webnovel

Episode 03 : E Meng Yi Zhang (Sebuah Mimpi Buruk)

Pelayan kecil Haitang Jian Pai mengantarkan makanan untuk Jin Shui saat langit masih gelap. Makanan itu diturunkan dengan tali tambang yang panjang dari lubang yang hanya sebesar kepala manusia di atas atap gua.

"Apakah ada arak?" Jin Shui berteriak padanya, tetapi tentu saja tidak dijawab. "Tolong tanyakan pada Yuan Zhangmen yang terhormat, kapan baru bisa melepaskan aku dari tempat setan ini."

Tidak ada jawaban dari atas sana, yang ada hanya lemparan sebutir batu kecil, hampir saja mengenai kepalanya. Jin Shui mengambil batu kecil itu dan menyentik ke atas. Tidak ada suara, sepertinya tidak kena. Jin Shui yakin pelayan kecil itu sudah pergi, ia pun membawa tempat makanan menemui Xu Qiao yang duduk di tepi perapian dan membukanya dengan cepat, mengeluarkan mangkuk nasi dan lauknya.

"Lihat, ada lebih banyak makanan daripada kemarin-kemarin," ia berkata dengan buru-buru. "Apakah mereka tahu, disini sudah bertambah satu orang lagi?"

Xu Qiao memainkan potongan kayu di tangannya sebelum menambahkannya ke dalam perapian, seolah sama sekali tidak ingin mendengarkannya. Ia sudah berada di dalam gua ini selama tiga hari, sudah mulai bosan meski Jin Shui sering menceritakan kisah-kisah menarik padanya.

"Huh, lagi-lagi hanya sayuran hambar," Jin Shui tidak jadi makan, nasi dan sayur pemberian pelayan itu disingkirkannya. Ia menghampiri Xu Qiao. "Aku sudah delapan bulan hanya makan makanan seperti ini, aku berjanji asalkan bisa keluar dari tempat ini pasti akan memborong habis menu satu rumah makan, memesan arak hingga sepuluh guci sekaligus."

"Sebenarnya kau bisa keluar sendiri dari tempat ini, kenapa masih diam disini? Di badanmu ada racun, bukankah kau bisa mencuri penawarnya dari markas Haitang Jian Pai sana?" Xu Qiao tiba-tiba bertanya padanya. "Aku bisa masuk kemari, berarti ada jalan keluar untukmu. Ilmumu kulihat tidak rendah, hanya naik setinggi itu mestinya tidak masalah. Asalkan bisa keluar, masalah apa pun bisa diatasi."

Jin Shui terdiam. Yang dikatakan oleh Xu Qiao seolah benar adanya.

"Atau kau sendiri yang memang tidak ingin keluar, merasa lebih aman bersembunyi disini karena menghindari seseorang seperti aku menghindari Bao Xin Fei?"

"Bao Xin Fei itu siapa?" Jin Shui menghindar dari pertanyaannya. Ia sudah pernah menanya tentang Bao Xin Fei sebelumnya.

"Bao Xin Fei adalah istri muda ayahku," akhirnya Xu Qiao menyebut juga posisi Bao Xin Fei di keluarganya. "Dia belum lama masuk ke Keluarga Xu kami, aku tidak suka padanya."

"Ayahmu seharusnya sudah lebih tua dari Meng Gui, untuk apa mengambil istri muda?" Jin Shui bertanya.

"Tentu saja karena menginginkan anak laki-laki," sahut Xu Qiao. "Aku punya empat kakak perempuan tidak punya saudara laki-laki satu pun. Kau juga tahu, tidak ada anak laki-laki berarti tidak ada pewaris."

"Lalu ibumu?"

"Ibuku sudah tidak bisa melahirkan."

Jin Shui tersenyum padanya. "Pria mengambil istri muda itu urusan biasa, menginginkan anak laki-laki juga tidak aneh. Kau menghindari ibu muda sampai melarikan diri dari rumah, tidak mau pulang lagi, rasanya terlalu berlebihan."

Xu Qiao memukul lengannya dengan potongan kayu. Ia kelihatan kesal, sebagian juga karena sudah kebosanan terkurung disini. "Sama sekali tidak berlebihan," katanya sedikit sengit. "Ayahku mengambil istri muda itu urusan dia, aku tidak menyukai Bao Xin Fei itu adalah urusanku."

Jin Shui memandangnya. Perlu dua detik untuk mencerna kata-kata barusan. "Jadi kau melarikan diri dari rumah bukan karena sedang merajuk pada ayahmu?" ia menanya kemudian.

"Bagaimana pun dia sudah mengambil istri muda, siapa pun juga tidak akan bisa membuatnya mengusir perempuan itu dari rumah," sahut Xu Qiao. "Ilmu perempuan itu juga sangat tinggi, dengan sendirinya aku juga tidak akan mampu membunuhnya. Daripada tinggal seatap dengan dia, bukannya lebih baik aku yang pergi."

"Kau ingin bunuh dia?" Jin Shui sedikit terkejut dengan kata-katanya. Putri seorang tokoh aliran lurus bersih mana mungkin membunuh istri muda ayahnya hanya dengan alasan tidak menyukai.

"Kalau aku bisa, sejak awal aku sudah membunuhnya."

"Tidak disangka putri kelima Keluarga Xu juga punya sifat sesat seperti orang Yumen kami," kata Jin Shui. "Tidak suka dengan orang, ya bunuh saja. Xiaoguniang, sepertinya kita masih punya kesamaan."

"Siapa yang ingin punya kesamaan dengan orang aliran sesat?" Xu Qiao melotot padanya. "Kau...."

"Lalu, apakah kau selamanya tidak mau pulang?" Jin Shui mengalihkan perhatiannya, membuatnya batal mengeluarkan kata-kata selanjutnya.

"Aku…." Xu Qiao masih terlalu muda. Masalah melarikan diri dari rumah karena kehadiran seorang ibu muda tidak pernah dipikirkannya terlalu jauh.

"Suatu saat kau juga harus pulang," Jin Shui berkata lagi. "Saat kau pulang juga tidak bisa membuat dia tidak ada. Kurasa paling baik kau belajar menyukainya sedikit saja. Bao Xin Fei ini siapa aku tidak tahu tapi aku yakin dengan sikapmu, dia tidak akan cukup berani membuat masalah."

"Mana mungkin dia tidak berani?" sahut Xu Qiao. "Sudah kubilang ilmunya sangat tinggi."

"Dia berasal dari perguruan mana?" tanya Jin Shui.

"Yuan Zhangmen yang mengurungmu disini adalah gurunya," sahut Xu Qiao.

"Oh," Jin Shui menyahut singkat. "Eh, kau tahu tidak, Yuan Wan Cui nyonya busuk itu kabarnya dahulu adalah kekasih majikan Wansui Gu, Lao Du Xie (Kalajengking Tua) Zeng Bai Feng?"

"Kau jangan sembarang bicara," sahut Xu Qiao, "pemimpin Haitang Jian Pai sejak generasi pertama tidak diperbolehkan menikah, Yuan Zhangmen juga tidak terkecuali. Lagipula, majikan Wansui Gu adalah seorang tukang racun tua, sedikit pun tidak akan menarik bagi anggota Haitang Jian Pai yang lurus bersih."

"Aku tidak mengatakan mereka menikah," sahut Jin Shui. "Malahan Yuan Wan Cui kemudian menikah dengan seorang lain, mempunyai seorang anak, tetapi ia menyesalinya dan setelah itu baru menjadi ketua Haitang Jian Pai."

"Mana ada cerita seperti ini," sahut Xu Qiao. "Hanya kau saja yang menyebutnya sebagai nyonya busuk."

"Chai Lang Shishu yang memberitahukan pada Huang Yu muridnya, aku hanya kebetulan mendengar," sahut Jin Shui. "Chai Lang Shishu adalah pelindung kedua Yumen kami, pengetahuannya mengenai tokoh-tokoh dari berbagai aliran dalam dunia persilatan tidak ada yang bisa menandingi."

"Kaubilang Yuan Zhangmen dulu adalah kekasih majikan Wansui Gu, kalau benar begitu, dia memiliki obat penawar zixie du tidak?" tanya Xu Qiao padanya.

"Setahuku di markas Haitang Jian Pai ada sebuah ruang penyimpanan obat, bisa saja penawar itu disimpan disana."

Xu Qiao berdiri dan menarik lengannya.

"Aku sudah kena racun zixie selama hampir sepuluh hari. Kau mau menunggu sampai racun itu bereaksi atau sekarang juga menemaniku keluar dari tempat ini, mengambil obat penawarnya?"

"Aku...." Jin Shui tidak ingin mengatakan yang sebenarnya. "Matahari sudah terbit. Aku tidak bisa keluar."

Xu Qiao tersentak bangun dari tidurnya. Barusan ia seperti bermimpi, melihat orang bercaping itu menebaskan pedang yang sangat panjang, orang-orang tidak sempat memberikan perlawanan, tubuh mereka langsung roboh berlumuran darah, para pelayan menjerit, satu nyawa pun tidak ada yang lolos. Sebuah pemandangan yang penuh dengan hawa kematian, semuanya terasa sangat nyata. Badannya sedikit gemetar.

Ia mengusap keringat di dahinya dengan saputangan. Saputangan bersulam bunga peoni, pemberian kakak pertama. Ia menggeleng-geleng kepala, berusaha menyingkirkan mimpi itu dari pikirannya, mimpi itu terus melekat di otaknya.

"Aku salah makan apa?" ia bertanya pada diri sendiri. "Kenapa bisa tidur seperti ini...." ia teringat, ia tidur saat masih tengah hari, tujuannya supaya saat malam hari bisa tetap terjaga. Ia tahu Jin Shui bisa keluar dari dalam gua pada malam hari, ia ingin keluar dari gua bawah tanah ini.

Pemikiran ini segera membantunya menyingkirkan pemandangan mengerikan yang barusan hadir dalam mimpinya. Xu Qiao lekas turun dari batu besar tempatnya berbaring, mencari Jin Shui di bagian gua yang lain. Ia sempat melihat keluar lewat lubang di atas sana, menemukan bahwa langit sudah gelap.

"Jin Shui Gege! Jin Shui Gege!"

Jin Shui berada di satu ruangan gua yang lain, duduk bersila di bagian gua yang agak tinggi, kedua matanya terpejam rapat. Xu Qiao tidak peduli apa yang sedang dilakukannya. Ia duduk di samping kawan baru itu.

"Jin Shui Gege, kau sudah berjanji akan membawaku keluar, kita berjalan-jalan sebentar, kemudian kembali lagi kemari sebelum matahari terbit dan kau masih bisa terus berpura-pura sebagai tahanan disini, aku juga masih bisa menghindari Bao Xin Fei," ia berbicara dengan penuh semangat. "Sekarang langit sudah gelap, tidak perlu takut dengan racun di tubuhmu. Aku ingin kau menemaniku sampai pagi."

Ia hendak menarik lengan Jin Shui, akan tetapi baru saja menyentuh kain bajunya, kedua tangannya seakan tersengat listrik, badannya langsung terdorong mundur, keseimbangannya hilang dan ia jatuh ke lantai gua yang licin.

"Jin Shui Gege...."

Ia langsung menyadari, Jin Shui sedang berlatih tenaga dalam, wajahnya yang hitam kebiruan berubah kemerahan, keringat sebesar butiran kacang kedelai menetes di dahi. Xu Qiao bangkit dengan cepat, ia mengawasi dengan seksama. Sebentar kemudian wajah kemerahan itu mulai berubah putih, warna hitam kebiruan lenyap pelahan. Jin Shui rupanya tengah menggunakan tenaga dalam untuk mengusir keluar racun dalam tubuhnya. Xu Qiao duduk di atas batu bundar di depannya, mengawasi hingga warna kulit wajah Jin Shui pulih seperti sebelumnya.

Jin Shui menarik nafas panjang, merentangkan kedua lengannya, tiga detik kemudian ia membuka mata pelahan. Xu Qiao berdiri dan mendekatinya.

"Jin Shui Gege, kau sudah berhasil mengusir keluar semua racunnya?" tanyanya.

"Racun hasil kerjaan orang Wansui Gu sangat hebat, aku hanya bisa menahannya dengan tenaga dalam," sahut Jin Shui. "Untuk sementara tidak akan berbahaya, tetapi jika tidak segera mendapatkan penawar bisa jadi akan menyerang jantung. Saat itu, dewa pun tidak akan bisa menolong."

"Jika kena sinar matahari bagaimana?" tanya Xu Qiao lagi.

"Sementara seharusnya tidak masalah." Jin Shui berdiri, menarik tangan Xu Qiao tanpa banyak berpikir. "Ikut aku, kita pergi ke suatu tempat," ajaknya.

Jin Shui tidak menunggu jawabannya, segera menariknya ke ruangan gua yang lain dengan setengah berlari. Xu Qiao melihat lubang yang besar di atap gua, cahaya benda angkasa menerobos masuk cukup banyak, tanaman merambat di sekitarnya tidak cukup tebal untuk menghalanginya. Di lantai gua terdapat banyak rumput dan ranting kering.

"Waktu itu aku jatuh disini, benarkah?" Xu Qiao bertanya.

"Lubang ini letaknya di dalam hutan, tidak ada yang akan menemukannya," Jin Shui berkata. "Waktu aku menemukanmu disini, aku juga baru tahu kalau ada lubang yang cukup besar untuk dilewati manusia. Kau tunggu sebentar disini."

Jin Shui melompat naik lebih dulu. Ia menguasai qinggong (ilmu ringan badan) yang baik, sekali lompat saja sudah tiba diluar gua. Dibantunya Xu Qiao naik ke atas dengan akar tanaman rambat yang panjang, keduanya sama sekali tidak menemui kesulitan hingga tiba di atas.

Lubang ini letaknya cukup tersembunyi dan tertutup tamanan bersulur serta ranting pepohonan. Waktu itu Xu Qiao terpeleset jatuh, karena tubuhnya cukup kecil ia baru bisa masuk sampai kemari.

"Jin Shui Gege, kita mau kemana?"

"Ikut aku."

Keduanya meninggalkan hutan kecil. Bangunan markas Haitang Jian Pai nampak di depan mata. Saat itu sudah hampir tengah malam, tidak nampak ada yang menjaga. Jin Shui membawa Xu Qiao ke bagian belakang gedung, melalui bagian yang tidak banyak mendapat perhatian. Mereka masuk melalui atap, sebentar saja sudah berada di dalam sebuah kamar latihan yang nampaknya sudah tidak terpakai.

"Jin Shui Gege, ini tempat apa?" Xu Qiao bertanya.

"Benda itu pasti disimpan disini. Waktu itu aku sudah menemukan jalan rahasia ke bawah sana tapi belum sempat menemukan sudah keburu ketahuan oleh Yuan Wan Cui nyonya busuk itu."

"Benda apa?" tanya Xu Qiao lagi.

"Xuanlong jian (Pedang Naga Hitam)."

"Xuanlong jian?"

Jin Shui menghampiri deretan senjata di salah satu bagian ruangan. Tiga buah tombak disandarkan ke dinding, satu lagi tergeletak di lantai begitu saja. Beberapa pedang dan tombak berkarat digeletakkan di sudut ruangan, satu diantaranya sudah patah. Jin Shui menyingkirkan ketiga tombak yang bersandar di dinding, kemudian mencari alat rahasia di belakangnya. Ia menemukan sebuah tempat lilin, kemudian memutarnya satu kali.

Sebuah lubang di lantai ruangan terbuka, di bawahnya nampak sederet anak tangga yang entah seberapa jauh.

"Jin Shui Gege, di dalam gelap sekali."

Jin Shui mengambil lilin dan menyalakannya, kemudian membawa Xu Qiao masuk ke dalam. Anak tangga kecil itu membawa keduanya ke sebuah ruangan bawah tanah yang lebih tidak terawat lagi. Xu Qiao memandang ke sekeliling. Ruangan bawah tanah ini rupanya sebuah tempat penyimpanan senjata yang sudah tidak dipakai. Pedang dan golok yang ada di sekitarnya keadaannya sama seperti yang berada di ruangan atas, sebagian besar sudah berkarat.

"Sebuah benda pusaka sepertinya tidak mungkin diletakkan disini," Xu Qiao berkata.

"Xuanlong jian adalah salah satu benda pusaka Yumen, tetapi bagi Yuan Wan Cui tidak lebih dari benda rongsokan yang seharusnya dimusnahkan," Jin Shui menyahut. "Akan tetapi benda ini dibuat dari logam murni yang ditempa dengan cara khusus, bahkan Yuan Wan Cui juga tidak akan bisa menghadapinya. Jika digabungkan dengan wuqing xue, maka akan menimbulkan kekuatan yang luar biasa."

Jin Shui menemukan sebuah bungkusan kain lusuh yang diantara bangkai senjata bercampur tanah, ia tahu benda itulah yang dicarinya. Benda yang dulu selalu tergantung di punggung Mo Ying. Lilin segera ia serahkan pada Xu Qiao, kemudian ia mulai menggali.

"Pedang pusaka aliran iblis seperti ini kau menginginkannya untuk apa?" Xu Qiao masih sempat bertanya. "Apakah tidak berbahaya?"

"Xuanlong jian tidak boleh dibiarkan begitu saja di tempat seperti ini," kata Jin Shui. "Mo Ying Shifu memintaku menjaganya, maka paling tidak aku harus mencari tempat yang sesuai untuknya."

Xu Qiao merasakan hawa dingin yang aneh pada tubuhnya, ia tidak tahu apakah yang dirasakannya ada hubungan dengan pedang pusaka warisan aliran iblis. Bungkusan kain itu sudah berada di tangan Jin Shui. Ia membukanya, di dalamnya terdapat sebuah pedang dengan sarungnya yang berwarna hitam pekat dan ukiran naga yang indah.

"Jin Shui Gege, mengapa tempat ini berubah menjadi dingin sekali?"

"Aku tidak merasakannya." Perhatian Jin Shui lebih banyak tertuju pada pedang di tangannya. Ia meraba sarung pedang itu dan merasakan hawa hangat yang menjalar langsung ke dalam sel-sel tubuhnya. Ketika Mo Ying menyerahkan pedang ini padanya, Jin Shui bahkan belum pernah membuka kain pembungkusnya, bentuk pedang yang sebenarnya ia baru melihat sekali ini.

"Xuanlong jian memang sebuah pusaka. Jika jatuh ke tangan yang salah, entah apa yang akan terjadi."

"Jin Shui Gege...."

Lilin di tangan Xu Qiao terjatuh. Jin Shui baru akan mengeluarkan pedang dari sarungnya, hampir terlambat menyadari bahwa keadaan Xu Qiao tidak terlalu baik. Nona kecil itu sudah terkulai jatuh ke lantai dan nampak sangat kedinginan. Jin Shui lekas menghampiri.

"Kau kenapa?" ia bertanya.

"Dingin sekali...."

Jin Shui teringat satu hal.

"Celaka! Racun itu."

Zixie du di dalam tubuh Xu Qiao sudah berumur sepuluh hari, sudah mulai bereaksi seperti yang dikatakan oleh si botak anak buah Zhou San Gong. Jin Shui segera menggendongnya, membawa xuanlong jian dan meninggalkan tempat itu. Paling penting membawa Xu Qiao ke tempat yang aman dulu, setelah itu baru memikirkan cara mengatasi racunnya.

Keduanya baru saja meninggalkan belakang markas, terdengar suara lonceng tanda bahaya dari kejauhan. Jin Shui tidak ingin memedulikannya dan terus berlari menggendong Xu Qiao yang semakin lemah. Ia belum lagi mencapai hutan kecil ketika didengarnya suara-suara teriakan orang mengejar. Rupanya kedatangan penyusup di ruang senjata sudah diketahui oleh para penghuni markas Haitang Jian Pai, dengan cepat mereka bergerak mencari ke setiap penjuru. Jin Shui terus berlari.

"Jin Shui Gege, sakit sekali," didengarnya suara Xu Qiao di telinganya. "Rasanya ada ribuan ulat di dalam kulitku...."

"Jangan takut, aku pasti bisa menolongmu."

Pinggiran hutan berada di depan mereka. Langkah Jin Shui terhenti. Yang ada di depannya bukan para murid Haitang Jian Pai yang berhasil mengejar, akan tetapi seorang gadis muda berpakaian serba putih, menggenggam sebuah seruling bambu panjang di tangannya. Jin Shui tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tetapi ia seperti pernah melihat seruling bambu panjang senjatanya.

"Siapa...."

Ia belum sempat bertanya, gadis berpakaian putih itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, langsung melancarkan serangan ke arah Jin Shui dengan seruling di tangannya. Jin Shui masih menggendong Xu Qiao, gerakannya sangat tidak leluasa, ia hanya bisa menangkis dengan pedang di tangannya secara sembarangan. Gadis itu berusaha memburu ke arah Xu Qiao, Jin Shui berusaha melindunginya. Gerakan keduanya sama-sama cepat dan bertenaga, Jin Shui pelan-pelan menyadari bahwa dasar ilmu lawan sama dengan dasar ilmunya sendiri.

"Wuqing xue," ia menyebutkan dasar ilmu yang digunakan oleh lawan. Gadis muda itu melompat mundur, tidak menyerang lagi. Jin Shui mengenalinya samar-samar.

"Ternyata salah satu pewaris Yumen."

"Hua Jin Shui, pewaris Mo Ying Shibo," gadis itu berkata padanya. "Terakhir kali kita bertemu ketika aku masih berusia sepuluh tahun."

"Kau adalah... pewaris Hu Ling Shishu?"

"Benar. Aku Zhu Bai Que, pewaris Hu Ling Shifu."

"Bagaimana kau bisa ada disini?"

"Ibuku yang menyerahkan aku pada Haitang Jian Pai ketika aku masih kecil, dan mereka membiarkan aku menjadi pelayan disini," gadis itu menyahut getir.

"Aku ingat," Jin Shui mengenali wajah gadis itu sebagai nona kecil yang tidak banyak bicara, sempat ragu-ragu ketika Hu Ling menetapkannya sebagai salah satu pewaris. Nona kecil itu kini sudah menjadi seorang gadis remaja yang cantik, namun raut wajah dan penampilannya tidak banyak berubah. "Ba yin xiao (seruling delapan nada)," disebutnya nama seruling di tangan si gadis.

"Apakah pewaris Chai Lang sudah menemuimu?" gadis itu bertanya lagi. "Sudah lewat enam tahun, Hu Ling Shifu juga sudah meninggal, tetapi dia masih belum datang juga, apakah dia akan datang atau tidak akan datang?"

"Dia pasti akan datang, hanya saja...." Jin Shui juga tidak tahu. "Sementara ini kau baik-baik saja berada di Haitang Jian Pai. Pada saatnya nanti baru meninggalkan tempat ini berkumpul lagi dengan yang lain."

"Aku khawatir mereka mencurigaiku," Zhu Bai Que mengungkapkan kesulitannya. "Sampai saat ini aku hanya bisa diam-diam melatih wuqing xue. Kesempatan semakin lama semakin sedikit. Yuan Zhangmen sudah tahu bahwa di dunia ini ada delapan pewaris Yumen yang masih hidup. Jika dia sampai menemukan bahwa aku adalah salah satu diantara mereka, maka aku khawatir tidak akan ada jalan hidup lagi."

"Dia jelas-jelas tahu identitasku tetapi masih membiarkanku hidup sampai delapan bulan," Jin Shui mengatakan apa adanya, "kuyakin dia akan lebih memilih mengumpulkan kedelapan pewaris dalam keadaan hidup."

Di kejauhan terdengar suara ribut-ribut. Zhu Bai Que berusaha tenang, tetapi tidak urung air mukanya memucat juga.

"Barusan ada yang menyusup ke dalam biara," ia memberitahu Jin Shui, "entah siapa yang membunyikan lonceng, tetapi sebentar lagi pasti akan ada yang mencari sampai kemari. Barusan aku sedang mencari kesempatan melatih wuqing xue, kemudian melihat kalian."

"Jin Shui Gege...." Xu Qiao bersuara lemah di samping telinga Jin Shui. Jin Shui tahu nona kecil ini sudah semakin parah kondisinya, jika tidak segera ditolong maka nyawanya akan sulit dipertahankan. "Nyawa manusia lebih penting, aku akan menolong nona ini dulu."

"Nona ini siapa?" tanya Zhu Bai Que.

Jin Shui belum lagi menjawab pertanyaannya, suara kesiur angin terdengar mendekat. Jin Shui dan Zhu Bai Que belum sempat meninggalkan tempat mereka, sejumlah wanita setengah umur sudah tiba disitu, mengepung mereka dengan pedang terhunus di tangan masing-masing. Yang paling depan adalah seorang wanita bertubuh tinggi besar, mengenakan pakaian berwarna hijau daun dengan mantel hitam pekat, kedua tangannya menggenggam sepasang pedang yang serupa. Air mukanya garang, sorot matanya bagai hendak membelah jiwa. Ia mengenali Jin Shui, juga mengenali Zhu Bai Que.

"Satu lagi pewaris aliran siluman Yumen," wanita itu berkata. "Ternyata dugaanku tidak salah, kalian yang datang sendiri padaku. Bai Que, sejak kecil kau ikut denganku, tidak disangka kau juga salah seorang dari mereka."

Zhu Bai Que maju selangkah.

"Hua Dage, kau pergi dulu tolong nona ini. Aku yang akan menghadapi mereka," ia berkata pada Jin Shui sebelum berpaling pada wanita yang baru datang. "Yuan Zhangmen, aku tahu kau tidak pernah sedikit pun menganggapku berguna karena reputasi ayahku. Sejak ibuku meninggal, di dunia ini hanya Hu Ling Shifu yang baik padaku, tetapi kau malah membunuhnya. Hari ini aku Zhu Bai Que akan menuntut balas."

"Hanya mengandalkanmu?"

Wanita tinggi besar itu dengan sendirinya adalah ketua Haitang Jian Pai dan guru Bao Xin Fei, Weian Shuang Jian Yuan Wan Cui. Yang datang bersamanya adalah para tetua Haitang Jian Pai. Haitang Jian Pai mempunyai tiga puluh enam tetua, sekali ini yang hadir adalah sepuluh diantara mereka.

"Jangan biarkan seorang pun lolos," Yuan Wan Cui memberi perintah pada sepuluh tetua yang datang bersamanya sambil menyerang ke arah Zhu Bai Que dan Jin Shui berdua, agaknya tidak menganggap bahwa turun tangan sendiri pada dua anak muda pewaris Yumen merendahkan derajatnya sebagai ketua sebuah aliran besar. Jin Shui tahu tidak ada jalan meloloskan diri, terpaksa menghadapi lawan sambil tetap menggendong Xu Qiao.

Yuan Wan Cui selain mengandalkan pedang kembarnya yang berbahaya juga menguasai san liu bao lian shu (tiga puluh enam jurus teratai mustika) yang terkenal lihai, setiap jurusnya nampak lembut bagai tarian, sama sekali tidak kelihatan membawa tenaga yang sanggup membunuh orang.

Ia mengincar Zhu Bai Que lebih dahulu, ia tahu bahwa jika Zhu Bai Que sudah dilumpuhkan, maka Jin Shui akan menyerah dengan sendirinya. Yumen di masa lalu memang dikenal sebagai aliran iblis, akan tetapi masing-masing anggota aliran ini juga dikenal setia kawan, tidak akan meninggalkan saudara demi mencari keselamatan sendiri. Karakter seperti inilah yang membuat delapan pelindung tidak bertahan lama dalam pelarian mereka dan satu demi satu kehilangan nyawa.

"Nyonya busuk, dia hanya seorang gadis kecil, ketua Haitang Jian Pai yang terhormat masakah hanya berani turun tangan pada anak perempuan?" Jin Shui menyadari taktik ini dan beberapa kali berusaha menghadang. "Aku adalah pewaris dari pelindung utama Mo Ying, jika berani kita bertarung satu lawan satu."

"Semua sisa aliran siluman Yumen harus dibasmi, tidak ada kecuali," sahut Yuan Wan Cui, "Hua Jin Shui, kau baik-baik saja menunggu giliran."

Sambil berbicara, Yuan Wan Cui masih bisa membelokkan langkah kakinya, setengah melayang ke samping Jin Shui, satu pedangnya mengarah pada Zhu Bai Que, sekali ini memaksa Zhu Bai Que menangkis dengan seruling yang tergenggang dengan kedua tangannya. Zhu Bai Que merasakan keringat dinginnya mengalir, menyadari seruling itu dipastikan akan patah dan dirinya akan terbelah menjadi dua bagian jika lawan menggunakan seluruh tenaga.

Yuan Wan Cui rupanya merasa Zhu Bai Que masih berharga dalam keadaan hidup, ia mengangkat tangan sedikit, hanya gagang pedang yang menekan seruling ba yin xiao di tangan si gadis muda. Ia juga hanya menggunakan sedikit tenaga, hanya cukup menekan Zhu Bai Que dan membuatnya kedua tangannya kesemutan.

Jin Shui melihat keadaan ini, ia hanya terlambat sedetik karena langkahnya terasa lebih berat dengan adanya Xu Qiao dalam gendongannya. Yuan Wan Cui tidak menyiakan waktu dan menggunakan tangan yang sebelah lagi untuk menghantam Zhu Bai Que, membuatnya terlempar ke tanah dan memuntahkan darah, seruling di tangannya terlepas dari pegangan.

"Zhu Guniang!"

Yuan Wan Cui sungguh tidak membuang sedikit pun kesempatan, memang dia adalah seorang tokoh tua yang sudah banyak pengalaman. Baru selesai menghantam Zhu Bai Que, ia sudah bersalto balik dan tiba-tiba sudah berada di hadapan Jin Shui, kedua pedang menyambar, salah satunya bahkan sempat mampir menggores wajah Jin Shui. Darah mengalir sampai ke bibir Jin Shui, membuat tenaga dalam pemberian Mo Ying dalam dirinya bergolak untuk sesaat.

Jin Shui mengikat Xu Qiao di punggungnya dengan kain pembungkus pedang, kemudian tanpa pikir panjang lagi ia menghunus senjata itu dari sarungnya. Kilauan pedang xuanlong jian nampak menyilaukan, bekas darah mengering yang masih tersisa di badan pedang mengingatkan Jin Shui pada cerita Mo Ying gurunya mengenai bagaimana orang-orang Yumen dibantai, keluarga mereka juga tidak ada yang diampuni. Darahnya seketika mendidih, tenaga dalam pemberian Mo Ying dalam tubuhnya seakan berontak ingin keluar.

Yuan Wan Cui terlambat menyadari perubahan ini, ia mendapati kedua mata Jin Shui berubah merah mengerikan, hawa yang berada di sekitarnya terasa pekat. Ketika pedang kembarnya beradu dengan xuanlong jian, ia merasakah tenaga yang sangat besar, gelombang energi yang lebih kuat dari yang dimilikinya mengitari, menghantamnya tanpa ampun.

Hanya dalam beberapa jurus saja ia sudah kewalahan, dan hal ini disaksikan oleh para tetua Haitang Jian Pai yang berada di sekitar tempat itu. Tanpa banyak bicara, mereka semua turun tangan membantu dengan pedang terhunus.

Jin Shui tidak memedulikan apa pun, membiarkan saja tenaga dalam milik Mo Ying yang ada di tubuhnya mengalir di setiap sel darahnya, membuatnya lebih kuat, cepat dan juga kejam. Ia juga tidak lagi peduli bahwa yang dihadapinya adalah sekelompok perempuan yang sudah berumur. Setiap sambaran pedangnya berubah berbahaya, tanpa ampun. Bayangan kematian kakeknya, bayangan kematian Mo Ying, semuanya membangunkan kebencian dalam dirinya. Tanpa bisa dicegah, tiga tetua Haitang Jian Pai sekaligus terkena tebasan pedangnya dan tewas dalam keadaan mengerikan.

Yuan Wan Cui dalam keadaan seperti ini masih cukup sadar, mengetahui bahwa perubahan Jin Shui sangat berbahaya. Ia masih berusaha mengerahkan seluruh kemampuan untuk melumpuhkan lawan, atau jika bisa membunuhnya. Akan tetapi pukulan jarak jauh Jin Shui berhasil menghantamnya, membuatnya memuntahkan darah, hanya kurang satu bagian lagi untuk mengambil jiwanya.

Belum lagi Yuan Wan Cui bangun, tiga orang tetua Haitang Jian Pai lain sudah tergeletak di tanah. Empat yang tersisa nampak sangat kewalahan, dua diantaranya sudah terluka parah. Ketika Jin Shui sekali lagi menarik nafas, satu orang dengan sengaja maju mendahului tiga saudaranya, membiarkan pedang xuanlong menancap di tubuhnya sebelum ia berusaha meraih tangan Jin Shui dan tidak hendak melepaskannya.

Hanya saja kemampuan satu tetua ini tidak cukup untuk menahan seorang pewaris utama Yumen, ia tidak berhasil meraih ujung lengan baju Jin Shui. Begitupun ia sudah berhasil menahan untuk beberapa saat, bersamaan pada saat itu Xu Qiao dalam gendongan Jin Shui mengeluarkan suara rintihan tertahan. Racun sudah bereaksi di seluruh badannya, ia berkeringat dingin dan seluruh darahnya serasa beku.

"Jin Shui Gege...."

Panggilan ini terdengar oleh Jin Shui, bagai menyadarkannya. Dalam hatinya bagaimana pun masih ada sifat baik, sudah cukup untuk meredakan emosinya. Ia mencabut pedang dari tubuh tetua itu, memasukkan kembali ke dalam sarungnya, sorot matanya pelan-pelan pulih seperti semula, akan tetapi pengaruh pembantaian barusan masih mengacaukan pikirannya. Tidak ingin membantai lebih banyak orang, ia membalik badan dan melesat meninggalkan tempat itu, masih membawa Xu Qiao yang sekarat.

Di tempat itu tergeletak tubuh sembilan tetua Haitang Jian Pai, tujuh tewas mengenaskan dan dua terluka parah. Satu orang yang masih bisa bergerak segera menghampiri Yuan Wan Cui dan memapahnya.

Pewaris Hu Ling masih sempat membuka mata sesaat, samar-samar melihat ada sepasang kaki semampai datang mendekat, sesudah itu semuanya gelap sama sekali.

Jin Shui membuka kedua matanya pelahan. Ia merasa sangat lemah bagai sudah kehilangan seluruh tulangnya, tidak ingat bagaimana dirinya bisa kembali lagi ke dalam gua di hutan di belakang markas Haitang Jian Pai dan berbaring di atas tumpukan rumput kering, di sampingnya masih ada api unggun dengan nyalanya yang sudah meredup. Di dahinya masih ada sebuah lipatan kain basah yang telah membantunya menurunkan suhu badan.

"Kau jangan bangun dulu," suara Xu Qiao menahannya sebelum ia bangkit berdiri. "Berbaring baik-baik."

Jin Shui mematuhinya, membiarkan Xu Qiao mengambil lipatan kain di dahinya, kemudian memeriksa suhu badannya. Ia merasakan kepalanya sangat berat, kesadarannya baru kembali tujuh bagian.

"Panas badan sudah turun, sudah tidak demam lagi," Xu Qiao berkata padanya. "Sudah tidak apa-apa." Ia membantu Jin Shui duduk bersandar ke dinding gua.

"Bagaimana aku bisa berada disini?" Jin Shui menunjuk pada lipatan kain di tangan Xu Qiao. "Untuk apa ini?"

"Ini untuk mengompres dahimu. Semalam badanmu panas sekali, aku tidak tahu cara lain kecuali ini."

"Semalam...." Jin Shui teringat samar-samar. Semalam racun di dalam tubuh Xu Qiao bereaksi ketika mereka mengambil xuanlong jian dari gudang senjata bekas itu, Zhu Bai Que muncul dan dilukai oleh Yuan Wan Cui, kemudian mereka juga harus menghadapi para tetua Haitang Jian Pai. "Semalam bukankah kau yang sakit?" ia bertanya. "Aku ingat, aku membawamu meninggalkan mereka, setelah itu...."

"Kau sungguh tidak ingat?" Xu Qiao menanya. "Kau membawaku kembali kemari, saat itu aku baru mulai sadar, racun itu sangat mengerikan. Seluruh urat di badanku seperti akan keluar, sakitnya luar biasa. Kau lantas menyalurkan tenaga sampai pagi, racun di dalam tubuhku baru bisa dilenyapkan, tetapi setelah itu kau jatuh pingsan, badanmu panas sekali." Ia memandang Jin Shui dengan cemas. "Apakah... racun itu sudah pindah ke badanmu?"

"Aku...." Jin Shui teringat, ia terpaksa mengeluarkan xuanlong jian dari sarungnya ketika melihat Zhu Bai Que dilukai oleh Yuan Wan Cui, emosi dan tenaga dalam milik Mo Ying menguasainya, ia bagai dirasuki hawa iblis sehingga melakukan pembunuhan dengan sangat keji, akan tetapi kemudian demi menyelamatkan Xu Qiao ia meninggalkan pertarungan, kembali ke gua ini dan menggunakan tenaga dalam yang sama untuk mengatasi reaksi zixie du. "Dimana dia?"

"Siapa?" tanya Xu Qiao.

"Zhu Guniang."

"Zhu Guniang? Siapa Zhu Guniang?"

"Nona yang kita temui di pinggir hutan," sahut Jin Shui. "Dia dilukai oleh Yuan Wan Cui, tidak tahu bagaimana keadaannya."

"Nona yang mana? Aku tidak ingat. Kita meninggalkan tempat pedang itu, kau langsung membawaku kemari. Aku ingat... ada perkelahian, lalu kau membawaku kembali kesini dan mengobati aku."

Saat berkelahi dengan orang-orang Haitang Jian Pai, Xu Qiao masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, tidak tahu dengan jelas apa yang sudah terjadi. Jin Shui menarik nafas. Akan lebih baik jika nona kecil ini selamanya tidak tahu. Semalam terjadi pembantaian, Jin Shui tidak ingin menjelaskan lebih banyak mengenai hal ini.

"Ulurkan tanganmu," Jin Shui berkata padanya. "Aku akan memeriksa apakah zixie du masih ada atau tidak."

Xu Qiao mematuhinya, segera mengulurkan sebelah tangan. Jin Shui memeriksa nadinya beberapa saat. Ia merasakan hawa yang aneh dalam tubuh nona kecil itu. Dipandangnya Xu Qiao, dengan cepat ia memahami satu hal.

"Aku tidak menggunakan tenaga dalam untuk melenyapkan racun dalam tubuhmu," ia berkata kemudian, "semalam aku setengah tidak sadar, malah menggunakan tenaga wuqing xue untuk memindahkan racun zhaobai du dalam tubuhku dan membuatnya bersatu dengan racun zixie. Racun lawan racun, berhasil meredakan pengaruh zixie du dalam tubuhmu."

"Kalau begitu aku tidak keracunan lagi?" Xu Qiao memandangnya dengan penuh harap. "Aku tidak perlu takut mati, juga tidak perlu takut kesakitan seperti kemarin, benarkah?"

Jin Shui melepaskan tangannya, ia menarik nafas dalam-dalam. "Aku tidak tahu," ia berkata singkat.

"Kau tidak tahu? Apa maksudmu kau tidak tahu?" tanya Xu Qiao.

"Aku bukan seorang ahli racun, terhadap hasil kerja orang-orang Wansui Gu juga hanya tahu sedikit," kata Jin Shui. "Pengaruh zixie du memang bisa dihilangkan untuk saat ini, tapi aku tidak tahu apakah kau sudah benar-benar bebas darinya."

Harapan Xu Qiao lenyap sama sekali. "Kalau begitu... aku tetap akan mati?" ia menanya sambil menundukkan kepala.

Jin Shui tidak segera menjawab.

"Jin Shui Gege, aku tahu kau bisa menolongku. Aku...."

Kata-katanya belum lagi habis, Jin Shui sudah mendekap mulutnya dan menariknya ke bagian gua yang gelap, memberi isyarat untuk tidak bersuara. Xu Qiao sebentar kemudian memahami alasannya. Seseorang sudah hadir di ruangan gua yang sama, cahaya samar yang menerobos masuk memperlihatkan sosok seorang wanita tinggi besar dengan jubah merah darah. Xu Qiao tidak lekas mengenali, akan tetapi Jin Shui masih ingat jelas sosok si ketua Haitang Jian, Haian Shuan Jian Yuan Wan Cui.

"Hua Jin Shui, lekas keluar!" Yuan Wan Cui berteriak keras, tujuannya kemari adalah mencari Jin Shui demi memusnahkan sisa aliran iblis ini. Ia tidak peduli dan takut lagi dengan kelihaian xuanlong jian di tangan Jin Shui setelah pagi ini menemukan jenasah orang-orang terdekatnya, tujuh orang tewas mengerikan oleh tebasan xuanlong jian, dua yang terluka parah juga tidak bisa bertahan. Ia sudah membiarkan Jin Shui hidup selama delapan bulan, sudah waktunya diakhiri.

"Hua Jin Shui!"

Jin Shui memberi isyarat pada Xu Qiao untuk tetap bersembunyi. Ia sendiri kemudian keluar, meraih pedangnya dengan gerakan cepat, kemudian menyerang ke arah Yuan Wan Cui sebelum si zhangmen menyadari datangnya bahaya. Reaksinya nyaris terlambat, gerakan Jin Shui bagaikan kilat, juga lebih memahami keadaan dalam gua sehingga ruang geraknya lebih bebas, sebuah totokan tiba-tiba saja mendarat di beberapa jalan darah Yuan Wan Cui, membuat tubuhnya seketika tidak bisa digerakkan sama sekali.

"Hua Jin Shui!"

"Yuan Zhangmen, kau sudah menerimaku sebagai tamu di tempatmu selama delapan bulan, hari ini aku Hua Jin Shui sudah waktunya berpamitan. Terima kasih selama ini kau sudah menjagaku baik-baik. Sampai jumpa."

Jin Shui segera menarik Xu Qiao, kemudian meninggalkan gua dengan Yuan Wan Cui seorang diri di dalamnya.

"Kau tidak bisa pergi! Racun itu...."

Akan tetapi racun zhaobai dalam tubuh Jin Shui sudah dipindahkan ke badan Xu Qiao dengan tenaga wuqing xue, bersatu dengan zixie du. Nona kecil itu tidak lagi merasakan sakit, Jin Shui juga bisa merasakan sinar matahari hangat menyentuh kulitnya.

Keduanya meninggalkan gua bawah tanah, kembali ke tempat pembantaian semalam. Jin Shui ingat ia meninggalkan Zhu Bai Que disana, tentu ia mesti mencari tahu bagaimana nasib si nona pewaris Hu Ling.

"Tutup matamu," ia memberi perintah pada Xu Qiao saat mendekati tempat pembantaian, tidak ingin gadis cilik itu menyaksikan pemandangan mengerikan yang akan membawa pengaruh baginya.

"Mengapa?" tanya Xu Qiao.

Jin Shui tidak memberi jawaban, begitu saja menarik Xu Qiao ke dalam dekapannya, menyembunyikan wajahnya di dada dan menutupinya dengan lengannya. Xu Qiao tersentak kaget, untuk beberapa saat hanya bisa merasakan detak jantungnya yang lebih kencang daripada biasanya, dan dekapan Jin Shui yang terasa hangat seakan menenangkannya.

Sudah tidak ada orang di arena pembantaian semalam, hanya sisa darah dan potongan senjata yang ditinggalkan disitu. Jin Shui mendapati sejumlah jejak kaki manusia yang menuju markas Haitang Jian Pai, agaknya jejak anak murid Yuan Wan Cui yang sudah membawa pulang jenasah para tetua. Dua jejak kaki lain didapatinya meninggalkan tempat itu ke arah yang berbeda, menembus hutan menuju bawah gunung.

Masih membawa Xu Qiao dalam dekapannya, Jin Shui melesat ke arah lereng gunung, melayang ringan diantara pepohonan, sebentar kemudian bisa melihat belasan anak murid Haitang Jian Pai yang membawa sepuluh tandu, sembilan diantaranya berisi jenasah, hanya satu yang berisi sisa tetua yang selamat dari pertarungan semalam, dalam keadaan terluka dan tidak sadarkan diri. Tidak ada tanda keberadaan Zhu Bai Que, agaknya ada orang lain yang membawa pergi pewaris Hu Ling itu tadi malam saat keadaan masih kacau.

Jin Shui terus mendahului menuju arah timur, ke arah bangunan markas Haitang Jian Pai. Matahari sudah cukup tinggi akan tetapi Jin Shui sudah tidak lagi merasakan pengaruhnya, Xu Qiao pun kelihatan baik-baik saja. Jin Shui tahu kalau zhaobai du dalam tubuhnya sudah lenyap sama sekali, tidak perlu bersembunyi dalam kegelapan lagi. Ia membawa Xu Qiao ke tempat penyimpanan obat.

"Jin Shui Gege, kau ingin mencari apa lagi?" Xu Qiao memprotes.

"Saat ini Yuan Wan Cui nyonya busuk itu berada di dalam gua bawah tanah, totokanku paling cepat sejam baru terbuka," sahut Jin Shui. Kita masih punya banyak waktu, sebelum pergi tentu saja harus menemukan penawar racun zixie. Jika nyonya busuk itu memilikinya, mana boleh tidak membaginya denganmu."

"Kau yakin dia punya obat itu?"

"Aku hanya tahu dia punya ruang penyimpanan obat ini. Kita cari saja."

Suasana di markas Haitang Jian Pai tidak seperti biasanya, ruang penyimpanan obat ini pun tidak ada yang menjaga karena anak murid yang ada sedang berkumpul di aula besar. Sembilan tetua terbunuh, satu terluka cukup parah, maka para tetua lain langsung mengumpulkan para murid untuk menyelidiki pelakunya. Kemunculan Yuan Wan Cui di gua bawah tanah tadi sudah jelas untuk menangkap Jin Shui, mati atau setengah mati untuk diserahkan pada para tetua.

Jin Shui dengan sengaja mengacak-acak ruang penyimpanan obat itu. Hari ini ia bisa lolos dari tangan Yuan Wan Cui, ia tahu selanjutnya nyonya tua itu tidak akan bisa lagi menyangkal keberadaan pewaris Yumen dan akan memberitahukan semua yang diketahuinya pada para tetua. Sudah jelas di kemudian hari Haitang Jian Pai akan terang-terangan berusaha memburu para pewaris Yumen untuk membalaskan kematian orang-orangnya, sekalian saja Jin Shui menambah minyak dalam api dengan merusak ruang penyimpanan obat kesayangan si Weian Shuang Jian.

"Jin Shui Gege," Xu Qiao memprotes. Beberapa botol obat dihancurkan, berbagai jenis rumput obat dicampur menjadi satu, bahkan rak penyimpanan pun dirusakkan oleh Jin Shui. "Mana boleh seperti ini?"

"Yuan Wan Cui sudah delapan bulan mengurung aku di dalam kegelapan, aku hanya ingin memberinya sedikit pelajaran agar tidak menindas yang muda," Jin Shui menyahut dengan gaya seorang biarawan. "Dia juga tidak pernah memakai obat-obat ini untuk menolong orang, jadi obat-obat ini juga tidak ada gunanya."

"Tapi...."

"Obat penawar sudah tidak ada disini," kata Jin Shui kemudian. "Kita pergi."

Xu Qiao sama sekali tidak berpikir tentang dendam dan kebencian, mimpi tentang pembunuhan itu pun seakan sudah lenyap dari pikirannya. Sekarang ia sedang merasakan hawa kebebasan yang belum pernah ia temui sebelumnya, terlebih di sisinya ada Hua Jin Shui. Xu Qiao memiliki empat kakak perempuan, semuanya menyayangi dan memanjakannya lebih dari ayah ibunya, tapi ia selalu merasa kekurangan seorang kakak lelaki, maka kehadiran Jin Shui sudah menutup kekurangan ini. Boleh dibilang, Xu Qiao sudah tidak menginginkan apa-apa lagi kecuali harapan bahwa kebebasan yang ia miliki sekarang adalah untuk selamanya.

Pagi itu mereka sudah jauh meninggalkan Haitang Jian Pai, melewati desa kecil yang ramai, kemudian tiba di kawasan perbukitan yang pemandangan alamnya luar biasa. Lembah di kejauhan sangat hijau, aliran sungai bagaikan lukisan, batas cakrawala memberikan warna yang sangat indah. Udara senja begitu damai, Xu Qiao penuh dengan semangat, berkejaran dengan Jin Shui di atas bukit yang mulai diselimuti kabut tipis.

Jin Shui sudah mencukur dan membersihkan wajahnya, mengganti pakaiannya dengan yang baru dan sedikit menampakkan wujud aslinya. Ia masih belum bebas dari bekas racun tempo hari, tetapi Xu Qiao sudah bisa melihat bahwa ia sebenarnya masih berusia sangat muda, belum lagi lewat dua puluh, sangat berwibawa dan seolah mampu mempengaruhi orang lain dengan sorotan matanya. Jika saja dia tidak terkena racun dan dikurung selama delapan bulan di gua bawah tanah, maka bisa dipastikan Jin Shui adalah seorang pemuda yang mampu menaklukkan hati semua gadis dan membuat para pemuda rela mengalah padanya.

Tentu saja Xu Qiao masih terlalu muda untuk memahami perasaan hati, sampai saat ini baginya Jin Shui adalah kawan, mungkin juga seorang kakak. Dan pikiran sederhananya sangat menyukai kawan yang satu ini sehingga ingin selalu berada bersamanya.

Malam itu mereka menemukan sebuah perkampungan kecil yang hanya terdiri beberapa buah rumah gubug, penduduknya mungkin juga hanya belasan orang, semuanya adalah kaum petani. Karena tidak ada penginapan, maka mereka meminta ijin menginap di sebuah rumah yang paling ujung. Si pemilik rumah hanya sepasang kakek nenek yang sudah rabun, merasa ada yang aneh dengan penampilan Jin Shui tetapi tidak bisa melihat dengan jelas sehingga kemudian membiarkan saja anak muda dan gadis kecil yang bersamanya itu menempati sebuah gubug di belakang rumah yang biasanya dipakai sebagai tempat menyimpan kayu bakar, bahkan mengantarkan dua mangkuk nasi beserta lauknya pada mereka.

Makanan orang desa ini bagi Jin Shui lebih enak daripada nasi dan lauk hambar diterimanya selama delapan bulan berada Haitang Jian Pai. Ia makan dengan lahap, sedangkan Xu Qiao hanya memakan sedikit saja. Jin Shui melihat wajah Xu Qiao sedikit pucat, kemudian memeriksanya. Racun zixie yang ada di tubuh gadis kecil ini sudah ditahan oleh racun zhaobai. Agaknya sudah mulai terjadi pertarungan antara keduanya, membuat Xu Qiao tidak enak badan. Tentu saja Jin Shui khawatir jika tubuh Xu Qiao tidak bisa menerima lagi kedua racun ini, akibatnya sungguh tidak bisa dibayangkan.

"Duduklah," kata Jin Shui kemudian, "aku akan mencoba menggunakan tenaga dalam milik Mo Ying untuk mengatasi racun."

Xu Qiao menurut. Jin Shui meraih tangannya, mengalirkan hawa hangat melalui nadinya, pelan-pelan membuat rasa tidak enak dalam tubuhnya berkurang. Jin Shui sudah menerima tenaga dalam hasil latihan Mo Ying selama puluhan tahun. Tenaga dalam ini sangat kuat, selama delapan bulan dikurung di Haitang Jian Pai pun Jin Shui sudah melatihnya, ia bisa menahan ketika tidak ingin menunjukkan, dan bisa menggunakannya saat memerlukan.

Ia hendak menggunakan tenaga dalam itu untuk memaksa keluar kedua jenis racun, tetapi ternyata tidak bisa. Pegangannya terlepas, seperti terkena sengatan listrik. Xu Qiao sendiri lekas menarik tangan, agaknya merasakan hal yang sama. Beruntung Jin Shui cukup hati-hati sehingga keduanya tidak sampai terluka dalam.

"Jin Shui Gege, apa yang terjadi?"

"Tidak apa," Jin Shui merasakan kepalanya sakit seperti terkena hantaman benda keras. "Tenangkan hatimu, aku akan mencoba lagi."

Tentu ia tidak berani mencoba mengusir racun lagi, khawatir Xu Qiao akan terluka. Untuk sementara ini hanya bisa memberikan tenaga untuk menahan kerja racun. Hawa hangat kembali mengalir, sejam kemudian baru Xu Qiao merasakan sakit di badannya sudah berkurang. Kedua jenis racun itu tidak lagi bertarung. Ia mulai merasakan kantuk, akhirnya terkulai di pangkuan Jin Shui.

Jin Shui menyentuh dahinya, memeriksa nadinya. Ia menarik nafas lega. Nyawa gadis kecil ini untuk sementara tidak akan berbahaya, juga tidak akan kesakitan. Mesti lekas mencari cara untuk menyingkirkan kedua jenis racun itu. Dicobanya mengingat-ingat petunjuk yang ada pada kitab wuqing xue yang sudah dihafalkannya, atau petunjuk yang pernah diberikan oleh Mo Ying untuk menyingkirkan racun.

"Wuqing xue yang dikuasai oleh kami delapan pelindung paling tinggi adalah milikku, yaitu tingkat ke tujuh. Aku bisa menyingkirkan racun kecil macam gigitan ular biasa, atau obat pelemah tulang dan sejenisnya, tetapi terhadap racunnya orang Wansui Gu sering tidak berdaya," diingatnya kata-kata Mo Ying. "Wansui Gu adalah tempat berkumpulnya para ahli racun. Racun yang mereka buat tentu tidak bisa dipunahkan dengan sembarangan."

Celakanya yang sekarang ada di badan Xu Qiao adalah dua jenis racun terhebat milik Wansui Gu. Jin Shui berpikir, apa perlu menerobos masuk ke Wansui Gu demi mendapatkan penawar? Tetapi dengan kemampuannya sekarang, ia tahu hanya akan mengantar nyawa sia-sia. Mungkin perlu menculik anak perempuannya Zhou San Gong buat ditukar dengan obat penawar. Yang penting menyelamatkan Xu Qiao, urusan lain ia bisa menanggungnya.

Tidak bisa, ia memberitahu diri sendiri, masih ada tugas membangkitkan kembali Yumen di masa depan. Tidak boleh sampai mati. Terlebih mati demi seorang gadis kecil putri majikan Huofeng Lou.

Ia mengumpulkan tenaga di telapak tangan, kemudian mengangkatnya. "Dalam beberapa hari kau akan kesakitan lagi, jauh lebih hebat dari sekarang. Saat itu belum tentu ada orang yang akan menolongmu," katanya pelan. Niatnya adalah supaya Xu Qiao tidak perlu lagi merasakan sakit. Dengan sekali hantaman tangannya, Xu Qiao akan mati dan semuanya akan berakhir.

Tetapi ia tidak juga menurunkan tangan. Hatinya amat lemah, saat ini tidak mampu menghabisi gadis kecil ini apa pun alasannya. Tidak karena berasal dari aliran lurus yang kelak dia bisa jadi akan menjadi musuh. Juga tidak demi menghilangkan penderitaannya akibat kedua jenis racun zixie dan zhaobai.

Kemudian diingatnya pula kata-kata Mo Ying lainnya, "Ketua Yumen terdahulu ada yang bisa menguasai wuqing xue sampai tingkat ke delapan. Tingkat delapan ini kabarnya punya sifat yang berbeda sama sekali dengan tingkatan sebelumnya. Kekuatannya berlipat. Saat itu, orang yang menguasainya akan bisa memunahkan segala jenis racun, mengobati segala jenis luka dalam, bahkan bisa menghidupkan orang yang sudah putus nafasnya."

Ia menarik nafas. Wuqing xue yang dikuasainya baru tingkat tiga, hendak menguasai sampai tingkat delapan masih sangat jauh, bisa menghabiskan puluhan tahun seperti Mo Ying. Seorang yang sudah terkena racun zixie dan zhaobai tidak akan bisa menunggu sampai segitu lama. Sedangkan pada masa ini tidak ada lagi ketua Yumen yang menguasai wuqing xue tingkat ke delapan.

Semalaman itu ia berpikir, berusaha mencari celah untuk menyelamatkan Xu Qiao. Akhirnya ia mesti mengakui, dirinya tidak berdaya. Terpaksa melalui sehari demi sehari, selagi masih bisa bersama nona kecil ini maka akan bersamanya. Jika pada saatnya tidak juga bisa menyelamatkan, baru membunuhnya untuk menghentikan penderitaannya. Maka ia memberitahu diri sendiri, mesti mempersiapkan diri untuk akhir yang terburuk, tidak boleh sampai lemah hati.

Ia baru tertidur saat tengah malam sudah lewat jauh dan baru terbangun saat Xu Qiao menarik tangannya. Sinar matahari menyusup redup lewat celah dinding dan atap jerami. Di bawah sinar itu cukup jelas dilihatnya pipi Xu Qiao sudah memerah, ia tidak lagi sakit dan pucat. Ia hidup dan Jin Shui sangat menyesali semalam dirinya nyaris mencelakai gadis kecil ini dan merenggut jiwanya.

"Jin Shui Gege, ayo pergi," Xu Qiao berkata dengan ceria. Senyumannya amat menarik, suaranya terdengar merdu, membuat Jin Shui menatapnya nyaris tanpa berkedip.

"Kemana?" tanyanya tanpa sadar.

"Bukankah kau pernah mengatakan, asalkan bisa meninggalkan ruang tahanan di Haitang Jian Pai, maka akan memborong habis menu satu rumah makan, memesan arak hingga sepuluh guci sekaligus? Sudah pagi, aku juga sudah sehat, kita bisa pergi ke kota terdekat dan mencari rumah makan yang paling besar disana."

Kata-katanya membuat Jin Shui benar-benar terdiam. Memang ia pernah mengatakan hal sedemikian, karena bosan setiap hari selama berbulan-bulan hanya diberi makan nasi sayur hambar dan air putih saja. Tidak disangka Xu Qiao masih mengingatnya. Perhatian yang begitu sederhana, ia langsung merasakan sentuhan di hatinya. Lekas ditariknya Xu Qiao ke dalam pelukannya, salah satunya agar nona kecil itu tidak melihat air matanya yang menitik jatuh.

"Aku pasti akan menemukan cara untuk menyembuhkanmu," katanya pelahan. "Tidak akan membiarkan kedua racun itu mengganggumu. Tidak akan."

"Bukankah aku baik-baik saja," sahut Xu Qiao sambil tertawa. "Aku sudah lapar sekali, bisakah kita pergi sekarang?"

"Bisa, tentu saja bisa," Jin Shui lekas menyingkirkan air matanya.

Mereka meninggalkan desa kecil itu, langsung menuju kota terdekat. Kedua suami istri tua pemilik rumah membekali mereka dengan berbagai macam kue kering, Xu Qiao pun meninggalkan sejumlah uang perak untuk mereka.

Baru saja meninggalkan desa kecil, Jin Shui tiba-tiba menarik Xu Qiao ke atas pohon dan bersembunyi disana. Xu Qiao memandangnya untuk bertanya, tapi Jin Shui tidak perlu memberi penjelasan. Tidak lama, terdengar suara langkah kaki sejumlah orang. Lima orang perempuan berbaju putih muncul di jalan setapak, senjata mereka sudah siap di tangan. Jin Shui mengenali pemimpin mereka sebagai Yun He, salah satu murid utama Haitang Jian Pai. Yang ada bersamanya tentu adalah adik-adiknya.

"Kemana iblis aliran siluman itu?" salah seorang terdengar bertanya.

"Jejak ini berhenti disini, dia pasti bersembunyi tidak jauh," sambung yang lainnya.

"Apa kau yakin ini jejaknya? Jelas-jelas adalah jejak dua orang, apakah iblis itu ada kawannya?"

"Lekas cari orangnya saja."

Di sekitar tempat itu terdapat banyak semak belukar, pohon rindang dan bebatuan, tempat-tempat yang bisa digunakan untuk persembunyian manusia. Xu Qiao menutup mulut dan menahan nafas menyaksikan kelima anak murid Yuan Wan Cui menggeledah di sekitar. Jin Shui nampak lebih tenang. Ia memberi isyarat pada Xu Qiao untuk diam di tempat, kemudian meloncat turun, tidak jauh dari lima pencarinya itu. Xu Qiao kaget bukan main, tetapi juga tidak bisa begitu saja meloncat turun mengejarnya.

"Itu dia!"

"Tangkap!"

Jin Shui langsung melesat ke arah utara. Yun He berlima segera saja ikut ikut melesat ke utara, tidak seorang pun yang sempat melihat keberadaan Xu Qiao.

"Jin Shui Gege...." Xu Qiao merosot turun dari batang pohon dengan kebingungan. Jin Shui meninggalkannya demi mengalihkan perhatian Yun He dan empat adiknya. Ia tidak bisa mengejar, juga tidak berani pergi jauh-jauh karena khawatir akan tersesat.

"Sudah beres, mereka tidak akan kembali lagi kesini menemukan kita," Jin Shui tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Rupanya ia barusan hanya memancing pergi lima murid Haitang Jian Pai itu. Ilmu ringan badannya sangat bagus, ditambah lagi Mo Ying sudah memberikan tenaga dalam hasil latihan berpuluh tahun padanya. Yun He dan empat adiknya meski juga menguasai ilmu ringan badan cukup baik tetapi rupanya masih bisa ditipu.

"Bagaimana kau...." Xu Qiao nampak tidak percaya. Jin Shui Gege-nya bagai bisa menghilang dan muncul lagi dengan begitu saja.

"Aku hanya lari sebentar, kemudian bersembunyi di belakang batu," Jin Shui menjelaskan. "Mereka terlalu ingin menangkapku, terus mengejar ke utara. Aku cukup menunggu mereka lewat sebentar lantas kembali kemari."

"Jika mereka kembali lagi bagaimana?" tanya Xu Qiao pula.

"Untuk sementara tidak akan. Kau mendahului aku menuju arah timur, aku akan berjalan di belakangmu sambil menghapus jejak kita. Meski mereka kembali atau gurumu yang muncul disini, juga tidak akan tahu kemana mesti mengejar."

Jin Shui dan Xu Qiao tidak memiliki tunggangan, mereka juga tidak merasa diburu oleh waktu. Setelah Jin Shui merasa cukup menghapus jejak, maka mereka berjalan bersama dengan santai, mengobrol dan tertawa sepanjang jalan. Menyaksikan Xu Qiao dalam keadaan sehat dan nampak begitu ceria, Jin Shui merasa sangat senang, tetapi juga sedih. Ia menyukai nona kecil ini lebih dari yang seharusnya, tetapi juga tahu keceriaan itu tidak akan bertahan lama.

Deretan pegunungan di sekitar markas Haitang Jian Pai cukup panjang, meninggalkan desa kecil itu mereka tidak bisa lekas menemukan pemukiman penduduk lain, tidak ada yang bisa ditanyai dimana letaknya kota terdekat. Tetapi mereka tidak terlalu memusingkan masalah ini. Yang paling penting adalah mereka bersama dan bisa menghindar dari kejaran orang.

"Jin Shui Gege, kita adu qinggong siapa yang lebih baik!" Xu Qiao menantang Jin Shui dengan ceria. "Siapa yang lebih dulu tiba di atas bukit adalah pemenangnya. Yang kalah harus dihukum."

Dalam hal ilmu ringan badan, tentu saja Jin Shui lebih lihai. Meski Xu Qiao sudah belajar bela diri sejak kanak-kanak, akan tetapi Jin Shui mempunyai tenaga inti warisan pelindung utama Yumen Jiao, Mo Ying, juga telah melatih wuqing xue selama delapan bulan terkurung dalam gua di Haitang Jian Pai. Pernafasannya sangat baik, menjadi pendukung utama mempelajari bagian ilmu bela diri yang lain.

"Jin Shui Gege, tunggu!"

Sebentar saja Xu Qiao sudah ketinggalan, setiap kali ia sudah berhasil menyusul Jin Shui dan hendak mendahuluinya, kawannya itu sudah menghilang, tiba-tiba saja berada belasan tombak di depannya, gerakannya begitu ringan dan cepat bagai tidak memerlukan pijakan. Mereka berlari semakin jauh, Xu Qiao mulai merasakan nafasnya tidak teratur.

"Jin Shui Gege!"

"Ikut aku!"

Jin Shui tiba-tiba sudah berada di sampingnya, mengulurkan tangan padanya. Xu Qiao menyambut tanpa ragu, kemudian ia merasakan badannya sudah tidak lagi menjejak tanah. Jin Shui membawanya bagaikan terbang diantara kabut yang semakin menebal, menuju puncak bukit. Xu Qiao menjerit kaget, saat memandang ke sekeliling ia bagaikan sedang bermimpi.

"Jin Shui Gege...."

"Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah," Jin Shui berkata. "Hari ini aku mengalah padamu, kita seri, tapi nanti saat tiba di kota terdekat kau harus mentraktirku minum sampai mabuk."

"Tidak masalah, asalkan kau bersedia mengerjakan satu permintaan dariku," kata Xu Qiao.

"Permintaan apa?" tanya Jin Shui.

"Kukatakan nanti saja," sahut Xu Qiao sambil tersenyum.

Episode 03 ini membangun lebih lanjut konflik yang sudah dimulai. Mimpi buruk Xu Qiao mengenai pembunuhan oleh orang bercaping merupakan refleksi peristiwa yang akan terjadi.

Kejadian apakah ? Baca saja kelanjutan kisah ini.

Konflik dengan Haitang Jian Pai juga mulai memanas. aliran berisi perempuan semua ini merupakan salah satu dari tiga aliran utama yang menyebabkan kehancuran Yumen di masa sepuluh tahun sebelumnya. Terbunuhnya para tetua di tangan Jin Shui membuat konflik semakin parah. Bagaimana kelak para pewaris menghadapinya?

Tokoh baru yang ditampilkan di episode ini adalah ketua Haitang Jian Pai : Yuan Wan Cui, yang punya gelar Weian Shuang Jian (Si Pedang Kembar), seorang perempuan setengah tua yang rada aneh, karakternya agak2 tipikal tapi akan ada kejutan nanti di episode 20.

Di episode berikutnya para pewaris seharusnya sudah mulai berkumpul, akan tetapi sesuatu terjadi pada Jin Shui dan perkumpulan itu harus ditunda.

Xiaodiandiancreators' thoughts