webnovel

Episode 08 : Shui Yao Hou Ren (Pewaris Siluman Air)

Jin Shui dan Xu Qiao pergi ke xiyuan feng atau bagian sebelah barat gedung markas Jianyin Bang di pagi hari berikutnya untuk menemui Liu Xin. Anggota Jianyin Bang yang menjaga di bagian depan gedung memberitahukan lebih dahulu kedatangan mereka pada si kasim yang bernama Yuan Xia, orang kepercayaan Liu Xin. Tidak berapa lama, mereka diijinkan masuk ke ruangan utama, si kasim berada disana menunggu mereka.

"Hua Shaoxia harap menunggu sebentar," kasim itu berkata pada Jin Shui, "junzhu akan segera menemui Anda."

Jin Shui menganggukkan kepala dan berdiri menunggu dengan tenang. Xu Qiao duduk dan mengawasi sekitar. Ia berpikir, Jin Shui dengan terang-terangan menemui tamunya Zhong Shao Yan di tempat ini, entah apakah Han Bu Dian juga akan muncul dan mengawasi seperti kemarin.

Si kasim meminta dua orang perempuan yang mengenakan pakaian seperti dayang istana menjaga di depan pintu dan memastikan pembicaraan di dalam ruangan tidak sampai terdengar oleh anggota Jianyin Bang. Xu Qiao baru menyadari bahwa diantara wanita-wanita yang menyamar diantara orang-orang berbaju gelap yang datang bersama si junzhu semalam adalah para dayang yang mengenakan pakaian pria.

Tidak berapa lama kemudian dari balik pembatas ruangan muncul dua sosok perempuan. Yang satu adalah seorang gadis muda berbaju sutra serba putih yang nampak anggun, seorang lagi adalah pelayannya, berusia beberapa tahun lebih tua dan selalu menundukkan kepala seperti tidak berani melihat orang lain. Si gadis berbaju sutra sudah tidak lagi memakai penutup mata seperti semalam, akan tetapi ia masih nampak pucat dan lemah.

"Hua Gege," gadis berbaju sutra putih itu langsung menyapa Jin Shui dan menghampiri, pelayannya tidak lagi menuntunnya dan seakan bersembunyi di balik punggung si kasim Yuan Xia. Xu Qiao melirik sekilas, merasa ada yang aneh dengan pelayan ini, hanya ia tidak tahu apa.

"Liu Xin Meimei," Jin Shui balas menyapa. "Bagaimana keadaanmu?"

Liu Xin mengulurkan tangan padanya, membiarkan Jin Shui menyentuhnya pelahan. Xu Qiao bangkit berdiri dan mendekat, melihat air muka Jin Shui berubah seketika. Agaknya keadaan si tuan putri itu tidak begitu baik.

"Kau tidak memiliki tenaga dalam milik Shui Yao Shishu," Jin Shui berkata pelan. "Apa yang terjadi?"

"Ceritanya panjang, aku tidak bisa menyampaikannya disini karena bisa saja terdengar oleh anggota Jianyin Bang," sahut Liu Xin, "Hua Gege, bagaimana kau bisa menemukan aku disini? Apakah saudara yang lain juga ada datang?"

"Huang Yu yang memberitahukan padaku untuk menemuimu di markas Jianyin Bang," sahut Jin Shui, "hanya dia tidak memberitahu bahwa kau akan menajdi tamunya Zhong Shao Yan. Aku juga kebetulan saja bertemu Zhong Shao Yan dan muridnya dan diundang kemari."

"Nona ini," Liu Xin menunjuk pada Xu Qiao.

"Ini adalah kawanku, Xu Qiao, Xu Guniang," Jin Shui memperkenalkan. "Putri mendiang majikan Huofeng Lou, Xu Cheng Hai, Xu Louzhu."

"Junzhu," Xu Qiao menyapanya.

"Gua Gege memanggilku Liu Xin Meimei," si tuan putri berkata sambil tersenyum. "Kau juga boleh memanggil Liu Xin Meimei padaku."

"Liu Xin Meimei," panggil Xu Qiao. Jin Shui menyebut Liu Xin sebagai adik kecil yang manis bagi para pewaris Yumen, ternyata dia memang benar adalah seorang adik kecil yang manis dan menyenangkan.

"Huang Yu dan Qin Liang Jie sudah menunggu kita," Jin Shui berkata pada Liu Xin. "Kau boleh ikut dengan kami menemui mereka."

"Hua Gege, aku belum bisa," Liu Xin berkata. "Aku baru saja bisa melihat kembali, saat ini masih berusaha memulihkan diri, dan untuk sementara, sepertinya markas Jianyin Bang ini merupakan tempat yang paling aman."

"Yang melukaimu apakah majikan Wansui Gu, Lao Du Xie Zeng Bai Feng?" Xu Qiao menanya padanya. "Apakah kau terkena racun?"

Liu Xin mengangguk. "Tetapi aku sudah tidak apa-apa, fuwang (ayah pangeran) sudah mengundang tabib terbaik dan mengobati aku sebelum meminta aku pergi ke Wuzhang menghindar untuk sementara," katanya.

"Tukang racun tua itu sudah lama berdiam di lembah dan bahkan namanya mulai dilupakan orang, bagaimana dia bisa sampai ke ibukota dan melukaimu?" Xu Qiao menanya lagi. "Bagaimana kau menyinggung dia?"

"Dia… dia…. " Liu Xin agaknya menutupi sesuatu, tidak ingin memberitahukan yang sebenarnya pada Jin Shui, juga belum sempat mengarang cerita untuk menjawab semua pertanyaan.

"Seperti apa rupanya majikan Wansui Gu?" Xu Qiao menanya lagi.

"Dia… mereka datang berdua, seorang kakek dan pelayannya," Yuan Xia si kasim yang menyahut, "mereka datang meminta sesuatu pada wangye (tuan pangeran), karena wangye tidak bersedia memberikan maka mereka hendak menggunakan junzhu untuk menekan wangye. Siapa pun tahu wangye sangat menyayangi junzhu."

Jin Shui memandang ke arahnya sebentar, meski kata-kata si kasim diucapkan tanpa ragu tetapi bukan berarti ia menyampaikan yang sebenarnya. Ada cerita panjang di balik semua ini, dan tidak akan mudah mengoreknya.

"Baiklah," Jin Shui terpaksa berkata. "Liu Xin Meimei, aku dan yang lain akan menunggumu di Miao Xing Kezhan (Penginapan Bintang Ajaib) di sebelah timur kota, jika kau sudah merasa lebih baik, kau boleh menemui kami disana."

Mereka meninggalkan xiyuan feng, kemudian juga berpamitan dengan Yang Biao untuk meninggalkan markas Jianyin Bang. Zhong Shao Yan dan juga Han Bu Dian sudah pergi sejak pagi, agaknya bersama sebagian anggota lain mempersiapkan perangkap untuk menangkap pembunuh. Yang Biao mendapat perintah untuk mengawasi Jin Shui berdua, maka meski membiarkan keduanya pergi, diam-diam ia meminta sejumlah anggota lain menyamar dan mengikuti.

Jin Shui tahu orang Jianyin Bang tidak akan membiarkannya pergi begitu saja, maka ia tidak segera menemui Huang Yu dan yang lain, malah mengajak Xu Qiao berpesiar di tepian danau dan menikmati pemandangan disana.

Seorang tukang perahu menawarkan untuk berpesiar di tengah danau, maka mereka lantas menuju dermaga kecil, naik ke atas perahu dan si tukang perahu membawa mereka menjauhi tepian. Seorang anggota Jianyin Bang yang menyamar sebagai peramal keliling tidak bisa mengikuti mereka sampai ke tengah danau, terpaksa kembali ke markas dan melapor.

"Pewaris Shui Yao, apakah belum tiba?" si tukang perahu tiba-tiba menanya pada Jin Shui. Xu Qiao baru menyadari bahwa ia adalah Xiao Hu, pelayan Huang Yu, yang menyamar sebagai seorang lelaki tua.

"Sudah tiba," sahut Jin Shui, "hanya belum bisa menemui kita."

"Mengapa?" tanya Xiao Hu pula.

"Dia terluka, perlu beberapa hari untuk memulihkan diri di markas Jianyin Bang," Xu Qiao yang menyahut.

"Baiklah, aku tahu."

Xiao Hu membawa perahu berkeliling danau beberapa saat sebelum membiarkan Jin Shui dan Xu Qiao turun di dermaga yang lain dan memberitahukan pada mereka bahwa Huang Yu serta Qin Liang Jie sudah menunggu di Miao Xing Kezhan seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya. Jin Shui mengangguk saja, kemudian membawa Xu Qiao ke sebuah rumah makan yang tidak jauh dan meneruskan menikmati pemandangan danau dari sana sambil menikmati makanan dan arak.

Jin Shui baru saja menghabiskan semangkuk nasi ketika melihat dua orang lelaki masuk ke dalam rumah makan yang sama, langsung memberikan uang perak dan meminta pelayan mengantarkan mereka ke ruangan pribadi yang ditutup dengan pembatas ruangan. Si pelayan tidak banyak bicara dan langsung mengantarkan keduanya. Kedua orang itu juga tidak saling bicara, mereka duduk disana dan memesan makanan dengan cepat.

Dua lelaki itu sama berusia hampir separuh baya, yang seorang mengenakan jubah panjang warna hitam, tubuhnya tinggi besar dan setengah wajahnya ditutup topeng perunggu. Ia juga mengenakan caping lebar seakan tidak mau dikenali. Kawannya bertubuh kurus dan pendek, mengenakan mantel kasar dan nampak seperti pelayannya. Wajahnya tirus dan sorot matanya mengerikan, juga mengenakan sebuah caping lebar. Tidak seperti kawannya yang memandang lurus saja ke depan, si kurus ini saat memasuki ruangan terus melihat berkeliling, seakan hendak mengenali setiap tamu yang hadir disitu, pandangannya membuat risih sebagian orang.

"Jin Shui Gege, ada apa?" Xu Qiao menanya.

"Jangan menoleh," Jin Shui berkata pelan padanya. "Ada dua orang yang baru datang, sepertinya aku pernah melihat mereka."

"Siapa?" tanya Xu Qiao.

Jin Shui tidak langsung menyahut. Ia mengenali dua lelaki yang barusan datang sebagai dua orang yang waktu itu muncul ketika Huang Wei Qun suami istri sedang berhadapan dengan Zhou Xiang Nu dan orang-orangnya. Dua lelaki bercaping itu bisa jadi adalah orang yang sudah melepas senjata rahasia yang menyebabkan kematian Huang Wei Qun berdua. Pembunuh Huang Wei Qun bisa jadi juga adalah pembunuh Xu Cheng Hai dan keluarganya. Jin Shui tidak bisa menyebut hal ini tanpa mengundang reaksi Xu Qiao.

"Sepertinya orang Wansui Gu," Jin Shui asal berkata. "Aku pernah berkelahi dengan mereka satu kali."

"Zhou San Gong?" tanya Xu Qiao.

"Bukan," sahut Jin Shui, "kau tidak mengenal mereka."

Jin Shui meminta Xu Qiao menghabiskan saja makanannya, ia sendiri hanya minum sambil terus mengawasi kedua orang bercaping itu. Mereka bahkan tidak melepas caping saat makan, agaknya tidak ingin dikenali.

"Qiao-er, kau pergilah lebih dahulu ke Miao Xing Kezhan, temui Huang Yu dan Qin Liang Jie disana," Jin Shui berkata, "aku ada sedikit urusan yang perlu ditanyakan pada dua orang itu, setelah selesai akan segera menyusulmu."

"Jin Shui Gege," Xu Qiao memprotes.

"Berhati-hatilah," Jin Shui kembali berkata, memberikan sehelai kain pada Xu Qiao untuk menutupi wajah. "Juga, jangan sampai dua orang itu melihatmu."

Xu Qiao terpaksa menerima kain itu dan menyelinap meninggalkan rumah makan. Jin Shui tetap duduk di tempatnya, memastikan Xu Qiao sudah cukup jauh saat kedua orang bercaping itu selesai makan dan pergi.

Hari sudah mulai gelap ketika Jin Shui mengikuti kedua lelaki bercaping melewati jalan-jalan kecil Kota Wuzhang, dari arahnya mereka menuju markas Jianyin Bang. Jin Shui menguasai tenaga dalam pemberian Mo Ying dan ia bisa membuat langkah tanpa suara, ia juga sangat berhati-hati dan tidak ingin kedua orang itu sampai mengetahui keberadaannya.

Akan tetapi kedua orang itu pun rupanya bukan orang sembarangan, tiga belokan sejak meninggalkan rumah makan, si tinggi besar tiba-tiba melompat ke atas atap bangunan, kawannya yang kurus kecil menyusul. Jin Shui berusaha tetap mengikuti, akan tetapi ia tidak bisa melihat arah perginya kedua orang bercaping, maka ia kemudian juga melesat ke atas atap rumah yang lebih pendek, berusaha mengejar.

"Kau mengikuti kami, ada perlu apa?" suara seseorang tiba-tiba menegurnya, dan kedua orang bercaping lebar mendadak sudah berada di samping kanan dan kirinya. Sungguh kedua orang ini sangat peka pendengarannya, kewaspadaan mereka juga tinggi, bahkan seorang yang menguasai tenaga dalam milik pelindung utama Yumen pun tidak bisa mengikuti mereka tanpa ketahuan.

Tentu saja, Jin Shui juga tahu kemampuan kedua orang itu tidak rendah. Tiga tahun yang lalu ia pernah mengejar mereka dan hendak mengenali wajah pembunuh Huang Wei Qun suami istri, akan tetapi ia tidak berhasil mengejar, kehilangan jejak begitu saja, membuatnya sangat penasaran sampai saat ini.

"Aku ingat," si kurus menyambung kawannya, "kau pernah mengikuti kami tiga tahun yang lalu di Anhui."

"Apa hubunganmu dengan Huang Wei Qun?" si tinggi besar kembali menanya.

"Hari itu di Anhui, apakah kalian yang sudah membunuh Huang Zongbiaotou suami istri?" Jin Shui balas menanya. "Siapa kalian? Ada permusuhan apa kalian dengan Keluarga Huang?"

"Aku tidak ada permusuhan apa pun dengan Huang Wei Qun," si tinggi besar menyahut, "kau juga lihat sendiri, dia tewas di tangan perempuan Wansui Gu itu dan orang-orangnya."

"Kalian yang menggunakan senjata rahasia, menyerang dari belakang saat Huang Zongbiaotou suami istri sedang menghadapi orang-orang Wansui Gu," kata Jin Shui. "Sama sekali bukan tindakan ksatria."

"Apa katamu?" si tinggi besar nampak tidak senang.

"Bocah busuk, kau tidak ada bukti," si kurus berkata, kemudian mendahului kawannya menyerang dengan senjata sebilah belati di tangan. Gerakan tangannya cepat dan gesit, langkah kakinya pun sangat ringan, beberapa kali menjejak di atas genteng demi memperkuat serangan tetapi tidak sampai memecahkan satu pun.

Jin Shui menghindar ke belakang, dengan sengaja mengibas lengan baju untuk menunjukkan kekuatannya dan memancing si kurus untuk terus menyerang, berharap bisa mengenali asal perguruannya dari jurus yang digunakan. Si kurus itu mengetahui lawan berilmu tinggi, ia tidak berani meremehkan dan terus menyerang dengan cepat dan keji.

Orang bercaping yang satu lagi melihat kawannya bertemu lawan tangguh, ia ikut menyerang. Tidak memakai senjata melainkan menggunakan tangan kosong. Serangannya mengagetkan Jin Shui, menyadari orang memiliki tenaga dalam yang sangat kuat. Beruntung ia masih cepat menghindar dan tidak sampai beradu tenaga.

"Ternyata kalian adalah orang Jianyin Bang!" Jin Shui berteriak asal saja, sebenarnya sekian lama bertarung di atas atap itu masih belum bisa melihat asal perguruan kedua lawannya. Bersamaan ia melompat turun dari atas atap, dan sesuai dugaannya, kedua orang itu mengejar dan memburunya.

Pertarungan berpindah ke sebuah jalanan yang sepi, hanya ada sejumlah pengemis dan dua orang kacung disana yang lantas berlarian pergi. Tenaga si tinggi besar menghancurkan sebuah kereta kuda yang ada disitu dan kuda penariknya juga lantas kabur. Jin Shui hendak menangkap kuda itu untuk melarikan diri, akan tetapi si kurus sudah keburu menghadangnya, serangan belati mengenai lengannya cukup dalam.

Si tinggi besar melihat lawannya sudah terluka, ia terus memburu dengan tenaga terkumpul di kepalan tangannya. Jin Shui sekali ini terpaksa menggunakan tenaga dalam pemberian Mo Ying dan menahannya, sesaat itu membuatnya terhuyung mundur, hampir terlambat untuk mengangkat sebelah kaki dan menahankan berat badan ke sebuah tembok batu di belakangnya.

Di saat ia sudah terdesak ini, si kurus lagi-lagi sudah meluncur ke arahnya dengan belati di tangan, siap menembus lehernya dengan satu gerakan lagi. Tidak ada pilihan lain, Jin Shui terpaksa menggunakan satu tangan, mengambil bungkusan pedang xuanlong di punggungnya, menggunakannya untuk menahan serangan belati tanpa membukanya. Satu tangan menahan si tinggi besar, satu tangan menahan si kurus. Kain pembungkus pedang robek, menampakkan sarung pedang yang hitam pekat dengan ukiran naga yang indah.

"Xuanlong jian," si tinggi besar mengenali senjata itu, "pedang milik aliran siluman."

Tekanan tenaga si tinggi besar itu sedikit berkurang saat berbicara, memberi kesempatan bagi Jin Shui untuk melepaskan diri darinya. Ia menyabetkan pedang xuanlong, menyambar belati di tangan si kurus hingga terlepas dari pegangan pemiliknya.

"Orang Yumen," si kurus itu berkata kaget.

"Pewaris pelindung utama Yumen, Mo Ying. Hua Jin Shui," Jin Shui memperkenalkan diri sendiri tanpa ragu.

Baru saja ia menutup mulut, ia menyadari bahwa di atas atap bangunan di sekitar jalanan itu sudah berdiri sejumlah orang yang membawa senjata panah. Dari pakaian mereka jelas adalah orang-orang Jianyin Bang, bahkan Han Bu Dian berada diantara mereka. Kata-kata Jin Shui barusan mereka semua jelas sudah mendengarnya.

"Ternyata benar Yumen Mo Wang," terdengar suara Han Bu Dian. "Lepaskan panah!"

Jin Shui hampir saja melupakan bahwa sejak kemarin orang-orang Jianyin Bang sudah mempersiapkan anggota di setiap jalanan kota untuk menangkap Yumen Mo Wang palsu yang semestinya akan muncul malam ini. Para pengemis dan pelayan yang berlarian barusan bisa jadi melaporkan pada mereka mengenai tiga orang yang sedang berkelahi di jalanan kota, salah seorang mempunyai ciri-ciri serupa dengan Yumen Mo Wang. Hanya sebentar saja orang-orang Jianyin Bang sudah datang mengepung, sungguh ia sudah meremehkan kemampuan para pengikutnya Zhong Shao Yan itu.

Sejumlah panah dilepaskan dan mengarah langsung pada Jin Shui, memaksanya menggunakan pedang xuanlong untuk menangkis. Kedua orang bercaping melihat serangan panah diarahkan pada lawan mereka, keduanya melompat mundur ke pinggir, kemudian sama menganggukkan kepala dan melesat pergi, merobohkan beberapa pemanah sebelum meninggalkan tempat itu tanpa ada yang bisa menghalangi.

Jin Shui kerepotan beberapa saat, serangan panah yang seperti tidak ada habisnya sungguh merepotkannya. Ia sudah terluka oleh belati si kurus tadi, dan baru saja memeras tenaga demi mengenali siapa pembunuh Keluarga Huang yang bisa saja juga adalah musuh Keluarga Xu, kini mesti menghadapi serangan lain. Dua panah sempat menyambar pinggang dan kakinya, segera dicabutnya untuk dilemparkan kembali pada pemiliknya, memaksa mereka melompat turun dari atap untuk menghindar.

Dengan nekad Jin Shui kemudian melompat ke arah Han Bu Dian. Satu panah menancap di punggungnya, dan ia membiarkan saja, pedang xuanlong di tangannya mengarah pada si bangzhu muda tanpa terhunus.

Han Bu Dian terpaksa menghunus senjata menghadapinya. Para pemanah berhenti menyerang, khawatir akan pemimpin mereka. Jin Shui tahu tidak bisa membunuh Han Bu Dian begitu saja karena akan membawa masalah baru, maka ia hanya berusaha melumpuhkan.

"Hua Shaoxia ternyata benar adalah satu dari pewaris Yumen yang belakangan disebut muncul dalam dunia persilatan," Han Bu Dian masih sempat berkata, menyadari Jin Shui tidak berniat membunuhnya.

"Benar, dan aku tidak berniat menutupinya," sahut Jin Shui. "Hanya saja hari ini Han Shaobangzhu membawa begitu banyak orang demi menangkap Yumen Mo Wang palsu, tidak seharusnya menghabiskan tenaga demi menghadapi aku disini."

"Tidak bisa menangkap yang palsu malah mendapatkan yang asli," kata Han Bu Dian, pedang di tangannya sudah terhunus.

"Tetapi Hua-mo hari ini tidak berencana jatuh ke tangan orang-orang Jianyin Bang," Jin Shui menyahut sambil menangkap satu anggota Jianyin Bang yang tidak jauh, kemudian mendorongnya ke arah Han Bu Dian. Bersamaan, ia juga memutar badan dan melesat ke atas atap bangunan yang lain, sebentar saja sudah menghilang di kegelapan.

"Shaobangzhu," anggota Jianyin Bang menunggu perintah mengejar.

"Dengan kemampuannya, barusan semestinya bisa menghabisi kita semua," Han Bu Dian berkata pelan, "tetapi dia bahkan tidak mencabut pedang."

Jin Shui tiba di Miao Xing Kezhan dan langsung menemui Huang Yu yang sudah berada di ruangan depan, kawannya itu lekas menghampiri. Jin Shui terluka, meski darah sudah tidak lagi mengalir tetapi panah di punggungnya belum lagi dicabut. Pelayan penginapan menatap kaget. Huang Yu lekas memberikan sejumlah uang padanya dan memintanya untuk tidak memberitahukan pada siapa pun. Pelayan itu hanya bisa mengangguk-angguk, kemudian pergi meninggalkan mereka.

"Dimana Qiao-er?" Jin Shui menanya.

"Sudah kembali beberapa saat yang lalu," sahut Huang Yu, "aku meminta dia beristirahat di kamar."

Ia membawa Jin Shui ke sebuah kamar yang berada di bagian belakang penginapan. Xu Qiao menyambut mereka di koridor dan mendapati luka Jin Shui yang tidak ringan. Jin Shui langsung melangkah masuk ke dalam kamar, membiarkan Qin Liang Jie memapahnya. Huang Yu menahan Xu Qiao di pintu.

"Xu Guniang, urusan ini Anda seorang anak gadis tidak leluasa," katanya, "silakan menunggu disini saja."

Huang Yu menutup pintu kamar, mengeluarkan jarum-jarum perak miliknya dan sejumlah obat luka. Jin Shui mencabut sendiri panah dari punggungnya, melemparkannya ke lantai. Huang Yu mengenali senjata itu sebagai milik Jianyin Bang.

"Bagaimana kau bisa sampai berurusan dengan orang Jianyin Bang?" ia menanya.

"Aku melihat dua orang itu," Jin Shui berkata sambil melepas baju atasnya, membiarkan Huang Yu menjahit luka di lengannya. "Dua orang yang sudah melepas senjata rahasia untuk membunuh ayah ibumu tiga tahun yang lalu."

Huang Yu terdiam sesaat, kejadian tiga tahun yang lalu tentu saja ia masih ingat dengan jelas. Sampai saat ini ia bahkan tidak tahu seperti apa rupanya pembunuh kedua orang tuanya. Gurunya Chai Lang sudah mengajarkan banyak hal, ia pun selama ini cukup yakin dengan kemampuannya menemukan orang yang bersembunyi sampai di ujung langit sekalipun, akan tetapi pembunuh kedua orang tua ini malah tidak bisa ditemukan olehnya.

"Siapa mereka?" ia menanya dengan suara bergetar.

"Seorang bertubuh tinggi besar dengan topeng perunggu menutupi sebelah wajahnya, satu lagi kurus kecil dengan wajah menyeringai," sahut Jin Shui, "aku tidak berhasil memaksa mereka menunjukkan ilmu khas aliran tertentu, mereka juga tidak menggunakan senjata yang istimewa. Orang-orang Jianyin Bang itu juga datang terlalu cepat, dan kedua orang itu bisa lari begitu saja."

"Qin-xiong, kau bantu Jin Shui menjahit luka, kemudian berikan obat ini," Huang Yu berkata pada Qin Liang Jie, kemudian keluar dari dalam kamar.

"Huang Erge," Xu Qiao masih menunggu di depan pintu dengan cemas. "Jin Shui Gege bagaimana?"

"Tidak apa," sahut Huang Yu, kemudian melangkah pergi dengan cepat.

Huang Yu kembali tidak lama kemudian, membawa beberapa helai kertas dan juga tinta. Ia meminta Jin Shui menyebutkan lebih jelas ciri-ciri kedua orang bercaping yang dilihatnya, termasuk belati yang digunakan oleh si kurus. Ia membuat gambar kedua orang itu, sementara Qin Liang Jie menjahit luka Jin Shui dan memberikan obat.

"Apakah mereka seperti ini?" Huang Yu menunjukkan gambar yang dibuatnya pada Jin Shui setelah selesai.

"Benar," sahut Jin Shui, "kau menggambarkan dengan persis."

Huang Yu memberikan seperangkat pakaian bersih untuk Jin Shui dan membiarkan Xu Qiao masuk setelah Jin Shui berganti pakaian. Xu Qiao langsung menghampiri Jin Shui dan menanyakan keadaannya beberapa kali.

"Hanya luka kecil," Jin Shui meyakinkannya.

"Xu Guniang, apakah Anda mengenal kedua orang ini?" Huang Yu menunjukkan kedua gambar yang baru saja dibuatnya pada Xu Qiao. Kedua orang itu bisa jadi juga adalah pembunuh Keluarga Xu. Permusuhan apa Huang Yu tidak tahu, dan ia berharap Xu Qiao bisa memberikan petunjuk.

"Orang ini mirip sekali dengan Kakek Duan Meng yang waktu itu kita lihat bersama Kakek Lao Feng mencoba mencampur obat, benar tidak Jin Shui Gege?" Xu Qiao menunjuk gambar si kurus. "Mirip, tetapi tidak sama. Kakek Duan Meng ada tahi lalat besar di pipi, orang ini tidak ada."

"Dia bukan Duan Meng," kata Jin Shui singkat.

"Bagaimana yang seorang lagi?" Huang Yu kembali menanya.

"Dia," Xu Qiao terdiam ketika melihat gambar si tinggi besar bertopeng perunggu. Ia mengenali wajah yang ada pada gambar itu, akan tetapi untuk sesaat ia tidak mempercayainya. "Dia orang yang dilihat oleh Jin Shui Gege tadi sore?" tanyanya pada Huang Yu.

"Benar," sahut Huang Yu.

"Aku tidak mengenalnya," Xu Qiao berkata. "Siapa kedua orang ini? Jin Shui Gege mengejar mereka untuk apa?"

"Tiga tahun yang lalu aku menyaksikan sendiri kedua orang tuaku tewas di hadapanku," Huang Yu berkata dengan suara tertahan. "Kedua orang ini berada disana, dan mereka yang sudah melepas senjata rahasia. Jin Shui waktu itu tidak berhasil menangkap mereka, hari ini juga kehilangan jejak. Xu Guniang, kedua orang ini bisa jadi juga adalah orang yang sudah membunuh orang tua dan empat kakakmu, kuyakin kau juga ingin menemukan mereka."

"Aku sungguh tidak tahu siapa mereka," kata Xu Qiao. "Ayahku tidak mempunyai banyak musuh, jika aku memang mengenal pasti akan langsung mengenali. Huang Erge, kau ingin menemukan pembunuh orang tuamu, aku juga ingin mengetahui siapa pembunuh orang tuaku, akan tetapi aku tidak ingin sampai salah menuduh orang."

Huang Yu melipat kedua gambar yang dibuatnya dan menyimpannya, kemudian juga menyimpan kembali jarum-jarum perak dan obat-obatan. Bersamaan, Xiao Hu dan Xiao Mi sudah tiba di depan kamar, membawa seseorang yang diikat dengan tali tambang dan mulutnya disumpal dengan kain. Huang Yu mendahului keluar menemui mereka, yang lain mengikuti.

Xu Qiao mengenali orang yang dibawa oleh Xiao Hu dan Xiao Mi sebagai Yuan Xia, kasim muda pengawal Liu Xin Junzhu yang mengantarkan ke markas Jianyin Bang. Siang tadi Jin Shui ada memberitahu Xiao Hu bahwa Liu Xin tidak bersedia bertemu dengan para pewaris lain, agaknya Xiao Hu kemudian bersama saudaranya pergi menangkap orangnya Liu Xin itu untuk ditanyai.

"Xiao Hu, Xiao Mi," Huang Yu menegur, "aku meminta kalian mengundang Liu Xin Junzhu kemari, kenapa kalian malah menangkap orangnya?"

"Yu Gege, aku ada disini."

Liu Xin sudah tiba juga di tempat itu. Agaknya ia mengetahui ada orang yang menangkap kasim kepercayaannya, kemudian mengejar. Xiao Hu dan Xiao Mi dengan sengaja memperlambat langkah mereka hingga Liu Xin bisa menyusul.

"Liu Xin Meimei," Qin Liang Jie juga masih mengenalinya.

"Lekas lepaskan orang," Liu Xin berkata pada Xiao Hu dan Xiao Mi.

Kedua pelayan itu melepaskan ikatan si kasim muda. Yuan Xia langsung menghadang di depan majikan, siap melindunginya dari siapa pun. Akan tetapi ia melihat yang berada di sekitarnya hanya sejumlah anak muda yang nampaknya tidak punya niat jahat, ia lebih banyak kebingungan.

"Tidak apa," kata Liu Xin, "mereka adalah kawan-kawanku. Meski cara mereka mengundang agak sedikit memaksa, akan tetapi kuyakin mereka hanya merindukanku."

"Liu Xin Meimei, bagaimana kabarmu?" Huang Yu menanya.

"Yu Gege, aku datang ke Wuzhang demi meminta perlindungan pada ketua Jianyin Bang, tidak ingin menemui kalian juga karena keadaan belum bisa dikatakan aman," kata Liu Xin, "kedua orang itu kemungkinan juga sudah tiba disini, dan mereka bisa menemukan aku kapan saja."

"Kedua orang siapa?" tanya Huang Yu, "sejak kapan ketua Jianyin Bang yang bodoh itu bisa melindungimu lebih baik daripada kami para pewaris Yumen?"

"Yu Gege, apakah ada tempat lain yang lebih aman?" tanya Liu Xin. "Kedua jiejie ini membawa Yuan Xia sepanjang jalan dan aku terpaksa mengikuti sampai kemari, tidak bisa dikatakan tidak menarik perhatian. Lebih baik kita segera meninggalkan Wuzhang, pergi ke tempat lain yang lebih aman. Aku akan memberitahukan semuanya."

"Lin Ji Xuan ada membawa sebuah kapal, seharusnya tidak jauh dari tempat ini," Huang Yu berkata, "kita bisa bersamanya pergi meninggalkan Wuzhang. Mungkin, menemui pewaris yang berikutnya."

Sebuah kapal dengan bendera Keluarga Lin nampak berada di tepian danau, Qin Liang Jie langsung mendahului yang lain melesat naik kesana, mengetahui istrinya Shangguan Ru Yin berada di atas kapal itu.

Beberapa hari yang lalu Huang Yu memaksa mereka berpisah agar Qin Liang Jie bisa memusatkan perhatian melatih wuqing xue dan tenaga dalam pemberian Meng Gui, akan tetapi perpisahan membuat Qin Liang Jie semakin tidak tenang dan tidak bisa berlatih sedikit pun, Huang Yu juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Lin Ji Xuan menghadang di atas geladak, tidak menunggu sampai Qin Liang Jie menapakkan kaki, kipas lipat di tangannya sudah menyerang langsung ke arah leher, memaksa Qin Liang Jie menahan berat tubuh pada tombak senjatanya, menghindari serangannya dengan cepat.

Huang Yu dan yang lain juga naik ke atas kapal, menghampiri mereka yang tengah bertarung. Qin Liang Jie nampak tidak peduli bahwa Lin Ji Xuan adalah sesama pewaris Yumen, masih ingat dengan jelas bagaimana kelakukan tuan muda bandel itu pada pertemuan pertama mereka sepuluh tahun yang lalu. Qin Liang Jie tidak berminat membangkitkan segala macam aliran yang sudah musnah, ia tidak berminat berkawan dengan tuan muda bandel semacam Lin Ji Xuan.

Qin Liang Jie mengganti gerakan dengan cepat, baru saja menghindari serangan Lin Ji Xuan, ia mundur dua langkah untuk memberi cukup jarak memutar tombak di tangannya, kemudian menyerang dengan senjata itu, tombaknya mengarah ke dada Lin Ji Xuan seakan hendak mencabiknya, ia juga menggunakan seluruh kekuatan untuk dengan penuh emosi.

Jin Shui melihat Qin Liang Jie sungguh berniat melukai Lin Ji Xuan, ia hendak memisahkan keduanya, akan tetapi Huang Yu menahannya. Jin Shui menyadari kemampuan Lin Ji Xuan lebih baik, dengan santai nampak menangkis dan membelokkan setiap serangan Qin Liang Jie menggunakan kipas lipat di tangannya.

"Masih tidak mau menggunakan tenaga dalam milik Meng Gui Shishu?" Lin Ji Xuan bahkan sempat mengejeknya.

Nafas Qin Liang Jie sudah memburu, memang ia selalu hanya mengandalkan tenaga luar dan tidak mau menggunakan tenaga dalam. Sampai belasan jurus kemudian ia masih berusaha mencecar Lin Ji Xuan dengan tombak. Serangannya nampak melemah.

"Yu, bukankah kau hendak menahan dia satu dua tahun agar bisa baik-baik kembali pada perannya sebagai pewaris Yumen," Lin Ji Xuan memprotes Huang Yu. "Kenapa baru satu dua hari kau sudah mengembalikan dia pada istrinya?"

"Tidak ada istrinya di sampingnya, dia sama sekali tidak bisa memusatkan pikiran," Huang Yu berkata. "Urusan lelaki dan perempuan sepertinya bakal menjadi penghalang usaha kita para pewaris membangkitkan kembali Yumen." Kata-kata terakhir ditujukan juga pada Jin Shui dan Xu Qiao, tetapi kedua orang itu tidak menggubrisnya.

"Qin Furen sudah hampir melahirkan, tetapi sepertinya ada masalah," Lin Ji Xuan berkata.

"Apa katamu?" Qin Liang Jie mendengar istrinya ada masalah, ia langsung menghentikan serangan, air mukanya menampakkan kecemasan. "Dimana dia?" ia menanya pada Lin Ji Xuan dengan tidak sabaran.

"Ada di dalam kamar sana," Lin Ji Xuan menunjuk dengan kipasnya.

Qin Liang Jie segera berlari masuk ke dalam kabin, dan Lin Ji Xuan tidak lagi menghalangi. Perhatian si tuan muda bandel itu tertuju pada Liu Xin, entah sadar atau tidak ia langsung melangkah mendekat, mendapati gadis cilik bermantel merah yang membawakan berbagai macam hidangan dan teh di Danau Xuanwu itu sudah berubah menjadi gadis remaja yang sangat menarik.

"Liu Xin Meimei, kau juga datang," katanya, "bagus sekali, sudah ada lima diantara kita disini, hanya kurang tiga orang lagi."

"Lin Gege," Liu Xin menyapanya. "Sepuluh tahun ini aku sering mendengar mengenai reputasimu. Kabarnya sudah belasan anak gadis yang dirugikan olehmu. Memandang aku adik kecilmu, kuharap kelak kau bisa meninggalkan kebiasaan ini."

"Tidak masalah," Lin Ji Xuan menyahut sambil tersenyum konyol. Agaknya ia benar-benar akan takluk pada si tuan putri cilik.

"Istri Qin-xiong kenapa?" Jin Shui menanya pada Lin Ji Xuan. "Kau seharusnya menjaga dia baik-baik."

"Aku tidak melakukan apa-apa," sahut Lin Ji Xuan. "Qin Furen itu sedang hamil, aku seumur hidup belum pernah melihat perempuan hamil, tugas mengurus perempuan hamil seharusnya dikerjakan oleh orang lain saja."

"Sebaiknya kita lekas pergi ke Bai Tu Shanzhuang (Perkampungan Kelinci Putih) di tepi Danau Dongting, Hunan, menemui Li Taiyi (Tabib Li)," Liu Xin berkata. "Juga menemui Li Qian Gege."

"Li Qian?" tanya Huang Yu. Li Qian adalah pewaris Du Cao. Huang Yu belum berhasil menemukan keberadaannya sejak sekeluarga meninggalkan ibukota. "Liu Xin Meimei, bagaimana kau tahu Li Qian berada di sekitar Danau Dongting?"

"Beberapa tahun yang lalu Li Taiyi meninggalkan ibukota setelah gagal menyembuhkan seorang selir kaisar, saat itu Li Qian Gege juga ada berpamitan padaku," kata Liu Xin. "Dia meminta aku menyampaikan padamu jika kau sudah datang dan mengumpulkan kita semua. Bai Tu Shanzhuang itu adalah tempat yang sudah disiapkan oleh Li Taiyi untuk menghabiskan hari tua."

"Lin Ji Xuan," Huang Yu berpaling pada si tuan muda bandel. "Kurasa kau tidak keberatan mengantarkan kita semua sampai ke Danau Dongting."

"Tentu saja," sahut Lin Ji Xuan. "Meski kapal ini adalah milik ayahku dan aku menggunakan tanpa ijin darinya, akan tetapi kurasa dia tidak akan keberatan jika aku tidak mengembalikan dalam waktu dekat."

Jarak dari Wuzhang sampai ke Bai Tu Shanzhang di tepi Danau Dongting tidak terlalu jauh, di hari berikutnya kemungkinan mereka juga sudah tiba. Mereka menggunakan waktu untuk beristirahat malam itu, di pagi hari kapal sudah melewati batas Propinsi Hunan.

Keadaan Shangguan Ru Yin tidak terlalu baik. Ia mengalami kesulitan melahirkan karena kelelahan melakukan perjalanan sejak Qin Liang Jie membawanya pergi dari kampung mereka demi menghindari Huang Yu dan tugas yang pernah ditinggalkan oleh Meng Gui sebagai pewaris Yumen. Pada dasarnya memang kondisi fisiknya lemah, ia juga adalah seorang yang lebih banyak diam dan menyimpan sendiri kesulitannya dalam hati.

Huang Yu membiarkan Qin Liang Jie menemani istrinya di dalam kamar, di pagi itu bersama bersama Jin Shui, ia meminta si kasim Yuan Xia menceritakan yang terjadi di ibukota sehingga Liu Xin harus melarikan diri dari wangfu dan meminta perlindungan dari ketua Jianyin Bang. Liu Xin sendiri menyembunyikan sesuatu, kasim kepercayaan ini agaknya tidak terlalu suka menutupi.

"Tidak lama setelah junzhu menerima tugas sebagai salah seorang pewaris waktu itu, Li Taiyi datang ke wangfu kami," Yuan Xia memulai penjelasannya, "menyerahkan seorang kakek yang terluka parah, dan meminta wangfei niang niang (yang mulia selir) menjaganya."

"Li Taiyi?" tanya Huang Yu. "Li Taiyi, tabib istana yang digelari Yi Shen Yao Wang (Raja Obat dan Dewa Pengobatan) itu?"

"Beliau hanya menyebut diri sendiri sebagai Wuming Laoren (Orang Tua Tanpa Nama), hanya wangfei niang-niang yang menyebutnya sebagai Li Taiyi. Waktu Li Taiyi datang, beliau bicara berdua dengan wangfei niang niang cukup lama, kami para bawahan tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Kakek yang terluka itu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Yang aneh, tangan kakinya dirantai, juga dikurung dalam kerangkeng besi."

Yuan Xia adalah kasim yang bertugas di kediaman pangeran, selamanya tidak pernah bergaul dengan orang luar. Ia tidak banyak bicara, seumur hidup dihabiskan dengan mengabdi sepenuh hati pada majikan, tidak ada minat untuk urusan lain. Ia tidak tahu mengenai tokoh lain di istana atau ibukota, lebih lagi tidak tahu urusan dunia persilatan. Ia tahu Huang Yu dan yang lain bisa melindungi Liu Xin lebih baik dari ketua Jianyin Bang, maka ia tidak ragu menceritakan semua yang diketahui olehnya.

"Li Taiyi kenapa bisa membawa seorang kakek yang terluka dan menyerahkannya pada wangfei kalian?" tanya Huang Yu. "Apa hubungannya kakek yang terluka itu dengan wangfei? Dia dirantai dan dikerangkeng, apakah dia musuh yang berbahaya?"

"Identitas kakek ini, hamba juga tidak tahu," si kasim berkata jujur. "Hanya tahu dia terluka seperti itu sudah lama, Li Taiyi yang sudah mempertahankan nyawanya."

Huang Yu tidak mendesaknya. "Lalu?" tanyanya.

"Wangfei niang-niang meminta orang mengurung kakek yang terluka itu di ruang bawah tanah wangfu," Yuan Xia meneruskan, "kemudian di wangfu juga muncul beberapa pesilat bisu tuli, mereka menjaga ruang bawah tanah itu. Tanpa perintah wangfei niang niang, tidak boleh ada yang masuk kesana menemui tawanan."

Pesilat bisu tuli, pikir Huang Yu. Bisa jadi ini juga hasil ciptaan si selir pangeran itu. Urusan ini masih banyak celah, kelak mesti diselidikinya dengan lebih jelas.

"Masalah tawanan ini belakangan diketahui oleh junzhu," lanjut Yuan Xia. "Hari itu junzhu memberitahu hamba, katanya malam-malam dia ada mendengar suara orang berteriak-teriak di ruang bawah tanah. Junzhu khawatir kakek tawanan itu sedang disiksa, kemudian meminta hamba membantunya, menolong kakek itu."

"Ayah Liu Xin bagaimana?" tanya Jin Shui. "Selirnya menahan orang, apa dia hanya diam saja?"

"Gongzi jangan salah paham," si kasim menggerak-gerakkan tangan, "wangfei niang niang selamanya adalah seorang yang anggun dan terhormat, tidak pernah bertindak semena-mena. Belakangan hamba juga baru tahu, kakek yang berada di ruang bawah tanah itu menderita suatu penyakit berat, dia berteriak-teriak juga bukan karena disiksa atau apa, tapi karena penyakitnya kumat."

Huang Yu mendengus saja. Ia berusaha menebak identitas si kakek terluka, tapi tidak menemukan jawabannya.

"Hari itu junzhu meminjam tanda perintah wangye, kemudian memaksa penjaga ruang tahanan mengeluarkan si kakek. Khawatir tidak bisa meloloskannya, akhirnya junzhu membawa sendiri kakek itu keluar dari wangfu. Hamba mengantarkannya sampai keluar ibukota. Kami dikejar oleh sejumlah pengawal dan para pesilat bisu tuli. Keributan yang dibuat oleh junzhu waktu itu tidak kecil."

"Waktu itu apa Liu Xin sudah tahu identitas kakek itu?" tanya Huang Yu.

"Junzhu hanya mengatakan, meski seorang penjahat besar juga tidak boleh ditahan dan disiksa di dalam rumahnya," sahut Yuan Xia. "Menolong orang hanya karena kasihan, selamanya tidak memandang apakah orang itu pantas ditolong atau tidak."

Liu Xin seorang tuan putri. Seingat Huang Yu ia adalah gadis kecil yang lembut dan manis, tidak disangka bisa membuat keributan sedemikian besar hanya demi satu orang yang tidak dikenal.

"Kami berhasil menyembunyikan diri di sebuah desa sampai dua hari, tapi kakek itu sendiri yang kemudian meminta junzhu membawanya kembali ke wangfu," lanjut Yuan Xia. "Katanya, ia memang seharusnya berada disana dan tidak boleh keluar dengan keadaannya yang sekarang. Junzhu tidak setuju tapi kakek itu terus mendesak, akhirnya kami terpaksa kembali ke wangfu. Kakek itu dikembalikan ke ruang tahanannya dan junzhu menemui wangfei niang niang. Mereka bicara lama sekali, sepertinya wangfei menjelaskan dengan baik-baik pada junzhu dan junzhu akhirnya menerimanya."

"Begitu saja?" tanya Huang Yu.

"Wangfei niang niang bukan ibu kandung junzhu, tetapi sangat menyayanginya," kata Yuan Xia pula. "Selama ini hubungan mereka sangat baik, maka masalah junzhu melarikan tahanan juga tidak membuatnya terkena hukuman. Selanjutnya malah ada beberapa kali wangfei niang-niang dan junzhu menemui kakek itu."

"Lalu apa hubungannya dengan Liu Xin sampai mesti meninggalkan ibukota dan datang ke markas Jianyin Bang?" tanya Jin Shui.

"Keributan yang dibuat oleh junzhu sewaktu membawa kakek itu keluar dari ibukota rupanya tersebar sampai orang-orang dunia persilatan lantas membicarakan," sahut Yuan Xia. "Juga, sampai ke majikan besar Wansui Gu."

"Lao Du Xie Zeng Bai Feng?" tanya Huang Yu.

"Benar," sahut Yuan Xia. "Tukang racun tua itu sangat mengerikan. Dia datang bersama seorang kawannya. Mereka mengaku sebagai penguasa Wansui Gu. Bahkan wangfu yang dijaga ketat mereka bisa keluar masuk semaunya, membunuh para pengawal dan meminta mereka menyerahkan tahanan yang ada di wangfu. Terakhir mereka juga mencari junzhu dan menanyakan apakah mengetahui rahasia itu. Hamba juga tidak tahu rahasia apa."

Huang Yu memandang sesaat ke arah Jin Shui. Pewaris Shui Yao menyimpan penjelasan panjang, hanya seorang kasimnya tidak akan bisa mengungkapkan semua.

"Zeng Bai Feng selamanya hanya berdiam di Wansui Gu, mana mungkin dia malah mencari masalah dan berkeliaran di ibukota?" tanya Huang Yu. "Bukankah dia mencari kakek yang ditolong oleh Liu Xin, kenapa tidak serahkan saja kakek itu padanya?"

"Hua Gege, aku sudah mengatakan akan menceritakan semuanya padamu, mengapa kau malah bertanya pada orangku?"

Liu Xin melangkah keluar dari dalam kabin kapal menghampiri mereka, bersama Xu Qiao di belakangnya dan Lin Ji Xuan agak jauh. Liu Xin langsung menyuruh Yuan Xia menyingkir dan si kasim muda itu mundur ke belakangnya.

"Aku tidak tanya padanya kenapa kau tidak mempunyai tenaga dalam milik Shui Yao Shishu," Jin Shui berkata. Memang saat di markas Jianyin Bang, Liu Xin mengatakan akan memberitahukan semua pada saatnya adalah ketika Jin Shui menanyakan mengenai tenaga dalam pelindung yang umumnya dimiliki para pewaris.

"Kau juga tidak memiliki tenaga dalam Shui Yao Shishu?" tanya Huang Yu. "Liu Xin, apalagi yang belum kau beritahukan pada kami?"

"Shui Yao Shifu belum memberikan tenaga dalamnya padaku karena menganggap aku masih terlalu muda," sahut Liu Xin, "juga karena khawatir aku suka membuat masalah, melarikan orang dari ruang tahanan wangfu, juga bermusuhan dengan orang Wansui Gu."

"Kakek yang ada dalam tahanan di wangfu kalian itu, apakah dia musuh majikan Wansui Gu?" Huang Yu menanya.

"Aku sudah bersumpah untuk tidak menyebutkan identitasnya," sahut Liu Xin. "Hua Gege, Yu Gege, harap jangan mempersulit Liu Xin."

"Tidak lama lagi kita akan tiba di Bai Tu Shanzhuang dan bertemu Li Qian," sahut Huang Yu. "Kakek yang ada dalam tahanan di wangfu itu dibawa oleh ayahnya Li Qian, kurasa kami cukup bertanya padanya. Begini tidak terhitung mempersulitmu, benar tidak?"

Liu Xin melihat ke arah Jin Shui sesaat, air mukanya berubah pucat, seakan ia khawatir identitas si kakek tahanan akan diketahui oleh Jin Shui. Perubahan ini tentu saja terlihat jelas oleh semua yang ada disitu.

Kapal itu sudah tiba di wilayah Danau Dongting. Huang Yu meminta Xiao Hu dan Xiao Mi turun dan menanyakan dimana letak Bai Tu Shanzhuang pada penduduk sekitar, Liu Xin meminta si kasim Yuan Xia untuk ikut, dan ketiga orang itu lantas pergi mengerjakan tugas.

Huang Yu sendiri mengajak Lin Ji Xuan pergi berburu, sementara Jin Shui mengajak Xu Qiao menangkap ikan. Hanya Qin Liang Jie tetap berada di kapal bersama istrinya, tidak ingin meninggalkan selangkah pun.

Ketika Huang Yu dan Lin Ji Xuan kembali membawa dua ekor kelinci, Jin Shui dan Xu Qiao sudah menyalakan perapian di pinggir danau, memanggang beberapa ekor ikan. Liu Xin bahkan sudah memasak nasi untuk mereka semuanya.

"Eh, Liu Xin Meimei, bagaimana kau tahu bagaimana memasak nasi?" Lin Ji Xuan menanya pada Liu Xin.

"Kenapa? Apakah karena aku seorang junzhu, hanya tahu dilayani orang?" Liu Xin menanya balik.

"Jika kau juga bisa memasak kedua kelinci ini, maka aku Lin Ji Xuan sungguh kagum padamu," sahut Lin Ji Xuan sambil menyerahkan kedua kelinci padanya. Dua hewan itu masih hidup, mereka nampak lemah tetapi tidak terluka. Agaknya Huang Yu menangkap mereka tanpa menggunakan senjata.

"Aku tidak cukup sampai hati," kata Liu Xin. "Lepaskan saja mereka."

"Kalian mendapatkan kelinci ini darimana?" Xu Qiao menanya. "Kita sedang dalam perjalanan ke Bai Tu Shanzhuang, mungkin adalah rumah mereka."

"Kedua kelinci ini berwarna hitam, tidak putih," sahut Lin Ji Xuan. "Kami juga mendapatkan mereka di hutan, dan mereka tidak mirip kelinci yang dipelihara orang."

Ia meninggalkan mereka dan membawa kedua kelinci itu pergi ke tepian danau. Huang Yu naik ke atas kapal, membawakan makanan untuk Qin Liang Jie dan istrinya. Liu Xin mengajak Xu Qiao pergi mencari sejumlah buah-buahan di hutan, meninggalkan Jin Shui.

"Qiao Jiejie, ketika Hua Gege memperkenalkanmu padaku, dia mengatakan bahwa kau adalah putri mendiang majikan Huofeng Lou," Liu Xin berkata pada Xu Qiao saat mereka sudah cukup jauh. "Kalau tidak salah, ayahmu dan Zhong Bangzhu dari Jianyin Bang adalah kawan baik, benar tidak?"

"Bisa dibilang begitu," sahut Xu Qiao.

"Kalau begitu bisa dikatakan bahwa kau berasal dari salah satu dari mereka yang menyebut diri sebagai aliran lurus bersih," kata Liu Xin lagi. "Kau tidak seharusnya bersama para pewaris Yumen dan berkawan dengan mereka."

"Junzhu," Xu Qiao memandangnya. "Apa maksud kata-kata ini?"

"Qiao Jiejie jangan salah paham," kata Liu Xin halus, "aku hanya ingin mengatakan padamu, Hua Gege adalah orang baik. Mereka semua juga orang baik. Tidak peduli apa yang dikatakan orang mengenai Yumen kami di masa lalu, kami para pewaris tidak sama."

"Aku tahu," kata Xu Qiao. "Aku berhutang nyawa pada Jin Shui Gege. Dalam kehidupan ini, tidak peduli bagaimana caranya, aku hanya ingin membalas budi padanya."

"Benarkah?" tanya Liu Xin. "Kau bersamanya, adalah untuk membalas budi saja?"

"Ehm," sahut Xu Qiao.

"Baiklah," kata Liu Xin, "kalau begitu aku pun tenang."

"Apakah kau menyukai dia?" tanya Xu Qiao.

"Hua Gege?" tanya Liu Xin. "Tentu saja, dia adalah seorang kakak yang baik."

"Junzhu, para pewaris semuanya memiliki tenaga dalam pemberian para pelindung, hanya kau seorang yang tidak memiliki," Xu Qiao berkata. "Kau mengatakan bahwa Shui Yao belum memberikan padamu, kalau begitu apakah Shui Yao ini masih hidup?"

Liu Xin memetik beberapa lembar daun lebar untuk digunakan membawa buah-buahan hutan, ia menghindari Xu Qiao sebentar.

"Para pelindung Yumen lainnya sudah tidak ada, apakah mereka masih menyisakan satu orang agar pada saatnya bisa memberitahukan pada para pewaris apa yang selanjutnya mesti dilakukan?" Xu Qiao menanya lagi.

"Buah ini sepertinya sangat manis," Liu Xin memetik beberapa buah berwarna kemerahan dari semak di sekitarnya dan meletakkan di dalam lipatan daun, ia memakan salah satu.

"Aku hanya pernah mendengar Jin Shui Gege menyebut mengenai gurunya, tidak pernah mendengar dia menyebut mengenai orang tuanya," Xu Qiao berkata lagi. "Apakah orang tuanya dahulu juga anggota Yumen? Kau tahu siapa mereka?"

Liu Xin terbatuk-batuk dan beberapa buah yang sudah dipetik olehnya terjatuh. Ia tidak menyangka Xu Qiao akan menanya sedemikian. "Qiao Jiejie jika sungguh ingin mengetahui, kenapa tidak tanyakan langsung pada Hua Gege?" tanyanya sambil tersenyum. "Liu Xin tidak ada hak memberitahukan apa pun padamu."

Xu Qiao hendak menanya lagi, akan tetapi saat itu ia melihat Liu Xin sudah menjatuhkan semua buah yang baru dipetiknya, pandangan matanya tertuju pada sebatang pohon yang tidak jauh, di bawah batang pohon ada satu jenasah manusia, keadannya sangat mengerikan. Jenasah itu terlipat beberapa bagian, mirip sebuah boneka kain yang tidak ada tulangnya, wajahnya pun tidak lagi berbentuk wajah, seolah tulang tengkoraknya juga sudah hancur.

Liu Xin langsung memalingkan wajah dan berlari pergi. Xu Qiao ingat kata-kata Han Bu Dian mengenai pembunuhan misterius di Kota Wuzhang, Yumen Mo Wang palsu yang membunuh orang dengan menghancurkan tulang korban-korbannya demi melatih sejenis tenaga sesat.

Ia berusaha menguatkan hati dan mendekat, menemukan jenasah itu masih baru, agaknya baru mati semalam dan belum mengeluarkan bau busuk. Ia juga mendapati pakaian yang dikenakan jenasah itu adalah pakaian salah seorang anggota Jianyin Bang.

Liu Xin kembali beberapa saat kemudian bersama Jin Shui, ia tidak berani mendekat, membiarkan Jin Shui menarik Xu Qiao menjauh dari jenasah itu. Huang Yu juga datang, langsung memeriksa keadaan jenasah dan memastikan memang benar seluruh tulangnya hancur oleh tenaga yang karakternya serupa benar dengan wuqing xue.

"Yumen Mo Wang palsu," Xu Qiao memberitahukan padanya, kemudian juga memberitahu mengenai buronan yang sudah beberapa hari diincar oleh Han Bu Dian dan orang-orangnya. "Katanya ini adalah cara melatih ilmu dari Yumen kalian."

"Tidak benar, dalam Yumen kami tidak ada melatih tenaga dalam dengan membunuh seperti ini," sahut Huang Yu. Ia menutupi jenasah dengan dedaunan, kemudian membersihkan tangannya dengan sehelai kain.

"Apakah ada orang yang ingin merusak nama Yumen kita?" tanya Liu Xin.

"Mungkin saja," kata Huang Yu, "hanya aku tidak mau sembarang membuat dugaan."

"Pelakunya bisa jadi belum jauh," kata Jin Shui. "Liu Xin Meimei, Qiao-er, kalian kembalilah dahulu ke kapal, katakan pada Lin Ji Xuan kami akan mencoba menemukan pembunuh itu."

Liu Xin lekas menarik tangan Xu Qiao dan membawanya pergi, meninggalkan Huang Yu dengan Jin Shui berdua. Huang Yu segera mendapati sepasang jejak kaki manusia menuju ke arah yang berbeda, ia mengikuti.

"Di dalam salah satu potongan kitab wuqing xue ada beberapa baris kata-kata yang bisa dengan mudah disalah artikan menjadi menghancurkan tulang manusia untuk melatih kekuatan," Jin Shui berkata pada Huang Yu kemudian. "Kalau aku tidak salah ingat, kata-kata ini ada dalam potongan kitab wuqing xue yang diberikan padamu."

"Benar, aku masih ingat benar seluruh isi potongan kitab milikku, satu huruf pun tidak akan salah," sahut Huang Yu, mendapati jejak kaki terus mengarah ke barat. "Memang kata-kata itu ada pada potongan kitab milikku."

"Potongan kitab itu sudah lama tidak ada padamu," kata Jin Shui pula.

"Sudah ikut terbakar bersama bangunan markas Hailang Biaoju kami tiga tahun yang lalu," sahut Huang Yu. "Atau setidaknya, selama tiga tahun ini aku mengira demikian."

"Apa maksudmu?" tanya Jin Shui.

"Aku sudah lama menghafalkan isinya, dengan sendirinya tidak ada alasan terus membawanya kemana pun," sahut Huang Yu. "Aku menyembunyikan potongan kitab ini di tempat rahasia di kamarku, akan tetapi bukan tidak mungkin ada yang mengetahuinya dan kemudian mengambilnya."

"Siapa yang mengambilnya?" tanya Jin Shui.

"Kita akan menemukannya," Huang Yu agaknya sudah bisa menebak siapa, hanya ia tidak ingin menyebutkan tanpa bukti.

Xiao Hu dan Xiao Mi sudah kembali ketika Jin Shui dan Huang Yu juga kembali ke kapal tanpa menemukan orang yang sudah membunuh anggota Jianyin Bang dan meninggalkan jenasahnya di hutan. Lin Ji Xuan meminta orang-orangnya mengangkat sauh dan mereka meneruskan perjalanan, menuju bagian lain Danau Dongting, melalui celah sungai yang lebih sempit, dan mendapati hutan lain yang lebih lebat.

"Xiao Hu, Xiao Mi, kalian mengatakan Bai Tu Shanzhuang berada di sekitar tempat ini, apakah kalian yakin?" Lin Ji Xuan menanya pada kedua pelayannya Huang Yu itu. "Tempat ini adalah sebuah hutan, tidak ada tanda tempat tinggal manusia di sekitar sini."

"Li Taiyi membawa keluarganya meninggalkan ibukota setelah gagal menyelamatkan seorang selir kaisar, tidak aneh jika dia memilih tempat yang tersembunyi," Huang Yu berkata. Ia mengambil sebuah kembang api, benda peninggalan Chai Lang dan merupakan tanda yang dahulu biasa digunakan oleh anggota Yumen.

"Ershaoye, baiknya tidak menggunakan tanda kembang api ini," Xiao Hu berkata padanya. "Tanda adalah milik Yumen, jika dilihat orang maka akan memancing orang-orang Jianyin Bang untuk datang kemari."

"Benar, di perkampungan tadi kami melihat beberapa anggota Jianyin Bang, sepertinya mereka sedang mencari seseorang," sambung Xiao Mi.

Huang Yu dan Jin Shui tahu orang-orang Jianyin Bang sedang memburu Yumen Mo Wang palsu. Korban pembunuh itu sudah berada di sekitar Danau Dongting, pelakunya kemungkinan juga tidak jauh. Jika bukan karena perlu segera menemukan Li Qian sekeluarga demi menyelamatkan istri Qin Liang Jie, barusan Huang Yu juga sudah menggunakan seluruh kemampuan untuk melacak pembunuh itu.

Tanda tidak jadi dilepaskan. Mereka memutuskan turun lagi ke darat dan menyebar untuk menemukan Bai Tu Shanzhuang. Jin Shui berdua dengan Xu Qiao, Huang Yu berdua dengan Lin Ji Xuan, Xiao Hu bersama Xiao Mi. Sementara Liu Xin dan Yuan Xia diminta tetap menunggu di kapal.

Belum jauh meninggalkan tepian anak sungai, Jin Shui sudah menarik Xu Qiao naik ke atas pohon. Rupanya ia mendengar suara seseorang mendekat dan merasa perlu berwaspada.

Seorang pemuda berbaju hitam berlari di tengah hutan itu, melewati pohon tempat mereka berada. Tenaga pemuda itu nampak sudah hampir habis, nafasnya memburu, luka di lengannya mengeluarkan darah, namun ia terus berlari. Beberapa kali langkahnya tersandung, nyaris membuatnya jatuh, tetapi ia terus berlari, keadannya sangat mengenaskan.

Xu Qiao melihat orang terluka dan hendak menolong, tetapi Jin Shui menahannya. Jin Shui merasa tidak asing dengan sosok si pemuda, sepertinya pernah bertemu. Ia membawa Xu Qiao melompat ke pohon lainnya, berusaha mengenali wajah si pemuda itu.

Sebuah kubangan lumpur menghalangi jalan pemuda itu. Ia jatuh tersungkur, rasa nyeri di lengannya serasa berlipat. Sebentar ia menoleh ke belakang. Saat itulah terdengar suara riuh, teriakan orang-orang yang mengejarnya. Ia lekas berdiri, berusaha melanjutkan langkah ke arah kota kecil itu dengan sisa tenaganya. Akan tetapi para pengejarnya sudah melihatnya, mereka mengacung-acungkan senjata di tangan sambil berteriak-teriak.

"Tangkap dia!"

"Bunuh penjahat!"

"Kejar!"

Pemuda itu berlari menghindar dengan susah payah. Para pengejarnya terlihat sebentar kemudian, semua mengenakan pakaian hijau tua yang serupa, seragam para anggota Jianyin Bang. Jumlah mereka total ada dua puluhan orang, membawa senjata bermacam-macam bentuknya. Ada golok, pedang, tombak, tongkat dan bahkan panah. Memang anggota Jianyin Bang terkenal menguasai berbagai macam senjata yang umum dipakai orang dalam dunia persilatan, sesuai dengan yang juga dikuasai oleh leluhur mereka selama beberapa generasi. Tetapi tentu saja yang paling banyak digunakan adalah senjata pedang.

Tidak nampak pemimpinnya anggota Jianyin Bang itu. Kemungkinan karena mereka mengejar orang sampai jauh keluar kota, maka sudah berpencar dan berpisah dengan saudara lainnya. Mereka juga nampak mengejar dengan penuh emosi, membuat terlalu banyak keributan dan sedikit saling berebut.

"Jin Shui Gege, apakah dia Yumen Mo Wang palsu seperti yang disebutkan oleh Han Dage itu?" Xu Qiao menunjuk pada si pemuda yang terluka. "Tetapi orang yang sudah membunuh demikian mengerikan, kenapa keadaannya lebih mengenaskan seperti ini?"

"Kau ingin membantu dia melarikan diri, atau membantu orang Jianyin Bang menangkap dia?" tanya Jin Shui.

"Orang Jianyin Bang biasanya bersikap adil," sahut Xu Qiao. "Tangkap dulu, jika memang bukan penjahat maka bisa ditolong dan kemudian dilepaskan."

Jin Shui mengangguk satu kali, kemudian meninggalkannya di atas pohon itu, melompat turun dan menemui si pemuda terluka, dengan mudah menangkap sebelah lengannya, hendak membawanya pada orang-orang Jianyin Bang yang semakin mendekat.

Akan tetapi Jin Shui tiba-tiba mengenali wajah pemuda itu sebagai Huang Zhe, kakak kandung Huang Yu. Ia pernah melihat satu kali tiga tahun yang lalu saat bersama Huang Yu menuju markas Hailang Biaoju. Wajah Huang Zhe juga mirip dengan adiknya, tidak mungkin salah. Sesaat itu ia ragu, menyerahkan kakak kandung Huang Yu pada orang-orang Jianyin Bang bisa menjadi masalah di belakang hari.

Dengan cepat ia membawa Huang Zhe ke atas sebatang pohon, memintanya menutup mulut dan membiarkan orang-orang Jianyin Bang di bawah sana berlalu tanpa menemukannya. Huang Zhe tidak mengenal Jin Shui karena tiga tahun lalu saat datang bersama Huang Yu, Jin Shui hanya berdiam agak jauh dan Huang Zhe bahkan tidak memperhatikan keberadannya.

"Terima kasih Anda sudah menolongku," Huang Zhe berkata kemudian, menyadari Jin Shui masih mencekal lengannya.

"Apakah kau putra pertama Huang Wei Qun, Huang Zongbiaotou dari Hailang Biaoju?" Jin Shui menanya padanya.

"Benar," sahut Huang Zhe. "Anda adalah…?"

"Orang Jianyin Bang kenapa bisa memburumu?" tanya Jin Shui lagi, tidak menyahut pertanyaannya.

"Hanya salah paham," Huang Zhe menyahut sedikit gugup.

"Kau sudah membunuh anggota mereka?" tanya Jin Shui lagi.

"Salah paham," Huang Zhe mengulangi kata-katanya. "Hanya salah paham."

Jin Shui menotok jalan darah Huang Zhe sehingga ia tidak bisa berkata-kata lagi, kemudian membawanya melayang diantara pepohonan, menyusul orang-orang Jianyin Bang yang belum terlalu jauh, dan melemparkan si buronan itu ke arah mereka sebelum kembali melesat pergi dan menemui Xu Qiao.

"Jin Shui Gege, kenapa lama sekali?" Xu Qiao memprotes.

"Tidak apa," sahut Jin Shui. "Aku sudah menyerahkannya pada orang-orang Jianyin Bang, mereka tahu apa yang mesti dilakukan."

Jin Shui dan Xu Qiao melihat kepulan asap sesaat setelah melewati hutan dan mendapati sebuah perkampungan kecil yang tidak jauh. Beberapa ekor kelinci putih nampak berlarian di sekitar perkampungan itu, memberitahukan pada mereka bahwa mereka sudah tiba di Bai Tu Shanzhuang.

Akan tetapi mereka belum lagi mendekat ketika melihat lima orang perempuan berpakaian putih dengan mantel warna kayu berdiri di depan gerbang perkampungan itu, masing-masing membawa pedang tipis dengan gagang berukir kelopak bunga di pinggang mereka. Pakaian dan senjata khas anak murid Haitang Jian Pai.

Dua diantara lima murid Haitang Jian Pai itu membawa sebuah tandu dengan seseorang yang terbaring di atasnya. Dua orang lainnya berdiri paling belakang, membawa sebuah karung besar yang nampak bergerak. Dua orang yang paling belakang itu masing-masing adalah gadis kecil, usia mereka paling banyak dua belasan tahun, wajah mereka mirip satu sama lain, agaknya adalah anak kembar, dan mereka sekali-sekali menendang karung yang ada diantara mereka dengan kasar.

Jin Shui dan Xu Qiao menahan langkah mereka. Jin Shui pernah dikurung selama berbulan-bulan oleh ketua Haitang Jian Pai, Weian Shuang Jian Yuan Wan Cui di gua bawah tanah, dan ia pun belum melupakan bahwa ketua aliran yang hanya berisi wanita itu adalah orang yang sudah membunuh gurunya, Mo Ying, dahulu juga merupakan satu dari tiga orang yang memprakarsai penyerangan ke markas Yumen dan menyebabkan kematian banyak anggota serta keluarga mereka. Dendamnya belum berkurang meski Jin Shui sudah membunuh sembilan tetua Haitang Jian Pai tiga tahun yang lalu.

"Sudah kukatakan Li Taiyi sudah lama tidak menolong orang, lebih suka menghabiskan hari dengan mengurus kelinci dan binatang lainnya," terdengar suara seseorang dari dalam karung, suara seorang gadis kecil. "Kalian jauh-jauh datang kemari tidak ada gunanya, lebih baik bawa ershijie kalian itu kembali ke Haitang Jian Pai untuk mempersiapkan pemakaman."

Jin Shui mengenali orang yang berada paling depan adalah murid ketiga Yuan Wan Cui, bernama Yun He, sedangkan yang berbaring di tandu rupanya adalah murid kedua, bernama Yun Xi. Yang sedang membawa tandu adalah murid ke tujuh dan delapan, Yun Li dan Yun Xue. Dua orang yang membawa karung kemungkinan adalah murid baru, Jin Shui belum pernah melihat mereka.

"Diam kau," dua gadis kecil yang membawa karung itu kembali menendang. Yun He nampak mondar mandir tidak sabaran, membiarkan saja kedua adik segurunya bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan anak murid Haitang Jian Pai yang sopan dan tidak suka menindas orang. Agaknya masalah terlukanya kakak seguru keduanya adalah hal yang membuatnya sangat tidak tenang.

Dua orang pelayan nampak keluar dari dalam gerbang perkampungan, memberitahukan pada Yun He bahwa majikan Bai Tu Shanzhuang tidak bersedia menerima tamu dan meminta Yun He dan adik-adiknya untuk pergi.

"Mohon disampaikan sekali lagi, saudara kami terluka oleh racun caixue zhu (laba-laba salju berwarna) dan hanya Li Taiyi yang bisa menolongnya," Yun He berkata pada kedua pelayan itu dengan sangat merendah, tidak biasa bagi anak murid Haitang Jian Pai yang suka menjaga muka.

"Benar, Li Taiyi tentunya tidak akan melihat kematian tanpa menolong," orang di dalam karung sengaja menambahkan.

"Tidak boleh mengatai ershijie kami," si murid ke tujuh Yun Li menegur karung itu sambil setengah menangis.

"Majikan kami sungguh sudah mengundurkan diri dan tidak lagi menemui orang," kedua pelayan berkata bersamaan.

"Sanshijie, kita menerjang masuk saja," si murid ke delapan Yun Xue juga berkata dengan mata merah.

"Benar," tambah si karung, "paling berhadapan dengan sejumlah kelinci kecil."

Jin Shui dan Xu Qiao masih berada di tempat mereka, mengawasi dengan sedikit tidak sabar. Mereka juga perlu menemui Li Taiyi demi menolong orang, jika murid-murid Haitang Jian Pai ini tidak segera pergi mungkin Jin Shui perlu mengusir mereka.

"Jin Shui Gege, murid-muridnya Yuan Wan Cui, Yuan Zhangmen itu bisa dikatakan adalah bibi-bibi guruku," Xu Qiao punya pemikiran berbeda. "Bisakah kau membantu mereka agar Li Taiyi juga bersedia menolong?"

"Dahulu saat aku menjadi pesuruh di Haitang Jian Pai, kedua orang itu Yun He dan Yun Xi, mereka terkenal paling suka membuat susah kaum bawahan," sahut Jin Shui tidak setuju. "Yun Li dan Yun Xue itu lebih lagi, mereka yang sudah memberikan racun zhaobai padaku. Kau bisa lihat sisanya masih ada sampai sekarang."

"Membalas dendam tidak ada habisnya," kata Xu Qiao. "Lagipula kau juga sudah hampir sembuh sama sekali, bisakah kau lupakan saja?"

"Aku akan menemui Huang Yu dan yang lain, memberitahukan mereka bahwa kita sudah menemukan Bai Tu Shanzhuang," Jin Shui berkata dengan sedikit kesal, kemudian memutar badan dan meninggalkannya.

Xu Qiao melangkah menghampiri Yun He yang masih berdebat dengan kedua pelayan. Murid-murid Haitang Jian Pai belum pernah bertemu dengannya, dengan sendirinya tidak mengenali dan hanya melihat saja.

"Aku adalah Xu Qiao, putri kelima mendiang majikan Huofeng Lou di Anhui," Xu Qiao memperkenalkan diri pada Yun He. "Kakak seguru kalian yang pertama adalah ibu mudaku, bisa dikatakan juga adalah guruku. Xu Qiao memberi hormat pada Bibi Guru sekalian."

"Kau adalah putrinya dashijie?" tanya Yun He, agaknya masih menganggap Bao Xin Fei sebagai kakak segurunya dan keputusan Bao Xin Fei menjadi istri muda orang tidak merubah hubungan diantara mereka. Memang Xu Qiao ada mengetahui dari ibu mudanya bahwa rasa persaudaraan antara murid-murid Yuan Wan Cui sangat kuat, bisa dikatakan melebihi saudara kandung.

"Benar," sahut Xu Qiao. "Kewei Shishu harap menunggu sebentar, aku akan menyampaikan sesuatu pada kedua kawan ini."

Yun He mengangguk saja, membiarkan Xu Qiao menghampiri kedua pelayan shanzhuang.

"Boleh sampaikan pada Li Qian, Li Dage, Liu Xin Junzhu sedang dalam perjalanan kemari untuk menemuinya," Xu Qiao berkata pada kedua pelayan itu. "Juga, bibi-bibi ini adalah kawan, jika Li Taiyi tidak bersedia mengobati, setidaknya Li Dage bisa membiarkan mereka masuk dan beristirahat semalam disini."

Kedua pelayan itu memintanya menunggu sebentar, kemudian mereka masuk ke dalam, menyampaikan pesan Xu Qiao pada majikan mereka. Xu Qiao sengaja tidak menyebut nama Jin Shui atau Huang Yu karena tidak ingin keberadaannya bersama para pewaris Yumen sampai ke telinga Bao Xin Fei atau bahkan Yuan Wan Cui. Menyebut nama Liu Xin merupakan yang paling tepat, karena Li Qian pasti akan bersedia menemui adik kecil itu.

"Sanshishu, bagaimana ershishu bisa sampai terluka?" Xu Qiao menanya pada Yun He. "Siapa yang melukainya?"

"Bocah ini yang melukainya," salah satu anak kembar yang membawa karung yang menjawab. "Ershijie kami berbaik hati hendak mengantarkannya menemui kakak perempuannya, tidak disangka bocah ini adalah bocah paling beracun dari Wansui Gu, di badannya ada berbagai macam hewan aneh, dengan keji menggunakan caixue zhu meracuni ershijie kami."

"Orang Wansui Gu?" tanya Xu Qiao. "Apa hubungan dia dengan Jiuwei Bian Zhou Xiang Nu?"

"Kau mengenal kakakku?" si karung itu bertanya pada Xu Qiao. "Bagaimana jiuwei bian miliknya? Lihai tidak?"

"Lihai, lihai sekali," sahut Xu Qiao, "hanya saja sekarang sudah jadi benda rongsokan tidak berguna karena aku sudah memotongnya menjadi sembilan bagian, masih baik Zhou Xiang Nu itu lekas lari, jika tidak aku juga akan memotongnya jadi sembilan bagian."

Si karung tertawa, suara kanak-kanaknya terdengar sangat senang mendengar cambuk kesayangan Zhou Xiang Nu sudah dirusak sedemikian. Xu Qiao tidak mengenal anak perempuan dalam karung itu, ia tidak mengerti kenapa dia malah tertawa begitu senang.

Kedua pelayan sudah keluar lagi, sekali ini langsung mempersilakan tamu-tamunya masuk ke dalam dan beristirahat lebih dahulu. Yun He mengucapkan terima kasih pada Xu Qiao, kemudian mendahului yang lain masuk ke dalam. Kedua anak kembar dengan sengaja menyeret karung dengan kasar sehingga orang di dalamnya hanya bisa berteriak dan memaki. Xu Qiao pernah ada ganjalan terhadap orang-orang Wansui Gu karena pernah meracuninya dengan zixie du, akan tetapi ia tidak sampai hati melihat seorang gadis cilik dari Wansui Gu diperlakukan demikian, ia lekas menghadang di depan kedua anak kembar.

"Bibi yang baik, bolehkah kalian melepaskan anak ini?" tanyanya. "Biar bagaimana, dia hanya seorang anak kecil."

"Dia mana bisa dikatakan hanya seorang anak kecil?" tanya si kembar bersamaan, kemudian kembali menyeret karung dan meninggalkannya.

Xu Qiao tidak menyukai kedua anak kembar itu, kelakuan mereka sungguh kasar. Baiklah, katanya dalam hati, bukan waktunya ribut dengan anak murid Haitang Jian Pai. Menolong orang bisa dikerjakan nanti saja.

Jin Shui dan yang lain tiba beberapa saat kemudian, Xu Qiao langsung meminta kedua pelayan mengantarkan mereka menemui Li Qian dan menghindari para wanita Haitang Jian Pai sejauh mungkin agar tidak sampai terjadi keributan.

Sampai disini kita bertemu lagi dengan tuan putri kecil bermantel merah yang pernah menjadi "tuan rumah" di tepian Danau Xuanwu pada episode pertama. Liu Xin, gadis muda yang manis yang selalu memanggil Hua Gege pada Jin Shui. Akan tetapi tidak seperti para pewaris lain, dia tidak mempunyai tenaga dalam pemberian pelindung Shui Yao. Mengapa?

Meninggalkan markas Jian Yin Bang, Jin Shui bertemu dengan si tinggi besar bertopeng perunggu dan kawannya yang kurus kering. Dua orang ini merupakan musuh utama, pelaku pembunuhan terhadap Keluarga Huang dan Keluarga Xu. Siapakah sebenarnya mereka dan ada dendam apa sehingga membunuh sedemikian banyak orang?

Perjalanan berlanjut ke tepian Danau Dongting, menemui pewaris selanjutnya. Di saat yang sama anak murid Haitang Jian Pai juga hadir disini. Permusuhan Jin Shui dengan aliran ini masih ada. Apa yang akan terjadi? Tunggu saja di episode berikutnya.

Xiaodiandiancreators' thoughts