webnovel

Episode 16 : Jian Yin Mie Wang (Kehancuran Jianyin Bang)

Selewat sore berikutnya mereka baru akan memasuki Wuzhang ketika melihat sebuah tanda berupa kembang api meluncur ke langit. Jin Shui dan Huang Yu langsung mengenalinya sebagai tanda milik Lin Ji Xuan. Keduanya meminta Xiao Hu dan Xiao Mi menjaga Xu Qiao, kemudian bersamaan melesat ke arah asal tanda.

Lin Ji Xuan sedang berhadapan dengan empat orang lelaki bersenjata kapak di tepian sungai. Empat orang itu semuanya mengenakan baju panjang warna merah gelap, kepala mereka diikat dengan kain berwarna sama, semuanya berdiri di atas sebuah rakit, membacok bergantian ke arah Lin Ji Xuan, mengurungnya dengan ketat.

Lin Ji Xuan sendiri nampak sudah kewalahan, kipas lipat senjatanya sudah tinggal setengah, sudah tidak berguna melindungi diri. Tenaga dalam Xie Zhang yang ada padanya juga sudah tidak bisa digunakan, kemungkinan karena pertarungan sudah berlangsung cukup lama dan ia sudah kelelahan luar biasa.

Ketika Jin Shui dan Huang Yu tiba di tepian sungai itu, mereka segera menemukan terlebih dahulu Zhou Yan Zi yang tergeletak di rumput, dalam keadaan tidak sadarkan diri dan ada darah segar di wajahnya, agaknya sudah terluka dalam. Yue Long Dai berada tidak jauh, duduk seperti orang linglung di atas batu sungai, tidak memedulikan setengah badannya yang terendam air.

Huang Yu seketika bisa melihat bahwa empat orang yang membawa kapak tidak sungguh ingin melukai apalagi membunuh Lin Ji Xuan, hanya ingin membuatnya kelelahan saja. Senjata kapak di tangan mereka adalah senjata khas milik anggota Wuyuan Dian, balai asuhan pemerintah yang pernah dipimpin oleh Lin Tong Tian. Kalau begitu empat orang itu adalah pengawalnya si Ban Ye Xia Ke, mereka tidak berani membunuh Lin Ji Xuan karena merupakan majikan muda mereka, dan meski sesuai perintah dari majikan besar mereka boleh melukai, mereka masih cukup segan.

Lin Ji Xuan mengusap darah di sudut bibirnya, membuang sisa tanda kembang api terakhir yang ada padanya, melemparkannya ke arah salah satu pengawal, kemudian dengan nekad menerjang ke arah pengawal yang lain. Sisa tanda kembang api dihindari dengan mudah oleh si pengawal, akan tetapi telapak tangan si tuan muda bandel masih sempat meraih batang senjata pengawal yang diserangnya, hendak merebut dengan sekali sentak.

Satu pengawal lain melompat dari rakit, menebaskan kapak ke tangannya sebelum merebut senjata itu. Lin Ji Xuan jika tidak lekas menarik tangan, maka kapak itu sudah pasti akan menebas putus satu lengannya. Si pewaris Xie Zhang tertawa, dengan nekad saja terus menarik senjata lawan, memaksa penyerangnya mundur karena tidak sampai hati melukai putra majikan.

Pengawal terakhir tidak tinggal diam, di saat itu juga sudah melompat dari atas rakit, tendangannya mengarah ke kepala Lin Ji Xuan, mengenainya dan membuatnya tercebur ke dalam air.

Satu biji catur sudah melesat, mengarah ke dada si pengawal terakhir sebelum menekan Lin Ji Xuan di dalam sungai. Akan tetapi biji catur itu rupanya tidak membawa banyak pengaruh, menunjukkan bahwa si pengawal mempunyai tenaga yang kuat.

Huang Yu dan Jin Shui menerjang bersamaan, masing-masing langsung menghadapi dua orang sekaligus, perkelahian terjadi di tepian sungai, membuat air bergolak dan membasahi sekitar. Yue Long Dai setengah tersadar, kemudian menyingkir ke daratan. Satu sambaran biji catur Huang Yu mengenai pundaknya, dan ia kemudian memungut biji catur itu, mengawasinya dengan aneh.

Para pengawal Wuyuan Dian masing-masing tidak berilmu tinggi, akan tetapi mereka mempunyai pengalaman berkelahi yang tidak sedikit. Melihat ada dua orang datang memberi bantuan untuk Lin Ji Xuan, empat orang ini lantas kembali ke rakit mereka masing-masing, dengan gerakan lincah menggunakan rakit-rakit itu sebagai pelindung dan sekaligus senjata kedua, menghalangi Jin Shui dan Huang Yu.

Serangan senjata rahasia Huang Yu tidak ada gunanya, membuatnya terpaksa menggunakan tenaga dalam pemberian Chai Lang, hendak menghancurkan rakit lebih dahulu sebelum menghabisi orangnya. Jin Shui mempunyai pemikiran sama, namun ia tidak merasa perlu menghunus senjata, cukup mengandalkan tenaga dalam pemberian Mo Ying.

Empat pengawal memutar rakit mereka, menghalangi Jin Shui dan Huang Yu mencari pijakan. Tepian sungai itu tidak dalam, akan tetapi Jin Shui dan Huang Yu juga bukan orang-orang yang bisa berpijak di atas air, dan berpijak di bawah air bagaimana pun menjadi penghalang bagi mereka untuk mengerahkan seluruh kekuatan. Sungguh sebuah pertarungan yang tidak biasa.

Lin Ji Xuan sudah terluka dalam, akan tetapi ia pun tidak menyerah, dengan nekad naik ke atas salah satu rakit pengawal ayahnya, menebaskan kipas ke tali pengikat rakit itu dan memutuskannya. Rakit terbelah dua, akan tetapi si pengawal ternyata masih bisa menggunakan setengah rakit untuk berpijak dengan tenang di atas air. Kapaknya menyambar ke arah Lin Ji Xuan dan memaksanya mencebur ke dalam sungai.

Lin Ji Xuan mengerahkan sisa tenaga dalam pemberian Xie Zhang, menghantamkannya ke sisa setengah rakit, menghancurkan batang bambu dan membuat pengawal di atasnya terlempar ke pinggir sungai. Akan tetapi menggunakan kekuatan sedemikian juga fatal baginya, ia kembali memuntahkan darah dan jatuh ke dalam air.

"Lin Ji Xuan!"

Zhou Yan Zi sudah sadarkan diri, melihat Lin Ji Xuan barusan ia langsung menyelam ke dalam air, berusaha menemukannya disana. Jin Shui dan Huang Yu melihat kawan mereka tenggelam, mereka sempat mengkhawatirkan dan serangan sedikit mengendur, akan tetapi sebentar kemudian sudah melihat Zhou Yan Zi menarik Lin Ji Xuan dari air, keduanya kembali menyerang ke arah tiga pengawal yang tersisa.

Huang Yu membiarkan Jin Shui menghadapi dua orang, ia sendiri mendekat ke salah seorang dan menggunakan cara yang serupa dengan yang dilakukan Lin Ji Xuan barusan, menghantam rakit hingga hancur dan membuat pemiliknya terlempar, langsung menghantam sebuah batu besar. Khawatir pengawal itu masih bisa menyerang lagi, Huang Yu lekas memburu ke arahnya dan merebut kapak dari tangannya, membacokkannya ke tubuh pemiliknya dan menghabisi seketika.

Jin Shui melihat kawannya membunuh orang, ia sebenarnya tidak ingin ada yang tewas, pemandangan itu sedikit mengagetkan baginya. Akan tetapi mereka memang sedang bertempur, jika tidak membunuh juga bisa terbunuh. Ia hanya bisa mencari cara agar dua lawan yang tersisa tidak sampai mengalami nasib yang sama.

Pengawal yang tadi terlempar ke pinggir sungai bangkit kembali dengan cepat, menyadari rakitnya sudah hancur, tetapi senjata masih ada di tangan. Ia menghampiri Yue Long Dai yang masih mengawasi biji catur yang barusan dipungut, hendak menggunakan sebagai sandera.

Huang Yu sudah mengawasinya, bergerak cepat dan mendorong Yue Long Dai ke samping. Untuk sesaat kapak milik si pengawal masih sempat mengarah ke lehernya, akan tetapi sebentar kemudian pemilik kapak itu sudah menjatuhkan senjatanya, Huang Yu sudah lebih dahulu menghantam kepalanya dan meremukkan tengkoraknya dengan satu pukulan. Tubuhnya pun terkulai dan meregang nyawa sesaat.

"Kalian berdua lekas pergi," Jin Shui sudah mencabut pedang xuanlong dan menggunakan untuk memotong rakit kedua pengawal yang tersisa, membuat mereka hanya mengandalkan sepotong bambu untuk tetap berdiri di atas air. Keduanya bisa melihat yang terjadi pada dua kawan mereka, merangkap tangan sebentar pada Jin Shui, tetapi tidak lantas lari begitu saja. Anggota Wuyuan Dian ini bisa melihat pengampunan lawan, akan tetapi mereka juga bukan manusia pengecut yang takut mati.

Kedua pengawal yang tersisa itu belum lagi melanjutkan menyerang, suara kesiur angin sudah terdengar, hawa sekitar seolah berubah menjadi dingin menusuk. Di atas aliran sungai sebuah rakit kecil lain mendekat, di atasnya nampak satu sosok manusia, tidak jelas lelaki atau perempuan. Badannya tinggi besar dengan rambut panjang terurai, kegelapan yang baru turun membuat sosok ini terlihat mengerikan.

Sosok itu menjejakkan kaki di atas rakit, melayang di atasnya sambil menyabetkan sebuah golok bergerigi, senjata yang dikenali oleh Jin Shui sebagai senjata milik ayahnya Lin Ji Xuan, Ban Ye Xia Ke Lin Tong Tian.

Yang datang memang adalah Lin Tong Tian, tetapi bahkan putranya sendiri nyaris tidak mengenalinya lagi, Huang Yu dan juga Jin Shui seketika juga tersentak melihat penampilannya, sungguh tidak sama seperti terakhir kali ketika menangkap mereka di atas kapal itu dan melepaskan mereka setelah perkelahian singkat. Wajah dan penampilan Lin Tong Tian jauh lebih mengerikan, rambutnya berubah putih, matanya tertutup, air mukanya kosong namun garang seperti seorang yang sudah kerasukan sampai tahap sulit ditolong.

Sambaran golok bergerigi langsung disambut oleh pedang xuanlong. Jin Shui seketika merasakan tangannya kesemutan, tenaga Lin Tong Tian jauh lebih kuat dibandingkan pada saat terakhir kali mereka bertemu. Pada saat itu Jin Shui sudah dalam keadaan terkena racun, juga terluka, masih bisa menghadapinya sampai lima puluh jurus. Sekali ini, entah apakah bisa melawan si Ban Ye Xia Ke yang dalam keadaan seperti mayat hidup.

Dua pengawal Wuyuan Dian yang tersisa sudah menyingkir ke darat. Jin Shui meraih sisa rakit mereka untuk berpijak, susah payah menahan serangan golok bergerigi, sekali bahkan Lin Tong Tian hampir membuatnya terpeleset.

"Celaka," Lin Ji Xuan berkata pada Huang Yu, "ayahku setiap bulan delapan mesti menutup diri setidaknya selama sembilan hari untuk melatih beifeng qi. Dilihat dari keadaan dia sekarang, seseorang sudah memaksanya mengakhiri waktu latihan, dan membuatnya kekerasukan."

"Ada yang menculik Lin Guniang, adikmu," Huang Yu menyampaikan yang diketahuinya dari Shi Xiu Daozhang dan Peng Yang. "Kakakku, Huang Zhe."

"Apa?" Lin Ji Xuan menanya.

"Yang penting adalah menyadarkan ayahmu lebih dahulu," sahut Huang Yu, "sebelum dia membunuh Jin Shui."

"Tidak bisa disadarkan," sahut Lin Ji Xuan, "sudah seperti ini, dilumpuhkan juga tidak mungkin, hanya bisa...."

Ia hendak mengatakan hanya bisa dibunuh, akan tetapi tentu saja tidak menghendaki kematian ayah sendiri.

Dua pengawal yang baru saja menyingkir ke darat sudah menyerang pula ke arah Huang Yu sebelum ia turun tangan membantu Jin Shui. Lin Ji Xuan sendiri terluka, tidak bisa ikut membantu, terpaksa duduk di rumput, berusaha memulihkan diri sedikit. Zhou Yan Zi memberikan sebutir pil untuknya, kemudian kembali memuntahkan darah.

"Yan Zi," Lin Ji Xuan lekas membantunya duduk, memberikan pil di tangannya untuk gadis cilik itu, kemudian juga berusaha membantu dengan tenaga dalamnya. Akan tetapi ia sendiri sudah dalam keadaan terluka parah, tidak bisa berbuat banyak.

"Aku tidak akan mati," Zhou Yan Zi berkata padanya, "aku belum meracuni cukup banyak orang."

"Benar," sahut Lin Ji Xuan, "kita masih terlalu muda, tidak akan mati begitu cepat."

Hawa di sekitar tepian sungai itu terasa semakin dingin dan juga pekat. Jin Shui menggunakan seluruh kemampuan, memainkan jurus-jurus tertinggi dari wuqing xue. Tetapi bahkan jurus xiao yao san bu (tiga langkah bebas merdeka) dan tong xing po yue (menembus bintang memecah bulan) dari wuqing xue tidak banyak berdaya menghadapi Lin Tong Tian, pukulan Jin Shui seperti menghantam balok kayu saja.

Huang Yu memungut kapak yang dijatuhkan pengawal Wuyuan Dian yang barusan tewas dengan batok kepala retak tadi, menggunakan untuk menghadapi dua pengawal yang tersisa. Ia tahu mesti bertindak kejam karena satu kawannya dalam keadaan terluka, satu lagi sedang menghadapi kesulitan. Seluruh tenaga pemberian Chai Lang digunakannya, menyambar kedua pengawal itu secepat mungkin, kapak di tangannya menebas leher keduanya. Gerakannya sangat cepat dan juga mengerikan, darah seketika menyembur dan membasahi wajahnya.

Bersamaan Xu Qiao sudah tiba di tepian sungai itu diikuti Xiao Hu dan Xiao Mi. Pemandangan barusan disaksikan olehnya, bersamaan juga melihat Jin Shui yang terdesak oleh Lin Tong Tian. Xiao Hu menghalangi Xu Qiao, melindunginya di tempat yang agak jauh.

Huang Yu melesat ke arah sungai, melepaskan senjata rahasia lain pada Lin Tong Tian, belasan batang jarum yang dahulu merupakan milik ibunya. Karena tahu keadaan Lin Tong Tian yang sudah tidak seperti manusia normal, ia tidak mengarahkan jarum-jarum itu ke titik berbahaya, namun sembarang melempar. Satu jarum rupanya berhasil mengenai satu titik di kepala Lin Tong Tian, membuatnya seperti disetrum listrik. Matanya terbuka.

Seketika itu juga ia meninggalkan Jin Shui, menyambar ke tepian sungai seperti seekor elang, menangkap leher Huang Yu dan mencekalnya. Jin Shui tidak tinggal diam, lekas meraih kembali pedangnya dan menyerang. Satu goresan pedang menyambar pinggang Lin Tong Tian, Jin Shui merasakan seperti sedang membelah besi. Tetapi xuanlong jian bukan pedang biasa, bahkan baja pun bisa dibelah olehnya. Darah pun langsung nampak mengalir. Tanpa melepaskan Huang Yu, Lin Tong Tian memburu ke arah Jin Shui. Sekali ini, tenaga keduanya bagai tersedot.

Darah segar mengalir keluar dari sudut bibir Jin Shui dan Huang Yu. Lin Tong Tian berteriak keras, suaranya memekakkan telinga semua orang. Sekali hentak Jin Shui dan Huang Yu terlempar ke tanah, luka dalam keduanya tidak ringan.

Xu Qiao menutup mulut, tidak berani memanggil karena tidak ingin membuat Jin Shui mencemaskannya dan mengalami nasib lebih mengerikan. Xiao Hu dan Xiao Mi sudah menghunus senjata, siap membantu majikan mereka menggunakan nyawa sendiri. Akan tetapi mereka belum lagi berpindah, saat itu sebuah bayangan nampak berkelebat ke tengah arena pertarungan.

Jin Shui dan Huang Yu berusaha segera bangkit kembali. Di saat itulah mereka merasakan kedatangan seorang di belakang mereka, telapak tangannya menempel pada punggung keduanya, memberi aliran tenaga yang terasa hangat. Ketika Lin Tong Tian sekali lagi mengerahkan kekuatan penghisap tenaganya, tenaga dari orang yang baru datang itu melindungi Jin Shui dan juga Huang Yu, membuat keduanya tidak sampai terpengaruh. Lin Tong Tian tentu saja segera menyadari keadaan ini. Ia tidak bicara sepatah kata pun, hanya suara teriakannya yang kemudian terdengar.

Orang yang baru datang itu seorang yang usianya jauh di atas Lin Tong Tian, rambutnya semua berwarna kelabu, sama dengan warna baju panjangnya. Wajah tuanya masih menampakkan kewibawaan dan ketampanan masa muda yang sudah lama berlalu. Ia melepaskan tangannya dari punggung Jin Shui dan Huang Yu, maju ke hadapan Lin Tong Tian. Kedua mata si mayat hidup itu hanya terbuka sedikit, tapi sudah cukup untuk mengenali tokoh di hadapannya ini.

"Lin Laodi, apa kabar? Lama tidak bertemu, sepertinya kau menjadi jauh lebih tua dariku."

"Zhang..." bibir Lin Tong Tian bergerak, berusaha mengucapkan sebuah nama. "Zhang Zhe Liang."

Jin Shui tersentak kaget mendengar ucapannya, tidak menyangka hari pertemuan dengan pembunuh ayahnya datang lebih cepat, juga dalam keadaan seperti sekarang, sejenak ia terdiam di tempatnya, untuk beberapa saat tidak sadar Xu Qiao sudah berada di sampingnya.

"Jin Shui Gege, kau tidak apa-apa?" Xu Qiao menghapus darah di sudut bibirnya dengan ujung lengan baju.

"Tidak apa," sahut Jin Shui.

"Lin Tong Tian," orang yang baru datang berkata pada Lin Tong Tian. "Kau berlatih ilmu sesat sampai berubah jadi seperti orang gila, sepertinya laofu harus membantumu mengembalikan kesadaran sedikit. Laofu sudah lama tidak berkelahi dengan orang, mohon maaf kalau hari ini tidak bisa berkelahi dengan baik!"

Dua tokoh tua itu sebentar saja sudah saling serang, orang yang baru datang itu entah sejak kapan sudah menggenggam sebilah pedang keperakan. Jin Shui dan yang lain terpaksa hanya bisa menyaksikan.

Gerakan kedua tokoh tua ini sama-sama cepat dan keduanya bagai terbungkus kabut yang menyamarkan pandangan mata. Orang yang tidak mengerti bela diri tidak akan bisa menangkap satu pun gerakan mereka, hanya bisa menangkap denting suara senjata beradu yang memekakkan telinga.

Pedang di tangan orang yang baru datang itu berdenting patah. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang menyaksikan yang tahu apa yang terjadi. Tetapi bukannya orang yang baru datang itu yang terdesak, malah ia sudah berhasil mengambil satu kapak pengawal Wuyuan Dian yang masih ada tangan pemiliknya. Lin Tong Tian nampak bisa ditekan. Serangan orang itu semakin gesit, tetapi Lin Tong Tian juga tidak mau sampai kalah. Jurus-jurus yang digunakan olehnya semakin aneh, juga tidak memedulikan keselamatan sendiri.

Kapak berhasil ditebas oleh golok bergerigi Lin Tong Tian, menunjukkan betapa besar kekuatan senjata itu. Lawannya meneruskan dengan tangan kosong, gerakannya berubah menjadi lebih cepat, tiga jurus kemudian bahkan hampir berhasil merebut senjata di tangan Lin Tong Tian. Gerakan yang digunakan orang itu sungguh mirip dengan gerak gerik Xie Tian Hu saat memainkan yin shou yang zhang. Agaknya benar dia adalah si dewa pedang Zhang Zhe Liang.

Di tengah pertarungan sana terjadi sesuatu. Lin Tong Tian dan Zhang Zhe Liang sama-sama mundur. Pertarungan barusan belum ada pemenangnya. Zhang Zhe Liang sudah terlalu lama berdiam di dalam ruang bawah tanah dengan keadaan luka yang tidak mungkin disembuhkan, ia belum bisa mengerahkan seluruh kemampuan, sedang Lin Tong Tian rupanya sudah tidak pedulikan nyawa sendiri, mati-matian berusaha mengalahkan lawan. Jika mereka berniat beradu tenaga, maka kedua pihak akan sama-sama terluka parah atau bahkan langsung kehilangan nyawa.

"Lin Tong Tian, seingatku julukanmu adalah Ban Ye Xia Ke (pembunuh tengah malam)," Zhang Zhe Liang berkata padanya. "Dulu kau sering menangkap kaum penjahat, setiap kali selalu harus menyelesaikan sebelum tengah malam. Sekarang seharusnya kau sudah pensiun, tidak tahu apakah julukan ini juga ikut pensiun."

Lin Tong Tian tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya mengeluarkan suara dengusan keras. Benar, julukan itu adalah miliknya. Dulu ia selalu berhasil menangkap penjahat buronannya, setiap kali selalu bertindak saat gelap dan selesai sebelum tengah malam tiba. Reputasi yang seperti ini, tentu saja ia masih ingat dengan jelas.

"Saat ini tengah malam sudah lewat. Kalau kau masih mau melanjutkan bermain dengan laofu, boleh saja," kata Zhang Zhe Liang lagi. "Sebaliknya jika ingin melanjutkan pekerjaanmu lain hari, masalah kau melanggar kebiasaan hari ini, tidak akan ada yang menyebarkannya keluar."

Kata-katanya rupanya sangat berpengaruh pada Lin Tong Tian. Reputasinya di masa lalu, ia masih ingat dengan jelas meski dengan keadaannya sekarang. Si Pembunuh Tengah Malam itu hanya mendengus satu kali lagi, kemudian memutar badan dan melesat pergi, dengan segera menghilang di balik kegelapan malam. Tidak ada yang mengejarnya.

Han Bu Dian nampak berlari mendekat, langsung menghampiri Jin Shui yang masih duduk di rumput di tepian sungai sambil berusaha memulihkan diri sendiri. Xu Qiao bangkit berdiri melihat kedatangannya.

"Han Dage," ia memanggil, "apakah kau yang membawa Zhang Laoqianbei kemari?"

"Benar," sahut Han Bu Dian, "aku dan shifu menerima kabar dari markas Jianyin Bang bahwa taishifu diantarkan oleh orang suruhan Xianjing Wang, kami lantas menempuh perjalanan tanpa henti dari Yiling sampai ke Wuzhang. Baru sampai di markas Jianyin Bang dan bertemu dengan taishifu, sudah melihat tanda kembang api dari tempat ini. Aku tahu tanda itu adalah milik Yumen Jiao. Taishifu begitu mendengar bahwa pewaris Yumen mungkin berada disini, dia langsung ingin menemui."

"Bagaimana keadaan Zhong Bangzhu?" Xu Qiao menanya. "Saat itu dia dilukai oleh Xie Tian Hu, menempuh perjalanan demikian jauh apakah sudah tidak apa?"

"Hua Jin Shui waktu itu membantu sedikit, kemudian kami juga bertemu dengan orang-orang Keluarga Lin. Lin Guniang, Putrinya Lin Tong Tian, Lin Daren hari itu masih bersedia meminjamkan kapal mereka untuk bisa menempuh perjalanan sampai kemari," Han Bu Dian berkata, kemudian berpaling pada Jin Shui. "Hua Jin Shui, tidak disangka kau juga bisa sampai terluka seperti ini."

"Xiaozi, apa kau perlu aku membantumu?" Zhang Zhe Liang menanya pada Jin Shui dan Huang Yu. Keduanya tidak menyahut, berusaha mengatasi luka dalam sendiri. Lin Ji Xuan juga masih berusaha memulihkan diri dan sekaligus membantu Zhou Yan Zi. Yue Long Dai sudah menghilang, entah pergi kemana.

"Laoqianbei," Xu Qiao berkata pada Zhang Zhe Liang. "Jin Shui Gege adalah pewaris utama Yumen, juga adalah… adalah putra mendiang Wu Yao Wei, Wu Jiaozhu. Anda baginya adalah… dia tidak inginkan bantuan dari Anda."

Zhang Zhe Liang melihat pedang xuanlong milik Jin Shui, ia tentu saja mengenali senjata itu. "Aku adalah pembunuh ayahnya," katanya pelan, nada suaranya mengandung penyesalan yang dalam. "Tidak disangka, disini bisa bertemu dengan putra Wu Jiaozhu."

"Taishifu, nona ini adalah Xu Qiao, Xu Guniang, putri kelima Xu Louzhu dari Huofeng Lou," Han Bu Dian memperkenalkan Xu Qiao. "Ayahnya adalah kawan baik guruku."

"Ternyata adalah putri Cheng Hai," sahut Zhang Zhe Liang. "Ayahmu tidak menyukai Yumen, bisa dikatakan ada permusuhan, bagaimana kau putrinya bisa bersama putra Wu Jiaozhu?"

"Jin Shui Gege pernah menyelamatkan nyawaku," sahut Xu Qiao pelan, "aku berhutang budi padanya."

"Ternyata ada hutang budi," sahut Zhang Zhe Liang, "kau bersama dia demi membalas budi, kalau begitu tidak apa."

Jin Shui sudah merasa cukup mengatasi luka dalamnya, ia bangkit berdiri dan langsung menghadapi Zhang Zhe Liang. Air mukanya kaku, ketika merangkap tangan pada orang tua itu jelas dipenuhi berbagai macam emosi.

"Wanbei Hua Jin Shui, putra mendiang ketua Yumen Wu Yao Wei Wu Jiaozhu, memberi salam pada Zhang Laoqianbei," ia berkata dengan suara tertahan, "wanbei belum lama mengetahui bahwa Laoqianbei masih hidup, tidak disangka hari ini bertemu."

"Wanbei Huang Yu, putra mendiang ketua Hailang Biaoju Huang Wei Qun," Huang Yu juga sudah berdiri dan memberi salam, "pewaris Chai Lang."

"Wanbei Lin Ji Xuan," Lin Ji Xuan memberi salam sambil tetap duduk di tempat, menyadari keadaannya dan tidak ingin menghabiskan tenaga menyebut Lin Tong Tian sebagai ayahnya. "Pewaris Xie Zhang."

"Putra Huang Wei Qun dan Lin Tong Tian juga sudah diambil menjadi pewaris Yumen," Zhang Zhe Liang berkata pada ketiganya. "Tidak disangka para pelindung mengambil putra-putra keluarga ternama, sudah jelas akan membawa pengaruh dalam dunia persilatan."

"Kuyakin Shui Yao Shishu sudah memberitahukan pada Laoqianbei, bahwa tiga belas tahun yang lalu para pelindung Yumen menerima perintah untuk menemukan delapan orang, demi membangkitkan kembali aliran di masa depan," Jin Shui berkata. "Wanbei tidak berani berharap Laoqianbei akan mendukung kami, hanya berharap Laoqianbei tidak akan menghalangi."

Zhang Zhe Liang memandang ke arahnya dengan tajam, menyadari kata-kata dan sikap Jin Shui mirip sekali dengan Wu You Wei ayahnya. Ia mengulurkan tangan, menepuk bahu anak muda itu, untuk sesaat juga merasakan tenaga dalam pemberian Mo Ying yang ada padanya. Huang Yu berwaspada, tenaga pemberian Chai Lang sudah mengalir lagi di telapak tangannya.

"Aku tidak pernah tahu Wu Jiaozhu mempunyai seorang putra, dia tidak pernah menyebut," Zhang Zhe Liang berkata kemudian. "Kekuasaan Yumen sejak dahulu diturunkan pada putra pertama ketua, akan tetapi istri Wu Jiaozhu, Jiaozhu Furen Gu Chen Hui tidak bisa mempunyai keturunan karena diam-diam mempelajari yunxia shen gong (ilmu awan merah). Aku sempat khawatir akan menyebabkan munculnya Liu Song Qiao kedua, akan tetapi ternyata para pelindung sudah mempersiapkan semuanya."

"Zhang Laoqianbei juga tahu mengenai Liu Song Qiao," kata Jin Shui. "Akan tetapi waktu itu, mengapa harus membunuh ayahku?"

Zhang Zhe Liang menarik nafas. Kematian Wu You Wei membawakan penyesalan yang sangat mendalam, sekali ini di hadapan putranya ia juga tidak tahu bagaimana harus memberi penjelasan. Waktu tidak dapat diputar, dan kematian satu orang waktu itu sudah menyebabkan bencana besar bagi seluruh aliran.

"Jika kau ingin membalas dendam, aku juga tidak bisa menyalahkan," orang tua itu berkata. "Saat itu aku membuat janji pertarungan dengan ayahmu, sebenarnya tidak ada niat membunuhnya. Kami bahkan masih bisa sepakat, siapa pun yang kalah harus mengundurkan diri dari dunia persilatan. Aku masih bisa berharap bisa membuat ayahmu menghentikan semua kekejamannya."

"Ayahku tidak melakukan apa pun," sahut Jin Shui, tangannya terkepal menahan emosi, "masalah Keluarga Liu dari Hunan, semuanya adalah karena ada pihak lain yang ikut campur, menyebabkan kebencian orang terhadap Yumen. Keluarga Liu itu dibantai dalam semalam, semuanya bukan perintah ayahku."

"Hua Jin Shui, ayahmu ada memberi perintah membantai, hal ini diketahui oleh seluruh dunia, berdasarkan apa kau mengatakan Yumen tidak bersalah?" Han Bu Dian menanya.

"Xiaozi, perselisihan antara Yumen Jiao dengan aliran lain dalam dunia persilatan tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu dua patah kata," Zhang Zhe Liang lekas berkata. "Aku bukan ingin membela diri, akan tetapi ayahmu juga ada melakukan banyak kesalahan, Yumen di masa lalu juga banyak melakukan kekejaman."

"Jin Shui Gege, bagaimana jika kita mencari tempat lain untuk membicarakan semuanya baik-baik?" Xu Qiao menanya, meraih tangan Jin Shui untuk menenangkannya. "Kalian juga dalam keadaan terluka, perlu setidaknya beristirahat lebih dahulu."

Jin Shui tidak lekas menyahut, akan tetapi kata-kata Xu Qiao jelas membawa pengaruh baginya. Sebentar kemudian ia menganggukkan kepala, kemudian menggandeng tangan gadisnya, hendak mendahului pergi dari tempat itu.

Akan tetapi mereka semua belum lagi meninggalkan tepian sungai, sesosok bayangan tiba-tiba melayang mendekat, berdiri persis di hadapan mereka. Seorang perempuan muda berbaju kasar, rambutnya acak-acakan dan wajahnya menyeringai aneh. Jin Shui, Huang Yu dan Xu Qiao lekas mengenali perempuan itu sebagai anak perempuan Xun Tian Yi dan kekasih Huang Zhe, Xun Qian Niu.

Xun Qian Niu menunjukkan sebuah bungkusan kain berwarna ungu muda sebentar, kemudian langsung melemparkannya ke arah Jin Shui dan yang lain. Huang Yu mengenali warna kain itu, ia mendahului menangkap bungkusan dan membukanya, mendapati sepotong kue kering di dalam bungkusan kain, sama seperti kue kering yang pernah diberikan Lin Xiao Yan padanya saat tertangkap oleh Lin Tong Tian beberapa waktu yang lalu.

"Kalian yang sudah menculik Lin Guniang?" ia menanya pada Xun Qian Niu. "Dimana dia sekarang?"

Xun Qian Niu tidak menyahut, ia menyeringai saja dan langsung memutar badan. Huang Yu menyentilkan sebutir biji catur, memaksanya jatuh berlutut di tanah. Si pewaris Chai Lang mengkhawatirkan Lin Xiao Yan, tidak peduli disitu ada Han Bu Dian dan Zhang Zhe Liang, ia langsung memburu ke arah Xun Qian Niu, menangkap batang lehernya dan mengangkatnya, siap mematahkan tulangnya.

"Katakan," Huang Yu berkata tanpa menahan amarah.

Xun Qian Niu tertawa menyeringai, sedikit pun tidak terpengaruh tindakannya. "Jika… jika aku tidak segera kembali dengan utuh, maka… mereka akan merusaknya," ia berkata dengan terputus-putus, kata-katanya lebih mengerikan daripada ancaman Huang Yu.

"Yu, lepaskan orang dulu," Lin Ji Xuan lekas berkata, mengkhawatirkan adik perempuannya tidak kurang dari Huang Yu.

Huang Yu terpaksa melepaskan si perempuan setengah sinting. "Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi apakah ada di sekitar sini?" ia menanya.

"Juga kakakmu," sahut Xun Qian Niu. "Mereka ingin bertemu dengan para pewaris Yumen dan...." ia menunjuk ke arah Xu Qiao, tertawa aneh, "dan juga Wu-er."

Wu-er merupakan panggilan khusus Xie Tian Hu pada Xu Qiao karena Xu Qiao adalah putri kelima Xu Cheng Hai. Jin Shui terakhir kali mendengar panggilan ini adalah saat Xie Tian Hu menangkap Xu Qiao dan hendak mencekiknya sampai mati.

"Qiao-er, kau tidak perlu ikut," Jin Shui lekas berkata. "Han Shaobangzhu, harap membawa Xu Guniang lebih dahulu ke markas Jianyin Bang."

"Kau sungguh mengijinkan aku membawa dia pergi darimu?" Han Bu Dian menanya.

"Aku perlu menemui dua pengkhianat itu, mewakili Qiao-er membalas dendam keluarganya," sahut Jin Shui, "juga membantu pewaris Chai Lang membalaskan dendam ayah ibunya."

"Xie Tian Hu adalah muridku," kata Zhang Zhe Liang, lekas mendahului mereka mengikuti Xun Qian Niu. "Aku sudah enam hari tidak tidur demi membersihkan perguruan, tidak seorang pun yang boleh menghalangi."

Mereka pergi ke sebuah rumah abu yang sudah tidak terawat di luar kota, tembok rumah sudah hancur setengahnya, tanaman liar berada di sekitar, peti mati di dalamnya sebagian malah sudah hancur. Sebuah tempat yang mengerikan, dalam keadaan lewat tengah malam tanpa penerangan semakin mengerikan lagi.

Lin Ji Xuan dan Zhou Yan Zi keadaannya cukup parah, mereka tidak ikut dan mencari tempat lain yang lebih aman untuk memulihkan diri. Han Bu Dian terpaksa ikut, tidak berhasil membawa Xu Qiao menjauh dari Jin Shui. Ditambah ia juga tidak ingin Jin Shui dan Huang Yu bekerja sama menggabungkan kekuatan demi melawan Zhang Zhe Liang. Bekas dewa pedang itu meski kemampuannya sangat tinggi akan tetapi keadannya sekarang berbeda, ia sangat tergantung pada obat pemberian Li Taiyi dan barusan juga menyatakan sudah enam hari tidak beristirahat.

Xun Qian Niu baru saja melangkah ke dalam rumah abu sudah menyelinap ke balik tembok. Xiao Hu dan Xiao Mi langsung melompat dan hendak menangkapnya, akan tetapi sebentar itu asap putih sudah menyebar dari balik tembok, seketika memaksa mereka menutup wajah dan melompat mundur. Keduanya merasakan mual dan mata mereka pedih.

"Kalian istirahat dulu disini," Huang Yu berkata. Ia kemudian mendahului melangkah ke dalam pekarangan rumah abu, seketika melihat beberapa helai robekan kain ungu yang tergantung di sebuah pohon.

Sebuah bayangan berkelebat di dalam rumah abu, Huang Yu langsung memburu kesana diikuti Han Bu Dian. Zhang Zhe Liang berdiri di tengah pekarangan, agaknya tidak ingin berhadapan dengan siapa pun kecuali dengan dua muridnya Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi. Jin Shui meraih tangan Xu Qiao dan melangkah dengan hati-hati, memandang ke sekeliling dan mendengarkan dengan seluruh kemampuan, berusaha menemukan keberadaan orang lain di sekitar rumah abu.

"Erdi," terdengar suara seseorang dari dalam rumah abu, hanya suara tetapi orangnya belum kelihatan. Huang Yu langsung mengenali suara itu sebagai suara kakak kandungnya, Huang Zhe.

"Dage, lepaskan Lin Guniang," Huang Yu lekas berkata.

"Lin Guniang dengan senang hati mengikuti aku setelah dia meminjamkan kapal milik Keluarga Lin pada Han Bu Dian dan gurunya," Huang Zhe berkata, "barusan dia juga menemani aku disini, tidak peduli meski shifu mengatakan dia harus membujuk ayahnya yang kerasukan itu baik-baik."

"Dage, Xie Tian Hu adalah orang yang sudah membunuh ayah dan ibu kita, Xun Tian Yi juga ada disana waktu itu," Huang Yu kembali berkata, tidak ingin mendengar yang tidak baik mengenai Lin Xiao Yan. "Kau tidak boleh berguru padanya."

"Hanya salah paham, shifu sendiri yang sudah memberitahukan padaku," Huang Zhe berkata, "lalu memangnya kenapa? Kami guru dan murid kelak akan menjadi orang nomor satu di dunia persilatan, urusan dendam tidak akan menghalangi kami."

"Kau sudah mengakui pembunuh ayah sebagai guru," Huang Yu berkata dengan muak, "salah paham darimana?"

"Erdi, apa kau tidak ingat, dahulu saat ayah kita masih ada, dia hanya sayang padamu dan sanmei, tidak peduli padaku," nada suara Huang Zhe mengandung kecemburuan dan kebencian terhadap adiknya. "Ayah mengajarkan wu xie xin fa padamu, ibu juga sudah memberikan bai hua chen padamu. Terhadapku, sama sekali tidak ada."

"Hanya karena ini lalu kau mengikuti Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi?" Huang Yu menanya.

"Mereka berdua menguasai ilmu tingkat tinggi, bahkan bersedia mengajarkan yin shou yang zhang padaku," sahut Huang Zhe pula. "Ilmu ini adalah peninggalan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, bahkan di dunia ini belum banyak yang pernah menyaksikan kelihaiannya. Kelak, aku akan menunjukkannya padamu."

Satu biji catur melesat, langsung ke arah asal suara. Bersamaan Han Bu Dian juga menyerang dengan pedang di tangannya. Suara kayu patah terdengar, sebuah tutup peti mati pecah berhamburan. Huang Yu dan Han Bu Dian tidak membuang waktu, lekas memburu ke tempat asal suara itu, tidak berniat membiarkan orang melarikan diri.

Sebuah bayangan berkelebat cepat, bersamaan sejenis benda juga dilemparkan ke arah Huang Yu, seketika mengagetkannya karena benda itu rupanya adalah sebuah tangan, tanpa badan. Huang Yu sempat mengira tangan itu adalah tangan seorang anak gadis, akan tetapi ternyata tangan itu tidak lebih dari sepotong tulang dari jenasah yang sudah lama.

Ia berhati-hati, bersama Han Bu Dian mengejar ke bagian dalam rumah abu, sempat melihat satu kali lagi sosok Huang Zhe menyelinap diantara kegelapan, akan tetapi keduanya tidak berhasil menangkap. Huang Zhe agaknya sudah mengenali tempat ini dan dengan mudah bisa mempermainkan keduanya.

Suara semacam dentuman keras tiba-tiba terdengar, atap rumah abu hancur diterjang semacam kekuatan yang luar biasa. Zhang Zhe Liang nampak melayang ke atas, pedang xuanlong berada di tangannya. Barusan ia yang sudah mengerahkan kekuatan, menghancurkan atap rumah dengan meminjam pedang milik Jin Shui, tujuannya adalah menemukan apakah Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi bersembunyi di dalam.

Akan tetapi saat reruntuhan atap mereda, yang terlihat hanya sekilas satu bayangan yang menyelinap melalui bagian belakang, pergi meninggalkan suara tawa cukup keras. Zhang Zhe Liang tentu saja tidak ingin mengejar seorang anak muda, maka Han Bu Dian yang kemudian memburu bersama Huang Yu.

"Pedang xuanlong ini memang sebuah senjata pusaka," Zhang Zhe Liang sudah mendarat lagi di pekarangan, mengembalikan pedang xuanlong pada Jin Shui. "Jangan sampai jatuh ke tangan orang lain."

Jin Shui menerima kembali pedangnya, menganggukkan kepala satu kali. Barusan ia sudah menyaksikan sendiri kekuatan Zhang Zhe Liang, jika hendak menandingi setidaknya mesti setengah pewaris bergabung menggunakan mojie chen yang diajarkan oleh Liao Xian.

"Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi tidak berada disini," kata Zhang Zhe Liang, "nona yang tadi sudah menghilang, sudah tidak ada orang lain."

"Mereka sengaja memancing kita kemari," Jin Shui berkata. "Laoqianbei, mereka memakai siasat memancing harimau turun gunung."

"Jianyin Bang," Zhang Zhe Liang lekas menyadari yang terjadi, ia langsung memutar badan dan melesat pergi, Jin Shui mengikuti bersama Xu Qiao, meninggalkan Xiao Hu dan Xiao Mi yang masih memulihkan diri di depan rumah abu dan tidak menunggu Huang Yu dan Han Bu Dian kembali.

Xun Qian Niu sudah menggunakan nama Lin Xiao Yan untuk memancing Jin Shui dan yang lain termasuk Zhang Zhe Liang cukup jauh keluar kota, meski mereka memiliki ilmu ringan tubuh tinggi juga masih perlu sedikit waktu untuk kembali ke tepian sungai tadi, kemudian masuk ke dalam kota dan menuju markas Jianyin Bang.

Beberapa orang penduduk kota nampak berlarian di jalanan, satu orang menjatuhkan lentera yang dibawanya. Dua lelaki masuk ke dalam rumah dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Seorang perempuan setengah tua menarik dua anak kecil diikuti satu pemuda yang membawa tongkat bambu, berkali-kali melihat ke belakang dan berusaha menguatkan diri. Mereka adalah penduduk yang tinggal di sekitar markas Jianyin Bang, agaknya terbangun ketika mendengar suara keributan, kemudian melihat apa yang terjadi dan kemudian berusaha menyelamatkan diri.

Markas Jianyin Bang sudah sepi. Di atas gerbang ada darah yang masih menetes, darah manusia. Papan nama partai sudah jatuh dan terbelah dua, di halaman penuh dengan mayat anggota partai, sebagian besar tewas dalam keadaan mengenaskan. Darah segar dimana-mana, jalan setapak menuju gedung utama hancur, api bahkan mulai membakar sebagian bangunan. Keadaan sungguh mengerikan.

Zhang Zhe Liang melangkah masuk setengah melayang, tercekat melihat keadaan di sekitarnya. Jin Shui mengikuti bersama Xu Qiao, langsung menutup mata gadisnya itu agar tidak perlu menyaksikan sisa pembantaian.

Keadaan yang seperti ini mengingatkan Zhang Zhe Liang pada peristiwa lebih dari tiga belas tahun yang lalu pada Keluarga Liu dari Hunan oleh orang Yumen Jiao. Saat itu yang tewas total lima puluh sembilan jiwa, ia tidak mampu mencegah. Sekali ini ada pembunuhan yang serupa, dengan pelaku yang berbeda. Lebih banyak lagi jiwa yang melayang, ia juga terlambat datang.

Jin Shui memeriksa salah satu jenasah yang ada di dekatnya, mendapati anggota Jianyin Bang itu tewas dengan tulang rusuk patah, kematiannya belum lama akan tetapi jenasahnya dingin, suatu tanda kematian yang khas.

"Beifeng qi," Jin Shui berkata. "Mereka dibunuh oleh Lin Tong Tian."

"Bukan Xie-shu dan Xun Tian Yi?" Xu Qiao menanya. "Mengapa jadi Lin Dabo? Sejak kapan dia ada permusuhan dengan Jianyin Bang?"

"Lin Tong Tian selamanya tidak pernah membunuh selewat tengah malam, biasanya dia mesti menunggu sampai langit gelap di hari berikutnya baru melanjutkan pekerjaan," Zhang Zhe Liang berkata. "Jika dia yang melakukan ini, maka hanya ada dua kemungkinan penyebab. Yang pertama adalah dia sudah kerasukan terlalu hebat dan tidak menyadari perbuatan sendiri, yang kedua adalah karena ada yang memberi perintah padanya."

"Xie Tian Hu sudah menggunakan Lin Guniang untuk memaksa Lin Tong Tian melakukan pembantaian," kata Jin Shui. Ia memeriksa jenasah yang lain, juga meninggal dengan luka yang sama. Jenasah ketiga barulah mempunyai luka memar di leher, tewas dengan tulang leher patah.

Zhang Zhe Liang melihat mayat seorang wanita muda yang masih utuh tidak jauh dari kakinya, ia merasa aneh karena seingatnya di dalam Jianyin Bang tidak pernah ada anggota wanita. Didekatinya mayat itu, mencoba mengenali identitasnya karena kemungkinan dialah salah satu pelaku pembantaian. Akan tetapi orang tua ini sudah melewati enam hari tanpa tidur sekejab pun, kewaspadaannya sedikit berkurang, tidak menyangka yang terjadi selanjutnya.

Mayat wanita itu tiba-tiba saja bergerak, menghembuskan sejenis hawa yang aneh padanya, sedikit pun tidak memberi kesempatan bagi Zhang Zhe Liang untuk menghindar, untuk sesaat memaksa orang tua itu untuk mati-matian mempertahankan kesadaran, menotok beberapa jalan darah sendiri untuk menghalangi kerja racun.

"Laoqianbei!"

Suara tawa mengerikan terdengar. Mayat yang masih hidup yang ternyata adalah Xun Qian Niu itu bergerak bagai hantu yang mengerikan, melesat pergi setelah menyelesaikan tugasnya. Jin Shui lekas memburunya, akan tetapi perempuan setengah sinting itu kembali menyebarkan sejumlah bubuk putih, bukan ke arahnya melainkan ke arah Xu Qiao, memaksa Jin Shui untuk menyelamatkan gadisnya lebih dahulu.

Xu Qiao sendiri sudah berwaspada, seketika selendang senjatanya terulur, mengarah pada Xun Qian Niu dan melibat lehernya, dan sekali sentak sudah melemparkannya ke arah sebuah batu buatan. Perempuan setengah sinting itu masih bisa bangkit kembali, akan tetapi Xu Qiao sudah menghantamnya kembali menggunakan tenaga wuqing xue. Suara tulang retak terdengar, dan sebentar kemudian Xun Qian Niu sudah tergeletak di tanah tanpa bergerak.

"Qiao-er, tidak disangka kau bisa bertindak kejam," Jin Shui berkata, memuji padanya.

"Belajar darimu," sahut Xu Qiao. "Dia dan kawanannya sudah membantai keluargaku, dendam ini sudah lama aku ingin melampiaskan."

Tiupan angin datang, membuat dinginnya subuh menjadi semakin menusuk. Di atas atap bangunan utama sudah hadir dua sosok bayangan manusia bercaping, satu tinggi besar dan satu lagi kurus. Si tinggi besar menggerakkan tangannya, mencengkram leher seorang gadis muda yang masih meronta lemah, berusaha melepaskan diri. Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi, membawa Lin Xiao Yan di tangan mereka.

Jin Shui dan yang lain belum lagi melakukan sesuatu, dari atas atap bangunan yang lain sudah muncul sosok Lin Tong Tian, si Pembunuh Tengah Malam yang nampak semakin tidak waras itu, langsung melayang ke arah Jin Shui bertiga membawa satu sosok manusia di tangannya, melemparkannya begitu saja ke samping Zhang Zhe Liang.

Sosok yang dilemparkan itu masih bernyawa, akan tetapi sudah sekarat. Dua bilah potongan pedang menancap di dada dan pinggangnya, pedang yang biasanya tersembunyi dalam tongkat bambu milik si Zhulin Shen Jian Zhong Shao Yan. Zhang Zhe Liang langsung mengenali sosok murid keempatnya, Zhong Shao Yan.

"Shi… Shifu," Zhong Shao Yan berusaha memanggil, darah mengalir dari mulutnya, keadaannya sungguh mengenaskan. "Ershixiong…."

Zhang Zhe Liang masih berusaha menahan racun, melihat kehadiran murid pengkhianat di atas atap sana dan menyaksikan keadaan murid setia yang sedemikian sekaligus membawa reaksi yang tidak ringan, racun pemberian Xun Qian Niu seketika menyebar, menyerang pengaruh huanming yao yang sudah ada lebih dahulu, membuatnya merasakan kesakitan di dalam setiap sel tubuhnya. Seketika ia memuntahkan darah segar, mengagetkan Jin Shui dan juga Xu Qiao.

"Lin Tong Tian, mengapa kau membunuh orang-orang Jianyin Bang?" Jin Shui menanya pada Lin Tong Tian, tidak ingin langsung menyerang dan berniat mengulur waktu sedikit menunggu kedatangan kawan-kawannya.

"Selamatkan… Xiao Yan," Lin Tong Tian masih sempat berkata, nada suaranya antara memohon dan juga menahan sakit. Tangannya sudah terkepal, hawa tenaga terasa di sekitarnya, dan ia kemudian berteriak keras.

Jin Shui kembali mencabut pedang, Xu Qiao juga sudah siap dengan senjatanya. Mereka berdua kemudian menghadapi Lin Tong Tian, bertarung diantara jenasah orang-orang Jianyin Bang yang ada di pekarangan itu. Zhang Zhe Liang tidak lekas ikut campur karena ia masih bersusah payah menekan kerja racun.

Han Bu Dian dan Huang Yu tiba disitu, agaknya tidak berhasil memburu Huang Zhe dan kehilangan jejak. Han Bu Dian lekas memburu ke arah gurunya, berusaha menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi Zhong Shao Yan sudah dalam keadaan terluka sejak dari Yiling, ditambah dua tusukan pedang miliknya sendiri, ia tidak bisa lagi bertahan dan meninggal dunia di pelukan muridnya.

Huang Yu melihat Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi di atas atap membawa Lin Xiao Yan di tangan mereka, ia tidak peduli lagi dirinya bukan tandingan pembunuh orang tuanya, lekas menerjang kesana, sejumlah biji catur menyebar lebih dahulu ke arah Xun Tian Yi.

Xun Tian Yi menggerakkan tangannya memainkan jurus yang aneh, menyambut serangan Huang Yu di atas atap. Huang Yu mengerahkan tenaga dalam pemberian Chai Lang, akan tetapi ia sudah terluka dalam pertarungan dengan Lin Tong Tian beberapa saat yang belum lama, ia bahkan tidak bisa menyentuh lawan, senjata rahasia yang ditebarkannya juga sedikit pun tidak berguna.

Lin Xiao Yan melihat ayahnya sudah dipaksa membantai orang, juga melihat Huang Yu berusaha menyelamatkannya bisa saja kehilangan jiwa, air matanya menitik. Ia tidak lagi meronta, berharap Xie Tian Hu akan mengambil nyawanya saat itu agar tidak perlu menyaksikan kengerian lebih jauh.

Akan tetapi Xie Tian Hu masih mengikuti perkataan muridnya Huang Zhe untuk tidak membunuh Lin Xiao Yan, cekikannya tidak menjadi lebih kuat, dengan keji ia kemudian juga merobek sebagian baju Lin Xiao Yan, membuat jantung Huang Yu berdetak keras.

"Hanya berani pada perempuan," si pewaris Chai Lang itu berkata dengan penuh emosi. "Seperti ini hendak menjadi nomor satu di dunia persilatan."

Xie Tian Hu tidak memedulikannya, sekali lagi merobek baju Lin Xiao Yan. Gadis muda itu sudah diambil baju luarnya oleh Huang Zhe untuk digunakan memancing Jin Shui dan yang lain ke rumah abu, ia pun dalam keadaan lemah sudah ditangkap sejak beberapa hari yang lalu dan mendapat perlakuan tidak baik. Perlakuan yang akan membawa pengaruh seumur hidup baginya, penghinaan yang tidak bisa dicuci bersih selamanya.

"Bunuh dia," Xun Tian Yi berkata pada Huang Yu, "gunakan senjata rahasiamu, bunuh anak perempuannya Lin Tong Tian itu."

Si kurus itu menghentikan serangan untuk memberi kesempatan Huang Yu mengeluarkan senjata rahasianya. Satu biji catur sudah berada di tangan Huang Yu, sekali disentikkan maka bisa menghabisi jiwa Lin Xiao Yan. Akan tetapi menyaksikan anak gadis yang pernah menolong jiwanya dalam keadaan sedemikian mengenaskan, pewaris Chai Lang yang kejam juga tidak sampai hati untuk turun tangan.

"Lin Dabo, lekas tolong putrimu," Huang Yu berkata sekeras yang ia bisa, nada suara memohon terdengar jelas, ekspresi putus asa terlihat di setiap garis wajahnya. "Jika tidak maka aku terpaksa harus membunuhnya."

Lin Tong Tian masih menghadapi Jin Shui dan Xu Qiao, meski sebenarnya kemampuannya yang sekarang lebih dari cukup untuk menekan dua lawan muda itu, akan tetapi ia masih ada sedikit kesadaran, masih cukup mengetahui yang terjadi pada anak perempuan kesayangannya. Serangannya kacau, ia juga beberapa kali hendak melompat ke atas atap dan merebut Lin Xiao Yan dari tangan orang. Akan tetapi ancaman Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi juga masih membawa pengaruh lain, membuatnya nyaris meledak.

"Bunuh," Lin Tong Tian mengucap satu patah kata, ditujukan pada Huang Yu.

Satu biji catur melesat, siap menembus kepala Lin Xiao Yan dan menghabisi jiwanya seketika. Xie Tian Hu nampaknya akan membiarkan, namun pada detik berikutnya sudah menggerakkan sebelah tangan yang lain, menahan biji catur itu dengan goloknya, mengembalikan pada Huang Yu, dengan telak mengenai dadanya. Tubuh Huang Yu pun jatuh dari atas atap.

Bersamaan, Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi melesat pergi, meninggalkan semua yang ada disitu, masih membawa Lin Xiao Yan bersama mereka. Dalam waktu singkat mereka sudah menghilang di kegelapan, dan tidak ada yang bisa mengejar.

Satu bayangan yang baru datang melompat cepat, menangkap Huang Yu sebelum jatuh ke tanah, kemudian meletakkannya di tempat yang aman. Tiga orang lain juga sudah datang dan langsung membantu Jin Shui dan Xu Qiao menghadapi Lin Tong Tian.

Para pewaris Yumen sudah tiba disitu. Li Qian yang barusan menyelamatkan Huang Yu, sementara Liao Xian, Qin Liang Jie dan Zhu Bai Que bertiga membantu Jin Shui dan Xu Qiao. Mereka berempat mengikuti rombongan Xianjing Wang meninggalkan Yiling dan langsung menuju Wuzhang, agaknya sudah tiba dan langsung mendahului kemari saat melihat kepulan asap dari markas Jianyin Bang.

Si Ban Ye Xia Ke berteriak keras sekali lagi, pada detik berikutnya sudah mengerahkan tenaga beifeng qi, mengamuk dan hendak membunuh siapa saja yang ada di sekitarnya untuk melampiaskan amarah dan kepedihannya.

Pertarungan sengit terus berlangsung diantara suasana markas Jianyin Bang yang mulai diselimuti kegelapan. Sebuah tempat yang sangat mengerikan dengan mayat-mayat anak buahnya Zhong Shao Yan yang berserakan belum lagi diurus. Sampai saat ini Lin Tong Tian belum lagi menampakkan tanda-tanda akan menggunakan kemampuannya menyedot tenaga orang yang lebih dahsyat dari wuqing xue itu, tetapi begitu pun ia masih merupakan lawan tangguh yang sulit ditundukkan.

Li Qian sudah ikut serta dalam pertarungan, membiarkan Huang Yu menjaga diri sendiri Han Bu Dian juga sudah meninggalkan jenasah gurunya, menarik Xu Qiao dan memintanya menjaga Zhang Zhe Liang, menggantikannya ikut melawan Lin Tong Tian.

Lima pewaris Yumen bergabung tenaganya tentu saja tidak main-main. Lin Tong Tian yang biasa paling banyak hanya bisa bertahan tidak sampai seratusan jurus. Manusia biasa jika terluka sedemikian juga setidaknya akan terkapar tidak akan bisa bangkit berdiri dengan tegak, namun si mayat hidup ini tenaganya bagai tidak pernah berkurang. Jika terus seperti ini, bisa dipastikan kedua belah pihak akan sama-sama hancur.

Liao Xian berseru beberapa kali, meminta kawan-kawannya untuk memainkan formasi mojie chen, mengurung Lin Tong Tian dengan ketat dan berusaha melumpuhkannya. Akan tetapi sampai begitu jauh formasi ini tidak terbentuk dengan baik. Pertama karena mereka bukan menghadapi lawan biasa, melainkan seorang yang sudah kerasukan, kedua adalah karena Han Bu Dian yang bukan salah seorang dari mereka, kerap mengacaukan formasi.

Serangan Han Bu Dian yang paling banyak melukai Lin Tong Tian. Kemarahan dan kepedihan akibat kematian gurunya membuatnya bahkan tidak memedulikan keselamatan sendiri. Para pewaris sungkan melukai ayah kandung satu diantara mereka, akan tetapi Han Bu Dian tidak segan menebaskan pedangnya, menembus pertahanan beifeng qi. Entah Lin Tong Tian sengaja membiarkan diri sendiri menerima hukuman atau ia memang sudah sangat kacau sehingga tidak pedulikan pedihnya luka.

Lin Ji Xuan sudah tiba di tempat itu diikuti Zhou Yan Zi dan Yue Long Dai. Mereka masih dalam keadaan terluka, akan tetapi sudah cukup beristirahat dan lekas menuju markas Jianyin Bang ketika melihat asap mengepul dari kejauhan. Yue Long Dai sendiri sudah dalam perjalanan pulang ke tempat ini, namun ia melangkah masih seperti orang linglung, mengikuti saja ketika melihat Lin Ji Xuan dan Zhou Yan Zi.

Untuk ketiga kalinya serangan pedang di tangan Han Bu Dian mengenai tubuh Lin Tong Tian, kali ini meninggalkan satu luka melebar di punggungnya. Darah yang mengalir adalah darah manusia biasa. Lin Ji Xuan sangat terkejut, sampai disini tentu saja ia sudah bisa melihat dengan jelas kebencian di balik sorotan mata bangzhu muda Jianyin Bang itu, dengan segera menyadari yang sudah terjadi.

"Ayahku sudah gila," Lin Ji Xuan tahu ayahnya sudah melakukan pembantaian, semua karena latihan yang terganggu dan seseorang menculik Lin Xiao Yan.

"Gila," Yue Long Dai menyahut setengah sadar, "Lao Zhu Wang ada menyimpan rantai untuk menangkap orang gila, dahulu sering dipakai untuk menangkapku."

"Lekas ambil," Zhou Yan Zi berkata.

Formasi mojie chen belum juga terbentuk sempurna. Belasan jurus lagi berlalu, satu pukulan jarak jauh Lin Tong Tian mengarah pada Qin Liang Jie yang mulai melemah. Tenaganya tidak lagi cukup untuk menghindar, jika menangkis jelas akan langsung kehilangan jiwa. Satu detik itu sungguh sangat berbahaya.

Li Qian maju sebelum sempat menarik nafas, hendak menghadang serangan itu sebelum mengenai kawan baiknya. Namun sekali ini Han Bu Dian ternyata sudah mendahului, menyambut serangan itu dengan hantaman tenaga juga. Seketika ia terlempar hingga menghantam reruntuhan bangunan, sulit untuk bangkit lagi. Detik berikutnya Jin Shui berhasil memukul dada Lin Tong Tian dan membuatnya mundur setengah langkah. Namun formasi mereka sudah kacau dan masing-masing menyerang sendiri.

Qin Liang Jie kembali menusukkan tombaknya. Tetapi Lin Tong Tian berhasil mencekal tombak itu dan mendorong Qin Liang Jie dan menghantam dadanya dengan ekor senjata sendiri. Berikut ia sendiri juga terhuyung sebentar, tetapi lekas berdiri tegak kembali sebelum ada yang maju menyerangnya.

Beberapa jurus lagi berlalu. Zhu Bai Que juga berhasil dijatuhkan oleh pukulan Lin Tong Tian, mendapat luka dalam yang tidak bisa dibilang ringan. Nasib Liao Xian tidak lebih baik, ia terkena cakaran lawan dengan luka di sepanjang lengan kirinya. Yue Long Dai baru tiba setengah menit kemudian, membawa sebuah rantai panjang, langsung mengulurkan satu ujungnya pada Lin Ji Xuan.

"Die," Lin Ji Xuan berseru, "maafkan haier!"

Satu rantai panjang yang lain diterima oleh Jin Shui, bersama Li Qian menyerang Lin Tong Tian dari arah yang berbeda. Empat orang ini menyerang dengan kekuatan penuh, sementara Zhu Bai Que masih sempat memainkan seruling ba yin xiao miliknya untuk mengacaukan perhatian Lin Tong Tian. Tentu saja tidak mudah untuk membelit si mayat hidup itu dengan dua rantai besi panjang. Mereka masing-masing banyak yang sudah lelah dan terluka.

Dalam keadaan paling berbahaya, satu sosok lain muncul entah darimana, melayang ke arah Lin Tong Tian dan langsung menekan jalan darah di ubun-ubun orang tua itu, memberi kesempatan Jin Shui, Li Qian, Lin Ji Xuan dan Yue Long Dai berempat menarik rantai di tangan mereka, memutarkannya satu kali untuk membelit lawan, sementara yang lain menghantamkan tenaga untuk memaksa si mayat hidup itu jatuh ke tanah. Kedua kaki Lin Tong Tian sudah terlilit rantai, seluruh badannya juga sudah tidak bisa digerakkan lagi. Rantai besi itu tebal dan kuat bukan main, Lin Tong Tian akhirnya bisa ditaklukkan.

Orang yang baru saja datang rupanya adalah seorang perempuan, gerakannya lincah dan sangat luwes, tenaganya pun kuat dan tepat, serangan satu jarinya berhasil melumpuhkan tanpa membunuh lawan. Satu-satunya pelindung Yumen yang masih ada, Shui Yao.

Zhou Yan Zi berlari mendekati Lin Tong Tian dan langsung menusukkan dua batang jarum ke dadanya. Ketika ia melihat jarum tidak bisa melukai kulit orang tua itu, ia menusukkan dua batang jarum lain ke dalam lukanya, membuatnya menjerit dan hampir saja menarik semua rantai yang mengikatnya. Akan tetapi Qin Liang Jie, Zhu Bai Que dan Liao Xian serta Xu Qiao sudah membantu menahan rantai itu, Lin Tong Tian tidak bisa sampai melepaskan diri.

"Yan Zi, dia ayahku," Lin Ji Xuan memperingatkan Zhou Yan Zi untuk tidak membunuh.

"Qianbei, ini bukan racun mematikan, hanya sejenis obat untuk melemahkan, Anda boleh beristirahat sebentar," Zhou Yan Zi berkata dengan tenang, "kami tidak suka membunuh, Anda tidak perlu khawatir."

"Lin Tong Tian, mereka tidak suka membunuh, tetapi aku perlu membalaskan dendam guruku," Han Bu Dian berseru, sudah mengacungkan pedang padanya.

"Han Shaobangzhu harap menahan diri," Shui Yao menangkap batang pedangnya dengan jari, menahan senjata itu. Han Bu Dian merasakan aliran tenaga dalam yang tidak ringan, ia tidak bisa bertindak lebih lanjut.

Xianjing Wang beserta para pengawalnya sudah tiba juga di markas Jianyin Bang, membawa Huang Lian, Shangguan Ru Yin, Yin Xiu Chen dan juga Liu Xin bersama mereka. Para pengawal langsung membantu memadamkan api, mengurus jenasah dan dengan cepat sisa pembantaian di markas Jianyin Bang itu dibersihkan oleh mereka.

Xiao Hu dan Xiao Mi sudah kembali, berhasil melenyapkan pengaruh racun yang disebarkan oleh Xun Qian Niu di depan rumah abu. Mereka menemukan perempuan setengah sinting itu diantara jenasah anggota Jianyin Bang, tulang pinggulnya sudah retak oleh pukulan Xu Qiao, keadannya juga bisa dikatakan sekarat. Dengan seijin Huang Yu mereka lantas mengikat perempuan itu dan menggantungnya di gerbang markas Jianyin Bang, berharap Xun Tian Yi akan datang menolong putrinya.

"Wangfei, sejak dari ibukota sampai ke tempat ini ada delapan malam laofu tidak tidur," Zhang Zhe Liang memberitahu Shui Yao, ia sudah berhasil menguasai racun, akan tetapi ia sudah menggunakan kekuatan cukup banyak bertarung dengan Lin Tong Tian dan memburu murid pengkhianatnya, tubuhnya terasa lemah dan perlu beristirahat. "Laofu nanti masih ada banyak hal yang mesti dibicarakan dengan putra Wu Jiaozhu. Beri waktu dua jam saja, dua jam kemudian berikan sebutir huanming yao padaku."

"Laoqianbei, tidak boleh," sahut Shui Yao, "huanming yao sangat keras, setidaknya harus menunggu dua belas hari."

Zhang Zhe Liang mengeluarkan sebutir pil dari balik bajunya dan hendak menelannya. Jin Shui lekas menahan.

"Laoqianbei, Anda sudah membantu kami menghadapi Lin Tong Tian dan juga menyelamatkan nyawaku," ia berkata. "Dua belas hari ini, aku Hua Jin Shui berjanji akan menjaga Anda baik-baik."

"Dua jam," Zhang Zhe Liang kembali berkata pada Shui Yao tanpa memedulikan Jin Shui, kemudian masuk ke dalam bangunan yang masih tersisa dan melompat ke atas langkan, berbaring disana.

Jenasah anggota Jianyin Bang sudah diletakkan dengan rapi di aula utama yang juga masih utuh, Han Bu Dian memberi penghormatan terakhir pada gurunya Zhong Shao Yan, kemudian kembali menghampiri Lin Tong Tian.

Seluruh tubuh Lin Tong Tian sudah diikat dengan rantai besi, wajahnya tanpa ekspresi. Obat yang diberikan oleh Zhou Yan Zi pelahan mengembalikan ingatannya, ia sudah tahu identitasnya sebagai seorang penangkap buronan, bukan sebagai alat pembunuh. Ia adalah si Pembunuh Tengah Malam, selama ini memburu banyak penjahat demi menyelamatkan lebih banyak nyawa, tidak disangka dalam semalam reputasi itu dihancurkannya sendiri dengan menghabisi begitu banyak jiwa tidak berdosa.

Putranya Lin Ji Xuan terus menjaganya, bahkan meminta Liao Xian membantu dengan tenaga dalam agar rasa sakit akibat kerasukan saat berlatih bisa berkurang. Sebagian ilmu Lin Tong Tian lenyap, hawa murninya sudah rusak.

"Bukan ayahku yang membunuh gurumu," Lin Ji Xuan langsung berkata pada Han Bu Dian, menghadang di hadapannya, "ayahku menguasai beifeng qi, membunuh seorang Zhong Shao Yan tidak akan begitu repot merebut senjatanya lebih dahulu, mematahkannya dan menggunakan untuk menikam pemiliknya."

"Aku tahu," Han Bu Dian menyahut dingin, "guruku tewas di tangan Xie Tian Hu, hanya orang itu yang punya kebencian cukup untuk mematahkan pedang bambu dan menggunakan untuk menikam pemiliknya sendiri. Aku hanya ingin mendengar sendiri dari Lin Daren yang terhormat, mengapa bisa sampai membunuh orang di markas Jianyin Bang kami."

"Die," Lin Ji Xuan berpaling pada ayahnya, "kau melatih beifeng qi, setiap tahun pada bulan delapan mesti menutup diri, saat itu tidak boleh terganggu, jika tidak maka akibatnya akan sangat berbahaya. Akan tetapi, hanya beifeng qi tidak akan membuatmu sampai seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Beifeng qi milikku sebenarnya sudah dilatih sampai tingkat tertinggi, sudah beberapa tahun ini sebenarnya tidak perlu lagi menutup diri untuk melatih ilmu," Lin Tong Tian menyahut dengan suara tertahan, tidak mudah baginya untuk mengakui semuanya. "Akan tetapi aku mendengar kabar mengenai para pewaris Yumen sejak tiga tahun yang lalu, aku tahu cepat atau lambat mesti menghadapi mereka. Kemampuanku tidak akan cukup, maka aku mencari cara agar bisa melatih beifeng qi melebihi batas, dua tahun terakhir ini berhasil meningkatkan tenaga dan masih bisa meningkatkan lebih lagi."

"Apa katamu?" tanya Lin Ji Xuan. "Die, seperti ini, sama saja melatih ilmu sesat."

"Ilmu sesat memangnya kenapa?" tanya Lin Tong Tian, suaranya meninggi. "Xie Zhang sudah berani menculik satu-satunya putra Keluarga Lin, bukankah juga mengajarkan ilmu sesat? Beberapa tahun yang lalu sejak kembali ke rumah kau terus menghindariku dan semakin banyak membuat masalah, masa aku tidak bisa menebak penyebabnya?"

"Aku…." Lin Ji Xuan juga tidak mempunyai penjelasan untuk masalah ini. Memang ia dasarnya hanya bandel, tidak pernah sungguh memikirkan akibatnya.

"Xiao Yan diculik orang dan si bodoh A Shi memberitahukan padaku, mengacaukan latihan yang sudah hampir berhasil," Lin Tong Tian kembali berkata, "A Shi sudah kupukul mati, dan aku lantas mengejar orang-orang itu sampai ke Wuzhang, membawa semua pengawal yang ada. Sepanjang jalan aku mendengar kabar bahwa para pewaris Yumen sudah membuka identitas, namamu ada di antara mereka."

Lin Tong Tian nekad melatih beifeng qi miliknya melebihi yang seharusnya, ia berhasil menembus batas tingkatan tertinggi, akan tetapi latihan yang berbahaya itu dikacaukan pada saat terakhir, meski membuat kemampuannya berlipat akan tetapi juga membuat seluruh badannya sakit dan kepalanya hampir pecah. Ia sebenarnya masih cukup sadar dan bisa berpikir, mengetahui apa saja yang terjadi. Hanya rasa sakit itu yang membuatnya seperti orang gila, membuatnya ingin melampiaskan dengan membunuh siapa saja yang dilihatnya.

"Kemudian kalian menemukan aku di tepian sungai itu, dan bertarung dengan Jin Shui," kata Lin Ji Xuan. "Kemudian Zhang Laoqianbei juga datang."

"Aku masih cukup sadar, ingat kebiasaan Pembunuh Tengah Malam, maka meninggalkan kalian," sahut Lin Tong Tian pula, "akan tetapi belum jauh, dua orang bercaping itu sudah muncul, membawa Xiao Yan, dan memintaku membunuh disini. Aku tidak peduli begitu banyak, kepalaku sakit, hanya ingin mereka melepaskan Xiao Yan baik-baik. Xiao Yan sekarang bagaimana?"

Kata-kata terakhir diucapkannya dengan pedih, air matanya bahkan menitik, mengingat keadaan Lin Xiao Yan ketika terakhir kali dilihatnya berada dalam cengkraman Xie Tian Hu dan keadaannya sama sekali tidak baik.

"Lin Dabo, aku berjanji akan menyelamatkan Lin Guniang," Huang Yu berkata.

"Jangan sampai dia mengingat penghinaan hari ini," kata Lin Tong Tian, suaranya bergetar, "biarkan dia beristirahat dengan tenang, aku juga tidak ingin neneknya sampai mendengar yang terjadi."

Huang Yu mengangguk satu kali. "Aku akan membalaskan dendamnya," ia berkata.

Lin Tong Tian mengalihkan perhatian pada Han Bu Dian. "Han Shaobangzhu, jika ingin membalas dendam orang-orang yang mati ini, silakan saja. Lin-mo menghabisi empat puluh anggota Jianyin Bang kalian, maka Lin-mo juga akan mengalah sebanyak empat puluh jurus, tidak akan melawan atau menghindar. Jika setelah lewat dan Lin-mo masih hidup, maka anggap saja kau memang tidak becus membalas dendam."

Mengalah sebanyak empat puluh jurus bukan lagi terdengar sebagai niat bunuh diri, tetapi lebih banyak adalah tindakan merendahkan orang. Han Bu Dian tentu saja emosinya langsung naik, akan tetapi ia juga tahu ayah Lin Ji Xuan ini seumur hidup dikenal sebagai pembunuh bayaran yang tidak suka memberi ampun, sifatnya keras dan tinggi hati. Membicarakan anak perempuannya membuatnya menangis, akan tetapi menghadapi lawan sikap angkuhnya kembali, tidak sudi mengaku bersalah.

"Lin Qianbei, mengalah sampai empat puluh jurus rasanya tidak perlu," Han Bu Dian berkata. "Saat ini yang kutahu ilmu Anda hanya tinggal tiga bagian, wanbei juga belum pulih sejak menghadapi Xie Tian Hu di Yiling. Begini saja, urusan dendam ini ditunda dulu sampai berhasil menemukan putri Anda. Kurasa, seorang Lin Tong Tian tidak akan menghindari tanggung jawab dan pada saatnya akan menghadapi semuanya dengan gagah berani, bukankah begitu?"

"Urusan putriku, kau tidak perlu ikut campur," Lin Tong Tian juga tidak sudi menerima bantuan orang. "Kau sisa orang Jianyin Bang sedang terluka dan tidak bisa berkelahi, ingin menunda balas dendam, maka aku Lin Tong Tian akan menunggu sampai kau pulih dan bisa berkelahi dengan normal, tidak akan melarikan diri. Tinggal sebutkan saja tempat dan waktunya, Lin-mo akan datang sendiri menemui kalian."

"Satu tahun lagi aku akan datang menemui Anda di Wuling," sahut Han Bu Dian. "Taishifu sudah kembali, selama satu tahun ini, aku akan memohon pada beliau untuk mengajarkan semua ilmu perguruan kami, supaya pada saatnya nanti cukup pantas untuk melawanmu. Lin Tong Tian, kuharap sampai saat itu kau jaga nyawamu baik-baik, tidak boleh mendahului mati."

Lin Tong Tian memandang ke arahnya. "Baik, sepakat begitu saja," katanya. "Kau juga berlatih baik-baik, pada saatnya berhadapan dengan aku Lin Tong Tian."

"Jin Shui," Lin Ji Xuan berkata pada Jin Shui. "Aku tahu tugas kita harus lekas diselesaikan, namun saat ini terpaksa harus mengantarkan ayahku ke Wuling dan menjaganya sampai selesai pemulihan."

"Kami akan menunggumu di Kedai dan Penginapan Yongjiu, Kota Chen-an, sesuai waktu yang sudah disampaikan sebelumnya," Jin Shui menyahut.

Kedai dan Penginapan Yongjiu di Kota Chen-an merupakan tempat yang sudah ditentukan bagi para pewaris untuk berkumpul sesuai yang disampaikan pewaris Chai Lang saat pertama kali menemui Jin Shui tiga tahun yang lalu. Setelah pertemuan di Yiling, sebenarnya Jin Shui dan yang lain berencana berangkat kesana, bahkan akan menemui pelindung terakhir yang masih hidup di kota itu. Hanya karena Jianyin Bang dalam kesulitan, Shui Yao juga sudah menemui mereka dan memberitahukan mengenai Zhang Zhe Liang, maka mereka kemudian berputar balik menunju ke Wuzhang terlebih dahulu.

"Lin Ji Xuan, aku ikut denganmu," Zhou Yan Zi berkata.

"Tidak perlu," Lin Ji Xuan lekas menyahut, "aku akan mengantarkan ayahku ke Wuling dan mengurusnya disana, jika kau ikut hanya akan merepotkan. Lebih baik kau ikut dengan Jin Shui dan yang lain. Mereka sebentar bertarung dengan musuh, sebentar dilukai orang, lebih memerlukan tabib kecil Wansui Gu agar semuanya bisa datang pada pertemuan berikutnya di Chen-an nanti."

Xianjing Wang meminta orangnya mempersiapkan sebuah kereta kuda. Lin Ji Xuan berpamitan pada semuanya, hari itu juga membawa ayahnya kembali ke tempat kediaman keluarga mereka di Wuling.

Bagaimana kehidupan si Pembunuh Tengah Malam setelah salah berlatih dan hampir kehilangan akal sehat, dimanfaatkan untuk melakukan pembantaian, menyaksikan anak perempuan dianiaya, dan ia dikalahkan oleh para pewaris Yumen?

Konflik dengan Xie Tian Hu dan Xun Tian Yi mencapai puncak di episode ini. Karakter Huang Zhe sebagai anak tidak berbakti yang sudah menyembah guru pada pembunuh orang tua juga semakin jelas. Kecemburuan pada adiknya membuatnya menjadi sosok penuh kebencian, dan tidak ada penyesalan.

Bagaimana nasib Lin Xiao Yan? Bagaimana juga pertemuan Jin Shui dengan Zhang Zhe Liang, orang yang bertanggung jawab atas kematian ayah kandungnya?

Kehancuran Jianyin Bang merupakan kejahatan terbesar Xie Tian Hu dan tentunya ia harus menghadapi akibatnya.

Xiaodiandiancreators' thoughts