webnovel

Episode 18 : Long Shan Zhuang Zhu (Majikan Wisma Bukit Naga)

Mereka meneruskan perjalanan, mengambil jalan sebelah kiri, memacu kuda dengan pelahan saja. Langit mulai gelap, tidak ada tanda-tanda perkampungan penduduk atau pemukiman di sekitar, hanya sebuah jalanan menuju hutan yang cukup lebat.

"Seharusnya kita tadi mengambil jalan sebelah kanan dan pergi ke Nanyang sebentar," Jin Shui berkata, "mengambil jalan kiri, akhirnya harus bermalam di dalam hutan."

Xu Qiao membelokkan kudanya ke kiri, berniat melewati pinggiran hutan, berharap bisa menemukan tempat tinggal manusia, setidaknya tempat yang lebih nyaman untuk bermalam. Biar bagaimana pun ia adalah putri majikan Huofeng Lou, tidak suka menghabiskan malam di dalam kegelapan hutan. Akan tetapi baru berjalan beberapa lama, di depan mereka nampak terhampar sebuah dataran lembah, keadaan lebih mencekam daripada hutan.

"Jin Shui Gege, di depan sepertinya ada beberapa kuburan," Xu Qiao menyahut, "aku tidak mau tidur disana."

"Ada kuburan disini, di depan sana mungkin ada perkampungan penduduk," kata Jin Shui. "Kita menyusuri tepian lembah, mudah-mudahan bisa menemukan penginapan untuk malam ini. Perjalanan ke Baiyu Shan masih sangat jauh, tetapi kita juga tidak diburu waktu. Berputar sedikit rasanya tidak akan jadi masalah."

"Jin Shui Gege, lihat."

Di tepi pemakaman ada dua ekor kuda dengan dua ekor penunggangnya, ternyata adalah Liu Xin dan Yue Long Dai. Memang jarak antara para pewaris tidak jauh dan sepanjang perjalanan saling bertemu sesuai yang dikatakan oleh Liao Xian. Jin Shui dan Xu Qiao menghampiri mereka.

"Hua Gege, pemakaman di depan ini sepertinya tidak biasa," Liu Xin berkata pada Jin Shui. "Sangat bersih dan tertata rapi, juga ada taman di sekitarnya."

"Mungkin ada penjaganya juga," tambah Yue Long Dai. "Kita bisa menanyakan padanya kemana jalan menuju perkampungan terdekat."

Di kaki bukit itu menghadap ke lembah yang luas terdapat beberapa batu besar. Bukan batu alam, melainkan batu-batu nisan. Sebuah pemakaman. Nampak terawat, tidak banyak rerumputan yang ada di sekitarnya, bekas dupa untuk sembahyang pun masih ada. Tidak ada kesan menyeramkan, tetapi seperti menyimpan sebuah kisah yang menarik, membuat mereka yang melihatnya tertarik untuk mendekat kesana.

"Aku ingat tempat ini," Jin Shui berkata lagi. "Lebih dari sepuluh tahun yang lalu ketika melarikan diri bersama Mo Ying Shifu, kami pernah melewati tempat ini. Pemakaman ini adalah milik orang-orang Longshan Zhuang (Wisma Bukit Naga)."

"Longshan Zhuang?" Xu Qiao belum pernah mendengar nama ini. "Longshan Zhuang tempat apa?"

"Longshan Zhuang adalah sebuah wisma yang kabarnya penghuninya semua adalah wanita. Majikan tempat ini bermarga Xi, kalau tidak salah gelarannya adalah Long Jian Ying Kui (Setan Bayangan Pedang Naga). Seorang nenek yang seharusnya usianya sudah tujuh delapan puluh tahunan, tetapi selama puluhan tahun ini ia tidak pernah ikut campur urusan dunia persilatan, orang juga tidak banyak tahu tentang dirinya. Tetapi masih ada beberapa orang yang pernah menyebut mengenai Qingren Mu (Makam Kekasih), yaitu pemakaman yang ada di depan kita ini."

"Qingren Mu?" tanya Yue Long Dai. "Apa maksudnya makam kekasih? Apakah makam untuk pasangan kekasih yang bisa bersama sampai tua atau malah sebaliknya, yang tidak bisa bersama?"

"Kita lihat kesana saja," ajak Liu Xin. "Sepertinya di depan makam sana ada semacam prasasti."

Mereka menghampiri makam-makam itu. Tidak ada pagar, juga tidak ada yang menjaga, seolah tempat ini memang terbuka untuk siapa saja yang ingin menyaksikan hasil dari sebuah kekejaman di masa lalu. Pada bagian samping makam terdapat sebuah gasebo dengan batu berukir di tengahnya.

Namun ketika Jin Shui dan yang lain melihat kesana, hanya mendapati tanggal yang menyebutkan satu hari enam puluh tiga tahun yang lalu di bagian kanan atas batu. Tidak ada cerita yang tertulis, tidak ada kisah yang diungkap, seakan orang yang hendak membuat prasasti ini tidak pernah menemukan kata-kata untuk menceritakan apa yang terjadi. Hanya sebuah pemakaman yang bisu. Mengenai kisah di baliknya, setiap orang punya penafsirannya sendiri.

"Ayahku tidak pernah menyebut mengenai Longshan Zhuang ini atau makam kekasih," Xu Qiao berkata. "Jin Shui Gege, mereka orang baik atau jahat?"

"Bukan orang baik, tapi juga bukan orang jahat," sahut Jin Shui. "Selama puluhan tahun ini tidak pernah terdengar sepak terjang mereka karena orang-orang Longshan Zhuang memang tidak pernah ikut campur urusan wulin. Tidak pernah berbuat kejahatan, tetapi juga tidak pernah menolong orang. Tugas mereka hanya menjaga makam-makam, urusan lain mereka tidak pernah peduli."

Mereka mendekati batu-batu nisan yang belasan jumlahnya. Di bagian paling depan ada dua, satu besar dan satu makam kecil. Pada mubei (batu nisan makam) yang besar tertulis kata-kata "ayah yang mulia Xi Jun Hao" dan pada nisan makam yang kecil terukir kata-kata "adik kecil Miao Xie". Mereka segera bisa mengetahui, dua makam ini adalah makam ayah dan anak. Sepuluh makam di belakangnya masing-masing bertulisan nama-nama perempuan dan satu tanpa tulisan, satu lagi makam besar paling belakang, nisannya adalah satu bongkahan batu besar berukir ratusan nama dan sebaris kata-kata. Tidak ada satu pun nama yang dikenal oleh Jin Shui dan yang lainnya.

"Kata Mo Ying Shifu, puluhan tahun yang lalu, tempat ini bernama Qianxiang Gu (Lembah Seribu Harum)," kata Jin Shui lagi. "Saat itu katanya disini adalah sebuah lembah yang indah, ditanami berbagai jenis bunga, juga ada sebuah wisma serupa istana yang dihuni satu pria dengan ratusan wanita, semua adalah selir atau kekasihnya."

"Satu pria dan ratusan wanita?" Xu Qiao meleletkan lidah. "Selain kaisar, entah tokoh macam apa yang punya selir dan kekasih sebanyak itu?"

"Kata Lao Zhu Wang, dahulu pada masa kejayaan Yumen Jiao, banyak wanita yang dididik sejak kecil, katanya dipersiapkan untuk ketuanya," kata Yue Long Dai tanpa berpikir. "Ketua Yumen bisa memiliki perempuan mana saja, sama seperti...." ia tiba-tiba menutup mulut ketika Liu Xin menarik lengan bajunya. Sesaat itu baru ingat bahwa Jin Shui adalah putra seorang ketua Yumen.

"Menurut Mo Ying Shifu, Xi Jun Hao adalah majikan Qianxiang Gu," Jin Shui tidak memedulikan ocehannya. "Puluhan tahun silam dikenal sebagai seorang penjahat pemetik bunga. Dia mencari dan mendapatkan gadis-gadis cantik dari delapan penjuru. Tidak ada yang tahu bagaimana dia bisa mengumpulkan sedemikian banyak istri dan selir di istana kecilnya. Di masa ini mungkin hanya tersisa beberapa orang yang masih mengingat nama penjahat ini dan reputasinya."

"Jika Han Bu Dian ada disini, mungkin dia mengetahui tentang orang ini," kata Yue Long Dai lagi. "Dia banyak mengetahui kejadian di dunia persilatan bahkan pada masa seratus tahun yang lalu saat dia belum dilahirkan."

"Lalu bagaimana?" tanya Liu Xin pada Jin Shui. "Kenapa beberapa puluh tahun kemudian nama Qianxiang Gu lenyap sama sekali? Penghuni wisma sudah terkubur, mengapa masih ada Longshan Zhuang?"

"Xi Jun Hao saat itu kabarnya menjalin cinta dengan orang Baiyu Shan, tetapi Mo Ying Shifu juga tidak tahu jelas mengenai apa yang terjadi. Hanya tahu nama Miao Xie yang ada di makam paling depan itu adalah nama putri mereka."

"Baiyu Shan?" Liu Xin dan Xu Qiao menanya bersamaan.

"Orang Yumen Jiao?" tanya Yue Long Dai.

"Markas Yumen baru dipindahkan ke Baiyu Shan pada masa kekuasaan ayahku," sahut Jin Shui, "puluhan tahun yang lalu Baiyu Shan adalah Baiyu Shan, tidak ada kaitannya dengan Yumen. Aku juga belum tahu jelas reputasi Baiyu Shan pada masa lalu karena di masa sekarang tidak banyak orang yang membicarakannya. Tetapi kata Mo Ying Shifu, kehancuran Qianxiang Gu adalah perbuatan orang Baiyu Shan. Kabarnya dalam semalam, Xi Jun Hao dan semua penghuni istana kecilnya tewas terbunuh, tempat kediaman mereka saat itu juga terbakar habis. Makam-makam yang kita lihat saat ini adalah makam mereka."

"Jika sudah terbunuh semuanya, lalu siapa yang membuat makam-makam ini?" tanya Liu Xin pula.

"Xi Jun Hao masih punya seorang putri, yaitu majikan Longshan Zhuang yang sekarang," kata Jin Shui lagi. "Makam kekasih ini dia yang membuat, untuk menghormati ayahnya."

Liu Xin dan Xu Qiao melihat ke sekitar, berusaha menemukan bangunan tempat kediaman manusia di sekitar makam, tetapi yang mereka temukan hanya dataran lembah yang terbuka cukup luas. Tebing-tebing berada di kejauhan. Sejauh itu, tidak nampak ada bangunan yang cukup sesuai disebut sebagai wisma. Entah Longshan Zhuang itu tersembunyi di bagian lembah yang mana.

"Aku juga pernah berusaha menemukan Longshan Zhuang itu, tetapi orang-orang yang menjaga makam ini kabarnya tidak pernah bisa kita temukan kecuali jika mereka yang ingin bertemu dengan kita," kata Jin Shui memahami kebingungan mereka. "Hari ini kita juga bukan ingin berurusan dengan mereka, baiknya melanjutkan perjalanan saja."

Langit di atas sana memang sudah mulai gelap. Jin Shui dan yang lain meninggalkan pemakaman dan berjalan santai menyusuri tepian lembah, kira-kira dua jam kemudian mereka menemukan sebuah bangunan kayu berloteng di tepi jalan. Papan nama menunjukkan tempat itu sebagai sebuah penginapan bernama Chunjie Kecan (Penginapan Musim Semi).

Hanya sebuah bangunan penginapan tanpa ada perkampungan penduduk di sekitarnya. Namun penginapan ini cukup bersih dan terang, sedikit pun tidak terlihat sebagai tempat menyeramkan atau losmen gelap yang berbahaya. Bermalam disini tentu saja lebih baik daripada harus tidur di dalam hutan.

Mereka masuk ke dalam. Penginapan dijaga oleh sepasang suami istri muda yang nampak mengantuk, entah pemiliknya atau hanya pelayan. Bagian depan penginapan adalah sebuah restoran kecil yang hanya terdiri dua meja bundar saja serta satu meja kecil di ujung. Ketika Jin Shui menanyakan apakah mereka masih bisa menyediakan makanan, kedua penjaga penginapan meminta mereka menunggu dengan nada datar saja, kemudian tidak berapa lama nasi dan sejumlah sayur sederhana serta teh sudah tersedia di meja. Tidak ada yang mencurigakan, tetapi penginapan di tengah lembah sepi semacam ini tentu saja membuat siapa pun merasa perlu berwaspada.

Namun mereka semua memang sudah lapar, maka tidak ingin berpikir terlalu panjang juga. Sebuah penginapan terpencil, namun sayuran sederhana yang dihidangkan ternyata rasanya amat lezat dan nasinya pun amat harum. Tidak berapa lama, hidangan di meja itu pun sudah habis semuanya.

Di saat itulah terdengar suara ringkik kuda di luar sana. Dua penunggangnya tidak lama kemudian melangkah masuk sebelum Jin Shui dan yang lainnya meninggalkan tempat duduk mereka. Seorang pemuda berpakaian serba putih dan kawan pemburunya yang mengenakan pakaian abu-abu gelap. Jin Shui dan Xu Qiao lekas mengenali mereka sebagai dua anggota Yongjun Hui yang salah satunya sempat berkelahi dengan Lin Ji Xuan pada wulin dahui di Yiling beberapa waktu yang lalu. Putra Huan Jiao Zheng yang bernama Huan Chao Yu, dan tangan kanan ayahnya, Li Zu Yang.

Huan Chao Yu dan Li Zu Yang rupanya mengenali Jin Shui. Keduanya tidak lantas mencabut senjata, tetapi jelas langsung berwaspada. Jin Shui berempat, mereka hanya berdua, tentu saja tahu jika berkelahi tidak akan seimbang.

"Hua Shaoxia," Huan Chao Yu menegur Jin Shui sambil merangkap tangan. Ia berusaha mengenali ketiga orang yang bersama pewaris utama Yumen itu. Xu Qiao diketahui olehnya sebagai kekasih Jin Shui. Yue Long Dai ia juga pernah melihat, cukup tahu kalau kemampuannya biasa saja dan bukan bagian dari delapan pewaris. Kemudian pandangannya tertuju pada Liu Xin, menatapnya beberapa saat.

Tuan putri kecil ini masih asing baginya, karena pada wulin dahui di Yiling waktu itu, Liu Xin masih ditahan oleh Yuan Wan Cui dan baru dilepaskan kemudian oleh campur tangan Xianjing Wang. Tetapi untuk beberapa saat Huan Chao Yu agaknya lupa sama sekali bahwa empat orang yang ada di hadapannya bukan kawan.

"Huan Gongzi," Jin Shui membalas salamnya, mengalihkan pandangannya dari Liu Xin.

"Tidak disangka disini bisa bertemu dengan Hua Jin Shui, Hua Shaoxia," Li Zu Yang juga menegur Jin Shui, membuatnya mengalihkan perhatian. "Tempo hari bertemu di Yiling kita tidak sempat berkenalan dan minum arak bersama, malah ada sedikit salah paham, mudah-mudahan Hua Shaoxia tidak memasukkan ke dalam hati."

"Benar, kita belum sempat berkenalan dan minum arak bersama," kata Jin Shui pula. "Tadinya, aku berniat pergi ke Nanyang mengunjungi Huan Menzhu, akan tetapi aku hanya seorang yang belum dikenal, belum cukup nama untuk mengunjungi seorang ketua aliran besar, terpaksa dituda lebih dahulu."

"Aku bermarga Huan, bernama Chao Yu," Huan Chao Yu berkata tanpa ditanya, perkenalan ini khusus ditujukan pada Liu Xin. Sekali lagi ia berusaha memandang ke arah tuan putri itu, membuat Liu Xin merasa tidak nyaman.

"Zaixia bermarga Li," kawannya menyambung, "hanya seorang pembantu saja, nama tidak dikenal."

"Tangan kanan ketua Yongjun Hui kabarnya adalah seorang yang bermarga Li, bergelar Hei Mo Lao Ying, bernama Li Zu Yang," Yue Long Dai berkata, menghadang di depan Liu Xin agar Huan Chao Yu tidak bisa memandang ke arahnya lagi. "Entah apakah Anda adalah Li Xiansheng ini."

"Aku hanya seorang pembantu, mana bisa dikatakan sebagai tangan kanan segala macam," Li Zu Yang merendah dengan gaya dan senyuman yang tidak enak dilihat. "Kami berdua hari ini juga hanya tersesat sampai kemari, tidak menyangka akan bertemu dengan Hua Shaoxia dan kawan-kawan. Tetapi malam sudah larut, kami sudah lelah dan ingin beristirahat, hari ini belum bisa menemani minum arak."

Ia ingin membawa tuan mudanya lekas-lekas berlalu. Jin Shui membiarkan saja. Kedua orang itu lekas memesan kamar dan meninggalkan tempat makan. Jin Shui kemudian juga memesan dua kamar. Satu untuk dirinya dan Yue Long Dai, satu lagi untuk Xu Qiao dan Liu Xin. Malam itu berlalu tanpa kejadian apa-apa.

Saat pagi tiba, kuda milik Huan Chao Yu dan Li Zu Yang sudah menghilang, agaknya kedua orang itu subuh-subuh sudah meninggalkan penginapan. Jin Shui dan yang lain tidak berminat mengejar keduanya, maka mereka juga bersiap hendak meneruskan perjalanan.

Akan tetapi saat mereka hendak mengambil kuda, si nyonya penjaga penginapan mengantarkan lima orang nona muda datang menemui. Usia nona-nona itu baru sekitar dua puluh tahun, sikap mereka nampak ramah dan tidak nampak seperti hendak mencari masalah. Wajahnya mereka tidak dipoles, pakaian serba putih yang terbilang sederhana dengan sebilah pedang tipis tergantung di pinggang. Jin Shui dan yang lain tidak mengenal mereka, tetapi salah seorang nona yang nampaknya paling tua langsung bisa menyebut nama mereka berempat dengan tepat.

"Xiaonuzi Jia Ping, empat adik ini adalah Xiao Yue, Xiao Xi, Xiao Wen dan Xiao Qian," nona itu memperkenalkan dirinya dan empat kawannya dengan ringkas, "ingin mengundang Hua Shaoxia menemui majikan kami."

"Jia Ping Guniang, kalau boleh tahu, siapa majikan Anda?" tanya Jin Shui. "Bagaimana bisa tahu Hua Jin Shui berada di Chunjie Kecan?"

"Chunjie Kecan adalah Longshan Zhuang, dengan sendirinya kami tahu Hua Shaoxia ada disini," kata nona itu sambil tertawa.

"Disini adalah Longshan Zhuang?" tanya Jin Shui. Ia langsung menyadari satu hal. Gurunya Mo Ying pernah mengatakan, tidak seorang pun yang bisa bertemu dengan orang-orang Longshan Zhuang kecuali jika mereka sendiri yang ingin menemui. Di sekitar makam kekasih juga tidak pernah ditemukan bangungan yang menyerupai sebuah wisma, satu-satunya kediaman manusia dalam jarak dua puluh li hanya penginapan ini yang letaknya terlalu terpencil di tengah lembah. Sejak berpuluh tahun tidak pernah ada yang berhasil menemukan Longshan Zhuang, rupanya jalan masuknya ada pada Chunjie Kecan ini.

Kemudian ia memperhatikan nona muda di hadapannya ini, juga nyonya di sampingnya. Sejak semalam tidak ada sesuatu pun yang tidak sewajarnya dari suami istri penjaga Chunjie Kecan, tetapi sosok dan bentuk wajah nona muda ini jelas adalah sosok dan bentuk wajah si suami. Agaknya sejak semalam ketika Huan Chao Yu dan Li Zu Yang tiba, kedua penjaga penginapan itu sudah mengetahui identitas Jin Shui dan kawan-kawan.

"Hua Shaoxia, silakan," nona itu kembali berkata.

"Jin Shui Gege," Xu Qiao menahannya. "Kami juga ikut," katanya pada Jia Ping.

"Majikan kami hanya ingin bertemu dengan Hua Shaoxia seorang, kalian bertiga silakan menunggu disini," sahut si nona.

"Mana bisa begitu?" protes Yue Long Dai. "Kami pergi bersama, ada...."

"Jika kalian khawatir mengenai orang Yongjun Hui, aku berani menjamin, mereka tidak akan datang sebelum kami mengembalikan Hua Shaoxia kemari," Jia Ping lekas berkata. "Jika kalian khawatir kami akan mencelakai salah satu dari kalian, juga rasanya tidak perlu. Kalian sudah berada disini dengan aman sejak semalam. Jika kami ingin turun tangan, masa begitu repot menunggu sampai pagi?"

"Longshan Zhuang tidak ada permusuhan dengan siapa pun," Jin Shui meyakinkan mereka semua. "Jia Ping Guniang, silakan."

Jia Ping dan si nyonya penjaga penginapan yang dipanggil dengan sebutan Chen Daniang berdua membawa Jin Shui masuk ke bagian dalam bangunan penginapan. Empat gadis lainnya menjaga Xu Qiao dan yang lainnya. Liu Xin sempat memperhatikan empat nona ini. Meski roman muka mereka tidak jelek dan nampak ramah, tetapi keempatnya tidak pernah bicara sepatah kata pun, nampaknya sangat berhati-hati menjaga kerahasiaan Longshan Zhuang.

Pada bagian tengah Chunjie Kecan terdapat sebuah taman sederhana dengan beberapa tananaman bunga yang nampak tertata rapi. Setelah melewati taman itu nampak terlihat lima buah pondokan kecil. Tetapi berbeda dengan bagian luar yang terbuat dari kayu, pondok-pondok ini semuanya terbuat dari bambu. Jia Ping dan Chen Daniang membawa Jin Shui masuk ke dalam pondokan yang di tengah.

"Hua Shaoxia, silakan."

Sebuah tangga menurun langsung menyambut mereka. Sebuah jalan ke bawah tanah. Jin Shui menghitung anak tangga yang dilaluinya persis ada tiga puluh enam ketika mereka membelok melalui pintu pada dinding, kemudian menurun sebanyak tiga puluh enam anak tangga lagi sebelum kembali menemukan pintu lain.

Mereka memasuki sebuah ruangan gua alami bawah tanah. Beberapa wanita ada disana, semuanya mengenakan baju putih dan dandanan mereka sama seperti Jia Ping dan adik-adiknya. Hidangan dan arak sudah disiapkan di atas meja di tengah ruangan, namun sementara belum ada yang duduk menikmatinya. Mereka nampak tengah menunggu kedatangan seorang tamu penting.

Salah seorang wanita mendekati Jin Shui. Usianya hampir tiga puluh tahun, wajahnya bulat telur, manis dan sekaligus nampak dewasa. Bibirnya selalu tersenyum, nampak tenang dan membuat orang merasa segan padanya. Jin Shui juga tidak mengenalnya, tetapi sampai disini ia tidak ada sedikit pun merasakan ada niat jahat.

"Yumen Mo Wang Hua Jin Shui, Hua Shaoxia," wanita itu memberi salam padanya. Lembut dan ada kesan menyenangkan pada suaranya. "Kami orang Longshan Zhuang jarang bergaul dengan dunia luar, agak sedikit tidak mengerti aturan, hari ini terpaksa mengundang Anda kemari, harap Anda tidak keberatan dengan penyambutan sederhana kami."

Jin Shui tersenyum. Kata-kata wanita di hadapannya ini sangat halus dan jelas, nampak merendah namun di balik pandangan matanya ada niatan menyelidiki. Meski begitu Jin Shui juga tidak merasa cemas. Dengan reputasinya sebagai Yumen Mo Wang, siapa pun yang baru pertama kali bertemu dengannya pasti akan berwaspada.

"Zhuangzhu tidak perlu sungkan," Jin Shui berkata. "Aku Hua Jin Shui hari ini bisa berkenalan dengan pemilik makam kekasih, sungguh suatu keberuntungan yang langka."

"Xiaomei bukan segala macam zhuangzhu," wanita itu tertawa kecil. "Hua Shaoxia pengetahuannya tidak rendah, bahkan mengetahui mengenai asal usul makam kekasih kami, tidak mungkin Anda tidak tahu bahwa majikan Longshan Zhuang yang sebenarnya adalah seorang nenek tua berusia delapan puluh tahunan, bukan seorang nona muda. Hua Shaoxia, usiaku masih jauh dari setengah abad, mana ada hak menjadi zhuangzhu disini."

Ia seperti mendengar sendiri pembicaraan Jin Shui dan kawan-kawannya ketika di makam kekasih. Jin Shui sedikit terkejut. Dengan kemampuannya, tidak mungkin seseorang bisa hadir dalam jarak begitu dekat dengannya tanpa ia ketahui. Makam kekasih berada di lembah yang terbuka, entah bagaimana seseorang bisa bersembunyi disana dan diam-diam mendengarkan pembicaraan.

"Kalau begitu, nona adalah...." ia tidak menanyakan bagaimana wanita di hadapannya ini bisa tahu dirinya memahami asal usul makam kekasih.

"Aku bermarga Shen, bernama Xi Ru, zhuangzhu kami adalah guruku," sahut wanita itu. Agaknya juga tidak ingin memberikan penjelasan.

"Ternyata Shen Guniang," Jin Shui merangkapkan tangan memberi sedikit tanda perkenalan padanya. "Kalau boleh tahu, Anda mengundangku kemari, entah ada keperluan apa?"

"Hua Shaoxia silakan duduk dulu," Shen Xi Ru mempersilakan. "Saat ini waktunya belum tiba, harap Hua Shaoxia tidak keberatan membuang sedikit waktu menunggu sebentar."

Shen Xi Ru menuangkan arak ke dalam cawan, memberikannya pada Jin Shui. Keramahan yang tidak seharusnya ditolak, namun Longshan Zhuang ini meski bukan musuh tetapi belum tentu adalah kawan. Untuk sesaat Jin Shui menampakkan sedikit kewaspadaan, Shen Xi Ru tentu saja bisa menangkap keadaan.

"Hua Shaoxia khawatir arak ini beracun?" ia bertanya sambil tersenyum. "Kami orang Longshan Zhuang sejak semalam sudah mengetahui kedatangan Anda kemari, jika tujuannya ingin mencelakai maka sejak awal sudah turun tangan, tidak perlu mengundang Anda minum segala."

Kata-kata yang serupa dengan yang diucapkan oleh Jia Ping. Jin Shui juga tidak merasa ada permusuhan dengan orang, dalam pikirannya juga berharap akan ada lebih banyak dukungan untuk Yumen Jiao di kemudian hari. Jika bisa berkawan dengan majikan atau murid-murid Longshan Zhuang ini maka kelak pasti ada gunanya. Maka ia pun minum tanpa ragu. Shen Xi Ru mempersilakannya minum dua cawan lagi.

"Arak ini sangat keras, tetapi setelah meminumnya sama sekali tidak merasa pusing, malah merasa sangat bersemangat," Jin Shui berkomentar kemudian. "Shen Guniang, arak seperti ini sepertinya tidak pernah dijumpai di luaran, apakah ini kalian sendiri yang membuatnya?"

"Benar," Shen Xi Ru tidak ikut minum. "Kami penghuni Longshan Zhuang rata-rata adalah perempuan, sebenarnya tidak punya banyak keahlian. Selama beberapa puluh tahun ini kami berusaha membuat beberapa jenis arak yang sedikit berbeda. Hua Shaoxia jika tidak keberatan, lain hari mungkin xiaomei akan mengundang Anda dan para pewaris yang lain mencicipi beberapa jenis arak lainnya."

Kali ini Jin Shui belum lagi memberikan jawaban, seorang pelayan muda datang dan membisikkan beberapa patah kata pada Shen Xi Ru. Wanita itu hanya mengucapkan kata-kata "aku tahu" padanya, pelayan itu pun pergi.

"Hua Shaoxia, sepertinya hari ini xiaomei tidak bisa menjamu Anda terlalu lama," kata Shen Xi Ru kemudian, kembali berpaling pada Jin Shui. "Zhuren kami sudah menunggu Anda."

Majikan Longshan Zhuang tinggal di bagian lain gua bawah tanah itu. Tempat yang sepi dan tenang, disana banyak terdapat taman bunga yang sangat terawat, wangi bunga segar tercium di setiap sudut ruangan. Tirai putih tipis menjadi pembatas setiap ruangan. Di balik tirai itu juga majikan Longshan Zhuang berada, wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Nampak dua pelayan berada di kanan dan kirinya, memijat tangan-tangannya yang keriput. Seorang wanita tua yang juga asing bagi Jin Shui.

"Zhuren, Hua Shaoxia sudah tiba," Shen Xi Ru melapor. "Hua Shaoxia, ini adalah majikan kami, Xi Xiao Feng, Xi Zhuangzhu," ia memperkenalkan pada Jin Shui.

"Kau putra Wu Yao Wei?" si nenek Xi Xiao Feng bersuara. Suara yang sudah serak dan berat, jelas seorang nenek tua yang penyakitan. Ia menyebut nama Wu Yao Wei begitu saja karena bagi Wu Yao Wei ia pun masih terhitung senior. "Juga salah satu pewaris Yumen?"

"Wanbei Hua Jin Shui," Jin Shui merangkap tangan memberi hormat. "Tong Jian Lei Shen Wu Yao Wei, Wu Jiaozhu adalah ayahku. Zhuangzhu membuka pintu mengundang wanbei kemari, apakah ada yang ingin disampaikan?" ia bertanya tanpa basa basi.

"Hua Shaoxia, kudengar Anda sedang dalam perjalanan bersama kawan-kawan menuju Baiyu Shan," Xi Xiao Feng berkata pula. "Delapan pewaris yang disiapkan oleh Wu Yao Wei sudah berkumpul kembali, juga sudah tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, benarkah begitu?"

Nenek tua ini tahu banyak hal, ingatannya pun mestinya juga masih belum terpengaruh oleh usianya yang sekarang. Jin Shui tidak tahu dia kawan atau musuh, tetapi mengingat orang-orang Longshan Zhuang tidak pernah bergaul dengan dunia luar, seharusnya juga tidak mungkin ada permusuhan dengan Yumen Jiao di masa lalu. Jin Shui tidak ingin menutupi, tapi ia juga tidak ingin menyebut langsung mengenai Baiyu Shan. Ayahnya majikan Longshan kabarnya terbunuh oleh orang Baiyu Shan berpuluh tahun yang lalu. Entah nenek tua di hadapannya ini masih ada ganjalan mengenai hal ini atau tidak ia tidak bisa memastikan.

"Benar," Jin Shui menyahut. "Wanbei mengikuti petunjuk yang ditinggalkan untuk para pewaris, pergi menemui seseorang."

"Kalau begitu, kau tahu siapa orang itu?" tanya Xi Xiao Feng lagi.

"Wanbei hanya tahu, beliau seorang wanita bernama Yu Nian, dia akan banyak membantu dalam usaha membangkitkan kembali aliran Yumen kami," sahut Jin Shui, "mengenai yang lainnya, sampai di Baiyu Shan baru bisa diketahui dengan jelas."

"Pada saatnya kau akan tahu sendiri, aku nenek tua ini tidak punya hak bicara banyak. Terhadap Baiyu Shan ini, kami orang Longshan boleh dibilang pernah ada pemusuhan, juga pernah ada cinta yang tidak selesai," ia menyebut lebih dulu mengenai Baiyu Shan. Tidak ada kebencian dalam nada suaranya. "Ada banyak cerita, jika diuraikan satu persatu maka tidak akan selesai hanya dalam hitungan hari, aku juga tidak ingin Hua Shaoxia membuang waktu mendengar ocehan nenek tua sepertiku."

"Pernah ada permusuhan, juga ada cinta yang tidak selesai," Jin Shui mengulang sebagian kata-katanya. "Zhuangzhu, apakah Anda masih ada mengenal orang Baiyu Shan yang masih hidup saat ini?"

Xi Xiao Feng tersenyum sekilas. "Sayang sekali orang yang paling kukenal disana sudah mendahului aku," katanya lagi. "Kudengar istrinya juga sudah tidak ada lagi. Mereka hidup tenang jauh dari dendam dunia persilatan setelah menikah, belakangan meninggalkan Baiyu Shan ke pegunungan yang sepi, sampai hari tua lebih banyak menghabiskan waktu menanam bunga dan memelihara kambing. Kehidupan seperti itu, siapa pun tidak akan tega untuk merusaknya."

"Wanita bernama Yu Nian itu, entah apakah Zhuangzhu pernah mendengar tentangnya?" Jin Shui bertanya.

"Yu Nian." Xi Xiao Feng menarik nafas. "Yu Nian bukan nama aslinya, tetapi dia adalah majikan besar Baiyu Shan yang sebenarnya. Suaminya yang bermarga Gu itu entah mengapa justru meninggal lebih cepat. Sedangkan putri mereka menikah dengan ketua Yumen Jiao, Tong Jian Lei Shen Wu Yao Wei."

"Benar," sahut Jin Shui, "Yu Nian itu adalah ibu kandungnya jiaozhu furen kami."

Xi Xiao Feng terbatuk-batuk sebentar, agaknya karena penyakit tuanya. Shen Xi Ru mendekat dan memberikan beberapa butir pil yang segera ditelannya.

"Benar," nenek itu kemudian tertawa dan bicara lagi. "Yu Nian memang adalah ibunya jiaozhu furen kalian. Terhitung sebagai nenek bagimu, tetapi tidak ada hubungan darah. Kau adalah putra Wu Yao Wei, tapi bukan dengan jiaozhu furen kalian."

"Aku tahu," kata Jin Shui. "Tetapi Shui Yao Shishu sebelum meninggal memberi pesan agar para pewaris Yumen pergi ke Baiyu Shan menemui Yu Nian ini. Tentu aku tahu dia adalah mertua ayahku, sedangkan aku adalah...." ia tidak ingin menyebut diri sendiri anak haram.

"Zhuren, jika Hua Shaoxia menemui wanita bernama Yu Nian ini, apakah tidak jadi masalah?" Shen Xi Ru menanya. "Markas Yumen di Baiyu Shan dihancurkan orang sampai tidak bersisa, Yu Nian sebagai majikan yang sebenarnya, seharusnya terhadap masalah ini sudah sangat tidak senang. Jika tiba-tiba datang pula seorang yang mengakui sebagai putra Wu Jiaozhu dengan wanita lain, entah bagaimana reaksinya."

"Yu Nian sudah mulai menutup diri dan tidak mau tahu yang terjadi sejak suaminya meninggal, hidup hanya demi anak perempuan satu-satunya yang sudah menjadi jiaozhu furen Yumen Jiao itu," kata si nenek lagi. "Menurut kalian, apa penyesalan terbesarnya saat mengetahui orang sudah mengobrak abrik kediaman anak dan menantunya?"

"Berpisah dengan putrinya," sahut Shen Xi Ru.

"Benar sekali," kata Xi Xiao Feng. "Mengenai orang dunia persilatan merusak sebagian dari Baiyu Shan, ia tidak mungkin menyalahkan Wu Yao Wei. Mengenai Wu Yao Wei punya anak dengan perempuan lain, asalkan jiaozhu furen bersedia menjelaskannya, maka Yu Nian juga tidak akan mempermasalahkan, malah bisa jadi akan menganggap Hua Shaoxia sebagai cucu dan penerus yang sah juga."

"Tetapi jiaozhu furen sudah tidak ada di dunia," Jin Shui berkata. "Bagaimana dia bisa menjelaskan mengenai aku dan para pewaris lain pada ibunya?"

"Bagaimana jika kuberitahukan padamu, Gu Chen Hui masih ada di dunia ini?" si nenek menanya.

"Zhuren, apakah dia masih hidup?" tanya Shen Xi Ru.

"Xi Ru, apa kau masih ingat, lebih dari sepuluh tahun lalu aku masih sempat pergi ke Nanyang menemukan satu lagi orang yang mesti dibawa ke makam kekasih?" si nenek balik menanya padanya. "Saat itu, sudah tua tetapi belum penyakitan seperti sekarang."

"Ingat," Shen Xi Ru berkata, "saat itu Anda menyebut Huan Jiao Zheng sebagai orang yang tidak berbudi, mengaku dari aliran lurus tetapi menggunakan cara-cara licik demi menangkap sisa anggota Yumen Jiao. Sejak dari Baiyu Shan sampai ke Nanyang ia ada menangkap sampai puluhan orang. Tidak langsung dibunuh tetapi kabarnya disekap di markas Yongjun Hui sampai berbulan-bulan. Zhuren, apakah diantara yang ditangkap itu ada jiaozhu furen?"

"Aku tidak berhasil menemukannya, tetapi mendengar orang-orangnya Huan Jiao Zheng membicarakannya. Aku mengenal Gu Chen Hui sejak kecil, jika dia sampai ditawan orang, tentu saja aku mesti membebaskannya. Tetapi Huan Jiao Zheng bukan orang yang bisa dianggap remeh, tentu saja menantangnya sama saja mencari mati. Maka aku diam-diam berusaha mendapatkan keterangan lebih dulu. Memang diantara tawanan yang dibawa dari Baiyu Shan ada seorang nyonya yang katanya diperlakukan istimewa."

Entah perlakukan istimewa itu seperti apa. Jin Shui diam untuk sesaat. Jiaozhu furen adalah orang yang memberi perintah pada Mo Ying untuk menemukannya belasan tahun yang lalu. Jiaozhu furen adalah orang yang membuat dirinya ada di dunia. Meski belum pernah mengenal, tetapi jika memang jiaozhu furen ini ada di tangan orang Yongjun Hui, Jin Shui pasti akan berusaha sepenuh hati untuk membebaskannya.

"Hua Shaoxia, meski kemungkinan ini sangat kecil, akan tetapi laoshen berharap Anda bisa menyelamatkan Gu Chen Hui," kata Xi Xiao Feng pula. "Aku mengenal dia saat masih kanak-kanak, sempat menyaksikannya tumbuh dewasa."

"Jika jiaozhu furen masih hidup, dengan sendirinya aku pasti akan berusaha menemukan dan menyelamatkannya," kata Jin Shui. "Zhuangzhu sudah memberitahukan informasi yang sangat berharga ini pada Jin Shui, aku sangat berterima kasih."

"Jika sudah menemukan, beritahukan padanya bahwa Xi Xiao Feng meminta padanya untuk menjaga seluruh Longshan Zhuang," kata Xi Xiao Feng pula. "Jika Gu Chen Hui sudah tidak ada, maka pesan ini laoshen berharap Hua Shaoxia bisa menyampaikan pada ibundanya di Baiyu Shan sana."

"Aku berjanji," kata Jin Shui.

Jawaban ini sudah cukup bagi Xi Xiao Feng. Namun ia belum sempat berkata lagi, pelayannya masuk ke dalam dengan buru-buru, langsung berlutut di depannya.

"Zhuren, lapor..."

"Ada apa?" tanya Shen Xi Ru.

"Di Chunjie Kecan ada orang yang datang...."

Air muka si zhuangzhu tidak banyak berubah, namun Jin Shui tentu saja langsung bereaksi. Nada bicara si pelayan memberitahu bahwa ada musuh yang datang ke Chunjie Kecan di atas sana. Entah Xu Qiao, Liu Xin dan Yue Long Dai bisa menghadapinya atau tidak. Tentu saja ia seketika merasa cemas.

"Antarkan Hua Shaoxia keluar," Xi Xiao Feng lekas memberi perintah pada Shen Xi Ru, memahami reaksi Jin Shui.

Bagian depan Chunjie Kecan sudah hancur berantakan. Pertarungan sudah berpindah ke jalanan. Yang dihadapi oleh Liu Xin dibantu Jia Ping dan empat adiknya adalah seorang pemuda yang tidak asing. Ketika Jin Shui, Shen Xi Ru dan para gadis Longshan lain tiba disitu, Yue Long Dai baru saja melepas tanda kembang api milik Liu Xin, jelas berharap ada pewaris Yumen lain yang berada tidak jauh dan bisa datang membantu.

Yang sedang dihadapi oleh Liu Xin dan para gadis Longshan adalah kakak kandung Huang Yu dan murid Xie Tian Hu, Huang Zhe. Pemuda yang sudah mengakui pembunuh orang tua sebagai guru itu tidak datang sendiri, ia membawa serta seorang gadis muda, nampak berdiri di tepi arena pertarungan, pandangannya setengah kosong seperti boneka kayu, memandang lurus dan nampak sedikit bereaksi ketika melihat kedatangan Jin Shui. Jin Shui langsung mengenalinya sebagai Lin Xiao Yan, putrinya Lin Tong Tian yang pernah membantunya lolos dari tangan si Ban Ye Sha Shou beberapa waktu yang lalu.

Pertarungan Huang Zhe melawan lima orang gadis masih nampak berimbang. Jika yang datang hanya Huang Zhe seorang sebenarnya Jin Shui tidak perlu khawatir. Ia mendekati Xu Qiao, menemukan gadisnya itu baik-baik saja seketika kecemasannya lenyap.

"Qiao-er, mereka mengapa bisa muncul disini?" tanyanya.

"Jin Shui Gege, baru beberapa lama tidak bertemu, kulihat ilmunya si marga Huang itu semakin sesat," Xu Qiao langsung melapor padanya.

"Xu Guniang, kau menyebut namaku?" Huang Zhe tiba-tiba sudah berpindah ke sisinya. Entah bagaimana ia bisa bergerak seperti hantu, melesat begitu saja membuat lima lawannya kehilangan sasaran, kemudian tiba-tiba juga sudah dekat dengan Xu Qiao. Agaknya sesuai yang dikatakan Xu Qiao, sejak mengikuti Xie Tian Hu ilmunya semakin sesat, kemajuannya cukup pesat. Jin Shui tentu saja langsung maju menghadang sebelum ia berbuat sesuatu.

"Hua Gege, hati-hati!" Liu Xin berteriak memberi peringatan.

Nyaris terlambat. Beberapa batang jarum menyebar ke muka Jin Shui. Jarak begitu dekat, namun Jin Shui masih sempat mengebaskan lengannya dan membuat senjata-senjata rahasia itu berhamburan di tanah. Detik berikutnya saat ia menghunus pedang, Huang Zhe sudah berpindah ke sisi Lin Xiao Yan, meraih tangannya dan menariknya pergi.

"Jin Shui Gege!"

Teriakan Xu Qiao terlambat. Jin Shui sudah pergi mengejarnya. Tentu ia bukan tidak terpikir bahwa meninggalkan tempat itu akan sangat berbahaya, tetapi Lin Xiao Yan ada di tangan Huang Zhe, ia tidak bisa tidak peduli. Bagaimana pun terhadap putri Lin Tong Tian itu ia masih mempunyai satu hutang budi yang belum dibalas.

Liu Xin dan Xu Qiao juga hendak mengejar bersama yang lain, tetapi saat itu muncul pula sosok lain yang menghadang mereka. Sesuai yang sudah diperkirakan sebelumnya, Huang Zhe tidak mungkin datang tanpa bersama gurunya Xie Tian Hu.

"Liu Xin, Wu-er," Xie Tian Hu tidak mengenakan lagi caping lebarnya, wajah paman guru kedua ini jelas Xu Qiao masih ingat. Hari ini untuk pertama kalinya ia melihat lagi wajah itu sejak ia mengetahui bahwa Xie Tian Hu adalah pembunuh keluarganya dan paman guru yang dikiranya sudah meninggal ini ternyata masih hidup.

"Xie… Xie-shu…"

"Aku Xie Tian Hu tidak suka turun tangan pada yang lebih muda," Xie Tian Hu berkata tanpa sedikit pun perasaan. Tiga tahun yang lalu ia menyisakan Xu Qiao bukan dengan sengaja, tiga tahun kemudian jika ingin menghabisi sisa keluarganya Xu Cheng Hai ini juga bukan urusan besar baginya. "Wu-er, kau selesaikan sendiri saja."

"Tidak suka turun tangan pada yang lebih muda, tetapi kau sudah turun tangan pada empat jiejie-ku," suara Xu Qiao bergetar hebat. Tidak disangka hari ini bakal berhadapan dengan Xie Tian Hu tanpa ada Jin Shui yang melindunginya.

"Liu Xin Junzhu, rahasia warisan shifu, kau tidak ingin memberitahukan padaku tidak apa," Xie Tian Hu tidak memedulikannya, lantas berpaling pada Liu Xin dan berkata dengan nada dingin yang sama. "Karena kau sudah tidak berguna, sebaiknya juga lekas bunuh diri saja."

Liu Xin dan Xu Qiao berdua, ditambah Yue Long Dai dan para gadis Longshan jelas bukan tandingan Xie Tian Hu. Hanya Jin Shui harapan mereka, tetapi Huang Zhe juga tidak akan mudah melepaskan Jin Shui, terlebih ada Lin Xiao Yan di tangannya. Sejak awal Liu Xin sudah meminta Yue Long Dai melepaskan kembang api, tetapi agaknya harapan mereka tidak banyak. Satu-satunya harapan hanya mengulur waktu.

Xie Tian Hu tidak suka membuang waktu. Melihat Liu Xin dan Xu Qiao tidak juga bertindak ia menggerakkan tangannya, dua gadis Longshan Xiao Xi dan Xiao Wen langsung terkapar ke tanah dan tidak bergerak lagi. Melihat tindakannya yang kejam semacam ini, Shen Xi Ru dan Jia Ping langsung menghunus pedang dan menyerang bersama dengan Xiao Yue, Xiao Qian, beberapa gadis Longshan lainnya dan berikut Xu Qiao dan Liu Xin.

Yue Long Dai sekali lagi melepas tanda kembang api ke udara, kemudian ikut turun tangan membantu. Ia tahu Xie Tian Hu menggunakan yin shou yan zhang, ilmu ciptaan gurunya Zhang Zhe Liang. Gerakan-gerakannya sangat cepat dan berbahaya, jurus yang dimainkan tidak terlihat, tiga lagi gadis Longshan yang terlempar.

Liu Xin juga pernah mengenal sedikit ilmu ini, bersama Xu Qiao mereka masih memberikan perlawanan. Sungguh Xie Tian Hu sudah menguasai ilmu curian itu, bisa mengandalkan kecepatan dan kelincahan sekaligus kecermatan yang luar biasa. Di tangan Xie Tian Hu, ilmu diubah sesuai yang diinginkannya. Setiap gerakan adalah mematikan, kemana pun ia bergerak akan membawa korban. Dengan cara seperti inilah ia dahulu menghabisi seisi Huofeng Lou tanpa menyisakan satu pun saksi hidup. Para gadis Longshan berguguran. Yue Long Dai sendiri juga terkena hantaman dan tidak bisa segera berdiri lagi.

"Lekas masuk ke dalam!" Shen Xi Ru berteriak. Tetapi sudah terlambat. Dua lagi gadis Longshan yang jatuh, ditambah Liu Xin dan Jia Ping masing-masing juga terkena pukulan jarak jauh, Shen Xi Ru pun tidak ketinggalan. Xie Tian Hu meski ada mengatakan tidak suka turun tangan pada yang lebih muda, tetapi hari ini ia sudah berniat harus ada kematian, orang yang disuruhnya bunuh diri tidak menyelesaikan sendiri, maka siapa pun tidak bisa menghalangi.

Xie Tian Hu menghampiri Xu Qiao, mengurungnya dengan lingkaran tenaga yang tidak terlihat dengan kuat. Pandangan matanya menusuk wajah putri orang yang paling dibencinya dalam hidup. Dingin dan tanpa sedikit pun perasaan, sama seperti tatapannya tempo hari saat pertama kalinya menunjukkan wajah asli di hadapan Xu Qiao.

"Hari ini aku sudah memberimu kesempatan mati dengan enak, kau tidak menggunakan baik-baik, maka aku akan membuatmu mati pelan-pelan," Xie Tian Hu berkata padanya, kebencian dalam nada suaranya terdengar mengerikan. "Kau mirip sekali dengan ibumu, sayang sekali, darah yang mengalir di badanmu adalah darah Xu Cheng Hai."

Xie Tian Hu meraup segenggam daun kering dari belukar yang tidak jauh, memainkannya di tangan satu putaran, kemudian mengarahkannya pada Xu Qiao bagai puluhan pisau kecil yang siap mengiris-iris kulitnya. Xu Qiao tidak bisa menghindar karena kurungan tenaga Xie Tian Hu yang begitu kuat, ia hanya bisa melindungi wajah dengan dua lengannya. Darah seketika mengalir, daun-daun kering itu sungguh mengiris kulitnya, meninggalkan luka-luka kecil yang terasa pedih.

"Wu-er," Xie Tian Hu memanggil dengan mengerikan, menangkap leher Xu Qiao dan mengangkatnya. Ia tidak menggunakan banyak tenaga, agaknya sungguh ingin membuat Xu Qiao mati pelan-pelan.

"Xie-shu," Xu Qiao berusaha berkata. "Zhang Laoqianbei ada memberikan peta itu langsung padaku. Kau apakah ingin mengetahui rahasianya?"

"Apa katamu?" Xie Tian Hu menanya, kata-kata Xu Qiao agaknya membawa pengaruh.

"Peta itu adalah sebuah peta harta berharga," kata Xu Qiao lagi, "aku mengetahuinya, Jin Shui Gege juga tahu. Harta berharga itu, kami pasti akan mengambilnya agar kelak bisa mengalahkanmu dan membalaskan dendam keluargaku."

"Xie Tian Hu," suara teriakan seseorang yang dikenali oleh Xu Qiao dan kawan-kawan tiba-tiba terdengar, tidak lain adalah suara Qin Liang Jie.

Xie Tian Hu belum sempat bertindak lebih lanjut, sebuah tombak tiba-tiba melesat ke arahnya, membuatnya terpaksa menghindar dan Xu Qiao berhasil melepaskan diri dari cengkramannya. Tombak menancap di tanah, bersamaan dengan sejumlah biji catur yang nyaris menghantam beberapa titik darah mematikan di tubuh Xie Tian Hu. Xie Tian Hu tidak mengenali tombak, tetapi biji catur ini tidak asing.

Qin Liang Jie sudah tiba disitu bersama Huang Yu, juga ada Shangguan Ru Yin. Di belakang mereka juga hadir Liao Xian dan Yin Xiu Chen. Agaknya tanda kembang api yang dilepaskan oleh Yue Long Dai tidak sia-sia. Tombak yang barusan dilemparkan ke arah Xie Tian Hu, tentu saja adalah milik Qin Liang Jie.

Shangguan Ru Yin langsung menghampiri Xu Qiao, memapahnya ke pinggir bersama Yin Xiu Chen. Liu Xin, Shen Xi Ru dan Jia Ping juga sudah menyingkir dan duduk bersila mengatasi luka dalam. Yin Xiu Chen memberikan pil obat pada Xu Qiao. Huang Yu, Qin Liang Jie dan Liao Xian sudah mengepung Xie Tian Hu.

Menghabisi para gadis Longshan bagi Xie Tian Hu bukan urusan sulit, tetapi dikepung oleh pewaris Chai Lang, Bai Gu dan Meng Gui tidak memberinya kesempatan menang dengan satu gebrakan.

Huang Yu bertiga langsung menggiring Xie Tian Hu meninggalkan tempat itu. Si pewaris Chai Lang bersiul panjang, berusaha menemukan keberadaan Jin Shui yang diharapkannya tidak jauh. Tentu saja ia langsung bisa menebak, ada Xu Qiao pasti Jin Shui juga berada di sekitar tempat itu, ada Xie Tian Hu juga ada Huang Zhe mengikuti seperti anjing setia. Suara dentingan pedang terdengar sebagai sahutannya, maka ketiga pewaris itu pun lantas memaksa Xie Tian Hu kesana.

Jin Shui masih berkejar-kejaran dengan Huang Zhe di tepi hutan. Ia tahu, tidak seharusnya sembarangan meninggalkan Xu Qiao dan yang lainnya, maka ketika melihat Huang Zhe hendak memancingnya semakin jauh, ia lekas membalik badan dan kembali ke tempat semula. Sesuai dugaannya, Huang Zhe kembali lagi, menggunakan Lin Xiao Yan sebagai umpan, mengancam beberapa kali, merepotkan Jin Shui untuk sesaat.

"Hua Jin Shui, hari ini aku dan guruku ada urusan penting, tidak ingin berkelahi denganmu!" Huang Zhe langsung berseru begitu mendengar suara siulan Huang Yu.

"Orang sudah membunuh orang tuamu, kau masih mengikutinya dengan setia, benar-benar manusia rendah," Jin Shui membalas kata-katanya. "Hari ini kalian tidak ada urusan denganku, tapi aku Hua Jin Shui ada urusan dengan kalian."

Xie Tian Hu dan tiga lawannya juga sudah tiba di pinggir hutan itu. Liao Xian dan Huang Yu berdua mengepung Huang Zhe, Jin Shui dan Qin Liang Jie bersama menghadang Xie Tian Hu.

"Hua Jin Shui," Xie Tian Hu berseru pada Jin Shui, "kau dan kawan-kawanmu hanya sekumpulan sisa aliran sesat, sebetulnya aku tidak ada perlu mengurusi kalian. Tetapi hari ini kau lagi-lagi ikut campur, kurasa memang perlu mendapat sedikit pelajaran. Melihat Wu-er menangisi kematianmu, sepertinya juga adalah hal yang menarik."

Barusan gagal menyiksa Xu Qiao membuat kebencian itu semakin mendalam. Jin Shui tahu cepat atau lambat pasti harus bertarung mati-matian dengan Xie Tian Hu ini, lebih cepat boleh jadi akan lebih baik, maka mencabut pedang, menyerang dengan seluruh kemampuan. Liao Xian ikut membantunya, meninggalkan Huang Yu menghadapi Huang Zhe seorang diri.

"Dage, lepaskan Lin Guniang," Huang Yu berkata pada kakaknya, ia bertindak hati-hati dan tidak ingin sampai melukai nona itu, untuk sementara bahkan tidak menggunakan senjata rahasia karena khawatir Huang Zhe akan memakai Lin Xiao Yan sebagai tameng.

"Rupanya kau menyukai dia," Huang Zhe menyahut sambil menyeringai, satu tangannya masih memegang Lin Xiao Yan. "Kalau begitu bagaimana jika dia menghendaki nyawamu?"

Ia membisikkan sesuatu di telinga Lin Xiao Yan. Gadis muda itu sudah seperti boneka kayu, ketika mendapat perintah ia langsung menggerakkan kedua tangannya, memainkan sebuah gerakan dari beifeng qi, ilmu andalan ayahnya, kemudian menyerang ke arah Huang Yu. Huang Zhe dengan keji berlindung di belakang punggungnya, mengikuti setiap gerakannya, sesekali menyentilkan jarum rahasia, membuat repot adiknya.

Satu serangan Lin Xiao Yan bahkan berhasil menghantam perut Huang Yu, meski tenaganya sangat lemah akan tetapi hampir saja membuat Huang Yu kehilangan keseimbangan. Namun bagaimana pun Huang Yu punya pengalaman bertarung cukup baik, masih bisa melentik dengan gerakan cepat dan menghindar ke bawah.

"Lin Guniang, maaf," ia berkata pelan, tiba-tiba menggunakan kesempatan untuk menangkap kedua kaki Lin Xiao Yan untuk menariknya dari pegangan Huang Zhe, dengan lekas mendekapnya untuk membawanya menjauh, menotok jalan darah pulasnya.

Huang Zhe tersentak kaget, tidak menyangka adiknya akan bertindak demikian berani memeluk anak perempuan kesayangan Lin Tong Tian, seketika ia kehilangan tameng hidup, hanya bisa berjumpalitan mundur saat Huang Yu melemparkan sejumlah biji catur ke arahnya.

Xie Tian Hu melesat ke atas pepohonan, berdiri di atas dahan-dahan yang besar dan kuat, diikuti tiga lawannya. Mereka berkelahi di atas pohon, lebih banyak menggunakan ilmu ringan tubuh dan ketiga pewaris tidak bisa menyatukan tenaga mereka.

Xie Tian Hu menjejakkan kakinya, badannya berputaran dua kali di udara, kedua tangannya sudah berisi tenaga yin shou yang zhang, langsung ditujukan pada Jin Shui, memaksanya beradu tenaga saat Qin Liang Jie dan Liao Xian masih cukup jauh. Jin Shui terdorong mundur, dahan pohon di bawah kakinya patah, nyaris membuatnya jatuh, kedua tangan mati rasa, hampir saja terlambat menguasai keadaan dan memijakkan kaki pada tempat lain yang lebih aman.

"Tie mu shuang mo shu (jurus kembar iblis kayu besi)," Liao Xian berseru memberi tanda pada Qin Liang Jie. Keduanya memainkan gerakan yang sama, menyerang bersamaan ke arah Xie Tian Hu sebelum menarik nafas. Xie Tian Hu berhasil menghindar dari keduanya dengan gerakan meliuk ke samping. Namun gerakan barusan hanya jebakan, memberi ruang pada Jin Shui melancarkan jurus selanjutnya, huo bing qi (pukulan api es). Xie Tian Hu sedikit bergetar dengan serangan bertubi ini, untuk sesaat konsentrasinya sedikit buyar.

Xie Tian Hu memperkuat serangan, mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, tidak sudi sampai kalah di tangan tiga anak muda. Ia merentangkan dua tangan, memaksa ketiga lawannya mundur sesaat, memberi diri sendiri kesempatan merapal ilmu lain yang membawa hawa yang sangat menyesakkan. Kedua tangannya kemudian membentuk gerakan-gerakan yang aneh. Kedua kakinya bagai mengambang di udara. Jin Shui dan yang lain tidak tinggal diam, berusaha mengimbanginya dengan menggunakan jurus-jurus andalan mereka. Namun satu persatu jurus itu berhasil dipatahkan oleh lawan.

Xie Tian Hu terus mengembangkan jurus-jurus anehnya, membuat Jin Shui bertiga terdesak hebat, merasakan berat di kepala dan semakin sulit memusatkan pikiran. Ilmu aneh yang seperti ini, mereka belum pernah melihat sebelumnya, mendengar pun belum pernah. Entah ilmu sesat darimana yang dipelajari oleh Xie Tian Hu ini, bahkan wuqing xue pun sama sekali tidak berdaya dibuatnya. Qin Liang Jie berhasil dijatuhkan dan memuntahkan darah, tidak bisa lekas bangkit kembali. Liao Xian menjauh darinya, berusaha berpikir cepat mencari jalan menghadapi lawan yang begitu tangguh.

Daun dan ranting kecil berhamburan ke bawah, Xie Tian Hu menyambar tiga ranting sekaligus dan melontarkannya ke arah Jin Shui seorang. Satu biji mengenai kakinya, satu mengenai lengannya, satu lagi nyaris mengenai matanya. Tiga titik yang sangat fatal, Xie Tian Hu benar-benar sudah memperhitungkan tujuannya, hanya yang terakhir sedikit meleset.

Jin Shui ternyata dengan sengaja membiarkan kaki dan lengannya terkena sambaran ranting kayu, ia bahkan melepaskan gagang pedangnya agar Xie Tian Hu mengira ia sudah tidak bisa lagi memegang senjata itu. Akan tetapi Jin Shui rupanya sudah mempersiapkan seluruh tenaga pemberian Mo Ying, dengan cepat ia menyambar kembali gagang pedang itu, dan menebaskannya di udara tanpa melihat sasaran, semua hanya sebuah gerakan nekad saja.

Terdengar suara kain yang tersobek. Xie Tian Hu batal memburu Liao Xian. Sabetan xuanlong jian barusan berhasil merobek lengan bajunya, sekalian meninggalkan satu luka melebar disana. Tenaga yang terkumpul pada lengan itu buyar seketika.

Jin Shui berhasil mendarat di tanah dengan dua kaki, terhuyung sebentar tetapi sudah cukup kuat ketika sekali lagi berhadapan dengan lawan. Darah di sudut bibir disekanya dengan punggung tangan, kemudian diusapkannya juga ke badan pedang. Air mukanya sangat mengerikan, pedangnya bagai memancarkan cahaya, Xie Tian Hu mau tidak mau merasa kaget juga.

Bersamaan dengan satu suara teriakan, Jin Shui menyambarkan pedangnya sekali lagi, bukan ke arah Xie Tian Hu akan tetapi ke arah Huang Zhe yang masih sibuk menghadapi serangan senjata rahasia adiknya. Huang Zhe seketika menemukan satu luka panjang melintang mulai dari pipinya, terus ke lengan yang terlambat untuk naik melindungi wajah, juga sampai ke dada dan bahunya. Tidak dalam tapi seketika itu ia merasakan cairan hangat merembes di bajunya, disusul rasa pedih yang menyakitkan.

Xie Tian Hu masih sempat menggunakan tenaga dalam melindungi diri sendiri, namun ia pun sempat terhuyung mundur sampai beberapa langkah. Sungguh ia tidak menyangka seorang pewaris Yumen bisa mempunyai tenaga sedemikian.

Jin Shui melancarkan serangan seperti ini antara sadar dan tidak, akibatnya bahkan melukai diri sendiri. Ia terhuyung sekali lagi, menggunakan pedang untuk menopang berat badannya. Xie Tian Hu melihatnya memegangi dada dengan kesakitan, ia sekali lagi mengerahkan tenaga, saat itu baru merasakan bahwa pertarungan ini juga sudah melukai hawa murninya, melanjutkan serangan bisa saja akan merenggut nyawanya. Tujuannya hari ini adalah Xu Qiao dan Liu Xin, selagi kedua gadis itu masih utuh ia tidak rela mati lebih dulu, maka sekali ini ia terpaksa melepaskan Jin Shui.

"Zhe-er, kita pergi!"

Kedua guru dan murid itu tidak ada yang bisa menghalangi, sebentar saja sudah menghilang di balik rimbun pepohonan. Jin Shui jatuh setengah berlutut di tanah, memegangi dadanya dengan satu tangan. Liao Xian mendekat, juga Huang Yu yang membawa Lin Xiao Yan. Liao Xian lekas membantunya untuk duduk bersila sesaat, mengembalikan xuanlong jian ke dalam sarungnya.

Mereka kembali ke penginapan. Jin Shui menemukan Xu Qiao dalam keadaan terluka, ia lekas mendekati dan menggendongnya ke kamar, dan berdiri menunggu di depan pembatas ruangan saat Shen Xi Ru memberikan obat pada lukanya. Huang Yu berusaha menyadarkan Lin Xiao Yan sementara Liao Xian membantu Qin Liang Jie memulihkan hawa murninya dan Yin Xiu Chen membantu Liu Xin.

Tujuh gadis Longshan tewas terbunuh, termasuk empat gadis yang bersama Jia Ping menemui Jin Shui pagi ini. Kamar-kamar di Chunjie Kezhan sudah dibuka, Shen Xi Ru tidak mengatakan apa pun mengenai Xie Tian Hu, bahkan membantu menyediakan obat dan meminta pelayan penginapan menguburkan mereka yang tewas.

Luka Xu Qiao ada pada kedua lengannya, tidak parah namun ia mengeluarkan darah cukup banyak. Jin Shui dan Qin Liang Jie cukup parah, mereka perlu beristirahat dan memulihkan diri setidaknya tiga hari, demikian juga dengan Liu Xin. Mereka semua tahu Xie Tian Hu dan Huang Zhe juga dalam keadaan terluka, maka setidaknya untuk sementara tidak akan kembali dan membuat masalah lagi.

"Qin-xiong, bukankah Zhu Guniang dan Zhou Yan Zi ada bersamamu?" Huang Yu menanya pada Qin Liang Jie. "Mengapa mereka tidak datang bersamamu?"

"Zhu Guniang pergi dua hari yang lalu, hanya mengatakan akan menemui seorang kawan lama," sahut Qin Liang Jie. "Dia meminta kami meneruskan perjalanan ke Wansui Gu bersama Zhou Yan Zi, katanya dia akan menyusul nanti."

"Seorang kawan lama," kata Huang Yu. Entah apakah Zhu Bai Que masih mempunyai seorang kawan lama selain Nan Xing Lie, istri Li Jue yang setelah hari itu ditemukan di Yiling sudah dibawa ke Bai Tu Shanzhuang. "Lalu Zhou Yan Zi?"

"Aku sudah mengatakan pada anak itu agar tidak pergi terlalu jauh, akan tetapi setelah Zhu Guniang pergi, dia bertemu dengan dua orang dari Wansui Gu," sahut Qin Liang Jie, "entah bicara apa pada mereka, kemudian mengatakan padaku akan membantu menangkap anak murid Haitang Jian Pai sebentar, lalu pergi begitu saja. Kami baru hendak mencarinya ketika melihat tanda kembang api milik Liu Xin Meimei, lalu lekas datang kemari."

Zhou Yan Zi punya sedikit ganjalan terhadap anak murid Haitang Jian Pai, selain karena pernah ditangkap oleh mereka saat di Bai Tu Shanzhuang, juga karena sikap anggota aliran itu yang memusuhi para pewaris Yumen khususnya Lin Ji Xuan. Kini bocah beracun itu bersama orang Wansui Gu menangkap mereka, bisa jadi ia hanya ingin melampiaskan kekesalan saja.

"Lin Ji Xuan meminta dia ikut dengan kita agar bisa berguna sedikit, dia malah membuat masalah," Huang Yu berkata kesal. "Orang Wansui Gu memang tidak bisa dipercaya."

Lin Xiao Yan sudah membuka matanya, Huang Yu membantunya duduk di kursi panjang. Anak gadisnya Lin Tong Tian itu tidak terluka, kelihatannya juga baik-baik saja, akan tetapi tatapan matanya kosong, wajahnya seperti boneka hidup yang tanpa sedikit pun peduli siapa yang ada di hadapannya.

"Lin Guniang," Huang Yu coba memanggil. "Aku adalah kawan kakakmu, apakah kau masih ingat padaku?"

Lin Xiao Yan tidak menyahut, bereaksi saja tidak, hanya berkedip satu kali sambil tetap menatap kosong. Huang Yu mencoba memeriksa nadinya, mencoba menggerakkan tangan di depan wajahnya, akan tetapi gadis itu tetap tidak bereaksi.

Shangguan Ru Yin memberikan bayi Qin Yu Jiang pada Qin Liang Jie, kemudian mendekat dan mengambil alih Lin Xiao Yan dari Huang Yu, berusaha memeriksa lebih banyak. Lin Xiao Yan benar-benar sudah berubah menjadi boneka hidup, sedikit pun tidak mengenali orang. Ketika Shangguan Ru Yin mencoba memberikan sepotong manisan padanya, ia memakannya saja tanpa ada perubahan air muka.

"Harus lekas menemukan Zhou Yan Zi," Qin Liang Jie berkata. "Dia mungkin bisa menyadarkan Lin Guniang."

"Tidak apa," Huang Yu berkata, "seperti ini juga lebih baik. Setidaknya dia masih tetap hidup dan tidak merasakan sakit, tidak mengingat yang terjadi di markas Jianyin Bang."

Hari itu Jin Shui memberitahukan pada Huang Yu mengenai pertemuannya dengan majikan Longshan Zhuang, Xi Xiao Feng, dan menyebutkan kemungkinan masih ada seorang anggota penting Yumen Jiao generasi sebelumnya yang masih hidup. Mereka kemudian menemui Shen Xi Ru untuk membicarakan lebih lanjut.

Shen Xi Ru mengajak keduanya pergi ke makam kekasih, menuju salah satu batu nisan yang berada di barisan depan. Tidak seperti batu nisan lain yang bertuliskan nama orang yang terkubur di dalamnya, satu batu nisan ini kosong, di atasnya tidak terukir satu pun huruf. Jin Shui sempat melihat batu nisan kosong itu saat tiba di pemakaman dua hari yang lalu, akan tetapi ia tidak mengetahui mengapa ada satu batu nisan tanpa tulisan.

"Zhuren memberitahukan mengenai kemungkinan jiaozhu furen kalian Gu Chen Hui masih hidup pada kalian karena ada satu alasan," Shen Xi Ru berkata pada Jin Shui dan Huang Yu. "Memang benar zhuren mengenal Gu Chen Hui, sempat melihatnya tumbuh dewasa, dan ingin menolongnya jika dia memang ada di tangan musuh. Akan tetapi juga ada satu alasan lain."

"Majikan Longshan Zhuang apakah pernah melakukan satu kesalahan pada Yumen, memberitahukan hal ini agar Jin Shui bisa membelanya di depan jiaozhu furen nanti?" tanya Huang Yu.

"Bukan pada Yumen, tetapi pada majikan besar Baiyu Shan," sahut Shen Xi Ru. "Zhuren berharap Gu Chen Hui tidak akan memberitahukan masalah ini pada ibundanya."

"Masalah apa?" tanya Jin Shui.

"Makam kekasih ini adalah hasil kerja zhuren selama puluhan tahun, mengumpulkan tulang dan abu jenasah semua kekasih ayahnya," sahut Shen Xi Ru, kemudian menunjuk ke nisan tanpa huruf. "Kuburan tanpa tulisan ini merupakan kuburan ibu kandung Miao Xie Xiaojie, yaitu Wu Yan Guniang (Nona Tanpa Kata) Bai Xia Yi. Bai Xia Yi adalah adik kandung majikan besar Baiyu Shan, atau bibi kandung Gu Chen Hui."

Saat melihat ada satu nisan tanpa huruf diantara makam kekasih, Jin Shui sudah menduga bahwa nisan itu adalah milik ibu kandung Miao Xie, juga adalah orang yang dalam semalam membantai seisi Qianxiang Gu. Orang Baiyu Shan.

"Bai Xia Yi tidak sungguh dikuburkan disini, dan majikan besar Baiyu Shan juga tidak akan terima jika nama Bai Xia Yi sampai ikut diukir disini," sahut Shen Xi Ru. "Oleh karena itu, zhuren kami hanya bisa membuat nisan tanpa nama."

"Aku ingat Chai Lang Shifu pernah memberitahukan padaku, Bai Xia Yi itu merupakan kisah cinta sesaatnya Xi Jun Hao," kata Huang Yu, "dia juga yang kemudian membunuh Xi Jun Hao dan semua kekasihnya, termasuk putrinya sendiri."

"Akan tetapi bagaimana pun dia adalah ibu kandung Miao Xie Xiaojie, tanpa kuburannya maka makam kekasih ini tidak akan lengkap," lanjut Shen Xi Ru. "Maka tiga belas tahun yang lalu zhuren mengambil sedikit abu jenasahnya dari Baiyu Shan, tentu saja tanpa setahu majikan besar Baiyu Shan. Akan tetapi tindakannya diketahui oleh Gu Chen Hui, tentu saja tidak senang abu jenasah bibinya ikut diambil untuk dijadikan bagian dari makam kekasih."

"Tiga belas tahun yang lalu adalah pada saat markas Yumen dihancurkan orang," kata Huang Yu, "kalau begitu apakah saat itu jiaozhu furen belum sempat memberitahukan pada ibunya?"

"Benar sekali," Shen Xi Ru berkata. "Selama ini zhuren mengira Gu Chen Hui sudah tidak ada, rahasia ini tidak akan sampai ke telinga majikan besar Baiyu Shan. Akan tetapi mengetahui kemungkinan Gu Chen Hui masih hidup, zhuren dengan sendirinya tidak bisa tidak peduli. Tentu saja, zhuren berharap bisa membuat jasa sedikit agar masalah mengambil abu jenasah ini tidak membawa kesulitan bagi Longshan Zhuang kami."

"Karena itu Xi Zhuangzhu juga memintaku menyampaikan pada jiaozhu furen untuk menjaga seluruh Longshan Zhuang," kata Jin Shui, "asalkan jiaozhu furen sudah berjanji, maka urusan mengambil abu jenasah tidak akan melibatkan kalian, semuanya akan ditanggung oleh Xi Zhuangzhu seorang."

"Hua Shaoxia mengatakan dengan tepat sekali," kata Shen Xi Ru. "Maka kami disini juga berharap Hua Shaoxia bisa menyelamatkan Gu Chen Hui, kemudian meminta beliau agar tidak sampai mempersulit zhuren karena urusan abu jenasah."

"Urusan ini adalah urusan keluarga, sepertinya aku tidak ada hak ikut campur," Jin Shui berkata. "Kami para pewaris dengan sendirinya akan berusaha menemukan jiaozhu furen, menyelamatkan jika beliau dalam kesulitan, dan paling banyak meminta beliau untuk bisa menerima Longshan Zhuang sebagai anggota Yumen. Entah apakah Shen Guniang tidak keberatan menjadi pengikut aliran kami."

"Kami semua akan mengikuti pengaturan dari zhuren," Shen Xi Ru berkata, "jika zhuren menghendaki kami bergabung dengan Yumen, tentu saja kami akan tunduk pada Hua Shaoxia dan juga Huang Gongzi. Hanya saja kami Longshan Zhuang hanya terdiri dari kaum perempuan, sebagian besar dari kami bahkan tidak dapat berkelahi, takutnya hanya akan menjadi beban bagi Yumen."

"Shen Guniang terlalu merendah," Huang Yu berkata, "kulihat anggota Longshan sampai pelayan yang paling kecil, semuanya tindakannya ringan dan gerak refleksnya juga baik, jelas sekali adalah orang-orang yang terlatih. Tentu saja di kemudian hari Longshan Zhuang akan menjadi bagian yang berharga bagi kami."

Makam Kekasih. Kompleks Pemakaman yang ditemukan oleh Jinshui dan kawan2 ini adalah koneksi ke kisah prekuel yang akan diterbitkan setelah cerita Delapan Pewaris berakhir. Penulis sebenarnya hendak menerbitkan sesuai urutan waktu, akan tetapi menganggap kisah tentang majikan besar Baiyu Shan akan lebih menarik jika hadir sebagai prekuel.

Jinshui dan kawan-kawan tiba di Chunjie Kecan, tempat yang hanya berisi kaum perempuan yang nantinya akan menjadi salah satu bagian dari Yumen yang sedang mereka bangun kembali.

Di episode ini disebut mengenai Gu Chen Hui, si nyonya ketua yang juga istri tua ayah Jin Shui, sekaligus putri kandung majikan besar Baiyu Shan. Gu Chen Hui adalah orang penting di balik perintah pada Delapan pelindung untuk mengumpulkan para pewaris.

Xie Tian Hu masih berusaha memburu dan menghabisi Xu Qiao, selain karena ingin menyingkirkan sisa anggota keluarga Xu Cheng Hai kawannya, juga agar identitas dan kekejamannya tidak sampai tersebar dalam dunia persilatan.

Xiaodiandiancreators' thoughts