webnovel

Bahahah!

Kue Ulangtahun berdiri kokoh di atas meja makan pada rumah Fania.

Benar-benar mengejutkan mereka.

Signura duduk dengan mata melotot.

Fania telentang tiduran sembari memandangi Kue Ulangtahun.

Ibu Fania juga duduk sembari terkejut.

Ayah Fania hanya bergeleng-geleng saja.

Mereka saling menatap.

"Haaahhhaahhahahahahahahahhaah!!!"

"Hahahaha!!!"

"Bahhhahhhahhhaaahhhhaaa!!!"

Mereka ketawa riang bersama dengan meriah.

Ibu Fania membangunkan Fania yang masih tiduran di lantai.

"Eh, tuh!"

"Signura! "

"Kamu tak apa-apa!"

"Apa sakit?! ", cemas Ibu Fania.

Signura memeriksa dahinya agak sakit.

"Tak apa-apa!"

"Bagaimana dengan Fania?"

"Tadi dia terpeleset dan jatuh ke lantai!!", cemas balik Signura.

"Baik-baik saja, Signura!"

"Tubuhku sangat kuat!!!", ucap Fania sembari memegang belakang kepala.

Ayah Fania sudah tak khawatir.

Hendak pergi ke kamar pribadinya untuk mengganti pakaian.

Signura, Fania, dan Ibunya sedang mempersiapkan acara makan malam dan bagi kue ulangtahun.

Beberapa menit kemudian.

"Yosh!"

"Papa sudah siap sambut Kue Ulangtahunnya!", senangnya

Fania mengambil pemantik api untuk menyalakan lilin.

"Sip!"

"Setiap tahun hanya ada sebuah permintaan yang harus diminta kepada Tuhan!"

"Sebagai ucap syukur atas kelahiranku!"

"Tahun ini aku minta apa ya?!", pikir Ayah Fania.

"Papa!!"

"Lilin sudah nyala nih!!", sapa Fania.

"Terima kasih, Fania!", balas Ayah Fania.

Mereka memandangi serius Ayah Fania.

AC Pendingin yang lupa dikecilkan ini membuat ruangan mendingin.

"Haciiikkkwu!!?"

Suara bersin Ayah Fania yang muncrat di depan Kue Ulangtahun.

Hingga lilin padam dan kue terkena lendir bersin.

"TIIIIIDDDAAAKKKKKKKKKKK!!!!????"

Teriak sedih dan kaget Ayah Fania.

Tahun ini Ayah Fania tak dapat mengajukan permintaan yang diinginkannya.

Kue Ulangtahun tak dapat dibagikan karena menjijikkan di hadapan Fania, Signura dan Ibu Fania.

Ibu Fania berusaha menenangkan suaminya yang sedih berlinang air mata.

"Yaaahhh!"

"Rugi banget! Padahal ingin cicip kuenya?!", pikir Signura.

Acara bahagianya masih berlanjut tanpa Kue Ulangtahun.

Tak terasa Signura merasakan kebahagiaan keluarga Fania.

Tak pernah dia rasakan selama hidupnya.

Memicu kenangan yang sulit diingat oleh Signura.

"Apa aku pernah merayakan Ulangtahun?!", pikir sensasi devaju Signura.

Waktu bergerak cepat.

Signura pamit pulang setelah menikmati acara makan malam dan Ulangtahun Ayah Fania.

Dalam perjalanan.

Dia merasakan hal yang dilupakan ingin dibicarakan dengan Fania.

"Apa tadi?!"

"Mengapa aku ke rumah Fania?!", heran Signura.

Linglung dalam perjalanan pulang ke rumahnya.

Sesampainya di depan pintu.

"Tiiiidaakk!!"

"Siaaalllaaan!!?"

Akhirnya, Signura ingat.