webnovel

Episode 04 : Kuai Le Yi Duan (Kegembiraan Singkat)

Mereka tiba di atas bukit yang hijau. Jin Shui melihat ada sebuah gubug di antara tanaman rimbun, ia menuju kesana bersama Xu Qiao. Gubug sederhana yang letaknya terpencil, tapi nampak terawat, jelas ada orang yang tinggal disana. Jin Shui dan Xu Qiao masuk ke pekarangannya, hidung mereka segera mencium bau yang tidak sewajarnya.

"Jin Shui Gege, di atas bukit seperti ini ada orang, entah orang baik atau jahat," Xu Qiao berbisik. "Lebih baik tidak usah masuk."

"Sebentar lagi langit gelap," kata Jin Shui. "Kita tidak mungkin mencapai perkampungan terdekat sebelum orang-orang pergi tidur. Takutnya malam ini terpaksa harus meminta bantuan pemilik gubug untuk mengijinkan kita menumpang."

"Tapi kalau penjahat yang bersembunyi di atas gunung bagaimana?" tanya Xu Qiao pula.

"Kau tidak mencium bau di sekitar tempat ini?"

"Ada. Bau obat."

"Benar. Bau obat," Jin Shui berkata sambil melihat ke sekitar, "maka kemungkinan besar penghuni tempat ini adalah seorang tabib atau setidaknya seorang yang menekuni ilmu pengobatan."

"Jika benar obat tidak apa," kata Xu Qiao, "kalau racun bagaimana?"

"Kita bisa melepaskan diri dari Yuan Wan Cui dan Haitang Jian Pai, apa masih perlu mencemaskan tokoh berilmu tinggi yang lain?" tanya Jin Shui lembut.

"Aku tahu," kekhawatiran Xu Qiao langsung lenyap. "Jin Shui Gege adalah pewaris Yumen Jiao yang berilmu tinggi, tidak perlu takut terhadap raja neraka sekalipun."

"Nama Yumen sebaiknya tidak sembarang diucapkan," sahut Jin Shui. "Makin sedikit orang yang tahu makin baik."

Mereka mendekati gubug kecil itu, belum lagi mengetuk pintunya. Dari dalam terdengar suara teriakan seseorang dan keributan seperti ada yang sedang berkelahi. Jin Shui hendak menerjang masuk ke dalam, Xu Qiao lekas menariknya. Mereka mengintip lewat jendela yang terbuka sedikit. Di dalam gubug nampak seorang entah pria atau wanita, berpakaian sangat kumal, sedang bergulingan di lantai sambil memegangi lehernya. Meja dan kursi berantakan terkena tendangannya, sebuah mangkuk sudah pecah dan isinya berhamburan, meninggalkan kepulan asap tipis yang tidak sewajarnya.

"Jin Shui Gege," tunjuk Xu Qiao, "orang itu...."

"Dia terkena racun."

Jin Shui tidak berpikir panjang, langsung menerjang masuk ke dalam gubug lewat pintunya yang ternyata tidak dikunci, menangkap sosok yang sedang bergulingan dan kesakitan itu, menotok beberapa jalan darah di badannya untuk menghalangi penyebaran racun, kemudian berusaha menyalurkan tenaga dalam untuk membantunya. Gerakannya sangat cepat, akan tetapi ia terlambat. Dari enam lubang di wajah orang itu mengeluarkan darah kehitaman, pertanda racunnya sudah menyebar.

Orang itu rupanya adalah seorang kakek kecil yang usianya paling tidak enam puluh tahun, wajahnya keriput dan hidungnya bengkok, giginya sudah hampir tidak ada. Di pipinya ada tahi lalat besar dan di ujung dagunya ada beberapa helai jenggot putih yang tidak teratur. Xu Qiao tidak berani mendekat. Orang itu sudah ditotok jalan darahnya tetapi badannya masih bisa bergerak-gerak seperti kejang.

"Aaaah!"

Orang itu tiba-tiba saja mengerang. Tenaga yang dialirkan oleh Jin Shui berbalik, nyaris membuat pemiliknya terlempar. Jin Shui belum lagi menyadari yang terjadi, orang itu sudah terkulai jatuh di lantai, masih hidup tetapi sangat lemah. Ia berusaha untuk menggapai.

"Gagal...." ia bicara dengan susah payah. "Aku tidak... berhasil... Yan Zi... Yan Zi...."

Jin Shui memeriksanya. Nafas kakek kecil itu sudah berhenti, denyut nadinya pun tidak terasa.

"Jin Shui Gege, hati-hati," Xu Qiao mengingatkan. "Orang ini terkena racun entah apa, sebaiknya kita pergi saja."

"Orang ini mati karena racun buatannya sendiri," kata Jin Shui. "Di atas gunung yang sepi seperti ini ternyata ada yang sedang membuat percobaan racun. Sayang sekali kita datang terlambat."

"Tidak terlambat juga tidak akan bisa menolong," sahut Xu Qiao. "Orang tua ini cari mati sendiri."

"Orang yang seumur hidup berurusan dengan racun tidak akan mati karena racun sendiri," suara seseorang yang baru datang menyahut kata-kata Xu Qiao.

Detik berikutnya sepasang kaki melangkah masuk ke dalam gubug, setiap gerakannya sama sekali tidak menimbulkan suara, bahkan Jin Shui pun tidak mengetahui tanda kehadirannya, jelas sekali seorang berilmu tinggi. Seorang kakek lain yang bertubuh tinggi besar, wajahnya halus dan hanya rambut kelabunya yang menunjukkan usianya.

"Laoqianbei (senior), wanbei Hua Jin Shui menemui Anda," Jin Shui segera berdiri dan merangkapkan tangan dengan sopan. "Di atas gunung bisa bertemu dengan seorang berilmu tinggi. Entah siapa marga dan nama besar Anda."

"Aku tidak punya marga dan nama besar segala macam. Kawan-kawan lama memanggilku Lao Feng (si tua Feng). Sejak kecil aku hanya tahu mengurus tanaman, tidak perlu menyebut segala macam laoqianbei, sebut Lao Feng atau Feng Yeye (Kakek Feng) saja."

"Feng Yeye," Jin Shui memberi hormat sekali lagi. "Barusan Anda mengatakan, orang yang seumur hidup berurusan dengan racun tidak akan mati karena racun sendiri, aku kurang mengerti."

"Dia tidak akan mati," si kakek menyahut dengan santai, sebelah tangannya menuang air minum ke dalam cawan. Jin Shui belum sempat berkata apa-apa, Xu Qiao pun tidak mengira. Si kakek kecil tiba-tiba saja sudah berdiri, masih memegangi tenggorokannya, lidahnya terjulur keluar, Xu Qiao hampir saja mengira ia adalah mayat hidup.

"Zhuren, qiuxin hua (bunga sembilan hati) dan hongmu cao (rumput kayu merah) tidak bisa dicampur...."

"Minum!" Lao Feng melemparkan cawan ke arahnya. Cawan itu penuh berisi air, akan tetapi bisa melayang di udara tanpa menumpahkan setetes pun. Si kakek kecil pun menyambutnya dengan gerakan cepat, meminum isinya dengan sekali teguk, kemudian melemparkan cawan kembali ke tempat asalnya. Jin Shui melihat pertunjukan ini, segera maju dan menangkap cawan dengan ujung pedangnya yang masih terbungkus kain, lantas melemparkannya ke udara dengan gerakan yang indah. Inilah jurus yi shou tan shi (satu tangan menembak batu) yang biasa saja, biasanya dipakai untuk menyerang lawan dari jarak yang jauh. Akan tetapi tujuan Jin Shui kali ini adalah menyingkirkan cawan dari jangkauan kedua kakek itu.

Lao Feng tidak tinggal diam, lantas melompat dan berusaha menangkap cawan. Jin Shui sengaja menghalanginya dan keduanya segera saja sudah beradu tangan, beberapa kali cawan melayang jatuh, Jin Shui selalu berhasil melemparkannya kembali dengan ujung senjatanya. Lima jurus berlalu, Lao Feng nampak sekali sengaja mengalah, tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar kekuatan lawan yang masih muda ini. Ia sangat kagum.

"Jurus yang bagus."

Seruannya sedikit mengalihkan perhatian Jin Shui. Pada detik yang sama cawan melayang jatuh, segera ditangkapnya dengan menggunakan ujung lengan baju, kemudian detik berikutnya cawan itu sudah berada di tempat semula, nampaknya baik-baik saja.

"Feng Yeye, Jin Shui mengaku kalah."

Mulutnya mengatakan kalah, akan tetapi sudut bibirnya menampakkan senyum. Ia melirik ke arah cawan tadi. Benda itu sudah retak, kemudian tanpa disentuh terpecah menjadi empat bagian sama besar. Bahkan Lao Feng tidak mengira hal ini. Ia menepuk tangan dua kali.

"Anak muda, ternyata kau sangat berbakat. Aku Lao Feng sejak dulu hidup di gunung, tidak pernah menyangka di dunia ini ada orang muda yang begitu berbakat," ia memuji dengan tulus, "Laofu sungguh kagum. Sungguh kagum."

"Feng Yeye terlalu memuji," Jin Shui berkata dengan merendah, "barusan Anda terlalu mengalah, Jin Shui baru ada kesempatan."

"Xiaozi, aku sangat menyukaimu. Duduklah, kita minum arak untuk merayakan pertemuan."

Keduanya sama-sama tertawa, kemudian mengambil tempat duduk. Meja dan kursi yang berantakan sebentar saja sudah dirapikan.

"Xiaoguniang, jangan sungkan," Lao Feng berkata pada Xu Qiao. "Duduklah bersama kami. Duan Meng, ambilkan arak!"

Si kakek kecil adalah pelayannya, tidak berkata sepatah kata pun, langsung pergi ke belakang untuk mengambil arak, pengaruh racun yang diminumnya tadi sudah lenyap sama sekali. Ia kembali dengan cepat, membawa satu guci arak di tangannya, kemudian diletakkan di meja. Bau arak yang keras segera tercium saat penutupnya dibuka. Si kakek kecil menuangkan untuk Jin Shui dan Xu Qiao dengan cepat.

"Lao Yeye, Jin Shui sudah lama hanya tahu minum buzui jiu, hampir lupa bagaimana rasanya arak yang lain," Jin Shui berkata sambil mengangkat cawan di tangannya.

"Buzui jiu?" Lao Feng bertanya.

"Buzui jiu itu bukan arak sungguhan, tapi air biasa," Xu Qiao yang menjawab, "Jin Shui Gege sangat menyukai arak, sampai air biasa pun bisa dianggap sebagai arak."

"Jika ada buzui jiu sungguhan sepertinya bagus juga," Lao Feng berkata sambil tertawa.

"Bersulang!" Jin Shui langsung menghabiskan isi cawannya. Xu Qiao ikut mengangkat cawan, tetapi Lao Feng menghalanginya.

"Xiaoguniang tunggu dulu."

"Laoyeye, ada apa?" tanya Xu Qiao.

"Xiaoguniang terkena racun, jika minum arak maka racun itu akan segera bereaksi," Lao Feng berkata dengan sangat yakin. "Kalau tidak salah kau terkena dua jenis racun yang berbeda, zhaobai du dan zixie du."

"Laoyeye, bagaimana kau tahu?" tanya Xu Qiao.

Lao Feng tersenyum. Ia seorang yang sudah berpengalaman dalam urusan obat dan racun, sekali melihat air muka Xu Qiao juga sudah bisa menebak bahwa di dalam tubuh nona kecil ini ada dua jenis racun berbahaya yang setiap saat bisa merenggut nyawanya.

"Zhaobai du dan zixie du kedua macam racun ini asalnya dari Wansui Gu," Lao Feng berkata. "Zhaobai du sifatnya keras, membuat orang bisa terbakar oleh sinar matahari. Zixie du juga tidak lebih ringan, paling tidak bisa menyebabkan cacad seumur hidup. Laofu belum pernah melihat seorang yang terkena dua macam racun ini sekaigus, entah bagaimana akibatnya. Xiaoguniang, ulurkan tanganmu."

Xu Qiao memandang sekilas pada Jin Shui. Melihat Jin Shui menganggukkan kepala ia baru berani mengulurkan tangan pada si kakek. Lao Feng memeriksa nadi pada pergelangan tangannya, sebentar kemudian ia mengangguk-anggukkan kepala. Keadaan si nona tidak separah yang ia perkirakan.

"Xiaozi, kau menggunakan tenaga dalam apa untuk menolongnya?" tanyanya pada Jin Shui.

"Tenaga dalamku masih rendah, tidak bisa melenyapkan racunnya, malahan tidak sengaja memindahkan zhaobai du dalam tubuhku padanya," Jin Shui tidak ingin menyebut wuqing xue. "Feng Yeye, apakah berbahaya?"

Air muka Lao Feng berubah. "Katakan, apa hubunganmu dengan Yumen Jiao?" ia menanya pada Jin Shui.

"Aku...." Jin Shui berdiri. Si tua ini sudah mengenali asal ilmunya, tidak ada lagi yang perlu ditutupi. "Zaixia Hua Jin Shui, salah satu pewaris Yumen Jiao, sejak kecil mempelajari wuqing xue, jika saatnya sudah tiba akan bersama saudara yang lain membangkitkan kembali aliran."

"Ternyata masih ada pewarisnya," Lao Feng berkata sambil mendesah dalam. "Dugaanku tidak salah. Pasti delapan pelindung partai yang sudah mempersiapkan semua ini." Ia memandang pada Jin Shui. "Duduklah. Aku tidak punya permusuhan dengan Yumen kalian, kau tidak perlu khawatir."

Jin Shui duduk kembali. Nama Yumen terpaksa disebut, ia lebih berwaspada. Orang tua di hadapannya ini ia tidak kenal, juga tidak bisa segera menebak identitasnya. Sempat terpikir satu nama, tetapi segera disingkirkannya. Majikan besar Wansui Gu, Lao Du Xie Zeng Bai Feng, tidak mungkin berada di gunung sepi ini berdua dengan seorang pelayan tua dan meramu obat.

"Sepuluh tahun yang lalu setelah pertarungan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang dan ketua Yumen Tong Jian Lei Shen Wu Yao Wei, berbagai aliran dalam dunia persilatan di bawah aliansi tiga partai besar berhasil menghancurkan Yumen Jiao. Sejak itu namanya tidak banyak disebut lagi dalam dunia persilatan," Lao Feng berkata pula, tidak ada nada permusuhan ketika menyebut nama Yumen Jiao. Nampaknya ia hanya seorang tukang obat biasa yang jarang turun gunung. "Sebuah aliran besar hancur tanpa sisa, dugaanku seharusnya tidak semudah itu. Ternyata para pelindung partai sudah mempersiapkan pewaris."

"Benar," Jin Shui mengakui, "waktu itu Liang Tian Jian Shen masih berjaya, anak murid dan pendukungnya sangat banyak, delapan pelindung partai sudah tahu tidak akan bisa lolos, maka mereka lantas mempersiapkan kami. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kembali aliran suatu saat nanti, juga membalas dendam pada Liang Tian Jian Shen dan aliansi tiga partai besar."

"Aliansi tiga partai besar itu, salah satunya adalah Haitang Jian Pai, benar tidak?" tanya Xu Qiao. "Yang dua lainnya, satu di bawah Keluarga Lin dari Wuling, dan satu lagi adalah sebuah perkumpulan yang berpusat di Nanyang. Murid-muridnya Liang Tian Jian Shen dari partainya sendiri, yaitu Jianyin Bang (Partai Tapak Pedang) malahan tidak ikut serta."

"Xiaoguniang ternyata juga mempunyai pengetahuan mengenai tokoh dan aliran dalam dunia persilatan," Lao Feng berkata pada Xu Qiao. "Benar, memang waktu itu ada aliansi tiga partai yang menganggap Yumen sebagai musuh. Liang Tian Jian Shen semula hendak mendamaikan semuanya, hanya saja setelah pertarungan dengan ketua Yumen dia terluka parah dan tidak berdaya menghalangi yang selanjutnya terjadi. Yang kutahu, Liang Tian Jian Shen kemudian meninggal tidak lain adalah karena salah seorang muridnya berkhianat."

"Laoyeye, kau salah," Xu Qiao menyela. "Liang Tian Jian Shen setelah pertarungan dengan ketua Yumen Jiao itu memang terluka parah, memberi kesempatan pada musuhnya yang lain untuk bertindak. Dia tidak dikhianati muridnya, tapi dibunuh oleh musuhnya itu."

Lao Feng memandangnya, nampak penasaran. "Siapa musuh Liang Tian Jian Shen?" ia menanya.

"Lao Du Xie Zeng Bai Feng," sahut Xu Qiao "Liang Tian Jan Shen pergi ke Wansui Gu dalam keadaan terluka parah setelah pertarungan itu. Tidak tahu apa yang terjadi di Wansui Gu, tiba-tiba sudah tersiar berita kematiannya. Selanjutnya beliau tidak pernah muncul lagi di dunia persilatan dan semua orang percaya berita kematian itu benar adanya."

Lao Feng tertawa.

"Xiaoguniang, kalau kau juga berpikir bahwa Liang Tian Jian Shen tewas di tangan Zeng Bai Feng dan tidak dikhianati muridnya, maka anggap saja dia tewas di tangan Zeng Bai Feng dan tidak dikhianati muridnya," katanya. Kemudian ia kembali berpaling pada Jin Shui. "Jin Shui, wuqing xue adalah ilmu yang sifatnya mengikuti hati pemiliknya. Kau menggunakan tenaga dalam untuk menolong xiaoguniang ini sudah benar, akan tetapi masih belum cukup untuk menyapu bersih semua racunnya."

"Laoyeye, apakah aku akan mati?" Xu Qiao bertanya.

"Hidup pun tidak akan lebih baik daripada mati," si kakek menyahut. "Zhaobai du dan zixie du berkumpul, dalam tiga hari mungkin kau tidak akan merasakan akibatnya. Akan tetapi setelah lewat tiga hari maka kedua racun ini pelan-pelan baru bereaksi. Jika terkena arak, maka reaksinya akan lebih hebat lagi."

"Feng Yeye seorang yang menguasai ilmu pengobatan, mestinya ada cara," Jin Shui berkata.

"Sementara paling-paling hanya bisa menggunakan wuqing xue untuk menahannya," sahut Lao Feng. "Orang yang menguasai wuqing xue tingkat ke delapan baru bisa memusnahkan semua racunnya."

"Jin Shui baru menguasai sampai tingkat tiga. Feng Yeye, apakah tidak bisa?" tanya Xu Qiao.

"Baru menguasai sampai tingkat ketiga bukan berarti tidak ada harapan. Hanya saja akan memerlukan waktu lebih lama," kata Lao Feng.

"Berapa lama?" Xu Qiao bertanya.

"Mungkin, sekitar tiga tahun," sahut Lao Feng.

"Tiga tahun?" ulang Xu Qiao.

"Benar," kata Lao Feng. "Selama tiga tahun, paling tidak tiga hari sekali harus menggunakan tenaga wuqing xue untuk menghambat kerja racun. Selain tidak boleh lewat waktu juga tidak boleh sampai terganggu. Tiga tahun kemudian racun ini sudah lumpuh dengan sendirinya, tidak akan berbahaya lagi. Asal bisa melewatinya, maka sudah bisa dipastikan kelak tidak akan ada masalah."

"Tiga tahun waktu yang lama," Xu Qiao berkata. "Laoyeye, apa tidak bisa dipersingkat sedikit?"

"Bisa saja, jika Jin Shui baik-baik melatih wuqing xue dan bisa mengusai tingkat yang lebih tinggi," kata Lao Feng.

"Selain dengan cara ini, apakah tidak ada cara lain?" Jin Shui bertanya.

"Tentu saja ada," kata Lao Feng.

"Cara apa?" tanya Xu Qiao.

"Membawanya ke Wansui Gu, menemui orang yang membuat racun itu," sahut Lao Feng.

"Lao Du Xie Zeng Bai Feng?" tanya Xu Qiao.

"Benar," sahut Lao Feng. "Kedua jenis racun ini dia yang membuat, tentu saja dia juga yang bisa menawarkannya."

Xu Qiao memandang pada Jin Shui. Sinar matanya seperti hendak mengatakan sesuatu. Jin Shui memahami maksudnya.

"Laoyeye, terima kasih atas petunjuk Anda," ia berkata. "Jika Anda mengenal Lao Du Xie Zeng Bai Feng, tolong sampaikan padanya, wanbei Hua Jin Shui akan segera mengunjungi beliau di Wansui Gu untuk meminta petunjuk. Wanbei mohon pamit."

"Kalian boleh tinggal disini dulu untuk sementara," Lao Feng berkata. "Laofu dan Duan Meng juga mesti pergi. Sebenarnya masih ingin duduk lebih lama disini dan membicarakan banyak hal dengan kalian. Tetapi ada satu nyawa yang mesti lekas ditolong, terpaksa lain hari baru mencari kesempatan minum bersama."

"Laoyeye silakan."

Mereka semua keluar dari dalam gubug. Lao Feng dan Duan Meng langsung menuju arah selatan, Jin Shui dan Xu Qiao mengambil jalan ke timur. Sinar matahari menghilang pelahan, namun sisanya masih cukup untuk menuntun mereka sampai menemukan sebuah jalan setapak. Pemandangan pegunungan yang hijau membuat mereka tidak ingin waktu berlalu.

"Aku tidak ingin ke Wansui Gu," Xu Qiao tiba-tiba berkata padanya. Ia yakin Lao Feng dan pelayannya yang aneh itu sudah jauh, juga tidak ada alasan untuk mengikuti dirinya dan Jin Shui hanya untuk mendengarkan pembicaraan mereka selanjutnya.

"Aku tahu," sahut Jin Shui. Tentu saja ia tahu. Wansui Gu bagi Xu Qiao adalah sarang para penjahat tukang racun, Lao Du Xie Zeng Bai Feng juga bukan segala macam manusia baik-baik. Putri majikan Huofeng Lou bagaimana pun tidak akan sudi pergi kesana demi diri sendiri. "Aku juga tidak berencana membawamu kesana."

"Tetapi tadi kau ada mengatakan, akan segera mengunjunginya di Wansui Gu untuk meminta petunjuk," kata Xu Qiao.

"Aku akan mengunjunginya di Wansui Gu untuk meminta petunjuk," Jin Shui mengulangi kata-katanya sama persis, "bukan membawamu ke Wansui Gu menemuinya untuk meminta pengobatan."

Xu Qiao tersenyum lega. Jin Shui sangat menyukai senyuman ini. Xu Qiao adalah mutiara berharga. Ia pun ingin mempertahankan mutiara berharganya, tidak akan membiarkan siapa pun mengambilnya. Dalam hatinya ada sedikit keraguan mengenai banyak hal, tetapi lekas disingkirkannya. Kebahagiaan yang sekarang, ia tidak ingin siapa pun apa pun merusaknya.

"Aku masih ada satu permintaan," Xu Qiao mengingatkan padanya.

"Katakan," kata Jin Shui lembut.

"Aku ingin ikut denganmu, selamanya bersamamu."

Malam itu Jin Shui tidak bisa tidur. Satu bulan sebelumnya ia dan Xu Qiao meninggalkan gubug obat di atas gunung itu, menuju arah timur sampai menemukan sebuah pondok kecil di tepian sebuah danau yang sepi. Jin Shui membantu Xu Qiao membersihkan pondok itu dan untuk selanjutnya mereka berupaya menahan kerja racun dari dalam tubuh Xu Qiao dengan bantuan wuqing xue. Satu bulan berlalu dengan cepat, tetapi proses penyembuhan dari racun itu masih panjang.

Beberapa kali Xu Qiao sempat kesakitan. Rupanya racun zhaobai di dalam tubuhnya meski tidak langsung bereaksi jika terkena sinar matahari, namun pelan-pelan merusak kulit dan mungkin juga organ dalamnya. Melihat wajah dan kulit tangan gadis kecil ini membiru, Jin Shui berduka setengah mati. Selama satu bulan ini ia sampai beberapa kali nyaris kehabisan tenaga demi menjaga agar racun tidak bereaksi lebih jauh. Dalam hati Jin Shui sudah muncul satu perasaan khusus, membuatnya rela melakukan apa pun demi menyelamatkan Xu Qiao.

"Jin Shui Gege, apakah aku akan menjadi jelek sekali?" nona kecil itu bertanya padanya. Jin Shui tidak bisa melihat seluruh tubuhnya, tetapi Xu Qiao bisa melihatnya sendiri. Melihat kulit melepuh dan membiru sangat mengerikan bagi seorang anak gadis, terutama bagi seorang gadis kecil yang menyukai kecantikan. Ketika ia melihat bayangan wajah sendiri pada air cuci muka, ia langsung menangis.

"Tidak akan," Jin Shui berkata padanya. "Aku tidak akan membiarkan. Kau jangan khawatir. Kita punya banyak waktu. Saat ini kau baru terkena racun dan racun itu mesti dibersihkan pelan-pelan. Nanti setelah bersih sama sekali, kau akan menjadi lebih cantik."

"Benarkah?"

"Kau harus percaya padaku."

Hari itu Jin Shui membawa pedangnya ke tepian sungai dan berlatih seorang diri. Ia mulai memainkan pedang sambil menghafalkan teori yang ada pada bagian empat wuqing xue. Pedang di tangannya dimainkan dengan gerakan menyambar, daun-daun kering beterbangan di sekitarnya.

Pedang yang terbungkus kain itu menyambar kesana kemari bagaikan kilat, daun-daun kering yang beterbangan di udara semakin lama semakin banyak, Jin Shui merasakan tenaga dalamnya semakin meningkat bersamaan dengan setiap gerakan yang dimainkannya. Ini memang merupakan cara melatih wuqing xue tingkat empat dan juga lima.

Yang dikatakan oleh Mo Ying saat mewariskan tenaganya, Jin Shui masih ingat dengan jelas. Melatih wuqing xue seharusnya tidak boleh menggunakan emosi. Jika menggunakan perasaan tertentu maka ilmu ini menjadi kuat, akan tetapi bisa melukai pemiliknya saat perasaan itu berkurang. Saat menggunakan hawa dendam untuk melatihnya maka ilmu ini menjadi satu kekuatan jahat yang sulit dikendalikan.

Daun-daun kering berhamburan terkena hawa pedangnya. Air muka Jin Shui sudah berubah, udara di sekitarnya pun berubah. Akan tetapi bersamaan dengan jatuhnya daun-daun kering ke tanah, telinga Jin Shui menangkap suara desingan benda kecil yang melayang ke arahnya.

Ia menangkis dengan pedangnya, menangkap salah satu dengan dua jari tangan. Bukan kerikil atau senjata rahasia apa pun, melainkan biji-biji catur cina. Senjata rahasia yang khas, membuat Jin Shui terpaku sesaat. Biji catur itu bagai menyadarkannya dari pengaruh latihannya.

"Hua Jin Shui, kuucapkan selamat. Kau sudah berhasil menguasai wuqing xue tingkat empat."

Sesosok bayangan muncul entah darimana, tidak nampak manusianya sehingga Jin Shui pun tidak bisa melihat seperti apa wajahnya. Pemilik senjata berupa biji-biji catur itu. Jin Shui mengenalinya.

"Ternyata pewaris Chai Lang. Kau sudah datang?" ia bertanya.

"Rupanya kau masih ingat," sosok itu berkata.

"Kau ingin mengumpulkan kami?" tanya Jin Shui

Orang itu tertawa singkat. Suaranya lebih menyerupai suara anak-anak. "Aku masih terlalu muda, waktunya belum tiba," ia berkata.

"Lalu kau menemuiku untuk apa?" Jin Shui bertanya pula.

"Chai Lang Shifu sudah tidak ada, pesan terakhir beliau adalah agar aku menemukan kalian semua, agar pada saatnya nanti bisa berkumpul di tempat yang sudah ditentukan," sosok itu berkata. "Selama beberapa tahun ini, aku berdiam di rumah juga tidak tenang, maka aku lantas berusaha menemukan kalian. Aku menemukan jejakmu dan pewaris Hu Ling Shishu di sekitar markas Haitang Jian Pai. Hanya setelah tiba disana kau sudah pergi, sedangkan pewaris Hu Ling Shishu tinggal bersama seorang perempuan desa."

"Zhu Guniang," kata Jin Shui. "Bagaimana keadaannya?"

"Terluka parah, masih baik perempuan desa yang menolongnya itu mengerti pengobatan," sosok itu tidak ingin menceritakan dengan lengkap, "untuk sementara boleh dia merawat diri disana, paling penting adalah menemukan dirimu."

"Kau katakan saja tempat dan waktunya," kata Jin Shui, "pada saatnya nanti aku akan menemui kalian."

"Sudah ada di tanganmu," sahut sosok itu.

Jin Shui mengangkat tangan, mengambil biji catur berwarna hitam yang tadi ditangkap olehnya. Biji catur itu dihancurkannya dengan mudah, di dalamnya ia mendapati sepotong kertas kecil dengan dua baris kata di atasnya, menyebutkan sebuah tempat bernama Kedai dan Penginapan Yongjiu, Kota Chen-an, empat tahun dari hari itu. Jin Shui memandang ke arah sosok pemilik biji catur.

"Kenapa?" sosok itu tahu apa yang hendak ditanyakan olehnya. "Meskipun kita adalah para pewaris aliran siluman, bukan berarti kita harus bertemu diam-diam di tempat sepi. Kedai Yongjiu ini sudah terkenal sejak beberapa generasi. Tiga tahun yang akan datang, kita delapan pewaris dengan terang-terangan berkumpul disana, entah apa pengaruhnya bagi seluruh dunia persilatan."

Jin Shui bisa mengingat dua baris tulisan itu hingga waktunya nanti, ia kemudian merobek kertas dan membuangnya. Sosok pewaris Chai Lang memutar badan dan hendak berlalu.

"Tunggu," Jin Shui mencegahnya.

"Ada apa?"

"Aku ingin bertanya padamu," kata Jin Shui. "Aku tahu dalam potongan kitab wuqing xue milik pewaris Du Cao Shishu ada cara menyedot racun dari tubuh seseorang. Cara ini apakah Chai Lang Shishu pernah mengajarkan padamu?"

"Menyedot racun dari seseorang artinya racun akan berpindah pada dirimu sendiri," sosok itu menyahut penasaran, "kau hendak menyedot racun dari siapa?"

Jin Shui tidak memberikan jawaban, ia melangkah ke arah pondok, seakan memberi isyarat pada pewaris Chai Lang untuk mengikutinya.

Satu sosok bayangan melangkah keluar dari kegelapan malam, menghampirinya. Seorang pemuda tanggung yang mengenakan baju panjang berwarna biru gelap dengan sebuah biji catur diantara dua jarinya. Wajahnya halus, rambutnya tertata rapi, penampilan seorang tuan muda dan tidak sedikit pun menyerupai pewaris aliran siluman. Jin Shui mengenalinya sebagai anak kecil berwajah dingin dengan senyuman misterius di wajahnya yang dulu juga hadir di tepi Danau Xuanwu. Pewaris Chai Lang, Huang Yu.

Mereka masuk ke dalam pondok dan mendapati Xu Qiao yang berada di dalam, tidur lelap di balik selimut. Sedikit warna biru pada wajahnya tidak mengurangi kecantikannya, Huang Yu memandang wajah mungil itu tanpa mendekat.

"Dia," ia berucap pelan.

"Kau mengenal nona ini?" Jin Shui menanya.

"Aku ada bertemu dengan dia beberapa hari yang lalu," sahut Huang Yu. "Kau ingin mengobati dia?"

"Dia terkena racun orang Wansui Gu," Jin Shui memberitahu dengan singkat saja.

"Wansui Gu," ulang Huang Yu, "racun milik Wansui Gu, dengan sendirinya hanya orang Wansui Gu yang bisa menawarkan."

"Aku bisa menyingkirkan sendiri racun itu, tidak perlu repot menemui orang Wansui Gu."

"Kau ingin menggunakan diri sendiri, aku tidak setuju," Huang Yu berkata.

"Asalkan bisa memindahkan racun itu, aku bisa mengatasinya," sahut Jin Shui. "Aku memiliki tenaga pelindung milik Mo Ying Shifu, tidak akan begitu saja mati keracunan."

"Kalau begitu ajarkan saja wuqing xue padanya," Huang Yu berkata seperti sembarangan. "Asalkan dia bisa menguasai tingkat pertama saja, maka dia akan bisa memindahkan sendiri racunnya padamu. Saat itu, kurasa hanya perlu mengandalkan kemampuanmu membujuknya."

"Cara ini, apakah tidak akan membahayakan nyawanya?" tanya Jin Shui.

"Mempelajari wuqing xue tidak akan membahayakan nyawanya. Hanya saja...."

"Hanya saja apa?" tanya Jin Shui.

"Hanya saja, dia akan menjadi salah satu dari kita," sahut Huang Yu.

"Apa?"

"Wuqing xue adalah ilmu andalan aliran kita," kata Huang Yu. "Siapa pun yang mempelajarinya akan mengetahui kelemahannya dan kelak mengetahui cara untuk menghadapi ilmu ini. Maka, jika ada orang luar yang sampai menguasai ilmu ini maka hanya ada dua pilihan untuknya. Yang pertama adalah bergabung dengan kita, menjadi salah satu pengikut Yumen. Jika dia tidak bersedia, maka hanya tersisa ada satu jalan untuknya."

Jin Shui mengerti maksudnya. "Yaitu mati," ia menyahut dengan dingin.

"Tentu saja, kau tidak ingin aku turun tangan membunuhnya, bukankah begitu?" Huang Yu menunjuk ke arah Xu Qiao.

Jin Shui tidak menyahut. Tentu saja ia tidak akan meminta Xu Qiao menjadi bagian dari Yumen, ia hanya ingin menyelamatkan saja, juga tidak mengharapkan balasan apa pun. Huang Yu memahami pemikirannya, ia kembali menampakkan senyumannya yang aneh.

"Baiklah, aku tahu tidak bisa mengubah keputusanmu, terpaksa hanya bisa mengikuti saja," katanya kemudian, "aku akan mencari bahan obat, bisa membantumu mengatasi racun itu sedikit. Beberapa hari kemudian aku akan datang menemuimu lagi."

Jin Shui memainkan pedang di tepi sungai, Xu Qiao menyaksikannya sambil duduk di atas batu besar. Cuaca senja sangat cerah. Sinar matahari sudah menghilang di batas cakrawala, akan tetapi terang yang datang bersamanya belum berlalu. Pemandangan di sekitar pondok kecil sangat indah, suasana alami membuat Xu Qiao tidak mudah merasa bosan. Saat ini ia sudah melupakan racun dalam tubuhnya, sudah melupakan Bao Xin Fei, melupakan mimpi buruk itu. Seolah ia telah melupakan masa lalu dan menemukan kehidupan yang baru.

Pedang di tangan Jin Shui hanya sebuah pedang kayu, ringan namun nampak sangat bertenaga. Badan Jin Shui tinggi besar namun ia bisa melompat kesana kemari bagai tanpa beban, gerakan-gerakannya pun nampak sangat indah sehingga Xu Qiao beberapa kali bertepuk tangan memujinya. Di bawah sisa cahaya matahari yang keemasan, setiap jurus yang dimainkan nampak semakin indah, kelihaiannya pun nampak jelas.

"Kemarilah," Jin Shui berkata padanya sambil tersenyum. "Ambil pedang dan bermain bersamaku."

"Aku tidak bisa…." Xu Qiao terhitung sebagai cucu murid si dewa pedang dan ayahnya pun adalah si pedang pusaka kayu besi, tetapi rupanya ia cukup sadar kemampuannya sendiri masih rendah, menunjukkan kemampuan di hadapan Jin Shui yang berilmu tinggi ini hanya akan memalukan nama gurunya dan keluarganya saja.

"Aku akan mengajarimu," kata Jin Shui.

"Oh. Baiklah."

Xu Qiao tidak berpikir panjang. Sejak tadi ia sudah sangat tertarik dengan setiap jurus yang dimainkan oleh Jin Shui. Ia ingin bisa memainkan jurus-jurus yang sama akan tetapi khawatir dengan nama Yumen Jiao ataupun wuqing xue. Saat Jin Shui mengajaknya berlatih bersama kekhawatirannya lenyap sama sekali, ia lantas mengambil pedang kayu yang lain dan mulai mengikuti setiap gerakan Jin Shui.

"Jurus-jurus ini tidak punya nama. Asalkan kau bisa menenangkan pikiran, menenangkan hati, bersatu dengan pedang, maka kau akan bisa merasakannya. Pedang yang akan membimbingmu," Jin Shui berkata padanya. "Mainkan pedang dengan hati, jika bisa tidak melibatkan emosi maka akan sangat baik, akan tetapi hati yang bahagia akan membawa hasil yang menyenangkan. Cobalah."

Xu Qiao memainkan pedang kayu mengikutinya. Ia sempat memejamkan mata beberapa saat, kemudian melirik ke arah Jin Shui. Dalam hatinya muncul suatu perasaan yang aneh, membuatnya tersenyum sendiri.

Mereka bersamaan memainkan jurus pertama. Pedang berputar di atas kepala, mengarah pada sasaran kosong juga bersamaan. Xu Qiao tidak tahu jurus yang dimainkannya benar atau tidak, akan tetapi ia pelan-pelan merasakan bahwa pedang di tangannya lebih banyak membimbingnya, ia pun tanpa sadar mengikuti. Bersamaan, hawa hangat mengalir di seluruh tubuhnya, saat memandang ke arah Jin Shui yang ada hanya satu perasaan yang sulit dijelaskan.

Jin Shui hanya mengajarkan sebagian teori dan jurus dasar, kemudian juga mengajarkan cara melatih tenaga dalam berdasarkan wuqing xue ini. Xu Qiao masih muda. Ia tahu yang diajarkan oleh Jin Shui adalah ilmu milik aliran siluman, tetapi ia sangat tertarik dengan jurus-jurus yang begitu indah itu. Kerumitan gerakannya juga merupakan daya tarik tersendiri. Latihan tenaga dalam yang menyertainya pun mampu membuat rasa tidak enak akibat racun dalam tubuhnya berkurang.

Tentu saja untuk melatih wuqing xue tidak akan bisa dalam waktu singkat. Meski Xu Qiao terhitung cerdas dan Jin Shui pun guru yang baik baginya, tetapi ilmu ini adalah ilmu tertinggi Yumen. Menurut penuturan Mo Ying, bahkan tidak ada orang yang diketahuinya mampu menguasai sampai tingkat delapan pada masa ini. Setiap tingkatan semakin rumit dan susah, mempelajarinya bukan hanya perlu kecerdasan tetapi juga bakat. Bakat Xu Qiao tidak sedemikian besar.

Di malam ketiga Jin Shui seperti biasa menggunakan tenaga dalamnya untuk mengatasi zhaobai du dan zixie du di dalam tubuh Xu Qiao. Ia memerlukan waktu setidaknya delapan jam, selama itu juga konsentrasinya tidak boleh terganggu, jika tidak tenaganya akan berbalik pada diri sendiri, Xu Qiao pun setidaknya akan terluka parah.

Wuqing xue yang dikuasai oleh Jin Shui baru sampai tingkat empat, ia belum mampu untuk memindahkan semua tenaga warisan Mo Ying pada orang lain, akan tetapi dalam proses mengajarkan wuqing xue dan penyaluran hawa murni sedikit banyak Jin Shui sudah mewariskan kemampuan yang menyerupai yang diwariskan oleh Mo Ying padanya.

"Jin Shui Gege, biasanya kau hanya perlu tiga atau empat jam, kenapa kali ini lama sekali?" Xu Qiao bertanya.

"Apakah kau tidak ingin lekas bebas dari racun itu?" Jin Shui menanya lembut.

"Ingin sekali, tapi…." Xu Qiao punya kekhawatiran seorang gadis kecil. "Jika aku sudah sembuh, apakah kau masih akan tetap berada di sisiku, bersikap baik padaku?"

Jin Shui tersenyum padanya, membantunya duduk di atas tempat tidur. "Rupanya kau sangat menyukaiku," katanya, "jika aku meninggalkanmu, kau pasti tidak rela."

"Tentu saja tidak rela. Jin Shui Gege sangat baik padaku, juga mengajarkan jurus-jurus pedang yang bagus, seperti…."

"Seperti apa?"

Xu Qiao tidak ingin menjawab, ia hanya tertawa kecil.

"Sudahlah," Jin Shui berkata padanya. "Duduk baik-baik, tidak boleh bergerak. Delapan jam tidak lama, aku akan membantumu menyingkirkan racun itu."

"Tidak boleh bergerak? Kalau aku bosan bagaimana?"

Jin Shui tersenyum. "Kalau begitu kau tidur saja. Delapan jam kemudian saat kau bangun semuanya sudah berlalu."

Xu Qiao tidak banyak bicara lagi. Sebentar kemudian ia sudah tidur lelap, Jin Shui menotok jalan darah pulasnya, kemudian mulai memusatkan seluruh pikiran, tenaga dalamnya berkumpul di kedua telapak tangan, pelan-pelan dialirkan ke dalam tubuh Xu Qiao untuk menyedot kedua racun zhaobai dan zixie. Jin Shui menutup kedua mata.

Waktu berlalu dengan lambat. Empat jam kemudian butir-butir keringat mulai membasahi dahi Jin Shui, air mukanya memerah, pertanda ia tengah mengerahkan seluruh kemampuan. Xu Qiao tertidur lelap, tidak menyadari yang terjadi, juga tidak akan mendengar suara petikan alat musik yang terdengar.

Ujung telinga Jin Shui bergerak. Ia mendengar suara itu, awalnya samar dan jauh, semakin lama serasa semakin jelas dan dekat, nampaknya ditujukan padanya. Jin Shui berusaha tetap memusatkan pikiran, ia cukup tahu akibatnya jika terpengaruh oleh gangguan ini. Entah siapa yang memainkan musik malam-malam di tempat yang terpencil. Jika yang datang adalah musuh, Jin Shui hanya berharap tidak terjadi sesuatu dengan Xu Qiao.

Akan tetapi sampai beberapa jam kemudian tidak ada suara apa pun yang terdengar selain suara musik di kejauhan, tidak seorang pun yang muncul. Jin Shui terus berkonsentrasi. Ia tahu suara petikan musik itu punya tujuan mengacaukan pemusatan pikirannya, akan tetapi ia terus bertahan. Detik demi detik berlalu, akhirnya ia melepaskan kedua tangannya.

Jin Shui berdiri dengan lemah. Kedua tangannya nampak membiru. Proses barusan sangat menguras tenaganya, ia pun tahu masih memerlukan setidaknya tiga kali proses yang sama untuk menyedot habis kedua jenis racun dalam tubuh Xu Qiao ke dalam dirinya. Jika muncul gangguan lagi, kemungkinan proses itu akan semakin sulit.

Dipandangnya wajah mungil itu sejenak. Ia memaksakan diri sudah terlalu banyak, tetapi bukan tanpa hasil sama sekali. Kulit wajah Xu Qiao tidak lagi nampak melepuh, hanya sedikit membiru saja. Racun itu sudah berhasil dikendalikan, untuk sampai saat ini setidaknya tidak akan lebih jauh merusak fisiknya. Ia masih punya kesempatan tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik sempurna.

Ia membaringkan Xu Qiao di tempat tidur dan menyelimutinya saat telinganya mendengar suara langkah halus sepasang kaki mendekati pondok, masuk ke dalam tanpa diundang. Orang yang tadi memainkan alat musik, seorang wanita yang tidak dikenalnya. Air muka wanita itu dingin bagai es, sepucat salju itu tanpa ada setitik pun perasaan kasih. Sorot matanya tajam sekaligus mengandung kekejian yang luar biasa, cantik, masih muda, mengenakan pakaian serba putih yang halus, sosoknya bagai malaikat pencabut nyawa, di sebelah tangannya terdapat sebuah alat musik pipa, semacam gitar kuno.

"Guniang datang mencariku entah ada urusan apa," Jin Shui merangkapkan dua tangan tanpa membungkuk padanya. "Jin Shui membiarkan Anda menunggu, mohon Anda tidak marah."

"Aku datang untuk menjemput Xiao Qiao," wanita itu menyahut tanpa memandangnya. Suaranya dingin dan tegas. "Tidak peduli apa hubunganmu dengannya, sebaiknya lekas serahkan dia."

Ia mengucap kata-kata terakhir dengan lebih pelan, menemukan keadaan Xu Qiao yang terbaring di balik selimut tidak sama seperti anak gadis yang menghindarinya di kediaman Keluarga Xu delapan bulan yang lalu, juga tidak sama seperti nona kecil yang bisa melarikan diri darinya hampir dua bulan yang lalu.

"Anda adalah…." Jin Shui berkata.

"Anak itu adalah putriku," wanita itu menyahut dingin.

Jin Shui memandangnya. Wanita ini masih terlalu muda untuk menjadi ibu Xu Qiao, tidak mungkin adalah ibu kandungnya. Ia tahu ayah Xu Qiao punya dua orang istri, maka yang datang ini sudah pasti adalah ibu muda Xu Qiao yang tidak disukainya itu, Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei. Entah bagaimana Bao Xin Fei bisa menemukan dirinya di tempat terpencil ini dan entah seberapa banyak yang diketahuinya.

Bao Xin Fei mendadak bergerak menyerang ke arah Jin Shui, hanya menggunakan sebelah tangan karena tangan yang satu lagi membawa alat musik pipa miliknya. Serangan itu nampak lambat, akan tetapi cengkraman tangan tiba-tiba sudah ada di depan Jin Shui, hampir saja merobek kulitnya.

Mereka beradu jurus di dalam ruangan pondok yang sempit, Bao Xin Fei meski hanya menggunakan satu tangan akan tetapi serangannya sangat cepat, terus memburu lawan seolah tidak memberi kesempatan menarik nafas. Jin Shui dengan sendirinya tidak sempat mengerahkan tenaga milik Mo Ying, ia juga tidak ingin menggunakan tenaga dalam hasil latihan berpuluh tahun itu dan melukai ibu muda Xu Qiao.

"Kenapa kau tidak menggunakan tenaga dalam?" Bai Xin Fei menanya padanya.

"Xu Furen belum memberi aku kesempatan memulihkan diri," Jin Shui menyahut jujur saja.

Bao Xin Fei kembali menggerakkan tangan, cengkraman tangannya mengarah langsung ke leher Jin Shui. Jin Shui seketika merasakan dingin pada batang lehernya, sesaat ia mengira si tangan bunga salju sudah berhasil mencekiknya. Akan tetapi tentu ia tidak tahu bahwa Bao Xin Fei tidak akan sudi menyentuh kulitnya. Serangan barusan ternyata hanya gertakan saja, Bao Xin Fei tiba-tiba sudah berada di tempat tidur dan hendak meraih Xu Qiao.

Jin Shui tentu tidak ingin membiarkan nyonya itu membawa pergi Xu Qiao. Ia bergerak cepat, bersamaan tangannya juga sudah terulur, tenaga dalam mengalir disana, menghalangi tindakan Bao Xin Fei.

"Xu Furen, Jin Shui bukan tidak ingin memulangkan putri Anda, akan tetapi saat ini Qiao-er terkena racun, nyawanya dalam bahaya. Aku bisa membantunya melenyapkan racun itu, maka dengan sendirinya merasa punya tugas menolong. Harap Anda memberi sedikit waktu, paling tidak sampai Jin Shui berhasil melenyapkan semua sisa racun itu."

Bao Xin Fei sudah menangkis telapak tangan Jin Shui dengan menggunakan pipa di tangan, ia sendiri memeriksa keadaan Xu Qiao, menemukan ada racun yang kuat dalam tubuh gadis itu, racun yang merusak fisiknya. Ia juga mendapati aliran tenaga asing yang tengah melawan racun itu.

"Kau panggil apa padanya?" Bao Xin Fei menanya pada Jin Shui. Alat musik diantara mereka sudah hancur berantakan oleh tekanan tenaga tangan salju dan tenaga dalam pemberian Mo Ying. Darah nampak mengalir di sudut bibir Jin Shui, menandakan ia sudah menguras terlalu banyak tenaga. Bao Xin Fei menjauhi tempat tidur, juga tidak lagi menyerang, menyadari keadaan tidak demikian sederhana.

"Qiao-er, sama seperti ayahnya memanggilnya," sahut Jin Shui. "Semula aku ingin memanggilnya Xiao Qiao, tetapi dia mengatakan tidak ingin aku memanggil dia sama dengan cara ibu mudanya memanggilnya. Panggilan Qiao-er rasanya juga lebih mudah."

Bao Xin Fei mendengus tidak senang. Ia juga tahu Xu Qiao terkena racun oleh orang Wansui Gu beberapa waktu yang lalu, agaknya juga tahu Jin Shui mempunyai daya mengatasi racun itu. Ia tidak ingin membawa Xu Qiao pulang menemui Xu Zheng Hai dalam keadaan sekarat.

"Kau ingin menggunakan dirimu sendiri untuk menyelamatkan Xiao Qiao?" tanyanya. Masih dengan nada yang sama.

"Mengenai bagaimana caranya, aku rasa aku tidak perlu memberitahukan padamu," Jin Shui tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.

"Kau perlu berapa lama?" Bao Xin Fei bertanya lagi.

Jin Shui mengacungkan tiga jarinya.

"Tiga hari? Baik, kuberi kau waktu tiga hari untuk melenyapkan racun di tubuh putriku. Tiga hari kemudian aku akan datang menjemputnya."

"Bukan tiga hari," Jin Shui berkata, "tapi tiga bulan."

"Tiga bulan?" Bao Xin Fei meliriknya dengan dingin. "Tidak bisa. Lelaki dan perempuan ada batasnya. Xiao Qiao seorang anak gadis yang masih bersih, mana boleh bersamamu terlalu lama? Jika didengar orang...."

"Jika aku mempunyai niat tidak baik, tidak perlu menunggu sampai hari ini," Jin Shui memotong kata-katanya, "Aku Hua Jin Shui pasti melakukan yang kukatakan, pada saatnya akan mengembalikan putrimu dengan utuh."

"Paling banyak aku hanya bisa memberikan satu bulan padamu," Bao Xin Fei membalik badan dan hendak berlalu. "Ada satu hal yang ingin kukatakan padamu," katanya sebelum pergi, "Orang yang memberitahukan keberadaanmu disini juga memberitahukan padaku siapa dirimu. Mengingat kau berniat baik menolong putri Keluarga Xu, aku bisa mengampunimu. Tetapi lain waktu, pertarungan diantara kita tidak akan bisa dihindari."

"Aku tidak perlu pengampunan dari Xu Furen," Jin Shui juga punya harga diri sendiri. "Hanya saja karena masih perlu menolong Qiao-er, maka sementara tidak berminat membuang tenaga untuk urusan lain."

"Satu bulan kemudian, tidak peduli kau berhasil menyingkirkan racun itu atau tidak, aku akan membawa Xiao Qiao pulang," Bao Xin Fei berkata lagi, "jika kau menghalangi, maka aku bisa menjamin, delapan pewaris tidak akan pernah ada kesempatan berkumpul kembali."

Ia meninggalkan Jin Shui dengan begitu saja. Jin Shui membiarkan Xu Qiao tetap terlelap, ia sendiri duduk di bangku panjang dan berusaha memulihkan tenaga. Saat pagi tiba, ia merasa sedikit lebih baik.

"Jin Shui Gege, kenapa kau tidur disini?" Xu Qiao menanya padanya. Nona muda itu sudah terjaga, sudah mencuci wajah dan mengganti pakaiannya. Masih ada jejak racun di wajah mungil itu, akan tetapi jejak itu tak lagi terlihat saat ia tersenyum. Jin Shui membuka mata dan menemukan senyuman itu begitu indah.

"Qiao-er," ia memanggil.

"Aku membawakan beberapa macam buah untukmu," Xu Qiao meletakkan sebuah keranjang di sampingnya. "Sangat manis, kau pasti menyukainya."

"Jin Shui mana bisa hanya makan buah-buahan," terdengar suara lain dari luar saat Jin Shui mengangkat tangan dan hendak menyentuh wajah Xu Qiao. Sebentar kemudian sesosok anak muda berbaju panjang warna biru sudah tiba di dalam pondok, di belakangnya mengikut dua orang perempuan muda berbaju merah muda dan hijau pucat, sangat sederhana.

"Kau…." Xu Qiao mengenali anak muda itu sebagai anak muda yang menegurnya saat menghindari Bao Xin Fei beberapa waktu yang lalu dan kemudian mengantarkannya saat hendak menyusup ke markas Haitang Jian Pai.

"Qiao-er, ini adalah kawanku, Huang Yu," Jin Shui memperkenalkan.

"Huang Yu," ulang Xu Qiao. "Ternyata kau adalah kawan Jin Shui Gege."

"Xu Guniang," Huang Yu tersenyum ramah, "zaixia Huang Yu, putra kedua Jin Gong Yin Jian (Busur Emas Panah Perak) Huang Wei Qun, ketua Hailang Biaoju (Biro Pengawalan Ombak Laut) dari Luoyang."

"Rupanya kau adalah putra Huang Shushu (Paman Huang)," kata Xu Qiao. "Ayahmu ada beberapa kali datang ke Huofeng Lou kami menemui ayahku. Mereka bisa dikatakan adalah kawan baik." Ia memandang ke arah Jin Shui, menanyakan dengan pandangan mata apakah Huang Yu juga adalah salah seorang pewaris Yumen.

"Xiao Hu, Xiao Mi, lekas bantu nona ini memasak nasi dan juga merebus obat," Huang Yu berkata pada kedua perempuan muda yang bersamanya sebelum Jin Shui memberikan jawaban.

Kedua perempuan muda itu tersenyum pada Xu Qiao, kemudian mendahuluinya pergi ke belakang pondok untuk memasak makanan dan juga merebus obat. Xu Qiao melihat sekilas pada Jin Shui, kemudian mengikuti mereka. Di dalam pondok hanya tinggal Huang Yu dan Jin Shui. Huang Yu mendekat, untuk beberapa saat membantu Jin Shui memulihkan diri dengan tenaga dalam pemberian Chai Lang yang ada padanya.

"Kau yang memberitahukan pada Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei putri Xu Cheng Hai berada disini bersamaku," Jin Shui berkata padanya kemudian. "Kau ingin dia menjemput Qiao-er, membawanya pergi, dengan begitu aku tidak akan memeras tenaga untuk menyingkirkan racun dari tubuhnya."

"Aku bertemu dengan Xu Guniang hampir dua bulan yang lalu, saat itu dia sedang menghindari Bao Xin Fei," sahut Huang Yu. "Tidak disangka aku mengantarkannya ke hutan di dekat markas Haitang Jian Pai itu, sama saja sudah mengantarkannya padamu. Aku meminta Bao Xin Fei menjemputnya, bisa dikatakan adalah untuk memperbaiki kesalahan yang sudah kubuat sendiri."

"Kau ada memberitahukan padanya bahwa aku adalah pewaris Yumen?" tanya Jin Shui lagi.

"Bao Xin Fei mengenalku sebagai putra Huang Wei Qun dari Hailang Biaoju," Huang Yu tidak langsung menjawab pertanyaannya, "dia hanya tahu bahwa kau adalah seorang kawanku. Tentu saja aku tidak perlu memberitahukan padanya, kau sempat menjadi tahanan gurunya dan juga sudah membunuh sembilan bibi gurunya."

"Rupanya kau juga tahu apa yang terjadi di hutan itu," kata Jin Shui.

"Kenapa? Kau belum bisa menguasai tenaga dalam pemberian Mo Ying Shibo?" Huang Yu menanya.

"Tenaga dalam pemberian Mo Ying Shibo adalah hasil latihan selama puluhan tahun, melebihi para pelindung yang lain," sahut Jin Shui. "Dalam keadaan biasa, aku bisa menggunakan dan mengendalikan, akan tetapi terkadang tenaga ini terlalu besar, tidak mudah untuk selalu menekannya."

"Pewaris Bai Gu Shishu, Liao Xian Xiongdi, dia sepertinya ada cara untuk mengendalikan tenaga dalam para pelindung," Huang Yu berkata. "Kau jika ingin menolong Nona Xu itu, baiknya lekas saja kau selesaikan. Mungkin, nanti kita bisa pergi mengunjungi Liao Xian Xiongdi."

Sepanjang satu bulan sejak hari itu, Huang Yu dan kedua gadis pelayan terus bersama mereka. Huang Yu tidak banyak berbicara, kedua pelayan itu bisu, namun keberadaan mereka membuat semuanya lebih mudah.

Waktu berjalan dengan sangat cepat. Xu Qiao tidak tahu pertemuan Jin Shui dengan Bao Xin Fei serta perjanjian mereka. Ia menghabiskan waktu dengan berlatih pedang bersama Jin Shui, hidupnya serasa sangat tenang dan damai. Ia tidak sadar jurus-jurus yang dilatihnya berasal dari wuqing xue, lebih tidak sadar lagi tujuan Jin Shui melatihnya. Setiap tiga hari Jin Shui menggunakan hawa murni untuk menyedot racun dari dalam tubuhnya, ia pun tidak sadar bahwa Jin Shui diam-diam telah mengalihkan tenaga wuqing xue agar pada waktunya nanti ia bisa melakukan pemindahan racun tahap akhir.

Jin Shui mengumpulkan racun yang disedotnya di kedua tangannya sendiri, menahannya disana. Betapa besar rasa sakit yang dirasakannya, tidak sedikit pun diperlihatkan pada Xu Qiao. Kedua tangan itu sudah mulai bengkak dan menghitam, ketika Jin Shui mengeluarkan darahnya pun yang tercium adalah bau busuk yang luar biasa. Perpaduan racun zixie dan zhaobai memang sangat mengerikan.

Setiap kali setelah Jin Shui selesai membantu Xu Qiao, diam-diam Huang Yu membantunya mengatasi pengaruh dua jenis racun dengan tenaga dalam pemberian Chai Lang. Meski tidak bisa mengatasi sepenuhnya, akan tetapi sudah lebih dari cukup untuk mengurangi pengaruh racun pada diri Jin Shui.

"Mo Ying Shibo adalah pelindung utama, tidak disangka pewarisnya malahan seperti ini, demi seorang perempuan tidak pedulu pada diri sendiri, melupakan bahwa di masa depan masih ada tugas berat yang harus dikerjakan," Huang Yu mengomel pada Jin Shui. "Jika kau tidak sampai hati turun tangan pada Xu Guniang itu, bagaimana jika aku mewakilimu mengakhiri semuanya?"

"Ayahmu adalah kawan baik ayahnya, mana mungkin kau turun tangan padanya?" Jin Shui menanya. "Aku bisa menyelamatkannya, hanya sedikit racun ini tidak banyak pengaruhnya."

"Ayah dia adalah kawan baik ayahku, tidak ada kaitan denganku, aku turun tangan padanya juga tidak perlu melapor pada ayahku," sahut Huang Yu, "hanya sedikit racun tidak akan menyusahkan untuk saat ini, akan tetapi siapa yang tahu nanti kau akan berubah seperti apa. Hanya demi seorang nona kecil, di masa depan nona kecil ini akan menjadi kawan atau lawan masih belum jelas."

Jin Shui berusaha memusatkan pikiran dan memulihkan diri, tidak ingin berdebat dengan kawannya.

"Xu Guniang itu adalah putri majikan Huofeng Lou, punya hubungan baik dengan musuh utama aliran kita," Huang Yu mengingatkan, "kau mengajarkan wuqing xue padanya, jika pada saatnya dia tidak mau bergabung dengan kita, maka aku akan membunuhnya juga. Sungguh membuatmu menghabiskan tenaga percuma."

Xu Qiao datang membawakan makanan bersama kedua pelayan sebelum Huang Yu berkata lebih banyak. Kedua pelayan meletakkan makanan di meja dan menyiapkan mangkok serta sumpit. Xu Qiao menghampiri Jin Shui, hampir terlambat menghindar saat cengkraman tangan Huang Yu mengarah langsung ke pundaknya.

Huang Yu mencecarnya, memaksanya untuk menangkis dengan dua tangan. Ketika telapak mereka beradu, Xu Qiao seketika merasakan satu gelombang tenaga yang kuat, membuatnya seketika kesemutan.

"Yu," Jin Shui menegur, ia sudah bangkit berdiri dan menarik Huang Yu sebelum mematahkan tangan Xu Qiao. "Jika kau turun tangan padanya, aku tidak akan mengampunimu, selamanya juga tidak akan bersama kau dan saudara yang lain membangkitkan kembali segala macam Yumen."

Huang Yu menarik tenaganya. Xu Qiao maju ke depan, tidak pedulikan Jin Shui berusaha menahannya.

"Jin Shui Gege, dia tidak akan membunuh aku," ia berkata sambil tersenyum. "Huang Erge hanya ingin menguji kemampuanku saja."

Jin Shui memandang Huang Yu dengan tidak senang. Huang Yu memutar badan dan menghampiri kedua pelayannya kemudian duduk dan mengambil mangkok dan sumpit, seolah barusan tidak terjadi sesuatu. Tentu saja, jika ia sungguh ingin membunuh Xu Qiao, tidak perlu dilakukannya dengan sepengetahuan Jin Shui.

"Huang Erge, kau juga adalah pewaris Yumen, benar tidak?" Xu Qiao bertanya padanya, mendekat tanpa khawatir. Jin Shui tidak menghalangi, hanya berwaspada di tempatnya. "Kau juga mempunyai tenaga dalam pemberian salah seorang pelindung."

"Aku adalah pewaris Chai Lang," Huang Yu menyahut santai, hanya memandang sekilas ke arahnya, "Chai Lang Shifu, bisa dikatakan adalah tangan kanan pelindung utama Mo Ying Shibo, gurunya Jin Shui Gege-mu."

"Delapan pewaris, lima diantaranya adalah putra-putri keluarga ternama," Xu Qiao masih ingat bagaimana Jin Shui memberitahukan padanya. "Tidak disangka salah satu dari putra-putri keluarga ternama itu adalah putra Keluarga Huang dari Hailang Biaoju."

"Benar," sahut Huang Yu.

Xu Qiao berusaha mengingat sebentar. "Keluarga Huang kalian meski bukan pendukung, tetapi juga tidak ada permusuhan dengan Yumen," katanya pula, "ayahmu apakah mengetahui bahwa kau adalah satu diantara delapan pewaris itu?"

"Aku tidak pernah memberitahukan padanya," Huang Yu menyahut santai sambil mengambil nasi.

"Empat putra-putri keluarga ternama lainnya siapa saja?" tanya Xu Qiao pula. "Bisakah kau memberitahukan padaku?"

"Tentu saja bisa," sahut Huang Yu datar, "hanya saja setelah kau mengetahui, maka aku akan langsung membunuhmu."

"Kau tidak akan membunuh aku," sahut Xu Qiao. "Kutahu kalian para pewaris Yumen tidak akan sembarang membunuh."

"Kau lihat Xiao Hu dan Xiao Mi, mereka bukan dua pelayan biasa," Huang Yu berkata sambil menunjuk kedua pelayannya. "Mereka adalah dua pembunuh berdarah dingin, bisa membantai satu keluarga tanpa mengedipkan mata. Tentu saja, mereka sebenarnya tidak bisu."

"Ha?" Xu Qiao memandang ke arah kedua pelayan yang dibawa oleh Huang Yu itu. Air muka kedua pelayan itu datar saja, mereka seperti tidak mendengar perkataan orang, juga tidak menyahut. Xu Qiao hanya melihat keduanya sebagai gadis-gadis muda, tidak menyerupai pembunuh berdarah dingin segala macam.

"Qiao-er," Jin Shui menegur. "Urusan ini semakin banyak kau mengetahui tidak akan baik untukmu. Jika saatnya tiba, dengan sendirinya aku akan memberitahukan semua padamu. Hanya saja, saat ini masih belum waktunya. Teori yang sudah kuajarkan padamu, kau harus terlebih dahulu menghafalkan dan menguasainya baik-baik."

Ada tokoh baru yang datang di episode ini : Lao Feng dan pelayannya Duan Meng. Peranan mereka tidak banyak, tetapi bisa dibilang cukup penting di episode2 yang akan datang.

Sedikit lagi pembahasan mengenai kehancuran Yumen di masa sepuluh tahun sebelumnya, kisah lengkapnya bisa didapat setelah membaca novel ini sampai akhir.

Hadir lagi di episode ini : anak muda baju biru, Huang Yu, si pewaris Chai Lang dan kawan baik Jin Shui sekaligus penasehat utamanya. Huang Yu seorang penembak jitu, karakternya berkembang dari anak muda polos sampai nanti pemanah unggul di akhir trilogi, yang pastinya keren abis.

Sedikit drama mengenai bagaimana Jin Shui menyelamatkan Xu Qiao yang keracunan merupakan bagian dari draft awal kisah ini, hanya sudah banyak dimodifikasi dan dipotong.

Bagi yang suka drama romantis, tidak banyak yang bisa ditemukan dalam trilogi, karena fokus utama cerita adalah aliran Yumen dan dunia persilatan.

Di episode berikutnya akan terjadi peristiwa yang mengubah nasib dan kehidupan para pemeran utama. Ditunggu ya....

Xiaodiandiancreators' thoughts