan diri sendiri. Xu Qiao menunggu di sampingnya, tidak ingin pergi meninggalkannya. Huang Yu menemui Zhu Bai Que di depan kamar.

"Kau tahu Ma Yong Tao itu adalah anggota Liangshan Liu Mo atau tidak?" Huang Yu menanya padanya.

Zhu Bai Que menggeleng pelan, agaknya ia juga masih kaget dengan yang disaksikannya hari ini. Huang Yu memandang setiap perubahan air mukanya dengan cermat, mengetahui ia tidak berdusta.

"Lalu bagaimana kau bisa bersama dia?" tanya Huang Yu lagi.

"Dia… aku sudah mengenalnya sejak masih menjadi pelayan di Haitang Jian Pai, dia… dia seorang kakak yang baik," Zhu Bai Que menyahut dengan ragu, nampak masih kebingungan. "Tiga hari yang lalu, dia menemui aku lagi, mengajakku pergi, kemudian… kemudian…."

"Kemudian apa?" tanya Huang Yu.

"Kemudian dia meminta aku untuk mempercayainya tidak peduli apa pun yang terjadi, kemudian membawa aku menemui iblis-iblis itu," ia seperti ada menyembunyikan sesuatu. "Yang selanjutnya kalian juga sudah tahu."

"Ma Yong Tao apakah ada memberitahukan sesuatu yang berkaitan dengan Liangshan Liu Mo?" tanya Huang Yu lagi. "Dajie laoda mereka itu, apa kau tahu dia siapa?"

Zhu Bai Que kembali menggelengkan kepala.

"Ayah kandungmu tewas di tangan Liangshan Liu Mo, kuharap kau tidak lupa hal ini," kata Huang Yu, "kuharap, kau juga tidak seperti kakakku Huang Zhe yang mengakui pembunuh ayah ibu sebagai guru, menganggap Ma Yong Tao sebagai kekasih."

"Dia bukan," Zhu Bai Que mengucap kata-kata yang sama.

"Pergilah menemui Liu Xin Meimei," Huang Yu berkata, "mungkin dia perlu bantuanmu."

Zhu Bai Que mengangguk, kemudian pergi tanpa menanya Liu Xin berada dimana. Huang Yu menggelengkan kepala satu kali, membiarkan saja. Urusan anak gadis ia bukannya tidak tahu, hanya tidak suka memedulikan, maka ia lantas pergi melihat keadaan Lin Xiao Yan.

Dikarenakan keadaan Chunjie Kezhan yang bisa dikatakan tidak lagi aman, Jin Shui dalam keadaan terluka, Qin Liang Jie dan Liu Xin juga kurang baik keadaannya, ditambah bayi Qin Yu Jiang yang harus segera diselamatkan, maka dua hari kemudian mereka semua berpamitan pada Shen Xi Ru dan adik-adiknya, meminta menyampaikan pada Xi Xiao Feng, kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Dua kereta kuda sudah disiapkan, satu untuk Jin Shui, Xu Qiao, Liu Xin dan Lin Xiao Yan, satu lagi untuk Qin Liang Jie sekeluarga. Yang lain semuanya menunggang kuda, menempuh perjalanan saat langit masih gelap dan menuju Wansui Gu untuk menemui Zeng Bai Feng. Huang Yu meminta kedua pelayannya Xiao Hu dan Xiao Mi pergi ke dua arah berbeda, berusaha menemukan keberadaan Zhou Yan Zi.

Melewati jalanan di lereng gunung, hamparan lembah terlihat di depan pada subuh dua hari kemudian. Kereta-kereta kuda memperlambat jalan mereka saat di depan ada beberapa orang yang berjalan sambil membawa karung, karung yang cukup besar untuk membawa satu manusia di dalamnya.

Total ada enam orang, masing-masing adalah pria setengah baya bertubuh tinggi, mengenakan baju serba hitam dengan penutup muka yang sudah diturunkan. Dari gerak langkah mereka jelas adalah orang yang menguasai bela diri. Huang Yu yang berkuda paling depan melihat salah satu karung bergerak dan orang yang membawanya kemudian menurunkannya, memukulnya satu kali dan karung itu pun terdiam sama sekali.

"Anak murid Haitang Jian Pai ini sungguh merepotkan," orang itu berkata. "Tidak tahu Zhou Zuozhe menyuruh kita untuk menangkap mereka untuk apa. Bukannya sudah menangkap kepala mereka, entah untuk apa lagi mesti menangkap yang kecil-kecil."

Mendengar kata-kata anak murid Haitang Jian Pai, juga ada yang menyebut Zhou Zuozhe atau Pengawal Kiri Zhou, Huang Yu segera menyadari bahwa enam orang di depan itu adalah orang-orangnya Zhou San Gong dari Wansui Gu, dan karung yang ada di gendongan mereka berisi anak murid Yuan Wan Cui, sesuai yang dikatakan oleh Qin Liang Jie mengenai Zhou Yan Zi ada membantu orang-orang Wansui Gu.

"Liao-xiong, baiknya kita berhenti dahulu disini," Huang Yu berkata, kemudian meminta Yue Long Dai dan Qin Liang Jie membawa kereta kuda menepi, bersembunyi di balik pepohonan dan belukar agar tidak perlu secara langsung berurusan dengan orang-orang Wansui Gu.

"Eh, sepertinya di belakang kita tadi ada kereta kuda," salah seorang pembawa karung berkata, menoleh ke belakang dan melihat jalanan sudah kosong.

"Biarkan saja," kawannya menyahut, "paling hanya beberapa orang yang kesasar. Hari ini kita tidak ada waktu mengurus mereka."

"Wansui Gu ada di depan, kita mesti lekas membawa nona-nona ini kesana, kemudian menemukan sisanya," kawannya yang seorang lagi berkata, "Zhou Zuozhe sudah mengatakan, harus menangkap semuanya, tidak boleh menyisakan satu orang pun."

Mereka terus berjalan ke arah lembah, sesekali memukul karung di punggung mereka dengan kasar, kemudian tertawa. Huang Yu dan Liao Xian menyaksikan, mengingat anak murid Haitang Jian Pai tidak terhitung sebagai kawan mereka semestinya tidak perlu ikut campur, akan tetapi bagaimana pun anggota aliran itu semuanya adalah perempuan, melihat penindasan seperti ini tanpa melakukan sesuatu bukan karakter mereka.

Akan tetapi Huang Yu belum lagi melepaskan biji-biji caturnya, dari ujung jalan yang lain sudah muncul satu sosok tubuh kecil, mendekati orang-orang itu. Enam orang Wansui Gu itu langsung berdiri, agaknya mengenalinya. Seorang nona kecil yang juga tidak asing bagi Huang Yu.

"Erxiaojie," salah seorang memberi hormat dengan takut-takut, seperti pelayan yang ketahuan majikan sedang bermalas-malasan saat ada tugas. Kawannya juga memberi salam dengan nada yang sama.

"Kalian sudah berhasil menangkap berapa orang?" nona kecil itu menanya. Nada suara terdengar ketus tidak seperti yang pernah dikenal oleh Huang Yu. Zhou Yan Zi yang dilihatnya kali ini, gayanya jauh lebih menyerupai kakaknya Zhou Xiang Nu.

Huang Yu dan yang lain diam menyaksikan di tempatnya, ingin mengetahui apa yang terjadi. Orang Wansui Gu menangkap anak murid Haitang Jian Pai atas perintah Zhou San Gong dan Zhou Yan Zi juga ikut mendukung. Sepertinya ada cerita lain di balik semua ini.

"Lapor Erxiaojie, kami berhasil menangkap enam orang," salah seorang lain menjawab, "Lao He mereka masih berada di Wuzhang, kemungkinan bisa menangkap Xue Hua Zhi Shou dan yang lain sebelum mereka menemui Huan Jiao Zheng."

"Hanya enam orang?" Yan Zi mengomelinya, berikut tangannya juga bergerak memberi hadiah satu tamparan ke pengikutnya itu. "Kalian sungguh tidak berguna, masa seharian hanya berhasil menangkap enam orang?"

"Erxiaojie, anak muridnya Yuan Wan Cui itu melarikan diri dari kurungan, mereka langsung lari ke delapan penjuru," pengikut lain juga melapor. "Kami sudah mencari kesana kemari seharian, hanya mendapatkan enam ini saja."

"Mungkin, kawan-kawan yang lain ada mendapat lebih banyak," kawannya menyambung.

Yan Zi menampar lima yang lainnya satu persatu. Nona kecil ini ternyata sama galak dengan kakaknya yang suka mencambuk orang itu. Huang Yu merasa ada yang tidak semestinya. Ia berpikir sebentar, segera menyadari bahwa Yan Zi hanya sedang berpura-pura. Hanya saja ia masih belum bisa menebak alasannya.

"Kalian bertiga lekas pergi tangkap lebih banyak lagi," Yan Zi berkata lagi. "Kalian bertiga, satu orang bawa dua karung, ikut aku pulang ke Wansui Gu."

"Erxiaojie, ini... ini tidak bisa...."

"Kenapa tidak bisa?"

Orang-orang berbaju hitam itu belum sempat menyahut, tiba-tiba mereka merasakan pipi yang tadi terkena tamparan panas bukan main, kemudian seluruh tubuh juga seperti terbakar. Satu persatu mereka jatuh terkapar di tanah dan mengerang setengah mati. Yan Zi bertepuk tangan beberapa kali, kembali ke gaya bandelnya yang biasa.

"Kalian membantu ayahku membuat masalah di Wansui Gu, jika aku tidak mewakili gonggong menghukum kalian, jangan panggil aku Zhou Yan Zi," ucapnya. Tetapi kemudian ia pun memegangi dada sendiri, nampak kesakitan.

"Erxiaojie, ampuni kami, kami hanya...."

Satu orang, nampaknya yang paling senior masih bisa berdiri, tidak memedulikan racun di badannya. Agaknya karena sudah biasa kena hukuman semacam ini dari majikan. Ia mendekat ke arah Yan Zi.

"Erxiaojie... sudah kuduga kau tidak sejalan dengan Zhou Zuozhe...."

Huang Yu sudah melompat keluar dari tempat sembunyinya, menendang orang itu sebelum cukup dekat untuk mencelakai Zhou Yan Zi. Tentu ia tidak berani menyentuh langsung karena tahu orang sudah keracunan. Orang itu tidak sempat memberikan perlawanan, langsung terlempar menabrak bebatuan dan tidak bergerak lagi. Zhou Yan Zi tidak sempat menyumpahinya, ia sudah terkulai lemah.

"Zhou Guniang!"

Zhou Yan Zi memuntahkan darah kehitaman. Huang Yu tidak banyak berpikir, langsung menyentilkan biji caturnya pada lima pengikut Zhou San Gong lain, menotok jalan darah penting supaya mereka tidak bisa mencelakai orang lagi, membuka karung berisi anak murid Yuan Wan Cui dan menyuruh mereka semua pergi. Enam murid Haitang Jian Pai itu masih muda, agaknya adalah murid generasi ketiga di masa ini, mereka sempat mengenali Huang Yu, tidak mengucapkan apa pun, kemudian pergi begitu saja.

"Huang Yu Gege," Zhou Yan Zi juga mengenali Huang Yu. "Kenapa kau bisa berada disini?"

"Jangan banyak bicara dulu," kata Huang Yu. "Kau terkena racun."

"Aku sudah minum obat, tidak akan apa-apa," kata Yan Zi pula, "besok pagi juga sudah sembuh sendiri."

Huang Yu memandangnya. Benar juga, Yan Zi juga adalah orang Wansui Gu, malahan sudah dilatih langsung oleh Zeng Bai Feng. Segala jenis racun di dunia, mana ada yang bisa menyulitkannya.

"Kenapa tidak bilang dari tadi?" tanyanya.

"Kau tidak bertanya," Yan Zi tertawa sambil menahan sakit. "Huang Yu Gege, apakah Jin Shui Gege juga ada disini?"

"Ada," sahut Huang Yu, "kami sedang mencarimu, perlu bantuanmu untuk bisa masuk ke Wansui Gu menemui Zeng Laoqianbei tanpa perlu berurusan dengan ayahmu."

Mereka berjalan ke arah kereta kuda, menemui Liao Xian dan yang lain disitu. Jin Shui sudah turun dan menyambut mereka, keadaannya sudah lebih baik sejak dari Chunjie Kezhan, akan tetapi sebenarnya ia masih perlu beristirahat.

"Ayahku," Zhou Yan Zi terus berkata. "Ayahku menangkap Yuan Wan Cui dan anak muridnya. Total ada empat puluhan orang. Mereka ditahan di Wansui Gu. Beberapa hari yang lalu aku tidak sengaja mengetahuinya dan diam-diam membebaskan mereka, ayahku sangat marah, kemudian menyuruh orang mengejar dan menangkap kembali perempuan-perempuan itu. Aku sendiri, dia hampir mematahkan kakiku."

"Apa?" tanya Huang Yu,

"Ayahku tidak begitu pintar, tujuannya menangkap Yuan Wan Cui tidak sulit ditebak," si nona kecil terus mengoceh. "Selama beberapa tahun ini meski ayahku memegang kekuasan penuh di Wansui Gu, akan tetapi gonggong masih ada, dashibo juga setiap saat bisa kembali dan mengambil alih kekuasaan itu."

"Dashibo?" tanya Huang Yu. "Murid pertama Feng Yeye, Qian Sui You Du (Racun kanan berumur ribuan tahun) Hong Mao Ren. Kabarnya sejak lama sudah memutuskan hubungan perguruan dengan Wansui Gu, pergi entah kemana."

"Sudah lama mencukur rambut dan menjadi biksu," sahut Zhou Yan Zi, "mungkin karena gonggong tahu kemungkinan dashibo kembali tidak besar, maka setahun belakangan mulai membicarakan dengan Duan Meng untuk mewariskan posisi majikan Wansui Gu pada orang luar. Ayahku mendengar ini, tentu saja membuatnya siang malam tidak tenang, kemudian mulai berpikir untuk menyingkirkan gurunya sebelum terlambat."

"Feng Yeye sekarang ada dimana? Dia sudah tahu urusan ini?" tanya Jin Shui.

"Sejak kembali ke Wansui Gu hari itu, gonggong terus menutup diri, melatih sejenis ilmu tenaga dalam atau sedang meramu racun aku juga tidak tahu," Yan Zi nyaris menangis. "Ayahku berencana menggunakan anak murid Haitang Jian Pai dengan cara bagaimana, aku belum tahu, juga belum sempat memberitahukan pada gonggong."

"Kita harus lekas ke Wansui Gu menemui Lao Feng," kata Jin Shui. "Yan Zi, apakah Zhang Zhe Liang, Zhang Laoqianbei juga ada datang ke Wansui Gu?"

"Tidak tahu," sahut Zhou Yan Zi, "sepertinya tidak ada, hanya ada Yuan Wan Cui itu, dia datang katanya hendak menemui gonggong dan memintanya turun tangan membantu menghadapi kalian para pewaris Yumen. Hanya saja, Yuan Wan Cui tidak sempat bertemu gonggong malah bertemu ayahku, mereka berkelahi dan ayahku menggunakan racun, berhasil menangkapnya, kemudian ditahan di ruang khusus."

Jin Shui dan Huang Yu tentu saja masih ingat kata-kata Zhou San Gong pada pertemuan di Yiling bahwa Yuan Wan Cui sudah meminta orang mengirim surat ke Wansui Gu, dan meminta bantuan majikan Wansui Gu untuk menghadapi dan menindak para pewaris Yumen. Tidak disangka si Weian Shuang Jian itu kemudian datang sendiri ke Wansui Gu dan hendak menemui Zeng Bai Feng untuk urusan ini.

Kabar dalam dunia persilatan menyebut bahwa Yuan Wan Cui dahulu adalah kekasihnya Zeng Bai Feng, Huang Yu juga tahu mengenai ini. Jika terjadi perebutan kekuasaan di Wansui Gu, mungkin bisa diselesaikan dengan melibatkan cerita masa lalu, Zhou San Gong menangkap Yuan Wan Cui untuk digunakan mengancam Zeng Bai Feng. Sebuah pemberontakan.

Yan Zi membawa Huang Yu dan yang lain langsung ke bagian belakang Wansui Gu, masuk melalui jalan rahasia yang biasanya digunakan oleh Zeng Bai Feng dan Duan Meng pergi diam-diam untuk mencari bahan obat atau racun. Majikan tua Wansui Gu itu memang aneh wataknya, bahkan keluar masuk rumah sendiri pun tidak suka diketahui orang.

Tidak ada penjaga di jalan rahasia itu, sampai ke dalam lembah juga tidak nampak satu orang pun. Mereka meninggalkan kereta kuda sebelum melintasi sebuah kebun obat, menuju kediaman Zeng Bai Feng. Kebun obat itu sangat luas, berbagai macam tanaman ada disana, bukan hanya obat tetapi juga ada tanaman beracun. Zhou Yan Zi memberi pesan berkali-kali pada Jin Shui dan yang lain agar tidak menyentuh tanaman apa pun.

Di seberang kebun obat itu mereka melihat nyala api obor, puluhan jumlahnya, bergerak menuju satu arah, ke sebuah ruang batu tempat kediaman Zeng Bai Feng. Tempat itu berada di bagian lembah yang terpencil, malam-malam seperti ini biasanya tidak pernah ada orang yang datang. Tetapi obor-obor itu berada di tangan berpuluh sosok berpakaian hitam, semuanya mengenakan penutup muka dan senjata siap ditangan.

"Celaka," Zhou Yan Zi berkata, "sepertinya sudah terlambat."

"Diantara kami ada yang terluka, juga ada yang tidak bisa berkelahi, harus membawa mereka ke tempat yang aman lebih dahulu," Huang Yu berkata.

"Ikut aku," Zhou Yan Zi berkata, kemudian mengantar mereka semua ke sebuah celah gunung tersembunyi di bagian lain lembah, ada sebuah gua yang cukup luas disana.

Jin Shui dan Huang Yu meminta Liao Xian dan Zhu Bai Que menjaga yang lain, sementara mereka kemudian mengikuti Zhou Yan Zi kembai ke depan gerbang ruang batu tempat kediaman Zeng Bai Feng.

Kelompok penjahat kejam yang terkenal suka membuat kekacauan : Liangshan Liu Mo atau Enam Iblis dari Liangshan.

Dipimpin oleh Meng Po, seorang nenek yang berilmu tinggi dan wakilnya, Liangshan Mojun yang juga tidak kalah lihai. Empat anggota lain adalah si pencuri Wang Wei, tukang menyamar Zu Ye Niang, si hidung belang Li Bai Xun dan yang terakhir biksu palsu Fuchang Long. Dua anggota pertama kelompok penjahat ini sudah digantikan dengan yang 'palsu'. Bagaimana cerita lengkapnya? Bagaimana juga sebenarnya hubungan Ma Yong Tao dengan Zhu Bai Que?

Xiaodiandiancreators' thoughts