webnovel

Episode 07 : Meng Gui Hou Ren (Pewaris Setan Mimpi)

Air terjun kecil itu berada di tengah hutan yang sunyi, di dasar lembah yang asli, merupakan tempat yang sangat sesuai untuk menenangkan diri. Udara di sekitarnya sangat segar, nyanyian burung-burung kecil membawakan sebuah lagu yang merdu. Sekelompok kijang merumput dengan santai. Mereka tidak pernah bertemu dengan pemburu sehingga tidak takut dengan kedatangan manusia. Menjelang siang itu matahari bersembunyi di balik awan, sisa sinarnya terhalang oleh lebatnya pepohonan, hanya sedikit yang bisa menerobos sampai ke air terjun, menampakkan titik-titik keemasan yang indah.

Sekelompok burung yang berada di atas pohon-pohon bambu beterbangan pergi ketika sebuah tombak menyambar, menebas salah satu batang bambu hingga putus. Tombak yang amat tajam, bisa menebas batang bambu dengan rapi seperti sebilah golok atau pedang. Si pemilik tombak adalah seorang lelaki muda berbadan tinggi sedang, kulitnya kecoklatan dan pakaiannya amat sederhana seperti kaum petani. Wajahnya terhitung cakap meski tidak banyak ekspresi, jelas seorang tidak suka banyak bicara.

Ia adalah Qin Liang Jie, si pewaris Meng Gui. Sepuluh tahun yang lalu ia masih seorang kanak-kanak, senjata yang dibawanya saat itu hanya sebuah tombak pendek. Kini usianya sudah dua puluh tiga tahun, sudah dewasa, sehingga tombak pendek kanak-kanaknya pun telah diganti dengan tombak besi warisan ayahnya yang panjang dan jauh lebih berat.

Batang bambu itu dipotongnya lagi dengan menggunakan tombak, membentuk sebuah bumbung untuk menyimpan air, kemudian ia menyimpan kembali tombak dan menuju ke air terjun. Sepasang kelinci berada disana, nampaknya sedang kehausan sama seperti dirinya. Qin Liang Jie hanya melirik selintas tanpa mengusik mereka. Istrinya, Shangguan Ru Yin, tidak memperbolehkannya membunuh kelinci untuk menjadi bahan makanan.

Baru saja memenuhi bumbung bambunya, ditemukannya bahwa di tepi air terjun itu terdapat sebuah tonggak batu setinggi pinggang orang dewasa, sebagian tertutup rerumputan, tetapi jelas terdapat tulisan disana. Ada tulisan berarti ada manusia yang mengukirkannya. Qin Liang Jie mendekati tonggak batu itu dengan penasaran. Tempatnya berada saat ini mestinya sudah jauh dari kediaman manusia, mengapa malah ada tonggak batu berukir disini?

Ia menyingkapkan rerumputan dan melihat tulisan yang terukir pada tonggak batu itu. Hanya dua huruf, Jiu Ya (Lembah Arak). Sebuah nama yang aneh. Tempat terpencil seperti ini masa ada orang yang tinggal sebagai pembuat arak? Ia pun tidak mengenal nama ini. Karena sedari kecil ia tidak suka banyak bicara maka Meng Gui pun dahulu tidak banyak memberitahunya mengenai dunia persilatan seperti para pelindung lain terhadap pewaris mereka.

Lekas dibawanya bumbung bambu itu pada istrinya di dalam sebuah gua kecil yang tidak jauh. Shangguan Ru Yin duduk di batu besar, setengah berbaring. Ia adalah seorang perempuan desa yang terlalu cantik untuk ukuran anak petani biasa. Kulitnya pun putih bersih, hanya kelembutan wajahnya yang menunjukkan kesederhanaan. Ia menyeka keringat dan tersenyum lemah melihat suaminya kembali membawakan air, berusaha berdiri tetapi sedikit kesulitan karena dalam keadaan hamil tua dan kelelahan.

"Tempat ini jauh dari perkampungan, tidak akan ada yang menemukan kita," Qin Liang Jie langsung menahannya agar tetap duduk, "untuk sementara kita bisa beristirahat dengan tenang disini. Minumlah." Ia tidak memberitahu mengenai tonggak batu yang dilihatnya di tepi air terjun.

"Kita sudah berjalan seharian, kau pasti juga sudah lelah," istrinya berkata. Suaranya pun terdengar lembut menenangkan dengan tutur bahasa yang halus. Siapa pun pasti akan mengira perempuan ini sebagai nona keluarga terhormat yang kawin lari dengan seorang anak tani biasa.

"Aku sudah biasa, tidak masalah," Qin Liang Jie menyentuh tangannya dengan lembut. "Bagaimana kabarnya anak kita?"

Shangguan Ru Yin meraba perutnya. "Sudah sebesar ini," katanya pula, "sebentar lagi pasti akan keluar menemui ayah ibunya."

Qin Liang Jie dan istrinya menikah dua tahun yang lalu, kemudian tinggal di sebuah desa kecil dengan tenang dan damai. Sejak itu Qin Liang Jie sebenarnya sudah menyimpan tombak kesayangannya, berjanji pada istrinya akan belajar hidup sebagai orang biasa, sepenuh hati menjadi seorang kepala keluarga yang baik. Setahun kemudian Shangguan Ru Yin mengandung, saat ini sudah hampir saatnya melahirkan, namun mereka terpaksa harus menempuh perjalanan jauh, menghindar dari seseorang yang mungkin akan membawa Qin Liang Jie jauh dari istri dan anaknya untuk waktu yang lama, mungkin juga tidak akan kembali lagi.

Berhari-hari mereka menempuh perjalanan, menyusuri sungai, melewati pegunungan, akhirnya tiba di lembah ini, satu tempat yang jauh dari pemukiman penduduk, juga merupakan sebuah tempat yang sulit ditemukan. Kehidupan selanjutnya mereka tidak tahu. Bisa menghindar seberapa jauh maka mereka akan menghindar sejauh itu.

Dahulu ketika Qin Liang Jie masih kecil ia tinggal bersama kakek dan nenek yang sangat menyayanginya. Kehidupannya saat itu boleh dikatakan sangat bahagia meski terbilang sederhana. Kemudian Meng Gui menemukannya, menyadari anak ini cukup cerdas dan bisa mempelajari segala sesuatu dengan cepat, membawanya pergi dari kakek neneknya, mengangkatnya sebagai pewaris yang kelak akan bersama Jin Shui dan yang lainnya membangkitkan kembali aliran mereka. Pada saat itu Qin Liang Jie masih kanak-kanak, diculik orang seperti ini tentu saja tidak menyenangkan baginya. Hanya ketakutannya pada Meng Gui yang kemudian membuatnya patuh.

Ketika Meng Gui melarikan diri bersama Mo Ying, Jin Shui dan Qing Yi, Qin Liang Jie terpisah. Ia terluka parah, kemudian pulang ke kampungnya. Kakek neneknya sudah tiada, ini merupakan penyesalan baginya. Terhadap Meng Gui pada dasarnya ia hanya merasa takut, terhadap nama Yumen Jiao ia pun tidak ada kesan baik, terhadap peranan sebagai pewaris pun ia sama sekali tidak mengerti. Maka ia bertekad menyingkir dari peranan itu, selamanya tidak akan terlibat lagi dengan tujuh lainnya.

Kemudian ia berkenalan dengan Shangguan Ru Yin. Ayah gadis ini pun sangat baik padanya sehingga Qin Liang Jie terus menetap di kampungnya dan selanjutnya berniat hidup tenang sebagai orang biasa. Tidak berapa lama, mereka pun menikah.

Kedatangan sosok misterius yang menggunakan biji-biji catur cina menyadarkannya mengenai posisinya, memaksanya melatih wuqing xue. Saat Qin Liang Jie menyadari bahwa sumpahnya di hadapan delapan pelindung Yumen Jiao tidak bisa hanya menjadi bagian dari masa lalu belaka, di saat yang sama ia mengetahui bahwa istrinya telah mengandung.

Di hadapan Shangguan Ru Yin ia lantas menceritakan semuanya, menjelaskan mengenai tenaga dalam yang pernah diberikan Meng Gui padanya. Istri yang tidak pernah mengenal bela diri inilah yang kemudian membuat dirinya mengambil keputusan, meninggalkan desa, melarikan diri sebelum Huang Yu kembali lagi, karena ia lebih memilih menjalani hidup tenang dan damai, juga tidak ingin kehilangan anggota keluarganya sekali lagi demi apa pun.

"Xianggong (suamiku), jika orang itu menemukan kita, apakah dia akan membawamu pergi, selamanya tidak memperbolehkan kita bertemu lagi?" Shangguan Ru Yin bertanya dengan lemah.

"Kita sudah berjanji tidak akan membicarakan hal ini, bukankah begitu?" Qin Liang Jie tidak ingin mengatakan kenyataan sekali lagi. "Dia tidak akan menemukan kita."

"Kita harus tinggal disini berapa lama? Apakah selamanya tidak bisa bertemu orang lain?"

"Aku sudah pikirkan. Kita akan ke Jiangbei, jika masih belum aman maka kita akan terus ke utara sampai ke Monggolia. Saat itu aku akan mengganti identitas, mengganti marga, maka tidak perlu khawatir lagi." Ia menarik nafas dalam-dalam. Dipandangnya istrinya dengan serius. "Niangzi (istriku), kau mengikuti aku malah jadi seperti ini, kelak mungkin juga tidak akan bisa kembali ke zhongyuan bertemu dengan orang tuamu, aku sungguh minta maaf."

"Aku tidak apa," Shangguan Ru Yin berusaha tersenyum. "Kita adalah suami istri. Yang kutakutkan hanya berpisah denganmu, mengenai yang lain, aku pasti bisa melewatinya."

Qin Liang Jie memeluknya. Ia yakin sudah membuat keputusan yang benar.

"Aku Qin Liang Jie tidak akan membiarkanmu menyesal ikut denganku...."

Kata-katanya belum lagi selesai, dari luar gua tiba-tiba terdengar suara keresekan, kemudian juga teriakan orang. Qin Liang Jie cepat bereaksi, langsung melesat keluar karena merasakan ada bahaya. Ia kaget bukan main menyaksikan dari atas tebing di atas mulut gua itu ada satu sosok manusia terjatuh, tersangkut ranting-ranting di dinding tebing sehingga tidak lantas terhempas jatuh, tetapi ranting-ranting itu pun tidak cukup kuat, baru saja Qin Liang Jie keluar suara teriakan orang itu terdengar lagi, menyusul tubuhnya pun meluncur lagi ke bawah.

Tanpa pikir panjang Qin Liang Jie langsung meloncat menyambut, berusaha menangkap sosok itu agar tidak sampai tewas di dasar lembah. Ia tidak tahu siapa orang itu, terlebih tidak tahu mengapa ia sampai bisa jatuh dari atas tebing sana, ia hanya tahu mesti menolong.

Tetapi kewaspadaannya tidak sampai hilang juga. Pada saat itu ia merasakan ada suara lain di belakangnya. Bukan serangan tetapi suara seseorang yang memberi peringatan, "Orang itu sudah keracunan, jangan memegangnya."

Qin Liang Jie meraih cepat tombak di punggungnya, mengarahkannya pada orang yang jatuh dari tebing itu dan dengan tepat menyambar pakaiannya tanpa melukai kulitnya. Terdengar suara kain sobek dan lengan baju orang itu pun terbelah, tetapi daya luncurnya dari atas sana jadi jauh berkurang dan Qin Liang Jie pun bisa meletakannya di atas tanah tanpa terbanting.

Dilihatnya keadaan orang itu memang sudah membiru seluruh badan dan mulutnya berbusa, jelas sudah keracunan hebat, meski tidak terbanting jatuh dari atas sana juga pasti akan segera tewas dalam keadaan mengerikan. Qin Liang Jie terbiasa hidup damai di tempat yang tenang, menyaksikan kematian yang seperti ini tidak urung bergetar juga, seketika itu lupa untuk memeriksa apakah orang masih bisa ditolong atau tidak. Tubuh orang itu kejang beberapa saat, kemudian benar-benar mati. Qin Liang Jie hanya bisa menyaksikannya dengan diam.

"Anak murid Lembah Arak ini hebat sekali caranya menguji arak beracun," terdengar suara orang di belakangnya lagi, "cukup tangkap seorang pelayan lembah, memaksanya minum sedikit, kemudian setelah cukup jelas reaksinya dilempar saja ke jurang dan tidak perlu repot mengurus pemakaman."

Suara yang berbeda dengan suara pertama yang memberi peringatan tadi. Qin Liang Jie menoleh, berusaha menemukan siapa yang sedang berbicara itu, tetapi tidak dilihatnya sosok manusia satu pun. Ia mundur ke mulut gua tempat istrinya berada, tahu dirinya mesti mengutamakan menjaga keselamatan keluarganya. Shangguan Ru Yin sudah berdiri, mendekat dengan gemetaran.

"Ada apa?" tanyanya cemas, "apakah ada orang mati?"

"Anak murid Jiu Ya Erlao (Dua Kakek Lembah Arak) masih kalah dengan orang-orang Wansui Gu," sahut suara ketiga. Yang ini tidak asing bagi Qin Liang Jie. Seketika ia bagai merasakan nafasnya berhenti. Tombak yang masih berada di tangan diacungkan dan siap menyerang siapa saja. "Mereka hanya bisa meracuni orang dengan arak, sedangkan orang Wansui Gu bisa meracuni dengan apa saja, kadang orang yang diracuni pun tidak tahu sudah keracunan, bagaimana matinya pun tidak tahu."

Tiga sosok manusia muncul entah darimana, tiba-tiba sudah berada di atas pohon dan di bebatuan, mendekati Qin Liang Jie dan Shangguan Ru Yin. Dua orang tuan muda yang nampak santai dan satu lagi tidak mirip manusia, lebih menyerupai orang yang barusan tewas di hadapan Qin Liang Jie sampai ia mengira orang yang sudah mati itu bangkit lagi.

Tiga sosok lain juga ikut mendekat di belakang mereka. Yang satu seorang gadis muda, perhatiannya nampak tertuju pada Shangguan Ru Yin. Dua lagi adalah pelayan. Qin Liang Jie tidak mengenal mereka.

"Aku pewaris Chai Lang mempunyai tugas mengumpulkan delapan pewaris, meski kabur ke ujung langit atau turun ke neraka sekali pun aku pasti akan menemukannya," suara ketiga itu kembali berkata. "Kalian masih berada di dunia fana, tentu saja akan segera bertemu lagi denganku."

Qin Liang Jie langsung mengenali pemilik suara ketiga ini sebagai Huang Yu, si pewaris Chai Lang. Orang yang sedang dihindarinya dan yang paling tidak ingin dilihatnya saat ini malah muncul disini. Qin Liang Jie tahu tidak akan bisa menghindar lagi.

"Kabur bersama seorang perempuan hamil, menarik sekali," si tuan muda yang satu lagi, Lin Ji Xuan, berkata. Ia adalah si pemilik suara kedua. Qin Liang Jie samar-samar masih mengingatnya sebagai pewaris Xie Zhang yang suka mengerjai anak perempuan itu, tuan muda yang pernah berkelahi dengannya ketika masih kanak-kanak dulu, di atas sebuah kapal di hadapan para pewaris Yumen lainnya.

"Jin Shui, di hadapan kita ada pengkhianat," Huang Yu berkata pada kawannya yang tidak mirip manusia dan lebih menyerupai iblis dari neraka. "Kau sebagai pewaris Mo Ying dan pemimpin delapan pewaris, coba katakan bagaimana harus menghukumnya."

"Kau saja yang urus," Jin Shui menyahut dengan dingin. Suaranya adalah suara pertama yang tadi memberi peringatan akan racun pada Qin Liang Jie.

"Ji Xuan, menurutmu?" tanya Huang Yu.

"Kita punya tugas besar, tidak boleh gagal hanya karena masalah lelaki dan perempuan," Lin Ji Xuan menyahut, dengan gaya santai seperti biasa, "tentu saja Qin-xiong juga tidak terkecuali. Asalkan dia bersedia meninggalkan wanitanya, maka hukuman kecil saja kurasa sudah cukup."

"Kami sudah menikah," Qin Liang Jie berkata tegas, "bagaimana pun aku akan melindungi istriku, bahkan kalian pun tidak akan bisa menghancurkan keluarga kami, tidak akan bisa memisahkan aku dari istriku. Jika kau bersikeras, paling banyak kami mati, aku tidak akan banyak mengeluh. Tidak perlu banyak bicara, mau turun tangan silakan saja turun tangan!"

"Sebenarnya dalam aliran Yumen kita tidak ada peraturan bahwa pewaris tidak boleh menikah," Huang Yu berkata lagi. "Tetapi kau demi wanita lantas ingin melarikan diri dari tugas sebagai pewaris, ini yang tidak bisa dibenarkan. Aku sudah pernah memperingatkanmu, tetapi ternyata kau tidak mau dengar. Baiklah, jangan salahkan aku!"

Qin Liang Jie belum sempat bertindak apa pun, Lin Ji Xuan tiba-tiba sudah menarik Shangguan Ru Yin dari sisinya, kemudian menyerahkannya pada kedua pelayan Xiao Hu dan Xiao Mi.

Qin Liang Jie hendak memburu kesana, tetapi Jin Shui bergerak lebih cepat, sekejab saja sudah menghalangi di depannya. Tombak di tangan Qin Liang Jie segera mengarah ke dadanya, jurus tombak khas warisan Keluarga Qin yang cepat dan tidak mudah dihindari. Agaknya Qin Liang Jie sudah tidak peduli lagi dengan segala macam pewaris Yumen, melukai atau membunuh ketiga saudara yang hadir disini juga bisa dilakukannya.

Tetapi Jin Shui dengan santai menyambut serangan tombak itu, menggunakan telapak tangan untuk mendorongnya ke samping dan seketika mengenai tempat kosong. Jelas sekali, Jin Shui memanfaatkan kekuatan tenaga dalam Mo Ying dalam gerakan barusan, sementara Qin Liang Jie hanya menggunakan tenaga luar, sama sekali tidak memakai tenaga milik Meng Gui yang ada padanya.

"Xianggong!" Shangguan Ru Yin berseru. Ia hanya seorang perempuan lemah, tidak paham bela diri sedikit pun, jelas tidak bisa melepaskan diri dari cengkraman Xiao Hu dan Xiao Mi. Ditambah lagi dalam keadaan hamil tua, sama sekali tidak berdaya.

Xu Qiao melihat keadaan ini, ia hampir saja menarik Shangguan Ru Yin dari kedua pelayan dan memintanya pergi, akan tetapi ia juga tahu bahwa para pewaris Yumen tidak akan melukai seorang perempuan hamil, maka ia hanya menyaksikan saja.

Jin Shui terus menghadang di depan Qin Liang Jie, memaksa si pewaris Meng Gui itu menyerangnya dengan jurus-jurus tombak. Belasan jurus sebentar saja sudah lewat. Jin Shui dengan santai menghindar dan menghadang, beberapa kali menangkis serangan tanpa menggunakan pedangnya. Mata tombak berkali-kali nyaris mengenainya, tapi sampai sejauh ini ia tetap tidak terluka sedikit pun, pada jurus ke dua puluh malah nafas Qin Liang Jie sudah mulai memburu, menandakan ia memang tidak menggunakan tenaga dalam.

"Gunakan tenaga dalam milik Meng Gui!" Huang Yu memberi peringatan padanya. Tetapi Qin Liang Jie tetap saja menghadapi Jin Shui dengan mengandalkan tenaga luar.

"Kau tidak mau menggunakan tenaga dalam milik Meng Gui yang ada padamu," Jin Shui sekali ini menangkap ujung tombaknya, menahannya di telapak tangan dan memaksa Qin Liang Jie berusaha sekuat tenaga untuk melepaskannya. "Atau tidak tahu bagaimana menggunakan tenaga itu?"

Qin Liang Jie tidak menyahut. Ia terus berusaha menarik ujung tombak tanpa hasil. Ketika Jin Shui tiba-tiba menyentakkannya, ia pun tidak bisa mempertahankan senjatanya itu dan terpaksa melepaskannya. Agaknya Qin Liang Jie memang tidak pernah melatih tenaga dalam dan tidak tahu bagaimana menggunakan tenaga warisan Meng Gui yang berada di dalam tubuhnya.

Senjata sudah direbut, Qin Liang Jie tidak sudi menyerah. Ia menyerang lagi ke arah Jin Shui dengan pukulan tangan. Jin Shui tetap menggenggam tombak di tangan kiri, sedang tangan kanan dilipat di belakang punggung. Ia tidak menangkis atau balas menyerang, hanya menghindar kesana kemari. Qin Liang Jie semakin habis nafasnya sehingga serangannya pun makin lama makin lambat. Saat seperti ini, jika Jin Shui ingin menghabisinya pun semudah membalik telapak tangan.

"Sayang sekali," katanya, "Qin-xiong, hari ini jika yang kau temui bukan kami melainkan tiga penjahat, sejak tadi nyawamu sudah lenyap, kesempatan melindungi anak istri sama saja tidak ada."

Qin Liang Jie tidak bisa menjawab. Nafasnya sudah habis, ketika satu senjata rahasia Huang Yu dilepaskan, ia pun berlutut di tanah. Sungguh-sungguh tidak bisa memberikan perlawanan berarti. Sebuah penyesalan baginya.

"Xianggong!" Shangguan Ru Yin hanya bisa mencemaskannya.

"Kalian mau menghukum atau membunuhku silakan saja," Qin Liang Jie setengah memohon. "Mohon lepaskan istriku."

"Qin-xiong, istrimu sementara ikut denganku," Lin Ji Xuan berkata padanya. "Jangan khawatir, meski reputasiku adalah sebagai putra Keluarga Lin yang suka bermain dengan anak perempuan orang, tetapi aku tidak akan menceburkan seorang wanita hamil ke kolam, memaksanya makan kotoran atau membawanya berjalan-jalan ke rumah bordil. Istrimu bersamaku, dijamin tidak akan kurang sehelai rambut pun."

"Kau berlatih wuqing xue baik-baik saja," Huang Yu berkata padanya. "Paling tidak satu dua tahun kemudian, kau sudah bisa merebut pulang istrimu. Saat itu, jika kau masih mau pergi, aku juga tidak bisa melarang."

Xiao Hu dan Xiao Mi sudah membawa pergi Shangguan Ru Yin. Kedua pelayan itu nampak biasa saja akan tetapi rupanya menguasai ilmu ringan tubuh yang sangat baik. Lin Ji Xuan menyusul pergi. Qin Liang Jie yang hendak mengejar dihalangi oleh Huang Yu.

"Jin Shui, kau dan Xu Guniang pergilah dahulu ke markas Jianyin Bang, aku dan Qin-qiong akan menyusul nanti," Huang Yu berkata pada Jin Shui.

Jin Shui dan Xu Qiao meninggalkan Lembah Arak berdua, menuju markas Jianyin Bang di Kota Wuzhang dengan santai. Xu Qiao tidak banyak bicara, banyak hal yang menjadi pemikirannya saat itu. Ia mengikuti Jin Shui adalah demi membayar hutang budi, diam-diam juga karena ingin bersama dengan Jin Shui. Akan tetapi ia juga menyadari Jin Shui adalah pewaris utama Yumen, pewaris utama aliran iblis yang sudah musnah, dan ia tahu bagaimana reputasi Yumen di masa lalu.

Empat dari delapan pewaris sudah berkumpul, hal inilah yang membuatnya tidak tenang. Ia tidak tahu apakah mesti membiarkan saja dan bahkan mendukung mereka, atau ia perlu memberitahukan pada seseorang. Tidak perlu, katanya pada diri sendiri, karena sampai saat ini empat pewaris yang sudah berkumpul itu belum pernah melakukan sesuatu untuk mengusik ketenangan dunia persilatan, atau mengerjakan hal yang tidak sesuai dengan keadilan.

"Jin Shui Gege, kita pergi ke markas Jianyin Bang untuk apa?" akhirnya ia menanya pada Jin Shui, nada suaranya biasa saja, tidak ingin memperlihatkan keraguan dalam hatinya.

"Pewaris Shui Yao Shishu akan hadir disana," sahut Jin Shui, "kita akan menjemputnya."

"Pewaris Shui Yao?" tanya Xu Qiao. Satu orang lagi, sungguh ia tidak tahu apakah mesti membiarkan delapan pewaris semuanya berkumpul.

"Kau akan menyukainya," sahut Jin Shui. "Liu Xin adalah seorang junzhu (tuan putri) yang manis, adik kecil bagi kami semua."

"Junzhu?" tanya Xu Qiao. "Salah satu dari lima putra putri Keluarga ternama itu adalah seorang tuan putri?"

"Ayahnya adalah Xianjing Wang, atau lebih dikenal dengan sebutan Yi Wang (Pangeran Yi), seorang kerabat kaisar yang sekarang," Jin Shui berkata.

"Putra kedua ketua Hailang Biaoju, putra Keluarga Lin dari Wuling, dan seorang junzhu," Xu Qiao berkata, menyebut identitas Huang Yu, Lin Ji Xuan dan Liu Xin. "Dua putra putri keluarga ternama lainnya siapa? Bisakah kau memberitahukan padaku sekarang?"

"Aku juga belum menanyakan pada Huang Yu," sahut Jin Shui. "Dia baru akan memberitahukan saat akan menemui saja."

"Jin Shui Gege," Xu Qiao menghentikan langkahnya. "Delapan pewaris Yumen jika sudah berkumpul semua, apakah kalian sungguh akan membangkitkan kembali aliran? Reputasi Yumen di masa lalu sangat tidak baik, apakah kalian juga akan seperti itu?"

"Reputasi Yumen di masa lalu sangat tidak baik," Jin Shui juga menghentikan langkah, mengulangi kata-katanya, "coba katakan seperti apa reputasi yang tidak baik?"

"Misalnya, dahulu ketua Yumen pernah memberi perintah merebut anak-anak yang dianggap berbakat, mengambil mereka dari keluarganya, yang menentang semuanya dibunuh," sahut Xu Qiao.

"Para pelindung sudah terlanjur memilih anak-anak yang dianggap berbakat, hal ini aku juga tidak bisa menghalangi," kata Jin Shui, "akan tetapi aku bisa memastikan padamu, tidak ada yang terbunuh karena menentangnya."

"Lalu, kabarnya di masa lalu, orang-orang Yumen melatih sejumlah ilmu sesat, juga ada mempunyai ritual yang mengorbankan jiwa manusia," kata Xu Qiao lagi, "bahkan wuqing xue kalian pada tingkatan tertinggi, kabarnya juga hanya bisa dilatih dengan mengorbankan seseorang."

"Aku belum melatih sampai tingkatan tertinggi, tidak tahu apakah perlu pengorbanan seperti itu," sahut Jin Shui, "hanya saja aku sudah menghafalkan seluruh teori wuqing xue, tidak ada yang menyebut mengenai pengorbanan jiwa manusia. Mengenai hal ini, mungkin hanya dilebih-lebihkan oleh mereka yang tidak menyukai aliran kami."

"Ketua Yumen terdahulu kabarnya sangat kejam, jika tidak menyukai seseorang, maka asalkan bertemu dengan orang lain yang mempunyai marga yang sama, maka akan dibunuh sekeluarga," Xu Qiao merendahkan suaranya, agaknya menyadari bahwa sebagian besar reputasi Yumen di masa lalu hanya disebarkan oleh orang-orang yang tidak suka saja.

"Aku juga belum tahu apa yang akan dilakukan jika kami semua sudah berkumpul," Jin Shui berkata. "Aku hanya tahu, kami masing-masing pewaris mempunyai tenaga dalam para pelindung terakhir Yumen, kami pernah bertemu sepuluh tahun yang lalu, dan bisa dikatakan kami mempunyai nasib yang serupa. Bisa jadi, kami juga hanya akan berkumpul dan menjadi teman baik tanpa membangkitkan kembali aliran apa pun."

"Benar juga, Yumen adalah sebuah ajaran," sahut Xu Qiao sambil tersenyum, "hanya delapan pewaris tanpa mencari pengikut atau menyebarkan ajaran apa pun, rasanya tidak perlu dikhawatirkan."

Mereka meneruskan berjalan kaki meninggalkan pegunungan, tidak lama sudah tiba di jalanan besar. Saat itu tengah hari sudah lewat, Jin Shui mengajak Xu Qiao beristirahat di sebuah kedai kecil di tepi jalan sebelum meneruskan perjalanan.

Keduanya baru meminum secangkir teh ketika datang seorang lelaki tua berpakaian kumal, rambut dan jenggotnya semua sudah berwarna putih, badannya terbungkuk-bungkuk, seolah seorang yang sudah sangat tua.

Si kakek itu mendekati mereka dan duduk tidak jauh, tongkat bambunya diletakkan di samping meja begitu saja. Xu Qiao sempat melihatnya sekilas, Jin Shui memperhatikan sedikit lebih lama, Sebuah tongkat bambu berwarna hijau yang kelihatannya biasa saja, namun bahannya sangat baik, di bagian tengah ada sederet ukiran huruf kecil yang tidak terbaca. Diam-diam ia memperhatikan si kakek, wajah di balik jenggot putihnya tidak setua yang seharusnya, kedua matanya masih sangat segar, langkahnya barusan juga tidak bersuara, ketukan tongkatnya pun tidak terdengar. Jin Shui pernah melihat tongkat bambu serupa berada di tangan Zhulin Shen Jian Zhong Shao Yan, ketua Jianyin Bang yang sekarang, hanya tongkat bambu ini lebih kecil dan lebih menyerupai batang bambu biasa.

"Xiaoer, lekas sediakan makanan untuk tuan besarmu!" si kakek tiba-tiba berteriak. Suaranya terhitung keras bagi orang yang sudah lanjut usia. Para tamu kedai yang lain memandang ke arahnya, nampak terganggu. Xu Qiao kembali meminum tehnya ketika merasakan si kakek melihat ke arahnya dengan tatapan aneh.

Jin Shui mengetahui orang memperhatikan gadisnya, ia merasa kurang senang, sekaligus juga penasaran dengan identitas si kakek. Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya, menghentakkan kaki satu kali dengan ringan, dan membuat meja tempat si kakek berada bergetar. Arak yang baru saja disajikan tumpah, dan tongkat bambu terjatuh. Si kakek cepat hanya sempat menangkap tongkatnya, tidak keburu menghindari tumpahan arak yang keburu membasahi pakaiannya.

"Bocah busuk, tenagamu boleh juga," kakek itu langsung memandang ke arah Jin Shui, pemuda dengan wajah kehitaman seperti seorang yang punya penyakit, akan tetapi bisa bersama seorang anak gadis yang cantik manis, sungguh tidak serasi.

"Laorenjia, aku tidak tahu apa yang Anda bicarakan," Jin Shui menyahut datar saja. "Aku dan nona ini hanya menikmati teh disini, tidak mengganggu siapa pun."

"Nona ini apamu?" si kakek menanya lagi, ia berdiri tegak dan sudah tidak bungkuk, jelas sekali masih tegap dan kuat.

"Dia kawan baikku," Xu Qiao yang menjawab.

"Kau nona cilik yang berkelahi dengan Jiuwei Bian Zhou Xiang Nu beberapa hari yang lalu di Wuzhang," si kakek kembali berkata, "dan dia adalah pengemis yang membantumu merebut cambuk sembilan ruas."

"Mungkin benar seperti itu," Xu Qiao menyahut santai, "aku tidak begitu ingat."

"Seorang kawanku ada mengenali pengemis yang tempo hari membantu Anda sebagai orang yang pernah melakukan pembantaian di Wansui Gu sekitar tiga tahun yang lalu," si kakek kembali berkata. "Orang itu menggunakan ilmu dari aliran Yumen yang sudah lama musnah, banyak yang kemudian menyebutnya sebagai Yumen Mo Wang (Raja Iblis Yumen)."

"Yumen Mo Wang?" Xu Qiao menanya, tanpa terasa melihat ke arah Jin Shui. Jin Shui ada memberitahukan padanya bahwa tiga tahun yang lalu memang dia ada pergi ke Wansui Gu demi meminta penawar racun zixie dan zhaobai pada Zhou San Gong dan gurunya Zeng Bai Feng, akan tetapi dihadang oleh para pengikutnya dan terpaksa membunuh. Hal ini rupanya tersiar sampai ke Wuzhang.

"Kabar dalam dunia persilatan menyebut bahwa Yumen Jiao masih menyisakan sejumlah pewaris yang hendak membangkitkan kembali aliran mereka," si kakek kembali berkata. "Xu Guniang apakah pernah mendengar mengenai ini?"

Xu Qiao bukan seorang yang pandai berdusta dan menutupi segala sesuatu, sesaat itu jawaban pertanyaan si kakek langsung terbaca jelas di raut mukanya. Jin Shui bangkit berdiri, mengambil bungkusan berisi pedang xuanlong yang tergantung di punggungnya, dan bersiap mengerahkan tenaga dalam pemberian Mo Ying.

"Yue Long Dai!" suara teriakan seseorang terdengar sebelum Jin Shui membongkar identitasnya, dari arah utara muncul sejumlah orang yang mengenakan pakaian berwarna serupa, di tangan masing-masing tergenggam sebilah tongkat bambu yang sama seperti yang dibawa si kakek. Orang yang paling depan merupakan seorang pria setengah umur bertubuh sedang, dialah yang barusan berteriak. Jin Shui mengenalinya sebagai ketua Jianyin Bang, Zhulin Shen Jian Zhong Shao Yan, sekali ini datang bersama para pengikutnya.

Si kakek melompat meninggalkan Jin Shui dan Xu Qiao, akan tetapi belum lagi meninggalkan tempat itu karena keburu dihadang dan dikurung oleh orang-orang bertongkat bambu, pertarungan sebentar saja sudah terjadi.

Xu Qiao menyentuh tangan Jin Shui dengan halus, menggeleng pelahan untuk memintanya menahan diri. Jin Shui kembali menyimpan pedang xuanlong di punggungnya, mencari kesempatan untuk menyelinap pergi demi menghindari perkelahian yang tidak perlu.

Diantara orang-orang Jianyin Bang nampak pemuda tampan yang ada hadir bersama Zhong Shao Yan di Huofeng Lou tiga tahun yang lalu. Murid utama dan juga bangzhu muda Jianyin Bang, Han Bu Dian. Han Bu Dian segera mengenali Xu Qiao, agaknya juga mengenali kawan yang bersamanya. Ia mengawasi dengan ketat, membuat Jin Shui tidak bisa beranjak dari tempatnya.

Untuk beberapa saat mereka menyaksikan si kakek yang menghindar kesana kemari, tidak peduli meski beberapa kali terkena pukulan tongkat bambu lawan. Kakek itu juga menggunakan jurus-jurus khas Jianyin Bang, hanya setiap gerakannya tidak beraturan dan tidak terlatih dengan sempurna. Gerakannya seperti orang sinting, meski sudah kena hajar tetapi tidak pernah menggunakan kesempatan memukul balik lawan-lawannya.

Zhong Shao Yan nampak tidak sabaran, ia menarik ujung tongkat bambunya. Tongkat bambu yang nampak biasa itu rupanya adalah sebuah pedang tipis panjang, ujung yang ditarik oleh pemiliknya merupakan gagang pedang. Pedang keluar dari sarung, maka Zhong Shao Yan lantas memainkan jurus yang dikenali Xu Qiao sebagai salah satu zhu lin jian shu (jurus pedang hutan bambu) yaitu shen lin feng bao (angin badai di tengah hutan).

Ilmu ini merupakan salah satu ilmu milik si dewa pedang Zhang Zhe Liang, gurunya Zhong Shao Yan. Masing-masing murid Liang Tian Jian Shen memiliki kemampuan berbeda, yang paling dikuasai oleh Zhong Shao Yan adalah zhu lin jian shu. Jurus-jurus pedang yang sederhana, dalam penggunaannya memerlukan kecepatan dan hanya mengandalkan kelincahan saja. Menghadapi musuh berat tentu saja tidak akan banyak gunanya, tetapi jika hanya demi menghajar seorang Yue Long Dai yang setengah sinting itu sudah jauh dari cukup.

Zhong Shao Yan sebentar saja sudah berhasil merebut selembar kulit muka palsu dan rambut putih dari si kakek setengah sinting, menampakkan wajah asli si kakek setengah sinting sebagai seorang pemuda berusia sekitar dua puluh lima tahunan, wajahnya bandel dan matanya jeli.

"Tua bangka keparat!" pemuda itu, Yue Long Dai, berteriak ke arah Zhong Shao Yan, "ketua Jianyin Pai yang terhormat, hanya tahu menindas yang lebih muda. Apa tidak takut ditertawakan oleh seluruh dunia?"

"Siapa pun tahu kau adalah adik seguru keenamku, aku menghajarmu juga sudah semestinya," balas Zhong Shao Yan. "Kau sudah membuat kekacauan di markas Jianyin Bang, membakar gudang, merusak papan nama, aku menindakmu juga sudah seharusnya."

Ia membuang penyamaran Yue Long Dai, kemudian kembali menyerang dengan pedang di tangannya, tidak hendak membunuh tetapi jelas sekali akan membuatnya kehabisan nafas hanya dalam beberapa gebrakan saja. Yue Long Dai sungguh kewalahan, dua kali wajahnya terkena sambaran pedang si Zhulin Shen Jian, tidak sampai mengeluarkan darah tetapi nampak memerah.

Jin Shui melihat jurus terakhir yang digunakan oleh Zhong Shao Yan sedikit mirip dengan cara orang berbaju hitam misterius melukai suami istri Huang Wei Qun tiga tahun yang lalu. Luka yang mengiris kulit luar sedemikian tipis sehingga tidak mengeluarkan darah, akan tetapi mengenai bagian dalam dengan lebih telak. Hanya saja serangan pada suami istri Huang Wei Qun tiga tahun lalu adalah serangan mematikan, sedangkan sekali ini hanya untuk memberi pelajaran.

Aneh sekali, pikir Jin Shui, Jianyin Bang adalah aliran lurus bersih dan selama ini terkenal sangat mengutamakan jiwa ksatria, bagaimana mungkin bisa mempunyai jurus yang demikian kejam.

Zhong Shao Yan sudah merasa cukup memukul orang, ditotoknya jalan darah lumpuh Yue Long Dai hingga tidak bisa bergerak lagi. Wajah si pemuda sudah kotor, masih ditambah satu bekas pukulan yang langsung matang membiru. Darah mengalir sedikit dari sudut bibirnya, pukulan Zhong Shao Yan barusan jelas bukan main-main.

"Bawa dia pulang ke markas, kurung di kamarnya," Zhong Shao Yan memberi perintah pada para pengikutnya. Yue Long Dai segera dibawa pergi, Han Bu Dian terus mengawasi Xu Qiao dan Jin Shui.

"Xu Guniang," ia berkata kemudian, "jarang sekali Anda bisa berkunjung ke Wuzhang. Mungkin, bisa mampir sejenak ke markas Jianyin Bang kami."

Zhong Shao Yan tidak jadi mengikuti orang-orangnya membawa pergi Yue Long Dai, ia ikut berpaling pada Xu Qiao berdua, tidak mengenali mereka.

"Shifu, nona ini adalah putri kelima majikan Huofeng Lou di Anhui, Xu Qiao, Xu Guniang," Han Bu Dian memperkenalkan pada gurunya.

"Anda pasti adalah nona kelima," Zhong Shao Yan berkata, "aku ada beberapa kali mengunjungi Huofeng Lou, akan tetapi tidak pernah bertemu langsung dengan putri-putri Xu Louzhu."

"Zhong Bangzhu," Xu Qiao menyapa, "Han Dage."

"Xu Guniang apakah tidak ingin memperkenalkan kawan Anda?" Han Bu Dian menanya. Yue Long Dai dalam penyamaran sebagai kakek tua tadi ada menyebut seorang kawan mengenali Jin Shui sebagai Yumen Mo Wang. Dilihat dari cara si bangzhu muda memperhatikan Jin Shui, kawan yang dimaksud bisa jadi sudah memberitahukan pada Han Bu Dian juga.

"Dia adalah Hua…." Xu Qiao agak ragu memperkenalkan, akan tetapi ia juga tidak bisa berdusta begitu saja.

"Aku adalah Hua Jin Shui," Jin Shui menyahut terang-terangan, tidak berminat menutupi identitas. "Xu Guniang dan aku, memang hendak mengunjungi markas Jianyin Bang."

"Hua Jin Shui," Zhong Shao Yan mengulangi nama ini, seperti pernah mendengar. Hanya karena ia bukanlah seorang yang terlalu pandai, maka ia tidak ingat nama Hua Jin Shui pernah disebutkan oleh Bao Xin Fei di Huofeng Lou tiga tahun yang lalu saat menanyai Huang Yu mengenai pewaris Yumen.

"Hua Shaoxia," Han Bu Dian saat itu juga berada di Huofeng Lou, ia masih ingat, hanya ia tidak ingin langsung menunjukkan. "Hua Shaoxia jika tidak keberatan, bisa tinggal di markas Jianyin Bang kami beberapa hari."

Jin Shui agak ragu. Ia berencana menemui pewaris Shui Yao di markas Jianyin Bang, undangan dari Han Bu Dian sebenarnya adalah kesempatan baik. Akan tetapi orang sudah mencurigai identitasnya, bisa saja undangan ini hanya jebakan.

"Muridku ini suka berkawan dengan siapa saja, kalian jangan keberatan," Zhong Shao Yan ikut berkata. "Markas Jianyin Bang kami sudah beberapa lama tidak kedatangan tamu dari kaum muda, agaknya dia sudah mulai merasa bosan."

"Undangan dari Bangzhu dan Shaobangzhu, tentu saja kami tidak enak menolak," Jin Shui menyahut. "Kalau begitu terpaksa merepotkan."

Zhong Shao Yan sudah mendahului mereka menyusul para pengikut lainnya, ia nampak melampiaskan kekesalan dengan memarahi Yue Long Dai, entah apa saja yang dikatakan olehnya. Han Bu Dian mengajak Xu Qiao berdua mengikutinya.

"Han Dage, pemuda itu adalah adik seguru keenam gurumu, berarti dia adalah paman gurumu," Xu Qiao berkata pada Han Bu Dian, mengalihkan perhatiannya dari Jin Shui. "Mengapa dia seperti itu? Mereka saudara seguru, tetapi mengapa tidak rukun?"

"Liushishu (paman guru keenam) diangkat murid oleh kakek guruku pada saat usianya masih sangat muda," sahut Han Bu Dian, "kakek guru kemudian menyerahkannya pada guruku untuk diasuh dan dididik. Liushishu sepertinya tidak suka dengan pengaturan ini dan selalu ingin pergi bersama kakek guru. Guruku sendiri orangnya tidak sabaran," ia merendahkan suaranya sedikit, "maka lama-kelamaan, hubungan mereka dua saudara seguru seperti ini."

"Rupanya begitu," sahut Xu Qiao, "kalau begitu yang dikatakan Zhong Bangzhu mengenai dia membakar gudang dan merusak papan nama itu benar adanya?"

"Hanya kerusakan kecil," sahut Han Bu Dian, agaknya tidak ingin menceritakan yang sebenarnya. "Besok juga mereka dua saudara seguru juga sudah baik."

Ia berpaling pada Jin Shui, hendak menanyakan sesuatu akan tetapi belum lagi membuka mulut.

"Han Dage, beberapa hari yang lalu Jiuwei Bian Zhou Xiang Nu ada mencarimu di Wuzhang," Xu Qiao kembali berkata padanya. "Bagaimana kau bisa berselisih dengan anak perempuan penguasa Wansui Gu?"

"Zhou Xiang Nu sepertinya datang mencari orang itu," sahut Han Bu Dian.

"Orang itu siapa?" tanya Xu Qiao lagi.

"Sejak beberapa bulan terakhir di Kota Wuzhang ada seorang pembunuh misterius," Han Bu Dian menyahut sambil melihat ke arah Jin Shui. "Identitasnya tidak diketahui, pada malam hari dia mengenakan pakaian serba hitam, wajahnya pun ditutup, orang-orang menyebutnya sebagai Yumen Mo Wang. Yang menjadi korbannya adalah orang-orang yang sedang sial, semuanya tewas dengan ciri yang sama seperti yang terbunuh di sekitar Wansui Gu sekitar tiga tahun yang lalu."

Lagi-lagi nama Yumen. Xu Qiao terdiam sesaat, ia tidak tahu bagaimana memancing Han Bu Dian memberitahu lebih banyak tanpa melibatkan Jin Shui.

"Ciri seperti apa?" Jin Shui yang menanya.

"Tulang-tulang mereka hancur," sahut Han Bu Dian, "kabarnya ini adalah salah satu ciri orang melatih tingkatan kedua ilmu andalan Yumen Jiao, wuqing xue."

Xu Qiao hanya pernah melatih tingkatan pertama wuqing xue, dengan sendirinya tidak tahu cara melatih tingkatan kedua. Jin Shui yang paling jelas mengetahui, hanya ia tidak bisa secara langsung menanya pada saat ini. Namun begitu ia tahu Jin Shui sudah menguasai wuqing xue sampai tingkat empat, tidak mungkin masih melatih tingkatan kedua. Siapa pun pembunuh itu, dia bukan Jin Shui.

"Pembunuhan di Wuzhang ini terjadi setiap sepuluh hari dan korbannya sudah belasan, membuat resah pejabat kota sehingga meminta bantuan pada Jianyin Bang kami," Han Bu Dian berkata lagi. "Belakangan kami baru mengetahui, Yumen Mo Wang yang muncul di Wansui Gu sekitar tiga tahun yang lalu menggunakan senjata sebilah pedang yang berat dan tajam, sedangkan Yumen Mo Wang yang ini tidak mempunyai senjata serupa. Yumen Mo Wang yang asli tenaganya sangat kuat sehingga orang yang ilmunya rendah badannya hancur berantakan, tetapi yang palsu ini sengaja menghancurkan tulang mereka untuk melatih ilmu sesat."

"Palsu?" tanya Xu Qiao.

"Kemungkinan hanya penjahat kecil yang menirukan, atau orang yang mencuri belajar wuqing xue entah darimana," sahut Han Bu Dian, "atau mungkin juga, kabar mengenai pewaris Yumen yang belakangan muncul dalam dunia persilatan adalah benar adanya." Ia sekali lagi melihat ke arah Jin Shui.

"Lalu apa hubungannya dengan Jiuwei Bian Zhou Xiang Nu?" Xu Qiao menanya lagi, mengalihkan perhatiannya.

"Yumen Mo Wang palsu ini juga ada menggunakan senjata jarum rahasia milik Wansui Gu, honglong chen," sahut Han Bu Dian. "Jika dugaanku tidak salah, dia mencurinya dari Wansui Gu, dan putrinya Zhou San Gong itu mengejarnya sampai kemari."

"Zhou Xiang Nu tahu kasus ini sedang diurus olehmu, lalu dia hendak menemuimu untuk menanyakan," tebak Xu Qiao. "Lalu Yumen Mo Wang palsu itu, apakah sudah tertangkap? Atau kalian sudah berhasil menemukannya?"

"Dia akan beraksi lagi besok malam, dan kami sudah mengatur rencana untuk menjebak," sahut Han Bu Dian, "sekali ini, dia tidak akan bisa lolos."

Hari sudah gelap ketika mereka tiba di markas Jianyin Bang, namun semua penerangan sudah dinyalakan dan keadaan nampak ramai. Sejumlah orang berkumpul di halaman depan, sebagian besar berbaris rapi. Bukan hanya anggota partai, tetapi masih ada lagi sekelompok orang asing berbaju gelap, sebagian merupakan lelaki bertubuh tinggi tegap, sebagian lainnya perempuan yang menyamar. Agaknya ada tamu yang berkunjung.

Di tengah halaman depan itu juga ada sebuah kereta kuda, meski tidak nampak mewah namun jelas sekali merupakan sebuah kereta yang bagus dengan dua kuda terbaik. Tirai penutup kereta belum terbuka, agaknya yang berada di dalam adalah seorang tamu agung.

"Bangzhu, mereka datang untuk menemui Anda," seorang anggota Jianyin Bang menghampiri Zhong Shao Yan sambil menyerahkan sebuah plat nama, agaknya berisi identitas tamu yang datang.

Zhong Shao Yan menerima plat nama itu, air mukanya berubah kaget, juga menampakkan kecemasan. Ia lekas meminta para pengikutnya mempersiapkan si yuan feng (bangunan taman barat), kemudian menghampiri kereta kuda dengan langkah lebar.

Kusir kereta turun. Ia seorang yang mengenakan baju panjang warna hitam dari bahan yang baik, di tangannya tergenggam sebuah fochen (kebutan). Seharusnya ia adalah seorang pria, namun wajahnya putih pucat dan halus bukan main, gerak-geriknya lembut dan gemulai sehingga menyerupai anak gadis. Xu Qiao baru sekali ini melihat orang yang seperti ini.

"Seorang taijian (kasim)," Jin Shui berbisik padanya. "Orang Yi Wangfu."

"Orang Yi Wangfu?" tanya Xu Qiao, hampir menyebut kata pewaris Shui Yao seperti yang sudah disebutkan Jin Shui beberapa waktu yang lalu. "Bagaimana bisa orang Yi Wangfu mengenal ketua Jianyin Bang?"

"Aku juga tidak tahu," sahut Jin Shui. "Ini sedikit diluar dugaan."

Xu Qiao hendak menanya pada Han Bu Dian, akan tetapi orangnya sudah pergi mendampingi Zhong Shao Yan menerima tamu.

Kasim muda yang menemui Zhong Shao Yan membungkukkan badan dalam-dalam padanya. Yue Long Dai yang masih ditahan oleh anggota Jianyin Bang ternganga melihat pemandangan ini. Bahkan orang istana pun begitu segan pada kakak seguru yang tidak disukainya, ia merasa sangat tidak terima.

"Zhong Bangzhu, junzhu ingin bertemu dengan Anda," si kasim muda berkata dengan nada suara ditekan.

"Junzhu mengapa bisa sampai ke markas Jianyin Bang kami?" Zhong Shao Yan bertanya.

"Zhong Dashu," terdengar suara lembut seorang anak gadis sungguhan dari dalam kereta. Detik berikutnya pemiliknya melangkah turun dengan dipapah oleh seorang pelayan muda yang selalu menundukkan kepada. Tuan putri itu usianya kurang lebih sama dengan Xu Qiao, mengenakan pakaian serba putih dan tidak memakai perhiasan seperti sedang berkabung, badan kecilnya nampak sedikit gemetaran. Yang paling aneh, kedua matanya ditutup dengan sehelai kain putih seperti sedang mengalami cidera. Jelas ia tidak bisa melihat.

Yue Long Dai melihat si tuan putri kecil itu turun dari kereta, seketika pandangannya tertuju padanya tanpa sedikit pun berkedip. Liu Xin seorang gadis muda yang cantik, kulitnya halus seperti porselen, pipinya sedikit merona, gerak-geriknya juga lembut dan menarik, bahkan kain yang menutupi kedua matanya membuatnya nampak semakin anggun. Beberapa anggota Jianyin lekas Bang memalingkan kepala dan tidak berani melihat lebih lama.

"Zhong Dashu, aku datang meminta bantuan," si tuan putri itu berkata, "bicara diluar sepertinya kurang leluasa."

"Junzhu, silakan masuk," Zhong Shao Yan lekas berkata. "Kita bicara di dalam saja."

Mereka masuk ke dalam ruang utama. Hanya Han Bu Dian dan beberapa pengawal utama Jianyin Bang yang menyertai Zhong Shao Yan di dalam, sisanya berjaga di depan pintu. Yue Long Dai dibawa pergi, Jin Shui dan Xu Qiao juga diantarkan ke tempat yang sudah disediakan untuk mereka.

"Apa? Lao Du Xie datang ke ibukota?" hanya suara Zhong Shao Yan ini yang terakhir kali cukup terdengar oleh Jin Shui.

Anggota Jianyin Bang mengantarkan Jin Shui dan Xu Qiao ke bagian timur markas, ke sebuah kompleks bangunan terpisah dengan sebuah gedung bertingkat di tengahnya. Gedung itu merupakan tempat menerima tamu, mempunyai banyak kamar seperti sebuah penginapan. Karena Jin Shui dan Xu Qiao bukan suami istri, maka dua kamar terpisah disediakan untuk keduanya. Sejumlah pelayan juga sudah menyiapkan makan malam di ruangan utama gedung bertingkat.

"Hua Shaoxia, Xu Guniang, jika masih ada perlu, boleh disampaikan pada pelayan disini," anggota Jianyin Bang yang mengantarkan mereka bernama Yang Biao, seorang pemuda seumur Han Bu Dian, merupakan adik seguru ketiganya. "Shifu dan dashixiong hari ini ada menerima tamu, belum bisa menjamu kalian. Disini tidak perlu sungkan, dahulu Xu Louzhu, ayah Xu Guniang juga beberapa kali berkunjung kemari."

Yang Biao meninggalkan mereka. Pelayan menghidangkan juga arak berbau harum. Sungguh orang Jianyin Bang ini tidak pelit menjamu tamu.

"Jin Shui Gege, kita datang kemari demi menemui adik kecilmu, bagaimana kita akan menemui dia tanpa diketahui oleh Zhong Bangzhu?" Xu Qiao menanya pelan pada Jin Shui setelah para pelayan juga meninggalkan mereka. "Zhong Bangzhu seharusnya tidak tahu bahwa junzhu itu adalah satu dari delapan pewaris Yumen, bagaimana caranya agar dia tetap tidak tahu?"

"Entahlah," sahut Jin Shui, agaknya ia juga tidak menduga pewaris Shui Yao datang dengan keadaan seperti sekarang. "Sudah sepuluh tahun aku tidak mendengar kabar mengenai Liu Xin Meimei. Jika Huang Yu ada disini, dia bisa memberitahukan lebih banyak."

"Aku ingin mengetahui apa yang dibicarakan oleh junzhu itu dengan Zhong Bangzhu," Xu Qiao berkata, "apa perlu kembali ke aula utama sana dan mendengarkan diam-diam? Mereka sepertinya ada menyebut nama majikan Wansui Gu."

"Disini ada makanan dan arak, aku lebih suka menunggu disini," Jin Shui berkata sambil tersenyum. Ia sudah menuang secawan arak dan menegaknya dengan santai.

"Eh, waktu itu aku yang terkena racun tidak boleh minum arak, kenapa kau boleh?" Xu Qiao menanya penasaran.

"Masa kerja racun sudah lama lewat, dengan sendirinya sudah tidak perlu menghindari sinar matahari, arak, atau apa pun," sahut Jin Shui. "Qiao-er, tiga tahun yang lalu ketika aku menyusup ke Huofeng Lou, aku ada mendengar Bao Xin Fei menyebut nama Hua Jin Shui di hadapan Zhong Shao Yan dan muridnya Han Bu Dian itu. Hari ini aku menyebut nama, sepertinya Zhong Shao Yan tidak ingat. Han Bu Dian jelas sekali belum lupa, akan tetapi dia tidak langsung membongkar."

"Dia mengetahui bahwa kau adalah orang Yumen?" Xu Qiao menanya pelan. "Jin Shui Gege, kalau begitu kita tidak boleh terlalu lama disini."

"Dia tidak membongkar identitasku di hadapan gurunya dan orang-orang Jianyin Bang, kurasa kita tidak perlu khawatir," sahut Jin Shui. "Paling banyak dia akan segera kembali kemari menemuimu dan mengawasi aku setidaknya sampai besok malam saat Yumen Mo Wang pembunuh itu muncul lagi."

"Jin Shui Gege," Xu Qiao nampak tidak tenang.

"Lekas beritahukan padaku, Zhong Shao Yan dan muridnya itu kenapa sepertinya guru yang tidak pandai mendapat murid yang sedemikian baik," Jin Shui berkata.

"Zhong Bangzhu adalah murid ke empat Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, kurasa kau juga pernah mendengar," Xu Qiao berkata kemudian. "Dia mendapatkan kedudukan sebagai ketua Jianyin Bang dari gurunya secara tidak langsung."

"Ehm," sahut Jin Shui. Ia mulai menikmati hidangan yang sudah disajikan.

"Lebih dari sepuluh tahun yang lalu ketika Liang Tian Jian Shen pergi ke markas Yumen kalian untuk bertanding dengan ketuanya yang waktu itu, dia ada membawa murid pertama dan kedua. Murid pertama Gang Jiao Daxiong (Si Pendekar Kaki Besi) Zhang Xiang Hui kemudian juga meninggal bersamanya di Wansui Gu," Xu Qiao berkata. "Murid kedua waktu itu terluka parah dan kemudian lumpuh, kemudian dibawa ke Huofeng Lou kami dan ayahku membiarkannya tinggal di daxian ke."

"Xie Tian Hu itu adalah murid kedua?" tanya Jin Shui. "Kau memanggilnya Xie-shu, dan dia tiga tahun yang lalu juga terbunuh di Huofeng Lou, dan salah satu dari tujuh peti mati itu berisi jenasahnya."

"Benar," sahut Xu Qiao. "Kau juga tahu ayahku berkawan dengan murid-murid Liang Tian Jian Shen. Saat Xie-shu terluka parah, ayahku berusaha menemukan tabib terbaik dan obat paling manjur, merawatnya sampai sembuh. Hanya saja, sejak itu Xie-shu tidak bisa berjalan lagi dan dengan sendirinya tidak bisa menjadi ketua Jianyin Bang."

"Jika demikian kedudukan Jianyin Bang Bangzhu seharusnya jatuh pada murid ketiga," kata Jin Shui pula.

"Murid ketiga adalah seorang wanita, sudah menikah dan sejak lama tidak mencampuri urusan dunia persilatan, dengan sendirinya yang berhak menduduki posisi ketua Jianyin Bang selanjutnya adalah murid keempat, Zhong Shao Yan Bangzhu," kata Xu Qiao. "Hanya saja, Zhong Bangzhu adalah seorang yang sederhana pemikirannya, bisa dikatakan kurang cerdas. Dia juga tahu tidak punya kemampuan cukup untuk menjadi ketua Jianyin Bang yang baik."

"Dia menduduki posisi ketua ini sampai bisa memberikan pada muridnya, Han Bu Dian," tebak Jin Shui.

"Zhong Bangzhu entah mendapatkan murid ini darimana tidak ada yang tahu, akan tetapi sejak dulu ia menaruh harapan besar," kata Xu Qiao. "Han Dage itu adalah seorang yang cerdas, daya ingatnya sangat baik, pada waktunya pasti bisa lebih unggul dari gurunya. Maka Zhong Bangzhu sejak dulu memberikan semua kitab peninggalan Liang Tian Jian Shen pada murid ini agar bisa belajar sendiri."

"Kau mengenal dia cukup baik," kata Jin Shui. "Apakah dia bisa dibilang sebagai seorang kawan masa kecil?"

"Ha?" Xu Qiao agak gugup, menyadari Jin Shui menunjukkan kecemburuan. "Kau juga tahu gurunya dan ayahku dahulu adalah kawan baik, dan mereka ada beberapa kali datang ke Huofeng Lou kami."

"Xu Guniang apakah sedang membicarakan zaixia?"

Han Bu Dian sudah hadir di ruangan itu, langsung mendekati Jin Shui berdua dan mengambil tempat duduk. Tanpa ragu ia juga mengambil cawan dan menuang arak, bersikap santai seolah Jin Shui juga adalah kawan lama.

"Han Dage, bukankah kau sedang bersama Zhong Bangzhu menemui tamu?" Xu Qiao bertanya padanya.

"Junzhu itu sedang tidak enak badan, maka shifu memintanya pergi beristirahat lebih dahulu, esok hari baru membicarakan yang perlu dibicarakan," sahut Han Bu Dian, pandangan matanya tidak lepas dari Jin Shui, seakan sedang mengawasi.

"Zhong Bangzhu bagaimana bisa mengenal seorang junzhu?" Xu Qiao menanya lagi. "Seorang junzhu, juga bagaimana bisa sampai ke markas Jianyin Bang kalian? Aku tidak ingat Jianyin Bang ada urusan dengan anggota keluarga kerajaan."

"Mengenai hal ini, aku juga belum mengetahui dengan jelas," Han Bu Dian berkata. "Liu Xin Junzhu datang kemari meminta perlindungan Jianyin Bang kami karena wangfu tempat kediamannya tidak aman lagi. Orang Wansui Gu kabarnya beberapa lama ini juga ada datang ke ibukota untuk mengacau."

"Memangnya Liu Xin Junzhu itu seperti aku, pernah membuat masalah dengan Zhou San Gong dari Wansui Gu?" tanya Xu Qiao.

"Bukan Zhou San Gong, tetapi malahan majikan tua Wansui Gu sendiri, Lao Du Xie Zeng Bai Feng," sahut Han Bu Dian.

"Seorang junzhu kecil bisa sampai menyinggung Lao Du Xie Zeng Bai Feng," kata Xu Qiao, "sungguh menarik." Diam-diam ia melirik ke arah Jin Shui, mengatakan padanya ini pasti tidak jauh dari identitas Liu Xin sebagai satu dari delapan pewaris Yumen.

"Hua Shaoxia, aku sudah meminta sejumlah anggota Jianyin Bang menyebar di seluruh kota demi bisa menemukan Yumen Mo Wang palsu itu besok malam," Han Bu Dian berkata pada Jin Shui. "Tentu aku berharap, Anda dan juga Xu Guniang bisa membantu kami."

"Urusan Jianyin Bang aku tidak enak ikut campur," Jin Shui berkata, "Xu Guniang juga adalah seorang anak gadis, tidak leluasa malam-malam ikut menangkap pembunuh. Jika besok malam kami masih disini, aku hanya bisa membantu menjaganya agar pembunuh itu tidak sampai mengusiknya."

"Hua Shaoxia sangat memperhatikan Xu Guniang, sungguh keberuntungan bagi Keluarga Xu," sahut Han Bu Dian. "Jika boleh tahu, Hua Shaoxia berasal dari aliran mana? Apakah boleh memberitahukan nama guru Anda?"

"Guruku sudah meninggal," Jin Shui menyahut singkat.

"Kalau begitu, apakah boleh mengetahui siapa ayah Anda?" tanya Han Bu Dian.

"Ibuku tidak pernah memberitahukan siapa dia," sahut Jin Shui pula, air mukanya sedikit berubah dan tidak bisa menyebutkan mengenai ayahnya.

"Maaf," Han Bu Dian sedikit merasa tidak enak. "Mengenai identitas Yumen Mo Wang palsu ini, entah apakah Xu Guniang bisa memberi petunjuk sedikit," ia berpaling pada Xu Qiao, tetapi jelas masih mengawasi setiap gerak gerik Jin Shui. "Huofeng Lou dahulu dikenal sebagai salah satu pusat informasi dunia persilatan. Seorang pembunuh yang melatih ilmu milik Yumen Jiao dengan cara sesat, mungkin Xu Guniang pernah mendengar."

"Jika ayahku masih ada, mungkin dia tahu sesuatu," sahut Xu Qiao, "hanya saja xiaomei hanya seorang gadis kecil, urusan ini tidak bisa membantu Han Dage."

Han Bu Dian jadi sedikit salah tingkah, menyadari tidak mudah memaksa Jin Shui dan Xu Qiao membongkar lebih banyak. "Sudah malam, aku akan pergi menemui guruku," ia terpaksa berkata. "Besok baru bisa berbicara lagi dengan Hua Shaoxia dan Xu Guniang."

Ia meninggalkan mereka berdua. Xu Qiao menarik nafas lega, barusan hampir saja Jin Shui membongkar identitas sebagai pewaris utama Yumen dan memulai perselisihan dengan Jianyin Bang.

"Jin Shui Gege, apakah kau mengetahui sesuatu?" ia menanya pada Jin Shui kemudian. "Yumen Mo Wang asli adalah kau, benar tidak? Pembantaian di sekitar Wansui Gu tiga tahun yang lalu seperti yang disebutkan oleh Han Dage, kau yang melakukan?"

"Benar," Jin Shui menyahut tanpa menutupi.

"Lalu yang palsu ini siapa?" tanya Xu Qiao pula.

"Palsu? Bagaimana kau yakin kalau ada Yumen Mo Wang palsu?" Jin Shui balik menanya. "Bukankah bisa saja Yumen Mo Wang palsu itu juga adalah aku?"

"Selama lebih dari delapan hari ini kau ada bersamaku, juga Huang Yu dan dua pelayannya itu, jelas kau tidak mungkin pergi ke Wuzhang membunuh orang," sahut Xu Qiao yakin. "Yumen Mo Wang palsu itu juga tidak seberapa baik kemampuannya, jika kau mana bisa sampai terlihat oleh orang Jianyin Bang."

"Aku juga ingin tahu siapa dia," kata Jin Shui. "Kami delapan pewaris meski masing-masing hanya mempunyai satu potongan kitab wuqing xue, akan tetapi kami sudah dilatih oleh para pelindung dan tidak mungkin membunuh orang untuk melatih dengan cara sesat."

Di episode ini kita mengenal lebih jauh si pewaris Meng Gui : Qin Liang Jie yang mahir memainkan senjata tombak, kini sudah menikah dan berharap bisa hidup tenang bersama istri dan anaknya, tidak berharap ditemukan oleh Jin Shui dan Huang Yu. Meski di dalam novel tidak pernah disebut secara jelas, tetapi Qin Liang Jie ini aslinya adalah putra seorang bangsawan negeri tetangga. Identitas istimewa inilah yang membuat dia dipilih oleh Meng Gui sebagai pewarisnya.

Kemudian kita berjalan2 sebentar ke markas Jianyin Bang dan bertemu lagi dengan Han Bu Dian yang sedang menyelidiki pembunuhan yang belakangan terjadi di Kota Wuzhang. Siapa pelakunya?

Xiaodiandiancreators' thoughts