webnovel

Episode 05 : Huang Xu Bei Mian (Keluarga Huang & Xu Terbunuh)

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Xu Qiao tidak tahu mengapa malam itu rasa kantuknya datang terlalu cepat. Tentu saja, ia tidak akan terpikir sama sekali bahwa Jin Shui diam-diam sudah mencampur semacam obat ke dalam minumannya. Kesadaran Xu Qiao sudah tinggal setengah ketika Jin Shui membimbingnya untuk duduk di atas tempat tidur.

"Duduklah, pusatkan pikiran, jangan memikirkan apa-apa, pusatkan tenaga pada kedua lengan, alirkan pelan-pelan sampai kau merasakan hawa hangat yang berkumpul," ia memberi petunjuk, "apa pun yang terjadi, tidak boleh berhenti atau kita berdua sama-sama kehilangan nyawa."

"Belum tiga hari, apakah kau hendak menggunakan tenaga untuk mengusir racun itu lagi?" tanya Xu Qiao.

"Jangan banyak bertanya. Lakukan saja."

Xu Qiao melakukan yang diperintahkannya, ia mulai memusatkan pikiran, tidak menyadari bahwa yang digunakannya adalah tenaga wuqing xue dan tenaga ini mengumpulkan racun dari seluruh tubuhnya, mengalir pelan-pelan melalui sel-sel darah, berkumpul di kedua lengannya.

Jin Shui duduk di hadapannya, menempelkan dua telapak tangan di bahu Xu Qiao untuk membantunya. Dalam keadaan setengah tidak sadar Xu Qiao masih bisa merasakan getaran yang tidak semestinya. Bagaimana pun ia adalah seorang gadis dan Jin Shui seorang pemuda. Selama ini Jin Shui selalu bersikap sopan padanya, tidak pernah melanggar batas antara lelaki dan perempuan, hari ini pun seharusnya sama saja.

Xu Qiao tidak tahu Jin Shui akan menggunakan badan sendiri demi menyingkirkan racun zhaobai dan zixie, ia hanya merasakan getaran yang aneh, getaran yang tidak bisa diartikan oleh pikiran sederhana seorang nona kecil.

"Jin Shui Gege...."

"Jangan bicara, terus konsentrasi."

"Aku...."

"Alirkan tenaga padaku."

Kedua jenis racun itu sudah berkumpul. Telapak tangan Xu Qiao membiru. Jin Shui melihatnya. Waktunya sudah tiba, tidak bisa mundur lagi, maka ia lekas menarik kedua telapak tangan membiru itu, menempelkan di dadanya. Xu Qiao mengalirkan tenaga padanya, racun pun pelan-pelan berpindah. Jin Shui bagai merasakan ada ribuan jarum menusuk ke setiap sel di badannya, ia menahan sakit yang ditimbulkan dengan setengah mati. Butiran keringat jatuh di dahinya. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya, tidak lepas dari penglihatan Xu Qiao.

"Jin Shui Gege, kau...."

Xu Qiao hendak menarik tangannya, tetapi tidak bisa. Ia terus mendorong racun di dalam tubuhnya pada Jin Shui. Tenaga dalamnya masih belum cukup, maka Jin Shui terus membantunya. Kedua telapak tangan yang membiru pelahan berubah warna. Kulit badan Jin Shui juga berubah kehitaman. Rasa sakit yang dirasakannya semakin tidak tertahan, nampak jelas di wajahnya.

"Jin Shui Gege...."

Ribuan jarum itu bagai bergerak di dalam setiap inci dagingnya. Jin Shui nyaris berteriak, nyaris menghentikan semuanya, akan tetapi ia terus bertahan, detik demi detik, siksaan yang diterima lebih berat daripada yang pernah dibayangkan sebelumnya. Entah kekuatan apa yang mendorongnya, ketika ia memandang wajah Xu Qiao ia merasa pantas.

Rasa sakit itu semakin menjadi. Jin Shui mendekatkan wajahnya, kemudian mencium bibir Xu Qiao entah sadar atau tidak. Xu Qiao bergetar hebat, konsentrasinya sudah buyar sama sekali, akan tetapi racun sudah berpindah, ia hanya sedikit merasakan sesak di dadanya akibat hantaman tenaga sendiri. Jin Shui untuk beberapa detik melupakan rasa sakitnya, namun kemudian ia roboh di atas tempat tidur, telapak tangan Xu Qiao meninggalkan bekas seperti terbakar di kulitnya, darah segar mengalir keluar dari sudut bibirnya.

Jin Shui masih sadar. Tugasnya sudah selesai. Nyawa nona kecil yang disayanginya ini sudah lolos dari maut, besok akan kembali pada keluarganya, maka ia tidak perlu mencemaskan lagi. Ia berusaha bangkit, kemudian dipeluknya Xu Qiao erat-erat.

"Aku menyukaimu," katanya pelan, "aku sungguh sangat menyukaimu. Asalkan bisa mempertahankanmu di sisiku, aku akan melakukan apa saja. Akan tetapi kau bukan milikku, bagaimana pun aku harus mengembalikanmu pada keluargamu, paling tidak harus menunggu sampai kau dewasa baru bisa menemuimu lagi. Mungkin tiga atau empat tahun lagi, apakah saat itu kau masih ingat padaku?"

Huang Yu meninggalkan kedua pelayan bisunya di depan pondok, kemudian masuk menghampiri Jin Shui seorang diri.

"Sudah waktunya," ia berkata, "Xiao Hu dan Xiao Mi mengatakan, Bao Xin Fei sudah mengetahui dari Yuan Wan Cui Zhangmen gurunya identitas lengkapmu, saat ini sudah dalam perjalanan kemari. Kuyakin kau tidak ingin bertemu dengannya, aku juga tidak merasa perlu bertemu dengannya."

Jin Shui melepaskan Xu Qiao, menyelimutinya dengan rapat, menghindar saat tangan mungilnya berusaha menggapai. Nona kecil itu dalam keadaan sangat lemah dan pengaruh obat bius masih menguasainya, ia hanya mampu memanggil pelan. Jin Shui melangkah keluar dari dalam pondok tanpa menoleh lagi, Huang Yu mengikutinya. Pintu pondok ditutup dari luar, memisahkan mereka.

Mereka meninggalkan pondok itu, masih sempat melihat satu sosok bayangan melayang mendekat dari arah yang berbeda. Huang Yu menarik kedua pelayannya bersembunyi di bawah bayangan pepohonan. Jin Shui berdiri saja di tempatnya, memandang ke arah pondok dengan kaku, hampir saja memutuskan untuk kembali.

Beberapa saat berlalu sejak Bao Xin Fei masuk ke dalam pondok, Jin Shui melihat satu sosok mungil berlari keluar dari pondok itu dengan langkah sempoyongan, berusaha memanggil dan menangis, terjatuh ke tanah. Xu Qiao rupanya tidak mau menerima begitu saja bahwa Jin Shui sudah pergi, dan Bao Xin Fei datang untuk membawanya kembali ke Huofeng Lou.

"Jin Shui," Huang Yu mengingatkan.

Rasa sesak di dada mengingatkan Jin Shui akan keadaannya. Ia tidak ingin meninggalkan Xu Qiao, akan tetapi ia juga tidak ingin Xu Qiao mengetahui apa yang sudah dilakukannya untuk menyelamatkan dari kedua racun zixie dan zhaobai. Tanpa banyak berpikir, ia memutar badan, berlari pergi dengan seluruh sisa kemampuannya, pergi menjauh tanpa menoleh lagi.

Jin Shui tidak sadarkan diri selama tiga hari tiga malam, selama itu tenaga dalam pemberian Mo Ying dalam dirinya berusaha melawan kerja dua jenis racun yang diambilnya dari Xu Qiao. Huang Yu menggunakan tenaga dalam pemberian Chai Lang untuk mempertahankan nyawanya, selama tiga hari itu sungguh merasakan setiap saat adalah saat berbahaya dan pewaris utama Yumen bisa pergi kapan saja.

Mereka berada di sebuah gua di pegunungan yang sepi, tidak ada orang lain kecuali kedua pelayan Xiao Hu dan Xiao Mi yang menjaga bergantian, berburu dan juga memasak makanan untuk mereka. Sesuai yang dikatakan oleh Huang Yu pada Xu Qiao, kedua pelayan ini sebenarnya tidak bisu, mereka hanya tidak banyak bicara. Keduanya juga merupakan pengikut terlatih, bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan sesuai perintah majikan.

Di hari ke empat keadaan Jin Shui sudah sedikit lebih baik, Huang Yu membawanya meninggalkan pegunungan, meminta kedua pelayannya membelikan sebuah kereta kuda saat menemukan pemukiman terdekat, kemudian membawa Jin Shui dalam kereta kuda itu, meminta Xiao Hu dan Xiao Mi memacu kuda kereta menuju Luoyang.

"Kau hendak membawa aku ke markas Hailang Biaoju," Jin Shui menebak. "Tidak tahu apa pendapat ayahmu jika kau membawa pulang seorang pewaris Yumen."

"Aku tidak perlu membawamu ke markas Hailang Biaoju," sahut Huang Yu. "Luoyang adalah kota besar, masa tidak bisa mendapatkan satu kamar penginapan. Xiao Mi," ia berpaling pada pelayannya yang menunggang kuda di samping kereta, "kau pergilah lebih dahulu, siapkan semuanya, pastikan tidak ada yang akan mengganggu."

Xiao Mi menganggukkan kepala satu kali, kemudian memacu kudanya dan mendahului mereka. Jin Shui tidak banyak bicara, kembali duduk bersila dan mengatur hawa murni dalam tubuhnya. Rasa sakit akibat racun dalam tubuhnya kembali terasa, dan ia tidak suka menyusahkan kawannya lebih banyak.

"Seharusnya aku membawamu menemui Li Qian, pewaris Du Cao Shishu," Huang Yu berkata, "akan tetapi yang kutahu dia sekeluarga sudah meninggalkan ibukota beberapa tahun silam, aku juga belum mendapatkan kabar keberadaannya sekarang. Ayahnya Li Qian menguasai pengobatan, keadaanmu sekarang tidak akan menyusahkannya."

"Aku masih bisa menggunakan tenaga dalam untuk menahan racun itu, tidak akan mati," sahut Jin Shui.

"Kau mempunyai tenaga dalam pemberian Mo Ying Shibo, tidak akan mati memang benar, akan tetapi dua jenis racun pemberian nona kecilmu itu akan pelan-pelan merusak tubuhmu, membuatmu tidak hidup tidak mati," Huang Yu menyahut datar, "hanya mengandalkan diri sendiri, kau tidak akan bisa menguasai kedua racun itu cukup cepat. Perkiraanku, sedikitnya dalam tiga tahun ini kau akan berubah menjadi bukan manusia bukan siluman, merasakan kesakitan setiap hari, dan bisa jadi akan kehilangan pikiran jernih."

"Kau tidak menguasai pengobatan, tidak tahu dengan jelas," Jin Shui menyahut tenang.

"Semuanya hanya demi seorang nona kecil," keluh Huang Yu lagi, "sungguh kau membuat kecewa Mo Ying Shibo, semua saudara para pewaris, juga mendiang ketua kita."

Dengan pengaturan Huang Yu, mereka tidak ada kesulitan sepanjang perjalanan. Keadaan Jin Shui bisa dikatakan cukup baik, akan tetapi tidak bisa lebih baik. Racun zhaobai yang kembali ke dalam tubuhnya membuatnya tidak bisa tersentuh cahaya matahari, kulitnya berubah kehitaman dan penuh lebam kebiruan. Rasa sakit terus dirasakannya, akan tetapi ia berusaha tidak memperlihatkan, berusaha mengandalkan diri sendiri untuk tetap bertahan.

Kereta kuda itu meninggalkan desa terakhir sebelum mereka tiba di Luoyang. Malam itu Huang Yu meminta Xiao Hu memacu kuda melewati hutan, ia berharap bisa tiba di Luoyang sebelum matahari terbit. Penampilan Jin Shui yang sekarang bisa menarik perhatian orang, Huang Yu berharap bisa membawanya dengan aman dan menyembunyikan di tempat yang diaturnya hingga pengaruh racun bisa diatasi.

"Aku sudah meminta Xiao Mi mencari tabib terbaik di Luoyang dan menunggu kita di penginapan Junyi di pinggiran kota," Huang Yu memberitahu Jin Shui. "Xiao Mi sudah tahu kita bukan hanya memerlukan seorang tabib biasa, akan tetapi seorang yang juga paham dengan berbagai macam racun. Keluarga Huang kami punya banyak kenalan, tidak sulit untuk menemukan tabib semacam ini."

Kereta kuda berhenti selewat tengah malam, saat masih berada di tengah hutan. Suasana teriakan orang dan denting senjata terdengar samar di kejauhan, baik Jin Shui maupun Huang Yu bisa mendengarnya.

"Lihat siapa yang berkelahi di tengah malam," Huang Yu memberi perintah pada pelayannya di depan.

Xiao Hu melompat ringan dari kursi sais, dengan mudah melayang ke arah pepohonan dan mendekati arah suara pertarungan itu untuk melihat siapa yang sedang berkelahi. Ia kembali sebentar kemudian, melapor dari depan kereta kuda.

"Ershaoye (Tuan Muda Kedua), di depan ada dashaoye (Tuan Muda Pertama) dan Lao Li, mereka sedang dikepung sejumlah orang berbaju hitam, sepertinya para penjahat."

"Kakakku?" Huang Yu menanya, dengan cepat ia turun dari kereta kuda dan mengikuti Xiao Hu kembali ke arah perkelahian sana. Jin Shui tidak ingin menunggu tanpa berbuat sesuatu, ia lantas mengambil alih kendali kuda kereta dan memacunya mengikuti Huang Yu berdua.

Tidak jauh dari tempat itu memang sudah terjadi sebuah pertarungan. Dua orang dikepung belasan. Dua orang itu yang satu seorang tuan muda berpenampilan mewah, satu lagi agaknya adalah pelayan tuanya. Si tuan muda pakaiannya sudah robek di beberapa tempat dan sebelah lengannya terluka kena bacokan golok. Saat Huang Yu berdua tiba, si pelayan malah sudah ditendang jatuh ke tanah oleh salah seorang musuh, dan hanya bisa bergulingan di tanah dengan kesakitan, kemudian diam sama sekali.

"Huang Gongzi (Tuan Muda Huang) yang terhormat, sekarang sudah bisa beritahukan pada kami, ayahmu membawa benda itu kemana," salah seorang berbaju hitam berkata pada si tuan muda.

"Aku tidak tahu," sahut si tuan muda, "urusan kerjaan ayahku, selamanya dia tidak memberitahukan padaku."

"Benda itu begitu berharga, kau tidak mungkin tidak pernah mendengarnya," satu orang berbaju hitam lain berkata, "asalkan kau sekali saja mendengarnya, pasti akan tertarik untuk menanya pada ayahmu."

Huang Yu menghamburkan beberapa biji catur dua kali berturutan, menjatuhkan setengah dari orang-orang berbaju hitam yang ada disitu. Senjata rahasianya selain tepat dan cepat juga dilandasi tenaga dalam milik Chai Lang, empat yang pertama menembus ke dalam bola mata orang dan seketika membuat mereka meregang nyawa. Empat berikutnya mengenai titik darah mematikan di punggung, dan empat nyawa lainnya lenyap begitu saja.

Xiao Hu tidak menunggu perintah, ia juga menyebar sejumlah jarum rahasia dan menghabisi sekaligus dua orang. Bersamaan, ia juga menyerang ke arah sisa orang berbaju hitam dan sesaat berikutnya sudah beradu jurus dengan mereka. Huang Yu sendiri mengincar satu orang yang nampaknya adalah pemimpinnya, dalam waktu tidak lama berhasil menghantam dadanya hingga memuntahkan darah segar. Leher orang dicengkramnya dan siap dipatahkan dengan satu gerakan saja.

Jin Shui sudah tiba di tepi arena pertarungan, menyaksikan kekejaman Huang Yu dan pelayannya membantai tanpa ampun, akan tetapi ia tidak berniat ikut campur. Orang-orang berbaju hitam itu semua menggunakan penutup wajah, tindakan mereka terhadap si pelayan tua Lao Li juga tanpa belas kasihan, siapa pun tidak akan menganggap mereka sebagai sekumpulan manusia baik-baik yang tidak pantas mati.

"Tidak boleh ada yang tetap hidup," Huang Yu berkata pelan, sebuah perintah bagi Xiao Hu untuk membunuh semua yang tersisa. Si tuan muda berbaju mewah juga tidak mau ketinggalan, ikut memburu sisa lawannya. Dalam sekejab saja semua orang berbaju hitam sudah tergeletak di tanah dalam keadaan tidak bernyawa, hanya si pemimpinnya yang masih nampak bergerak.

"Ershaoye," Xiao Hu mengambil sebuah plat hitam yang terjatuh ke tanah, milik salah seorang berbaju hitam, memberikan pada Huang Yu.

"Kalian dari Nanyang?" Huang Yu menunjukkan plat hitam itu dan menunjukkannya pada si pemimpin orang berbaju hitam. "Apa hubunganmu dengan si marga Huan?"

"Aku tidak tahu kau bicara apa," si pemimpin itu menyahut sengit. "Kami datang kemari karena mendapat kabar, seseorang menitipkan sebuah kotak warisan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang pada ketua Hailang Biaoju, katanya agar dikirimkan ke Xu Cheng Hai di Huofeng Lou di Anhui."

Jin Shui tersentak kaget mendengar nama Huofeng Lou disebut. Huofeng Lou di Anhui adalah tempat kediaman Keluarga Xu, dan Xu Cheng Hai adalah ayah Xu Qiao. Entah benda warisan apa yang dikirimkan oleh ayah Huang Yu.

"Apa katamu?" Huang Yu menanya. Ia memandang pula pada si tuan muda berbaju mewah. "Ge, kau tahu urusan ini?"

Pemuda berbaju mewah itu adalah kakak kandung Huang Yu, bernama Huang Zhe. Ia adalah tuan muda pertama di Hailang Biaoju, putra sulung Huang Wei Qun. Usianya hanya dua tahun lebih tua dari Huang Yu, dan di seluruh Luoyang ia dikenal sebagai tuan muda yang manja dan suka bertindak sesuka hati.

"Sekitar setengah bulan yang lalu ayah kita memang ada menerima sebuah peti bersegel dari seorang kawan, aku tidak tahu siapa, katanya harus dibawa ke Huofeng Lou di Propinsi Anhui," Huang Zhe menyahut, "ayah lalu pergi ke Anhui, membawa setengah jago Hailang Biaoju bersamanya. Belum lama setelah mereka pergi, ada beberapa orang datang ke Hailang Biaoju kita, menanyakan warisan Zhang Zhe Liang, ada yang menyebut juga kipas putih, ada yang menyebut benda pusaka dan macam-macam lainnya."

"Siapa?" tanya Huang Yu. Ia tidak merasa perlu mengorek keterangan dari si pemimpin orang baju hitam lagi karena kakaknya bisa memberitahu cukup banyak. Sekali hantam batok kepala orang itu sudah retak, dan orangnya tewas tanpa sempat bersuara lagi.

"Kau menguasai tenaga dalam sedemikian tinggi, sepertinya ayah sungguh tidak adil pada kita kakak adik, hanya mewariskan wu xie xin fa (teori tanpa darah) padamu," Huang Zhe melihatnya bisa membunuh orang dengan begitu mudah, ia menampakkan rasa tidak puas. "Dilihat dari bagaimana kau menggunakan senjata rahasia, sepertinya ibu juga sudah mengajarkan cara menggunakan bai hua chen (jarum seratus bunga) hanya padamu."

"Siapa yang datang ke Hailang Biaoju menanyakan mengenai segala macam warisan?" Huang Yu tidak memedulikan kecemburuan kakaknya, ia kembali menanya. "Kawan yang menitipkan peti bersegel itu, apakah kau tahu juga siapa?"

"Aku tidak tahu siapa mereka," Huang Zhe menyahut keras, agaknya tidak suka memberi penjelasan pada adiknya. "Kabar mengenai warisan Zhang Zhe Liang si Dewa Pedang muncul dalam dunia persilatan, menurutmu siapa yang akan tertarik? Para penjahat, orang Wansui Gu, bahkan mereka yang mengaku sebagai anggota aliran lurus bersih juga pasti ingin mengetahui warisan semacam apa yang dititipkan pada ayah kita."

"Lalu ayah sekarang berada dimana?" tanya Huang Yu lagi, sedikit menampakkan tidak sabar. "Apakah sudah kembali ke Luoyang?"

"Dua hari yang lalu sudah kembali," sahut Huang Zhe, masih dengan nada suara angkuh. "Kemudian menyuruh Lao Li mengantarkan aku pergi ke tempat ershu di Nanyang, juga menyuruh Zhen Naima (Bibi Zhen) mengantarkan sanmei (adik ketiga) ke ibukota menemui Meng-yi (Bibi Meng). Aku baru saja meninggalkan Luoyang, sudah bertemu manusia-manusia busuk ini." Ia menunjuk jenasah orang-orang berbaju hitam yang dibunuh oleh Huang Yu. "Yang selanjutnya kau tahu sendiri."

"Ershaoye," Xiao Hu menegur Huang Yu, agaknya sama sudah menebak bahwa sesuatu telah terjadi.

"Oh, ada lagi," Huang Zhe kembali berkata, "ketika ayah kembali dua hari yang lalu, dia ada diantar oleh dua orang murid Huofeng Lou, kemudian Xu Wuguniang juga datang bersama ibu barunya, menemui ayah, tetapi mereka semua sudah pergi semua dengan tergesa-gesa, kembali ke Huofeng Lou."

Jin Shui kembali tersentak kaget. Xu Wuguniang dan ibu barunya sudah jelas adalah Xu Qiao dan Bao Xin Fei berdua. Agaknya Xu Qiao sudah meminta Bao Xin Fei mengantarkan ke markas Hailang Biaoju di Luoyang demi menemukan Huang Yu, karena Huang Yu pasti mengetahui dimana Jin Shui berada. Perkataan Huang Zhe ini membuat Jin Shui merasa sangat sedih, menyadari Xu Qiao tidak rela ditinggalkan olehnya begitu saja.

"Kau pergilah ke Nanyang, sesuai permintaan ayah," Huang Yu kembali berkata pada kakaknya. "Aku akan menemuimu disana nanti."

"Kau tidak ada hak memberitahu apa yang harus kulakukan," Huang Zhe menyahut dengan tidak senang, kemudian pergi sendiri meninggalkannya, bahkan tidak memedulikan Lao Li yang masih tergeletak di tanah.

"Xiao Hu, kau tinggal disini bantu Lao Li," Huang Yu tidak menghalanginya, segera memberi perintah pada pengikutnya. "Jenasah orang-orang ini, kau tidak perlu mengurus."

Si gadis pelayan hanya mengangguk saja, kemudian berusaha membangunkan Lao Li. Huang Yu mengambil kedua kuda kereta, mengulurkan satu diantaranya pada Jin Shui. Jin Shui menerima tanpa banyak bertanya, bersama Huang Yu lantas memacu kuda ke arah Kota Luoyang, langsung menuju markas Hailang Biaoju.

Saat itu masih subuh, matahari belum lagi terbit. Mendekati bangunan markas Hailang Biaoju, asap pekat nampak membumbung tinggi, membuat perasaan Huang Yu seketika tidak tenang. Ia memacu kuda lebih cepat melintasi jalanan kota, hampir menabrak beberapa pengemis yang baru terbangun. Jin Shui terus mengikuti, ia tahu sesuatu sudah terjadi pada keluarga kawannya.

Bangunan markas Hailang Biaoju hampir terbakar habis, di sekitar reruntuhan hanya ada beberapa penduduk kota yang berusaha membantu memadamkan api. Tidak nampak ada tanda-tanda orang berbaju hitam seperti yang ditemui di dalam hutan tadi, tidak ada tanda keberadaan orang-orang dari kalangan persilatan. Tentu saja, juga tidak ada orang-orang Huofeng Lou.

Huang Yu melompat turun dari kudanya dengan cepat, langsung melesat ke arah reruntuhan bangunan, berusaha menemukan ayah ibunya. Di bagian depan reruntuhan nampak sejumlah jenasah yang sudah hangus, agaknya adalah para pelayan Hailang Biaoju. Huang Yu berusaha menemukan ayah ibunya diantara mereka, akan tetapi bahkan para jago pengawalan ayahnya juga tidak ada, ada kemungkinan mereka sudah pergi mengungsi lebih dahulu.

Jenasah para pelayan Hailang Biaoju dikuburkan jadi satu. Para pelayan ini semuanya adalah orang-orang yang sudah tidak mempunyai keluarga, tidak punya kampung halaman dan hanya bisa menggantungkan hidup mereka pada Keluarga Huang. Saat Huang Wei Qun sekeluarga dan juga para jago Hailang Biaoju pergi mengungsi demi menghindari orang-orang yang menanyakan mengenai warisan Zhang Zhe Liang, mereka tidak ada pilihan lain kecuali menjaga kediaman Keluarga Huang dan menunggu majikannya kembali.

Si pelayan Xiao Hu dan Lao Li sudah tiba disitu saat jenasah selesai dikuburkan, Xiao Mi juga datang bersama mereka.

"Ershaoye, sejak setengah bulan yang lalu beredar kabar bahwa ketua Hailang Biaoju memiliki benda peninggalan Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, sejak itu juga sejumlah orang asing datang ke Luoyang ini," Xiao Mi memberitahu Huang Yu. "Ada yang diam-diam berusaha mendapat keterangan dari penduduk kota, ada juga yang datang ke markas Hailang Biaoju dan berusaha menemui laoye."

"Siapa saja?" Huang Yu menanya.

"Tidak jelas, sepertinya dari aliran-aliran kecil, rata-rata tidak menyebut identitas asli," Lao Li yang menyahut. "Tetapi diantara mereka ada yang mengaku dari Wansui Gu, ada juga yang menyebut diri sebagai anggota Jianyin Bang."

"Ayahku memintamu membawa pergi dage, juga meminta Zhen Naima membawa pergi sanmei, lalu ayah dan ibu sendiri apakah juga pergi?" tanya Huang Yu. "Mereka ada mengatakan akan kemana tidak?"

"Laoye meminta semua jago Hailang Biaoju pergi ke kampung halaman masing-masing, mengatakan pada mereka semua agar untuk sementara tidak kembali kemari," kata Lao Li pula, "laoye sendiri, juga furen, mereka sepertinya juga hendak pergi jauh, akan tetapi mereka tidak memberitahukan hendak kemana."

Huang Yu mengangguk satu kali. Ayah ibunya pergi kemana ia tidak tahu, akan tetapi ia tidak merasa perlu mengkhawatirkan kedua orang tua itu. Suami istri majikan Hailang Biaoju bukan tokoh-tokoh sembarangan, mereka sangat berpengalaman dalam dunia persilatan dan tahu kapan mesti menghadapi lawan dan kapan harus menghindari musuh.

"Benda peninggalan Zhang Zhe Liang apa yang sebenarnya dititipkan pada ayah?" ia menanya lagi pada Lao Li. "Siapa yang menitipkan?"

"Laonu tidak tahu," sahut Lao Li. "Orang itu datang malam-malam, hanya menemui laoye seorang, kemudian juga pergi begitu saja. Laoye menerima peti kayu itu, esoknya langsung membawanya pergi, ketika kembali lagi dua hari yang lalu lantas menyuruh mengosongkan markas Hailang Biaoju."

Sesuai penuturan Huang Zhe, ada dua orang murid Huofeng Lou yang mengantarkan Huang Wei Qun kembali ke Luoyang. Huang Yu cukup yakin ayahnya sudah mengantarkan peti kayu pada Xu Cheng Hai, dan masalah yang terjadi pada Hailang Biaoju mungkin saja juga terjadi pada Huofeng Lou.

"Aku sempat menanya pada beberapa penduduk kota, katanya kemarin ada sejumlah orang berkedok yang datang kemari mencari laoye, karena tidak bertemu lantas membunuhi para pelayan," kata Xiao Mi, "beberapa jam kemudian datang lagi sekelompok orang lain, karena yang ditemukan hanya mayat lantas membakar tempat ini."

"Huofeng Lou," Huang Yu kembali menyebut nama ini. "Ayahku mendapatkan titipan benda yang disebut sebagai warisan Zhang Zhe Liang dari seorang kawannya untuk diserahkan pada majikan Huofeng Lou. Jin Shui, masalah ini jika didengar oleh orang-orang yang menginginkan barang warisan itu, mereka pasti akan pergi ke Anhui untuk menanyakan pada majikan Huofeng Lou."

"Qiao-er," ucap Jin Shui pelan. "Keluarga Xu bisa saja dalam kesulitan."

"Xiao Hu, Xiao Mi, Lao Li, kalian bertiga tetaplah berada di Luoyang menunggu ayah ibuku kembali, juga mencari kabar lebih jelas mengenai apa yang sebenarnya terjadi," Huang Yu berkata pada ketiga pelayannya. "Aku dan Jin Shui akan pergi ke Anhui, menemui majikan Huofeng Lou."

Mereka berpisah disitu. Huang Yu dan Jin Shui berdua segera meninggalkan Luoyang, memacu kuda menuju Huofeng Lou. Hanya saja karena keadaan Jin Shui yang belum bisa terkena panasnya sinar matahari, mereka lebih banyak menempuh perjalanan pada saat matahari sudah terbenam dan beristirahat pada saat siang mulai terik.

Dikarenakan Jin Shui mengkhawatirkan Xu Qiao, ia kerap memaksakan diri tetap memacu kuda saat kulitnya mulai merasakan reaksi racun yang menyakitkan. Ia mengenakan pakaian tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya, bahkan wajahnya, akan tetapi kain pakaian pun tidak bisa melindungi dari racun buatan orang Wansui Gu.

Huang Yu mengetahui keadaan kawannya, ia yang setiap kali memaksakan untuk menghentikan perjalanan dan menyembunyikan diri saat cahaya matahari mulai menghangat. Ia juga terus membantu Jin Shui mengatasi racun dengan tenaga dalamnya. Masih baik kedua orang ini sama memiliki tenaga dalam pemberian para pelindung Yumen, hasil latihan puluhan tahun yang tidak bisa dianggap rendah.

Perjalanan keduanya terhitung lambat. Jin Shui selain mesti menghindari cahaya di siang hari juga keadaannya masih lemah akibat racun dalam tubuhnya. Bagaimana pun ia berusaha mengurangi waktu istirahat, ia tetap mesti menghabiskan beberapa jam setiap harinya untuk mengatasi pengaruh racun. Huang Yu menenangkannya berkali-kali, menyebutkan bahwa Huofeng Lou akan baik-baik saja.

Mereka akhirnya tiba di Kota Fulong, Jiuhua Shan, Propinsi Anhui. Huofeng Lou berada di pinggiran kota, merupakan sebuah bangunan bertingkat yang menghadap ke lembah yang luas, dikelilingi satu kompleks bangunan lain yang menjadi satu kesatuan. Sebuah tempat kediaman yang indah, tertata apik, dan dahulu mempunyai daya tarik tersendiri bagi siapa pun untuk berkunjung dan menghabiskan waktu disana.

Namun gedung itu kini tertutup rapat, gerbang depan tidak lagi terbuka lebar seperti biasanya. Kain putih dan lentera berwarna serupa tergantung di depan, menandai kematian penghuninya yang belum lama terjadi. Ketika Jin Shui dan Huang Yu tiba disana malam itu, lentera gantung tidak ada yang dinyalakan. Bagian dalam gedung juga nampak gelap dan suram, tidak seorang pun terlihat.

Huang Yu langsung turun dari punggung kudanya dan mengetuk pintu gerbang sendiri, meminta Jin Shui menunggu agak jauh. Tentu saja, karena wajah dan penampilan Jin Shui yang mengerikan dan semakin mengerikan setelah beberapa hari perjalanan bisa menakuti anggota Keluarga Xu yang agaknya dalam keadaan tidak baik.

Cukup lama kemudian, seorang pemuda tanggung membukakan pintu kecil di samping gerbang utama, langsung melangkah keluar dengan pedang di tangan. Huang Yu mengenali pemuda tanggung itu sebagai murid termuda Xu Cheng Hai, bernama Jin Guang, tetapi agaknya Jin Guang tidak ingat padanya.

"Aku bermarga Zhang, murid Zhulin Shen Jian (si Pedang Hutan Bambu) Zhong Shao Yan dari Jianyin Bang," ia tidak menyebut identitas asli. "Beberapa saudara Jianyin Bang sedang dalam perjalanan kemari untuk menemui Xu Louzhu, mereka memintaku mendahului. Apakah aku bisa menemui…. "

"Siapa kau?" Jin Guang langsung menghunus pedang. "Tidak mungkin kau orang Jianyin Bang. Apakah kau sama seperti yang lain, datang kemari untuk menanyakan soal barang peninggalan Liang Tian Jian Shen?"

"Tidak, aku hanya ingin menemui Xu Qiao, Xu Guniang," Huang Yu lekas menyahut, tidak kehilangan ketenangannya penyamarannya terbongkar dengan terlalu cepat. "Kau boleh sampaikan padanya, Hua Jin Shui ingin bertemu."

"Siapa Hua Jin Shui?" tanya Jin Huang pula. "Pergi, erfuren sudah memberi kami semua perintah untuk tidak menerima tamu."

Ia mundur ke pintu masih dengan pedang teracung di tangan.

"Xiongtai, apakah sudah terjadi sesuatu di Huofeng Lou?" Huang Yu memburunya, "dimana Xu Guniang kalian?"

"Sedang memberi penghormatan terakhir," Jin Guang menyahut putus-putus, "kalian lekas pergi saja. Kami Huofeng Lou tidak mempunyai segala macam benda peninggalan Liang Tian Jian Shen."

Jin Shui tahu tidak akan bisa mengorek keterangan dari siapa pun pemuda tanggung yang menemui Huang Yu itu, ia sudah melesat naik ke atas tembok diam-diam, menggunakan ilmu ringan tubuh untuk menyusup masuk ke dalam kediaman Keluarga Xu. Sesuatu jelas sudah terjadi di tempat ini, ia hanya ingin mengetahui apakah Xu Qiao baik-baik saja.

Sebagian besar bangunan di Huofeng Lou dalam keadaan gelap, hanya di aula utama yang diterangi sedikit cahaya. Lentera putih dan kain tanda berduka ada dimana-mana, membuat Jin Shui semakin khawatir. Ia melesat naik ke atas atap aula utama itu, menyingkirkan beberapa genteng untuk melihat ke dalam. Tentu saja ia tahu mesti melakukan semua dengan sangat hati-hati. Di dalam ruangan sana bisa jadi ada ibu muda Xu Qiao, si Tangan Bunga Salju Bao Xin Fei yang punya kemampuan lebih tinggi dari dirinya saat ini.

Di tengah ruang aula itu ada tujuh buah peti mati, semuanya tertutup rapat. Di sekitar peti mati ada empat orang yang mengenakan baju berkabung, satu orang wanita sedang berlutut dikenali Jin Shui sebagai ibu muda Xu Qiao, Bao Xin Fei. Tiga orang lainnya sedang membakar kertas sembahyang dan menangis, kemungkinan adalah murid-murid Xu Cheng Hai. Jin Shui berusaha menemukan sosok Xu Qiao, akan tetapi tidak mendapati.

Dua orang lainnya sedang memberi penghormatan juga pada ketujuh peti mati, satu yang di depan adalah seorang lelaki paruh baya yang membawa tongkat bambu kering di tangannya. Lelaki paruh baya ini bertubuh sedang, wajahnya biasa saja, ia mengenakan rompi putih dan sebuah ikat kepala putih juga, menandakan ia juga dalam keadaan berkabung. Di belakangnya persis seorang anak muda yang berparas tampan mengenakan penampilan serupa.

Jin Shui berusaha melihat ke seluruh ruangan. Ia mendapati bahwa di belakang tujuh peti mati besar terdapat belasan tandu berisi jenasah, sebagian kain penutup nampak kotor oleh darah yang mengering. Kalau begitu kematian mereka belum lama, atau mungkin saja jenasah yang ditemukan belum lama.

Seketika ia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, khawatir jika nyawa nona kecil yang belum lama diselamatkan olehnya ikut lenyap dan berada di dalam salah satu peti mati di bawah sana. Tujuh peti mati, bukan tidak mungkin adalah Xu Cheng Hai, istrinya, dan kelima putri mereka. Untuk sesaat hampir saja ia membuat suara dan keberadaannya diketahui oleh mereka yang ada di bawah sana.

"Shifu," aku akan membantu saudara-saudara mempersiapkan penguburan," si anak muda berparas tampan berkata pada si pemilik tongkat bambu. Si tongkat bambu menganggukkan kepala satu kali dan mendahului muridnya meninggalkan ruangan aula, agaknya juga hendak ikut mengurus penguburan.

Jin Shui menduga bahwa si tongkat bambu itu adalah Zhulin Shen Jian Zhong Shao Yan, ketua Jianyin Bang. Pantas saja ketika Huang Yu mengaku sebagai anggota Jianyin Bang di gerbang depan tadi, Jin Guang langsung menghunus pedang dan hendak mengusirnya. Rupanya karena orang-orang Jianyin Bang sudah lebih dahulu tiba di Huofeng Lou.

Jin Shui baru hendak meninggalkan atap ketika melihat Jin Guang datang mendekat bersama Huang Yu, segera masuk ke dalam aula menghampiri Bao Xin Fei yang sudah berdiri di samping peti jenasah Xu Cheng Hai. Bao Xin Fei masih mengenali Huang Yu sebagai anak muda yang menemuinya di Wenhu dan memberitahukan mengenai keberadaan Xu Qiao beberapa waktu yang lalu, membiarkan saja Huang Yu memberikan penghormatan seperlunya pada mereka yang sudah meninggal.

"Shiniang, ini adalah Huang Yu, Huang Gongzi dari Luoyang," Jin Guang memperkenalkan, "putra Huang Wei Qun, Huang Zongbiaotou dari Hailang Biaoju di Luoyang." Agaknya Huang Yu sudah menyebut identitas asli, dan Jin Guang mengenalinya.

"Huang Gongzi datang kemari apakah hendak menjemput adik Anda?" Bao Xin Fei menanya, nada suaranya ditahan. Ia menyimpan rasa penasaran karena Huang Yu waktu itu menyebut ada menyebut pemuda yang bersama Xu Qiao sebagai kawannya, dan belakangan diketahui bahwa kawan itu adalah Hua Jin Shui, dan Hua Jin Shui justru adalah pewaris utama Yumen. Juga menyimpan rasa penasaran karena bisa saja pembantaian di Huofeng Lou ada kaitannya dengan kedatangan ayah Huang Yu beberapa waktu yang lalu.

"Lian-er?" Huang Yu menanya. Ayah ibunya menyuruh pelayan membawa adik perempuannya ke ibukota menemui seorang kerabat, entah bagaimana Huang Lian, adik perempuannya itu bisa sampai ke Huofeng Lou.

"Aku bertemu dengannya dalam perjalanan kemari," sahut Bao Xin Fei, "pelayannya tewas dibunuh oleh orang tidak dikenal, dan dia juga diburu banyak orang."

"Keluarga Huang kami juga dalam kesulitan, aku sendiri tidak leluasa membawa Lian-er," sahut Huang Yu, "jika pihak Huofeng Lou tidak keberatan, mungkin untuk sementara akan lebih baik jika Lian-er tetap berada disini."

"Keluarga Huang juga dalam kesulitan," nada suara Bao Xin Fei sedikit berubah halus. "Apakah Huang Zongbiaotou suami istri...."

"Mereka sudah lebih dahulu pergi mengungsi," sahut Huang Yu cepat, sungguh tidak berharap ayah ibunya bernasib sama seperti Xu Cheng Hai suami istri. "Xu Furen, wanbei sudah beberapa lama tidak berada di rumah, tidak tahu apa yang terjadi. Kabarnya ada seorang kawan ayah yang memintanya mengirimkan sebuah benda pada Xu Louzhu, benda ini sungguh sudah membawa ketidak beruntungan pada Keluarga Huang kami."

"Aku juga tidak tahu," nada suara Bao Xin Fei sedikit meninggi, matanya nampak memerah. "Ayahmu yang membawakan benda itu pada Xu Cheng Hai, membawakan bencana untuk seluruh Huofeng Lou."

"Huang Gongzi," salah satu pemuda yang mengenakan pakaian berkabung yang tadi membakar kertas sembahyang berdiri dan menghampiri Huang Yu dan membimbingnya keluar ruangan untuk berbicara di tempat lain. Mereka berbicara di pekarangan.

Pemuda itu bernama Mu Chai Sheng, merupakan murid kedua Xu Cheng Hai. Huang Yu hanya pernah bertemu satu kali dengan anak murid Huofeng Lou, akan tetapi ingatannya baik dan ia masih cukup mengenal semuanya.

Jin Shui di atas atap aula utama menutup kembali genteng yang tadi dibuka, kemudian melompat ke pekarangan dan bersembunyi di belakang gunung buatan untuk mendengarkan percakapan Huang Yu dengan Mu Chai Sheng.

"Beberapa hari yang lalu Huang Zongbiaotou datang kemari membawa sebuah peti kayu untuk diserahkan pada guruku," Mu Chai Sheng berkata pelan, "Huang Zongbiaotou datang seorang diri, dalam keadaan terluka dan kelelahan, katanya sepanjang jalan mesti menghindari orang-orang yang hendak merebut peti di tangannya. Aku dan dashixiong yang waktu itu mengantarkannya menemui shifu."

"Yang kutahu peti itu adalah titipan seseorang, apakah kau tahu siapa yang menitipkan pada ayahku?" tanya Huang Yu.

"Aku tidak tahu," sahut Mu Chai Sheng jujur. "Ayahmu menemui shifu dan berbicara berdua, tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Hari itu, ayahmu masih sempat beristirahat di Huofeng Lou. Kuingat malam-malam sepertinya ada sejumlah orang berbaju hitam berusaha menyusup ke Huofeng Lou, tetapi berhasil diusir oleh dashixiong dan yang lain. Huang Zongbiaotou khawatir akan menyusahkan shifu sekeluarga karena peti yang dibawanya, maka di hari berikutnya lantas pamit pagi-pagi sekali. Kuingat shifu hari itu nampak sangat tidak tenang, dan dia meminta aku dan dashixiong segera mengantarkan ayahmu kembali ke Luoyang."

Dua murid Huofeng Lou yang mengantarkan Huang Wei Qun kembali ke markas Hailang Biaoju adalah Mu Chai Sheng dan kakak segurunya, Yang Lei. Xu Cheng Hai meminta dua muridnya mengantarkan sampai ke Luoyang, agaknya khawatir sesuatu akan terjadi pada Keluarga Huang.

"Shifu juga ada meminta sanshidi dan sishidi (adik seguru ketiga dan ke empat, maksudnya Jin Fei dan Jin Guang) pergi ke markas Jianyin Bang mengundang Zhong Bangzhu untuk selekasnya datang ke Huofeng Lou," kata Mu Chai Sheng pula. "Kami empat saudara seguru pergi sesuai perintah shifu. Shiniang saat itu belum kembali. Kami yang masih hidup ini semuanya tidak ada yang tahu apa yang terjadi di Huofeng Lou selama beberapa hari terakhir. Saat kami kembali, shifu dan dashiniang sudah tidak ada. Sanshidi dan sishidi kemarin tiba lebih dahulu bersama Zhong Bangzhu dari Jianyin Bang, dan mereka yang mendapati tempat ini sudah menjadi tempat pembantaian."

"Siapa yang membunuh Xu Louzhu sekeluarga?" suara Huang Yu terdengar bergetar.

Mu Chai Sheng menggelengkan kepala dengan sedih. "Tidak tahu," katanya, "semuanya terbunuh oleh tebasan pedang, tidak ada jejak ilmu aliran tertentu. Kami disini juga belum sempat membicarakan karena mesti mengurus jenasah."

"Sampaikan pada Xu Furen, aku mohon pamit," Huang Yu berkata. "Aku akan berusaha menemukan ayah ibuku untuk menanyakan lebih jelas siapa yang memulai semua ini. Mu-xiong harap bisa membantu menjaga Lian-er."

"Huang Gongzi tunggu sebentar," Bao Xin Fei keluar dari dalam aula dan melayang mendekat, menahan Huang Yu sebelum meninggalkan tempat itu.

"Xu Furen ada pesan apa?" Huang Yu menanya. Perasaannya mulai kacau, akan tetapi ia tidak ingin menunjukkan.

"Huang Gongzi silakan ikut denganku," Bao Xin Fei berkata dingin. "Chai Sheng, minta Zhong Bangzhu dan Han Bu Dian menemui kami di daxian ke (pavilyun dewa)."

Huang Yu mengikuti Bao Xin Fei ke bagian lain tempat kediaman Keluarga Xu itu, sebuah tempat terpisah yang dikelilingi taman bunga yang seharusnya merupakan sebuah tempat yang indah. Akan tetapi di sekitar taman masih banyak sisa darah yang belum lagi dibersihkan, membuat semuanya terasa mengerikan di malam hari.

Mereka menuju sebuah ruangan yang dipenuhi berbagai macam lukisan dan kaligrafi. Huang Yu mendapati ruangan itu sebenarnya sangat bersih, akan tetapi cipratan darah di salah satu dinding ruangan membuatnya menjadi lebih menyeramkan daripada taman diluar sana. Bao Xin Fei menyalakan penerangan seperlunya saja, kemudian mengambil sesuatu dari belakang salah satu lukisan gantung. Sebuah peti kayu.

Jin Shui diam-diam mengikuti sampai ke daxian ke, melubangi jendela untuk melihat ke dalam. Peti kayu yang dikeluarkan oleh Bao Xin Fei tidak besar, namun sangat menarik. Peti itu hampir putih seluruhnya, ukirannya sangat indah, peti juga dilengkapi kunci pengaman yang jelas merupakan hasil karya seorang ahli.

Zhong Shao Yan dan murid utamanya Han Bu Dian tiba juga disitu, masih bersama Mu Chai Sheng. Mu Chai Sheng memperkenalkan keduanya pada Huang Yu seperlunya. Huang Yu tahu bahwa Zhong Shao Yan adalah murid keempat Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, digelari Zhulin Shen Jian atau si Pedang Hutan Bambu, dan sejak sepuluh tahun ini sudah menduduki posisi ketua Jianyin Bang menggantikan gurunya.

Han Bu Dian merupakan murid utama Zhong Shao Yan. Anak muda ini terkenal cerdas dan berbakat, bahkan dahulu sempat hendak diambil oleh Hu Ling sebagai pewaris, namun tidak jadi dan Hu Ling mengambil Zhu Bai Que sebagai gantinya.

"Huang Gongzi, peti kayu inilah yang dibawa oleh ayahmu dan diberikan pada Xu Louzhu," Han Bu Dian berkata pada Huang Yu. "Kami menemukannya disembunyikan diantara buku-buku milik Xu Furen di kamarnya, kemudian membawanya ke tempat ini dan berharap siapa pun yang mengincarnya akan datang kemari."

Han Bu Dian mengambil kunci dari tangan Bao Xin Fei kemudian membuka peti kayu itu dengan hati-hati. Kunci peti rupanya mesti diputar dengan kombinasi angka tertentu, entah bagaimana Han Bu Dian bisa mengetahuinya. Huang Yu tidak banyak bertanya dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan, menyadari Bao Xin Fei mempunyai niatan tertentu ketika membawanya kemari.

Peti sudah terbuka, dan di dalamnya terdapat sebuah kipas lipat berwarna putih bersih, nampak sederhana namun sangat halus dan indah buatannya. Han Bu Dian menyerahkannya pada Huang Yu, kelihatan tenang saja, akan tetapi pada saat itu Huang Yu menyadari bahwa Bao Xin Fei dan Zhong Shao Yan sama berwaspada, dengan tegang menanti reaksinya mendapatkan isi peti yang berharga.

"Hanya sebuah kipas," Huang Yu berkata, tidak lekas menerimanya.

"Huang Gongzi silakan memegangnya," Han Bu Dian berkata. "Benda ini sudah membawa bencana pada Huofeng Lou, juga kesulitan pada Keluarga Huang, tentunya Anda ingin mengetahui dengan jelas asal usulnya."

Huang Yu mengambil kipas itu dari tangannya dengan berhati-hati. Ia merasakan kipas lebih berat dari kipas lipat miliknya, sungguh sebuah benda yang istimewa. Ketika ia mengembangkan kipas, didapatinya bahwa tulang-tulang kipas semuanya terbuat dari logam, dan badan kipas bukan merupakan kertas atau kain seperti umumnya, melainkan bahan khusus yang sangat kuat, seperti lapisan baja yang halus dan lentur.

"Sebuah kipas baja putih," Huang Yu berkata, "benda ini bagaimana bisa membuat begitu banyak orang menginginkannya?'

"Kipas ini adalah benda milik mendiang ketua Yumen Jiao, Tong Jian Lei Shen Wu Yao Wei," Zhong Shao Yan yang menjawab, suaranya tenang namun mengandung kewaspadaan, agaknya Bao Xin Fei sudah memberitahukan sesuatu padanya. "Dua belas tahun yang lalu, diberikan pada guruku Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang."

Nama Yumen disebut, seketika membuat Huang Yu terdiam dan Jin Shui mengawasi air muka masing-masing yang berada di dalam ruangan itu. Zhong Shao Yan dan Bao Xin Fei sama membelakangi pintu keluar, agaknya siap untuk menindak Huang Yu jika kecurigaan mereka terbukti benar. Han Bu Dian nampak tenang namun juga awas, hanya Mu Chai Sheng yang sepertinya tidak mengetahui sesuatu.

"Kipas ini meskipun nampaknya adalah sebuah benda pemberian biasa, akan tetapi menurut kabar menyimpan rahasia dua ilmu tertinggi dalam dunia persilatan," Zhong Shao Yan meneruskan, "kabarnya lagi, dua ilmu tertinggi ini bahkan bisa mengalahkan ilmu andalan Yumen Jiao, yaitu wuqing xue."

Huang Yu memandang sekilas ke arahnya, kemudian menatap badan kipas yang masih tergenggam di tangannya, merabanya pelahan. Pada badan kipas tidak terdapat satu pun tulisan atau lukisan, seluruhnya putih bersih tanpa ada tanda apa pun. Dua ilmu tertinggi dalam dunia persilatan yang barusan disebutkan oleh Zhong Shao Yan, ia pernah mendengar dari gurunya Chai Lang, akan tetapi tentu saja tidak bisa disebutkannya pada semua yang hadir disitu. Dua ilmu itu kabarnya mampu mengalahkan wuqing xue, kata-kata semacam ini dengan sendirinya menarik perhatian banyak orang dan bisa membuat siapa pun tertarik memilikinya.

"Liang Tian Jian Shen adalah musuh Yumen, bagaimana bisa dia memperoleh benda yang demikian berharga dari ketua Yumen sendiri?" Huang Yu menanya, berusaha tetap tenang dan tidak ingin sampai menyebut diri sebagai seorang pewaris Yumen.

"Huang Gongzi mungkin pernah mendengar, bahwa tingkatan terakhir dari ilmu tertinggi Yumen, yaitu tingkat ke delapan wuqing xue, harus dilatih dengan cara khusus," kata Han Bu Dian, "dan ketua Yumen generasi ke sebelas, yaitu Wu Yao Wei, dia tidak pernah berhasil melatih sampai tahapan ini."

"Pada masa hidup beliau, aku sendiri masih seorang anak kecil," sahut Huang Yu sambil tersenyum, "dengan sendirinya tidak pernah mengetahui sampai sedemikian." Ia berkata jujur, memang Chai Lang tidak memberitahukan terlalu banyak padanya mengenai adanya latihan khusus untuk menyempurnakan wuqing xue.

"Guruku dua belas tahun yang lalu datang ke markas Yumen bersama beberapa tetua dunia persilatan, waktu itu adalah demi menasehati Wu Yao Wei untuk menghentikan kekejaman Yumen Jiao," Zhong Shao Yan menyambung. "Pada saat itu beliau disambut baik, dan kemudian malah tinggal beberapa lama di markas Yumen demi membicarakan berbagai macam ilmu bersama ketuanya."

"Rahasia ada pada kipas ini ada kaitannya dengan hasil pembicaraan mereka," tebak Huang Yu.

"Benar," sahut Zhong Shao Yan. "Guruku mempelajari teori dua ilmu itu, pada awalnya demi membantu Wu Yao Wei menyempurnakan tingkat ke delapan wuqing xue. Akan tetapi, kalian juga tahu bahwa Yumen adalah aliran yang kejam, maka guruku tidak mungkin sungguh membantu ketuanya menyempurnakan ilmu."

"Karena akan menyebabkan bencana dalam dunia persilatan," kata Huang Yu. "Maka beliau kemudian membawa pergi kipas ini, berharap akan ada yang bisa menggunakannya untuk menghadapi Yumen di kemudian hari."

"Kipas itu diberikan pada kakak seguru pertama Zhang Xiang Hui oleh shifu beberapa waktu sebelum kembali ke markas Yumen demi pertarungan terakhirnya dengan Wu Yao Wei," Zhong Shao Yan berkata pula. "Shifu tahu pertarungan terakhir itu merupakan pertarungan hidup mati, dan bisa saja beliau akan terbunuh. Sedangkan pada masa itu tidak ada lagi orang kedua yang mampu menandingi Wu Yao Wei, maka shifu berharap di kemudian hari ada anak muridnya yang bisa menggunakan rahasia pada kipas baja putih untuk menghentikan kekejaman Yumen."

"Kipas ini terakhir berada di tangan Zhang Xiang Hui, Zhang Qianbei," sahut Huang Yu, "kalau begitu apakah beliau yang sudah menyerahkannya pada ayahku?"

"Zhang Qianbei kabarnya juga ikut terbunuh bersama gurunya di Wansui Gu sepuluh tahun yang lalu," sahut Mu Chai Sheng, "kabar keberadaan kipas warisan itu sudah menghilang selama sepuluh tahun belakangan, baru muncul lagi beberapa bulan ini."

"Kalau begitu kipas ini sempat jatuh ke tangan orang Wansui Gu?" tanya Huang Yu pula.

"Orang Wansui Gu adalah salah satu pihak yang paling menginginkannya, rasanya tidak mungkin jika kipas selama sepuluh tahun berada di tangan mereka dan hanya tersimpan sebagai benda tidak berguna," sahut Zhong Shao Yan, "tidak ada yang tahu keberadaan benda ini sampai ada seseorang yang menitipkan pada ayahmu, meminta diserahkan pada Xu Cheng Hai."

"Mengapa untuk diserahkan pada Xu Louzhu?" tanya Huang Yu. "Mengapa tidak sekalian minta diserahkan langsung pada Anda, ketua Jianyin Bang, pihak yang paling berhak menyimpannya."

"Orang yang menitipkan kipas baja putih pada ayahmu bukan ingin menyerahkannya pada Cheng Hai, akan tetapi pada seorang lain yang juga tinggal di Huofeng Lou ini," Bao Xin Fei berkata, "murid kedua Liang Tian Jian Shen, Xie Tian Hu."

"Murid kedua Liang Tian Jian Shen?" tanya Huang Yu. "Dia berada disini?"

"Kau juga tahu majikan Huofeng Lou mempunyai banyak kawan dalam dunia persilatan, sejak lama juga berkawan baik dengan anak murid Liang Tian Jian Shen," kata Bao Xin Fei lagi. "Xie Tian Hu sudah lama cacad, dan Cheng Hai membiarkan dia tinggal di daxian ke ini. Darah di dinding itu adalah darahnya, dia ikut terbunuh dalam pembantaian beberapa hari yang lalu."

Jin Shui mendengar kata-kata ini sedikit merasa lega. Kalau begitu yang ada di dalam peti mati di ruang aula itu adalah Xu Cheng Hai suami istri, empat putri mereka dan yang terakhir adalah Xie Tian Hu, si murid kedua Liang Tian Jian Shen. Bukan Xu Qiao.

Huang Yu memandang ke arah cipratan darah di dinding ruangan. Dilihat dari keadaannya, si pembunuh hanya menebaskan pedangnya satu kali dan siapa pun korbannya tidak sempat memberikan perlawanan, tewas di tempat begitu saja.

"Rupanya hendak diserahkan pada murid kedua," gumam Huang Yu. "Xie Tian Hu sudah dalam keadaan cacad, orang tidak akan menyangka benda peninggalan gurunya yang paling berharga diserahkan padanya. Di kemudian hari, seharusnya dia bisa dengan tenang mencari seorang yang berbakat, kemudian baru menyerahkan kipas ini."

"Benar," sahut Han Bu Dian. "Hanya saja kabar berita munculnya benda peninggalan Zhang Zhe Liang sudah tersebar dalam dunia persilatan, membuat banyak orang memburunya, dan yang menjadi korban justru adalah Keluarga Xu."

"Siapa yang melakukan pembunuhan itu?" Huang Yu menanya, suaranya sedikit bergetar, khawatir keluarganya juga akan mengalami nasib serupa.

"Kipas ini berkaitan dengan hidup matinya Yumen Jiao, dengan sendirinya yang paling menginginkannya adalah orang-orang aliran Yumen," Bao Xin Fei berkata.

"Yumen Jiao sudah tidak ada," kata Huang Yu. "Xu Furen harap jangan sembarang menimpakan kesalahan."

"Markas Yumen memang sudah tidak ada, akan tetapi orang-orang Yumen masih ada," sahut Bao Xin Fei. "Huang Gongzi, Hua Jin Shui adalah kawan Anda. Apakah kau tahu Hua Jin Shui itu siapa?"

"Jin Shui?" tanya Huang Yu, berusaha menjawab dengan berhati-hati. "Dia adalah seorang kawan."

"Pada awalnya aku mengira dia adalah kawan Anda, maka aku bisa membiarkannya menolong Xiao Qiao dari racunnya Wansui Gu itu," kata Bao Xin Fei. "Akan tetapi hari itu aku mengunjungi guruku di Haitang Jian Pai, dan mendapatkan kabar mengenai adanya delapan pewaris Yumen. Hua Jin Shui adalah salah satu dari mereka. Huang Gongzi, apakah Anda adalah satu yang lainnya?"

"Xu Furen, apakah Anda hendak mengatakan, bahwa Keluarga Huang kami adalah pengikut Yumen Jiao?" Huang Yu balik menanya, tidak ingin mengakui tetapi juga tidak sudi menyangkal.

Bao Xin Fei belum lagi memberikan jawaban, seorang anggota muda Jianyin Bang berlarian mendekat sambil memanggil gurunya. Ia masuk begitu saja ke dalam ruangan utama daxian ke tempat mereka berada.

"Shifu, Dashixiong, Guo Shu mengirim merpati kemari, membawakan surat untuk Anda," anggota muda itu langsung berkata. "Katanya, suami istri majikan Hailang Biaoju dari Luoyang sudah datang ke markas Jianyin Bang dalam keadaan terluka, hendak menemui Anda dan meminta perlindungan."

Kata-katanya mengagetkan semua yang berada di ruangan itu, termasuk Jin Shui yang masih mengintai dari luar. Huang Yu meletakkan kembali kipas baja putih yang masih digenggamnya, dan Han Bu Dian segera mengembalikan dalam peti dan dikuncinya. Huang Yu merebut surat dari tangan si anggota muda, memang surat itu memberitahu kabar keberadaan ayah ibunya.

"Xu Furen, ayah ibuku sepertinya dalam kesulitan," Huang Yu lekas berkata pada Bao Xin Fei, "ziaxia minta pamit, hari ini juga mesti menemukan mereka."

Malam itu juga Huang Yu memacu kudanya ke arah markas Jianyin Bang di Kota Wuzhang. Zhong Shao Yan dan Han Bu Dian mengikutinya. Bao Xin Fei tetap tinggal di Huofeng Lou, menjaga yang tersisa di Keluarga Xu.

Baru setengah hari meninggalkan Fulong Cheng, mereka mendengar suara tiupan bambu, yaitu tanda khas milik anggota Jianyin Bang untuk memanggil kawan mereka atau meminta bantuan. Han Bu Dian lekas mendahului membelokkan lari kuda, menuju sumber suara. Tidak berapa jauh, di tengah sebuah ladang kosong, mereka mendapati sejumlah orang tengah beradu senjata.

Kedua suami istri Huang Wei Qun bersama empat jago Hailang Biaoju dan delapan orang anggota Jianyin Bang berhadapan dengan belasan orang yang mengenakan seragam warna abu-abu. Sejumlah jenasah nampak sudah tergeletak di sekitar arena, agaknya korban sudah berjatuhan dari kedua pihak.

"Huang Wei Qun, aku tahu benda itu berada di tanganmu, tidak berada di Huofeng Lou," terdengar suara teriakan seorang perempuan. "Huofeng sudah dimusnahkan, Xu Louzhu suami istri semuanya sudah mati, dan benda itu tidak berada disana."

Pemilik suara adalah pemimpin orang-orang berbaju abu-abu, seorang gadis muda yang mengenakan jubah hijau gelap, duduk di atas punggung kuda di pinggir arena. Wajahnya putih dan nampak keras, sorot matanya tajam dan menunjukkan kekejian. Suaranya melengking tinggi, agaknya tidak ada niat membiarkan siapa pun lolos dari tangannya.

Suami istri Huang Wei Qun nampak sudah kewalahan, sisa jago Hailang Biaoju dan bahkan anggota Jianyin Bang yang bersama mereka juga sudah banyak yang terluka dan nampak kelelahan. Meski orang-orang yang menjadi lawan mereka juga sudah banyak yang terluka, akan tetapi keadaan tidak bisa dikatakan berimbang.

Tidak lama setelah meminta orang-orangnya meninggalkan markas Hailang Biaoju di Luoyang beberapa hari yang lalu dan meminta pelayan kepercayaan membawa putra putri mereka mengungsi ke tempat yang berbeda, rupanya Huang Wei Qun dan istrinya kemudian pergi menuju markas Jianyin Bang di Wuzhang. Keputusan ini diambil dikarenakan peti kayu yang membawa masalah pada Keluarga Huang adalah peninggalan ketua Jianyin Bang sebelumnya, Liang Tian Jian Shen Zhang Zhe Liang, dan mereka menganggap Jianyin Bang sudah seharusnya bertanggung jawab memberikan perlindungan.

Hanya saja ketika mereka tiba di markas Jianyin Bang, ketua Jianyin Bang yaitu Zhong Shao Yan sudah pergi ke Huofeng Lou bersama murid-murid utama partai dan anggota-anggota penting. Huang Wei Qun berdua khawatir keberadaan mereka membawa masalah pada Jianyin Bang, maka mereka memutuskan untuk menyusul ke Huofeng Lou.

Demi menghindari kejaran orang-orang yang menginginkan benda peninggalan Zhang Zhe Liang, mereka mengambil jalan memutar sedikit, membiarkan sejumlah anggota kecil Jianyin Bang mengirim kabar ke Huofeng Lou agar Zhong Shao Yan bisa menemui mereka di tengah jalan.

"Orang-orang Wansui Gu," Zhong Shao Yan mengenali sejumlah orang berseragam abu-abu itu sebagai pengikutnya lembah beracun.

Huang Yu hampir saja mengerahkan tenaga pemberian Chai Lang, menerjang lebih dahulu ke arah perempuan itu untuk menghabisinya. Akan tetapi ia sadar ada Zhong Shao Yan dan muridnya, serta begitu banyak anggota Jianyin Bang yang berada disitu, dan ia tidak bisa menunjukkan begitu saja kemampuan asli karena akan langsung membenarkan tudingan Bao Xin Fei bahwa dirinya merupakan salah seorang pewaris Yumen.

Zhong Shao Yan adalah seorang ketua partai besar, tidak mungkin menyerang seorang gadis muda. Han Bu Dian juga adalah seorang ksatria, ia sungkan berhadapan dengan anak gadis. Kedua guru dan murid itu memilih melompat ke arena pertarungan, membantu suami istri Huang Wei Qun dan yang lainnya.

Satu senjata rahasia sudah dilepaskan oleh Huang Yu, mengarah pada si perempuan baju hijau. Perhatian semuanya tertuju pada pertarungan, tidak terlalu memperhatikan bagaimana Huang Yu menggunakan biji caturnya yang khas itu, tenaga yang digunakan lebih besar dari yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemuda tanggung.

Senjata rahasia mengenai kuda tunggangan si perempuan baju hijau, membuat hewan itu kaget hingga berdiri dengan kedua kaki belakangnya, membuat penunggangnya terlempar dari pelana. Si perempuan baju hijau melepas tali kekang dengan cepat, kemudian dengan gesit juga sudah melompat ke udara dan mendarat di tanah dengan kedua kaki, membiarkan saja hewan peliharaannya berlari pergi.

Baru saja ia menapakkan kaki di tanah, Huang Yu sudah berada di hadapannya. Merasakah ada serangkum hawa kuat yang menyambar ke arahnya, perempuan itu memutar badan dengan cepat, menghindarinya dan melibatkan diri dalam pertarungan di tengah arena. Cambuk di tangannya sudah terurai dan menyambar satu jago Hailang Biaoju yang sudah hampir ambruk, menggunakannya untuk menyambut serangan Huang Yu.

Sebuah cambuk beruas sembilan, bukan sebuah senjata yang mudah dikendalikan akan tetapi justru berada di tangan seorang gadis muda berumur belum lebih dari dua puluh tahun. Huang Yu mengenali senjata ini sebagai senjata khas milik putri sulung Bai Sui Zuo Du Zhou San Gong dari Wansui Gu, bernama Zhou Xiang Nu, digelari Jiu Wei Bian atau si Cambuk Sembilan Ekor.

Huang Yu terpaksa menarik serangan karena tidak ingin menghantam orang sendiri. Ia meraih jago Hailang Biaoju itu dan masih sempat membiarkannya ke pinggir arena dengan selamat. Zhou Xiang Nu meraih satu anggota Jianyin Bang dengan cambuknya, dan sekali ini Huang Yu tidak terlalu peduli, menyambar saja tubuh orang itu hingga terlempar jauh dan seketika tidak bergerak lagi. Ia terus memburu ke arah Zhou Xiang Nu, hendak menangkapnya. Dua anggota Wansui Gu yang menghalangi terkena hantaman pukulannya, dua anggota Jianyin Bang saling pandang menyaksikan kekuatan anak muda ini.

Zhong Shao Yan dan Han Bu Dian sudah menjatuhkan beberapa orang Wansui Gu lainnya. Akan tetapi sisa jago Hailang Biaoju yang ada juga sudah tidak bisa bertahan dan semuanya sudah roboh ke tanah. Kedua suami istri Huang Wei Qun pada saat itu berhadapan dengan Zhou Xiang Nu, agaknya Zhou Xiang Nu berniat menangkap Huang Furen lebih dahulu demi memaksa Huang Wei Qun.

Huang Yu berusaha menahan diri, melakukan pembantaian seperti saat menolong kakaknya beberapa hari yang lalu sama saja membuka identitas sebagai pewaris Yumen di hadapan orang-orang Jianyin Bang. Meski bisa menyelamatkan ayah ibunya saat ini, akan tetapi akan membawa kesulitan lain dan lagi-lagi keluarganya yang akan mendapat masalah. Ia masih ingat bahwa adik perempuannya Huang Lian masih berada di Huofeng Lou.

Pada saat itu di pinggir arena juga hadir sejumlah orang lain, semuanya mengenakan baju hitam dengan wajah tertutup rapat. Mereka tidak ikut menyerang, hanya jelas tatapan mereka tertuju pada suami istri Huang Wei Qun, satu orang nampak menunjuk ke arah Huang Yu saat berbicara dengan kawannya.

Di saat itu juga Zhou Xiang Nu sudah berhasil menangkap leher Huang Furen dengan cambuk beruasnya, memaksa Huang Wei Qun melepaskan anggota Wansui Gu yang hampir saja dihantamnya.

"Huang Wei Qun, istrimu ada di tanganku," perempuan itu berkata tajam, "aku tidak akan meminta kedua kalinya. Kau tahu apa yang aku inginkan."

"Lepaskan istriku…"

Kejadian selanjutnya terlalu cepat, dan tidak diduga oleh siapa pun. Huang Wei Qun tiba-tiba roboh ke tanah, di saat bersamaan Huang Furen juga memuntahkan darah segar dari ujung bibirnya, tubuhnya bergetar sesaat kemudian lolos dari cekalan cambuk Zhou Xiang Nu, mengagetkan semua orang. Air muka Zhou Xiang Nu seketika berubah, sungguh tidak menyangka dua buruannya tiba-tiba roboh begitu saja.

Huang Yu berteriak seketika, langsung menghantam sisa anggota Wansui Gu dan memburu ke arah ayah ibunya. Huang Furen sudah putus nafasnya, akan tetapi Huang Wei Qun masih sempat menggapai ke arahnya sebelum diam sama sekali. Huang Yu masih berusaha mengerahkan tenaga dalam pemberian Chai Lang padanya, mempertahankan nyawanya, akan tetapi luka Huang Wei Qun di leher, urat nadinya sudah putus dan tidak mungkin bisa disambung kembali.

Di saat itu Han Bu Dian sekilas melihat dua sosok manusia di kejauhan, keduanya sama mengenakan baju berwarna gelap dengan kepala tertutup caping lebar, melesat pergi meninggalkan tempat itu. Satu bayangan lain muncul entah darimana dan mengejar mereka. Zhou Xiang Nu juga melihat kedua bayangan bercaping yang melesat pergi itu, ia mendahului Han Bu Dian mengejar, menyadari bisa saja dua bayangan itu adalah orang yang sudah menyebabkan Huang Wei Qun suami istri tiba-tiba roboh dan kehilangan nyawa.

Zhong Shao Yan terlambat mengetahui yang terjadi, akan tetapi ia tidak keburu mengejar karena dihadang dan segera terlibat pertarungan dengan orang-orang berbaju hitam yang baru saja datang bersama sisa anggota Jianyin Bang yang masih ada. Satu orang berbaju hitam nampak membawa busur besar dan sejumlah anak panah di punggungnya, ia berusaha mendekati Huang Yu untuk menangkapnya. Zhong Shao Yan menghalangi, langsung dengan memutar tongkat bambu di tangannya.

Tongkat bambu itu besar dan berat, bukan sebuah tongkat bambu biasa karena di dalam batang bambu terselip sebilah pedang yang tipis, sebuah senjata warisan yang sangat istimewa. Zhong Shao Yan sendiri seumur hidup jarang sampai mengeluarkan pedang, lebih banyak menggunakan senjatanya itu sebagai tongkat bambu.

Sekali ini ia sudah mencabut pedang dari dalam tongkat bambunya, menyambarkan langsung ke penutup muka lawannya, memaksa orang itu mengambil busur di punggung untuk menangkis karena tidak menyangka si Zhulin Shen Jian justru akan berniat membuka kedoknya lebih dulu. Gerakan tangannya yang terlatih tidak sempat menutupi gayanya yang khas.

"Ternyata adalah kalian, orang-orang Yongjun Hui," Zhong Shao Yan mengenali jurus yang digunakan salah seorang, "tidak disangka kalian juga menginginkan benda peninggalan guruku."

Orang-orang berbaju hitam itu tahu sudah dikenali, pemimpin mereka lantas membuka penutup wajah, pertarungan terhenti seketika. Si pemimpin itu adalah seorang pemuda berusia hampir tiga puluh tahunan, tulang wajahnya jelas, matanya jeli dan bibirnya mengulum senyuman yang tidak enak dipandang. Zhong Shao Yan mengenalinya sebagai tangan kanan ketua Yongjun Hui yang sekarang, bernama Li Zu Yang dan bergelar Hei Mo Lao Ying (Elang Iblis Hitam).

"Kabar dalam dunia persilatan, benda peninggalan Liang Tian Jian Shen yang ada di tangan Huang Wei Qun Zongbiaotou dari Hailang Biaoju ada kaitannya dengan hidup matinya aliran siluman Yumen," Li Zu Yang berkata, "Zhong Bangzhu juga tahu kami Yongjun Hui sepuluh tahun yang lalu memprakarsai penyerangan besar ke markas utama Yumen, susah payah menghancurkan aliran itu, mengorbankan begitu banyak saudara kami. Tentu saja kami tidak ingin ada benda yang mampu mendukung kebangkitan kembali Yumen, lebih lagi tidak ingin benda itu sampai dikuasai oleh pihak yang tidak seharusnya."

"Huang Zongbiaotou hanya membantu seorang kawan untuk memberikan benda itu pada kakak seguruku di Huofeng Lou," sahut Zhong Shao Yan. "Seingatku guruku Zhang Zhe Liang yang sudah bersusah payah menghentikan kekejaman Yumen, kalian Yongjun Hui hanya mengambil kesempatan untuk membunuh orang-orang yang tidak perlu mati."

"Zhang Zhe Liang Laoqianbei hanya bertarung dengan ketua Yumen," sahut Li Zu Yang pula. "Ketua Yumen sudah meninggal, dengan sendirinya para pengikutnya semua harus dibasmi habis."

Ia melangkah mendekati Huang Yu, tidak memedulikan orang-orang Jianyin Bang. Pada dasarnya tidak ada permusuhan antara Yongjun Hui dengan Jianyin Bang, Zhong Shao Yan juga belum ada alasan menindak tangan kanan ketua Yongjun Hui.

"Huang Gongzi, aku tidak ada permusuhan dengan Hailang Biaoju kalian," Li Zu Yang berkata halus. "Aku datang kemari hanya ingin menanyakan pada ayah Anda, peti kayu yang dibawanya ke Huofeng Lou itu sekarang berada dimana."

Huang Yu sudah meletakkan jenasah ayah ibunya berjejer, menutup mata keduanya. Ia tidak sampai menitikkan air mata, akan tetapi kedua matanya memerah, susah payah ia menahan tenaga pemberian Chai Lang dalam dirinya agar tidak sampai bergolak dan menyebabkan semua orang menanyakan identitasnya.

"Siapa yang memberitahukan padamu bahwa peti kayu itu berisi benda peninggalan Liang Tian Jian Shen?" ia menanya pada Li Zu Yang.

"Ini…." Li Zu Yang agaknya juga tidak tahu darimana asalnya kabar burung mengenai peninggalan Liang Tian Jian Shen. "Ini sudah menjadi pembicaraan di seluruh propinsi Henan, dari Nanyang sampai Luoyang siapapun mengetahuinya."

"Ayahku sudah memberikan benda titipan itu pada murid kedua Liang Tian Jian Shen, Xie Tian Hu, dan Xie Tian Hu sudah meninggal dibunuh orang di Huofeng Lou," Huang Yu menyahut jujur karena masih ada Zhong Shao Yan dan pengikutnya disitu. "Jika kau inginkan benda itu, kau tanyakan saja pada orang yang sudah membunuh Xie Tian Hu."

"Siapa?" tanya Li Zu Yang pula, senyumannya menghilang.

"Kalian Yongjun Hui punya banyak anggota, masa tidak bisa mencari seorang pembunuh?" balas Huang Yu.

Li Zu Yang tahu tidak bisa mendesaknya, kemudian menghampiri jenasah Huang Wei Qun suami istri. Huang Yu khawatir orang akan menggeledah jenasah ayah ibunya, ia hendak menghalangi, akan tetapi Zhong Shao Yan menahannya.

Li Zu Yang hanya memeriksa luka di tubuh Huang Wei Qun, mendapati ada sebuah goresan tipis yang dalam di lehernya. Huang Yu juga mengetahui ada luka di leher ayah ibunya, luka yang menyebabkan kematian mereka. Bukan akibat cambuk beruas milik Zhou Xiang Nu, luka itu begitu tipis hingga tidak mengeluarkan darah, akan tetapi langsung mengiris organ dalam, menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

"Ayah ibumu terbunuh oleh senjata rahasia seseorang," si Hei Mo Lao Ying itu berkata. "Dalam dunia persilatan, yang bisa menggunakan senjata ini, selain Huang Furen sendiri, aku tidak mengetahui tokoh lain yang masih hidup."

Huang Yu juga mengetahui mengenai kemampuan menggunakan senjata rahasia yang sedemikian lihai, akan tetapi ia tahu tidak mungkin menyebutkannya di hadapan Li Zu Yang, lebih lagi tidak mungkin membiarkan Zhong Shao Yan mendengarnya pada saat sekarang. Selain Huang Furen, kemampuan menggunakan senjata rahasia semacam ini dikuasai oleh gurunya Chai Lang, dan juga dirinya sendiri.

"Kalian semua pergilah," ia berkata dingin, "jenasah ayah ibuku, juga orang Hailang Biaoju kami, aku sendiri yang akan mengurusnya."

Han Bu Dian sudah kembali ke tempat itu, agaknya tidak berhasil mengejar dua orang berbaju gelap yang tadi melayang pergi, bahkan Zhou Xiang Nu juga sudah lenyap entah kemana, membiarkan saja sisa orang Wansui Gu terbunuh oleh anggota Jianyin Bang.

"Kedua orang itu sangat tinggil ilmu ringan tubuhnya," Han Bu Dian berkata. "Ada satu orang lagi yang mengejar mereka, aku juga sudah kehilangan jejaknya."

"Tidak apa," sahut Zhong Shao Yan, "kita kembali ke Huofeng Lou."

Orang-orang yang tersisa Jianyin Bang membantu kawan-kawan mereka yang terluka, sebagian mengumpulkan jenasah mereka yang terbunuh, kemudian membawa semuanya pergi, bahkan tidak memedulikan ketika Li Zu Yang dan para pengikutnya berpamitan, membiarkan saja mereka pergi.

Huang Yu mengumpulkan enam jenasah jago Hailang Biaoju, menolak bantuan dari anggota Jianyin Bang dan sekali lagi mengusir mereka. Ia kemudian menggali lubang di tempat itu menggunakan sisa senjata dari pertempuran kecil barusan. Zhong Shao Yan dan Han Bu Dian serta yang lain tidak bisa berbuat sesuatu, kemudian meninggalkannya.

Jin Shui baru datang ketika orang-orang Jianyin Bang sudah berlalu dan langit mulai gelap. Ia mengikuti Huang Yu diam-diam ketika meninggalkan Huofeng Lou bersama Zhong Shao Yan dan Han Bu Dian, menyaksikan semuanya. Semula ia mengira dengan kemampuan Huang Yu, ditambah guru dan murid dari Jianyin Bang, suami istri Huang Wei Qun tidak akan sampai kehilangan jiwa. Tidak disangka muncul dua orang yang melakukan serangan gelap, dan semuanya terjadi begitu cepat.

"Aku hampir saja membongkar identitas sebagai pewaris Yumen, akan tetapi aku tahu hanya dengan kemampuanku seorang, meski memiliki tenaga dalam pemberian Chai Lang Shifu, tidak akan merubah apa pun," Huang Yu berkata sambil terus menggali lubang. "Aku hanya akan membuat ayah ibuku ikut menanggung susah jika orang-orang itu sampai mengetahui bahwa putranya sudah berguru pada seorang Chai Lang."

"Aku mengikutimu sejak berada di Huofeng Lou, sudah menyaksikan dan mendengar semuanya," Jin Shui berkata, ikut membantunya menggali lubang. "Kau sudah melakukan dengan benar, membongkar identitas sebagai pewaris Yumen di hadapan orang-orang itu sama saja mesti menghabisi mereka semua. Kemampuan kita berdua belum segitu besar."

"Seharusnya aku bisa menyelamatkan ayah ibuku," kata Huang Yu lagi. "Akan tetapi aku ternyata tidak bisa."

"Kedua orang itu datang tanpa ada yang menduganya," sahut Jin Shui. "Mereka berdua sama berilmu tinggi, ilmu ringan tubuh mereka juga tidak rendah. Dalam dunia persilatan, tidak banyak yang mempunyai kemampuan seperti ini."

"Mereka yang sudah membunuh ayah ibuku!" Huang Yu berseru, ketenangan yang selama ini ada padanya buyar sama sekali, gejolak amarah dan kepedihan semuanya menjadi satu. Seketika itu ia memuntahkan darah segar.

"Yu," Jin Shui memapahnya menjauh dari lubang yang belum selesai digali, "aku tahu kau mengenal banyak tokoh dalam dunia persilatan, sudah mulai memperkirakan identitas dua orang itu, akan tetapi sekarang bukan saatnya berpikir."

"Kau benar," sahut Huang Yu, "kita mesti menguburkan mereka lebih dahulu."

Mereka menggali sebuah lubang besar dan menguburkan jenasah semua jago Hailang Biaoju yang terbunuh disitu, kemudian menyempurnakan jenasah suami istri Huang Wei Qun dengan membakarnya agar abunya bisa dibawa ke kampung halaman mereka. Huang Yu dan Jin Shui memberikan penghormatan terakhir.

"Xu Guniang-mu tidak berada di dalam salah satu peti mati itu," ia berkata pada Jin Shui kemudian, mengalihkan pemikiran sendiri dari kematian orang tua kandung dan ia mesti mengurus sendiri jenasah mereka. "Dia beberapa kali jatuh tidak sadarkan diri ketika menyaksikan yang terjadi pada Xu Louzhu suami istri, juga empat kakaknya. Bao Xin Fei memberikan obat penenang padanya dan membiarkannya beristirahat."

"Aku tahu," Jin Shui berkata.

"Kipas putih peninggalan Liang Tian Jian Shen itu adalah benda berharga yang bisa mendukung, atau menghalangi kebangkitan kembali Yumen kita," kata Huang Yu pula, "kau tidak ingin mengambilnya?"

"Jika aku mengambilnya hari ini, mereka pasti akan menimpakan padamu," sahut Jin Shui. "Kelak, mungkin baru aku akan mengambilnya."

"Hari ini ada beberapa kali hampir saja membuka identitas sebagai pewaris Yumen," Huang Yu berkata. "Sungguh tidak mudah menyembunyikan tenaga dalam pemberian guru kita, sungguh ingin menggunakannya untuk menghajar orang sepuasnya."

"Kita memiliki tenaga dalam pemberian pelindung Yumen, bukan berarti lantas bisa mengungguli semua orang," Jin Shui mengingatkan. "Bao Xin Fei itu bukan tokoh sembarangan, Zhong Shao Yan itu juga pengalamannya tidak kecil. Kita juga tidak mungkin begitu saja menghabisi orang-orang Jianyin Bang."

"Kau tidak mungkin menghabisi sisa orang Keluarga Xu," Huang Yu menyahut sinis.

Jin Shui diam beberapa saat. Memang benar, ia tidak ingin sampai ada perselisihan dengan anggota Keluarga Xu, termasuk Bao Xin Fei. Ia tidak ingin bersalah pada Xu Qiao.

"Bagaimana rencanamu selanjutnya?" ia menanya pada Huang Yu kemudian.

"Kakakku pergi entah kemana, adikku berada di Huofeng Lou, ayah ibuku sudah tidak ada, urusanku selanjutnya tentu saja baik-baik melatih wuqing xue, menguasai tenaga dalam pemberian Chai Lang Shifu, kemudian baru bisa membalaskan dendam," Huang Yu berkata dengan tajam, "tentu saja, aku juga perlu membantumu menyingkirkan racun dalam tubuhmu, menemukan saudara-saudara kita yang lain, kemudian membangkitkan kembali Yumen Jiao kita."

"Kau sungguh akan mengumpulkan semuanya dan membangkitkan kembali Yumen?" tanya Jin Shui.

"Semula aku juga tidak yakin," sahut Huang Yu, "akan tetapi Chai Lang Shifu sudah memberikan tugas ini sebelum meninggal, biar bagaimana pun aku harus melaksanakannya. Kuyakin, kau juga tidak ingin melupakan pesan Mo Ying Shifu-mu, benar tidak?"

Jin Shui dan Huang Yu menyembunyikan diri di sebuah reruntuhan bangunan yang tidak jauh saat matahari pagi semakin meninggi. Jin Shui menyingkirkan mantelnya, caping lebar dan juga penutup wajahnya, menampakkan keadannya yang semakin mengerikan akibat racun zixie dan zhaobai. Ia duduk bersila di sudut ruangan, mengatur nafas dan menggunakan hawa murni untuk menekan kerja racun.

Huang Yu juga duduk, berusaha mengendalikan semua emosi yang mengacaukan pikirannya hari ini. Ia ada mempelajari wuqing xue sejak kanak-kanak, seharusnya mampu mengendalikan diri dan bersikap tenang setiap saat, akan tetapi yang terjadi pada orang tuanya sungguh membuyarkan semuanya, memberikan luka dalam yang tidak ringan padanya.

Saat tengah hari sudah lewat, Huang Yu baru merasakan keadaannya lebih baik. Ia membiarkan saja Jin Shui terus berkonsentrasi untuk mengendalikan kerja racun, ia pergi memburu hewan liar, mencari air minum dan sejumlah buah-buahan hutan. Tidak berapa lama ia kembali, menyalakan api dan membakar seekor rusa muda, bersama Jin Shui mengisi perut sebaik-baiknya.

"Bagaimana racun itu?" ia menanya pada Jin Shui. "Apakah kau bisa mengatasinya?"

"Aku hanya bisa menekan kerjanya, tidak bisa menyingkirkannya dengan kemampuan yang sekarang," sahut Jin Shui. "Jika ingin sungguh melenyapkan racun ini, sepertinya harus pergi ke Wansui Gu, menemui langsung Lao Du Xie Zeng Bai Feng untuk mendapatkan penawarnya."

"Zeng Bai Feng sejak lama menyembunyikan diri di Wansui Gu, tidak pernah keluar, juga tidak pernah menemui orang," sahut Huang Yu. "Wansui Gu selama beberapa tahun ini diurus oleh murid keduanya, Zhou San Gong. Mereka tidak akan memberikan penawar racun itu padamu."

"Aku tahu," sahut Jin Shui, "hanya saja aku tidak melihat ada cara lain."

"Benar, aku tidak yakin bisa menemukan Li Qian, maka sepertinya kita memang perlu pergi ke Wansui Gu," sahut Huang Yu. "Malam ini kita kembali ke Huofeng Lou."

"Kembali ke Huofeng Lou?" tanya Jin Shui. "Untuk apa?"

"Aku ingin melihat jenasah Xu Cheng Hai suami istri dan semua yang terbunuh disana."

"Kau ingin melihat apakah mereka mempunyai luka yang sama seperti ayah ibumu."

"Luka itu sangat halus," kata Huang Yu, "dalam dunia persilatan tidak banyak orang yang bisa memberikan luka sedemikian. Aku mempunyai dugaan, akan tetapi aku perlu memastikan. Jenasah di Huofeng Lou ada puluhan, mungkin bisa memberi lebih banyak petunjuk."

"Menurutmu siapa?" tanya Jin Shui lagi.

"Saat ini aku belum bisa menyebutkan," sahut Huang Yu. "Oh, karena kita akan pergi ke Huofeng Lou, mungkin nanti kau bisa menemui nona kecilmu dan membawa dia bersama kita. Kuyakin, dia akan memberikan petunjuk yang sangat besar."

Mereka memacu kuda dan kembali ke Huofeng Lou saat cahaya matahari mulai menghilang, saat malam sudah tiba di tujuan. Akan tetapi mereka terlambat, jenasah para pelayan Keluarga Xu, juga ketujuh peti mati, semuanya sudah dibakar dan tidak mungkin lagi untuk melihat jelas penyebab kematian semuanya.

Bao Xin Fei, Xu Qiao, empat murid Xu Cheng Hai, juga Huang Lian nampak memberikan penghormatan terakhir. Huang Yu melihat kondisi adik perempuannya baik-baik saja, ia merasa lega.

"Gadismu ada disitu," ia berbisik pada Jin Shui, "ini adalah kesempatan terakhirmu untuk membawa dia. Benda peninggalan Zhang Zhe Liang itu, mungkin kau juga perlu sekalian mengambilnya."

Jin Shui tidak menanggapi perkataannya, ia mendahului melesat meninggalkan tempat itu. Ia menyadari keadaannya yang sekarang, menemui Xu Qiao hanya akan menakutinya. Huang Yu tidak mendesaknya, ia mengikuti dan sebentar saja mereka sudah meninggalkan kembali Kota Fulong, menuju Wansui Gu.

Jin Shui membiarkan diri sendiri terkena racun demi menyelamatkan Xu Qiao, kemudian juga rela mengembalikan pada keluarganya. Apakah mereka akan bertemu kembali?

Huang Yu - si pewaris Chai Lang, anak muda baju biru yang punya senyuman misterius - salah satu tokoh paling favorit dalam trilogi. Kawan baik, penasehat dan saudara bagi Jin Shui.

Huang Yu pada awalnya juga tidak yakin akan mengumpulkan delapan pewaris, akan tetapi setelah episode ini, dia punya alasan yang sangat kuat.

Di episode ini juga diperkenalkan Huang Zhe, kakak kandung Huang Yu yang iri pada adiknya, sangat penasaran dengan kemampuan adiknya yang lebih tinggi darinya. Bagaimana perannya kelak?

Pembunuhan Keluarga Huang dan Keluarga Xu merupakan misteri bagi seluruh dunia persilatan sampai tiga tahun kemudian. Siapakah pelakunya? Apakah ada hubungan dengan para pewaris? Bagaimana Jin Shui dan Huang Yu akan menemukan pembunuhnya?

Diperkenalkan juga Zhong Shao Yan si pemimpin Jianyin Bang yang sekarang, dan muridnya yang terlalu pandai, Han Bu Dian.

Episode berikutnya mengambil waktu tiga tahun kemudian, saat Huang Yu melanjutkan tugasnya mengumpulkan enam pewaris lain satu persatu bersama Jin Shui.

Xiaodiandiancreators' thoughts