webnovel

Perkenalan

Ku arahkan pandangan menuju jalan yang terlewati dari balik kaca mobil,sesekali kulirik lelaki disampingku yang sedang fokus menyetir,kulihat raut wajahnya begitu riang gembira seperti anak balita yang sangat gembira setelah mendapatkan permen lollipop,seketika tersungging senyuman diwajahku dan ku larikan pandanganku ku luar

Sungguh aku tidak mengerti kenapa Restu begitu bahagia memiliki kekasih sepertiku.Dengan penuh bangga dan percaya diri yang besar dia membawaku untuk berkenalan dengan kedua orang tuanya.Padahal aku gadis pendiam,tidak pandai bergaul,tidak pandai basa-basi dan sulit menerima untuk kenal dengan cepat orang yang baru ditemui.Tak ada sedikitpun kelebihan yang ku miliki.Rasanya keberuntungan dalam hubungan kami hanya dimiliki olehku saja.Memang benar aku sangat beruntung dengan segala kekurangan yang dimiliki.Dan itu membuatku semakin mencintainya dan berharap Restu menjadi lelaki masa depanku sampai maut memisahkan kita

"Sepertinya kau terlihat bahagia...,tuan?"selaku menghangatkan suasana yang mulai kaku

"Seperti yang kau lihat,Nona.Apakah aku terlihat murung dan sedih..?"celotehnya dengan gaya biasa diselingi jawaban penuh canda

"Baiklah tuan aku tidak perlu mempertanyakannya.."timpasku dengan sedikit senyuman

Restupun tersenyum memandangku dan kembali fokus menyetir

"Aku sangat bahagia, predikat jomloku berakhir juga,aku bisa mengatakan pada siapapun termasuk ayah dan ibuku bahwa Restu memiliki kekasih yang cantik."jelasnya riang

"Jadi selama ini kau menyukaiku karena kecantikanku,tuan.Bagaimana kalo nanti wajahku keriput dan cantikku hilang ? pasti kau akan berpaling dariku.."

"oh tidak nona cantik,dimataku kau akan selalu terlihat cantik..."rayunya

"kau pandai bergombal tuan..."dan tersungging senyuman dari bibirku

"Dengan kegombalanku akhirnya aku bisa memilikimu."Belanya dan menatap wajahku yang sedikit memerah

Akupun membalas senyumannya dengan rasa malu.Dalam hal itu Restu memang paling jago.Aku lebih bahagia karena Restu menyayangi dan mencintaiku dengan tulus.Hidupku sekarang tidak lagi membutuhkan penjajakan cinta dari satu lelaki ke lelaki lain.Karena cukup Restu seorang yang bisa menjadi pelabuhan cinta terakhirku

Mobil pun berhenti didepan gerbang yang menjulang tinggi,saat terbuka dan mobilpun melaju ke dalam ku lihat kemegahan rumah itu.Aku terpana oleh taman yang terbelah oleh jalan,pantas saja rumah kemarin yang aku datangi memiliki taman yang indah.Sepertinya selera mereka sangat mengagumkan dan menakjubkan.

Setelah mobil berhenti kami pun turun dan dengan langkah perlahan kuhampiri kekasihku itu.Tiba-tiba Restu menarik dan menggenggam semua jemari tangan kananku untuk berjalan saling berpegangan.Kami berjalan dengan senyuman dan tatapan bahagia.Semakin dekat daun pintu besar dan mewah itu kami hampiri.Terbuka dengan lebar,aku terkejut oleh gaya desain yang terdapat didalam rumah itu.sangat elegan.

" wah..wah ..wah..lihatlah siapa yang datang?"sambut hangat lelaki paruh baya itu dan memeluk Restu setelah kami menghampirinya

"Bagaimana kabarmu pak tua.."sela Restu.

"lihatlah kau sangat kurang ajar anak muda,mentang-mentang kau sekarang terlihat dewasa."celoteh balik ayahnya

Restu memang keterlaluan aku fikir dia memanggil ayahnya seperti itu dibelakangnya saja ternyata dia dengan lantang memanggil langsung.Dilihat-lihat wajahnya masih terlihat tampan,menawan dan mempesona.Karismanya begitu terpancar.Walaupun usianya sudah tidak muda lagi.Aku baru menyadarinya paras mempesona dan ketampanan yang Restu miliki ternyata diturunkan dari ayahnya.

"oh lihatlah betapa kuatnya karisma yang kau miliki ayah sehingga membuat wanitaku terpana."celoteh Restu tiba-tiba menyadarkan dari lamunan dan tatapanku yang fokus dari tadi.

Seketika wajahku berubah memerah karena malu.Akupun dengan terburu membuang pandangan dan menyelipkan helaian rambutku yang terurai ke wajahku ke telinga kanan sebagai pelepas rasa malu.Dasar memang sudah sifat Restu yang pandai bercanda,padahal aku bukan seperti yang ia katakan.wajar saja aku memandangnya begitu teliti karena dimataku ayahnya terlihat jelas memiliki kesamaan yang dengan dirinya.Akupun mencubit pelan lengannya

"Dan kau harus hati-hati karena mulai dari sekarang memiliki saingan."canda baliknya

Merekapun tertawa sungguh mereka ayah dan anak yang memiliki hubungan yang solid dan akrab.Berbeda dengan diriku dan itu sedikit membuatku iri

"Pa,kenalkan ini gadis yang selama ini membuatku selalu menyandang status jomblo."candanya kembali dan akupun dengan sedikit rasa malu mengulurkan tangan

"Merisa..."

Kamipun berjabatan dan terlihat senyuman manis dari bibir pak tua itu menyambut hangat perkenalanku

"loh sudah datang ya kalian kenapa papa ga panggil mama sih.."tiba-tiba seorang perempuan cantik yang sepertinya seumuran ibuku menghampiri kami.Dan aku bisa menebak pasti itu ibunya Restu.

"Mama dandannya kelamaan sih.."jawab suaminya

"Bagaimana kabarnya,ma.Sehat -sehat saja."Restupun memeluk erat ibunya

Sepertinya Restu jarang pulang mungkin ia tinggal dirumah yang katanya rumah untuk kami.

"Sepertinya kau sudah melupakan ibumu ini,nak.Sampai berbulan-bulan kau tak kesini.Mama selalu merindukanmu."ibunya mencium pipi kiri dan kanan Restu dengan lembut

"Sudahlah ma..malu masa mama perlakukan Restu begini didepan gadis cantik ini."protes Restu

""Ah iya maafkan mama karena terlalu kangen padamu.Berjanjilah kedepannya seminggu sekali pulang ke rumah ya.."

Restupun mengangguk

"Nah siapa gadis cantik yang putraku bawa...?"ibunya pun menyapaku dan menghampiriku dan langsung menggenggam kedua tanganku

"Pantas saja putraku tidak pernah membawa perempuan sekalipun ke rumah.Ternyata ada gadis cantik yang selama ini membuat putraku jatuh hati dan tergila-gila."lanjutnya dan memandang lembut wajahku

"Tante terlalu berlebihan.."celotehku pelan dan malu

"ayo duduk mari kita duduk.."pintanya dan mempersilakan kami untuk duduk di kursi tamu yang berada tepat didepan kami

Hatiku serasa tak karuan dan jantungku berdetak seakan melebihi detaknya jarum jam dinding,begini rasanya kesan pertama bertemu dengan calon mertua.Kadang aku menonton di drama-drama sang wanita sangat gugup disaat awal bertemu dengan calon mertuanya dan kini aku mengalaminya

Kamipun saling berhadapan ketika sang pembantu rumah tangga menjajakan beberapa cangkir kopi dan camilan.Suasana pun menjadi serasa kaku,aku yang tak pandai basa basi dibuat mati gaya dan kami pun hanya saling bertatapan

"Melihat wajahmu yang cantik ini sepertinya aku teringat seseorang..teman lamaku."tiba-tiba terlontar dari mulut ayahnya sesekali ia meminum teh dari cangkir

"Ayah kenal dengan Pak Sanjaya.."Terang Restu

"Oh jadi kau putri Marina..."tebaknya tak percaya

"ibuku Mirna om.."terangku

lelaki itu terdiam sesaat sepertinya ada sesuatu yang ia fikir dan terawang.Dan akupun memandangnya dengan penuh penasaran.kenapa terlontar nama lain...Marina bukan Mirna ibuku..

"Oh maaf mungkin aku salah memanggil nama.."jawabnya datar dan menyimpan cangkirnya dengan sedikit kaku

"Tidak apa-apa om wajar saja seperti itu mengingat banyak pekerjaan yang om bereskan selama ini.Apakah om dulu mengenal ayah dan ibu saya?"

Tiba-tiba berdehem dan mengubah duduknya terkesan salah tingkah

"Iya Sanjaya dan ibumu teman semasa SMA.Kami pun kuliah di fakultas yang sama hanya saja ibumu mengambil jurusan yang berbeda.Ibumu sangat cantik dan termasuk gadis tercantik dari masa SMA sampai Kuliah.Banyak yang menaruh hati padanya,dia gadis yang petiang,mudah bergaul dan ramah pada siapapun.Hal itu membuat ayahmu sangat tergila-gila.Jika saja ayahmu Sanjaya bukan teman baikku aku pasti akan berusaha merebutnya...hahhahah..."ceritanya dan melirik istrinya yang sedikit memanyunkan bibirnya.

Akupun tersenyum mendengarnya fikirku apa yang ibu alami semasa mudanya ia turunkan pada Maya.Karena jelas apa yang Maya alami sekarang sama persis yang ibu alami saat masih muda.Dan jauh lebih berbeda denganku

"Namun wanita yang paling cantik dan aku sayangi hanya satu ya dia Astuti yang memberikan seorang putra padaku."sambungnya kembali dan merangkul tubuh istrinya

"Wah wah wah papa memang sangat berani bermesraan didepan putranya yang membawa gadis pujaannya."protes Restu

"Kalian pun kami harap bisa menjalin hubungan dengan baik agar pertemanan antara aku dan Sanjaya semakin erat..Ayah sangat bahagia ternyata putraku jatuh hati dengan putri sahabatku ."celoteh ayahnya

"Aku tidak heran melihat perilaku ayah pada ibu yang begitu mesra.sepertinya cinta kasih mereka akan selalu terjaga sampai tua."ceritaku menanggapi apa yang dituturkan lelaki itu

Namun sesaat setelah mendengar penjelasanku raut muka lelaki itu berubah,seolah menyampaikan tatapan tak percaya dahinya tiba-tiba mengkerut seolah memikirkan hal yang berlawanan.Ia tersenyum hambar.Dari sikap itu timbul perasaan ingin lebih jauh menggali lagi tentang masa lalu ayah dan ibu.Rasanya ingin ku lontarkan pertanyaan bagaimana cerita tentang kelahiranku..bagaimana ceritanya masa-masa ayah dan ibuku menyambut kehadiranku ..Karena apa yang menimpaku selama ini sebagai anak yang diacuhkan membuatku bertanya apakah benar aku terlahir sebagai anak mereka.Tapi dari raut wajahku dengan ibu sangat mirip.

"Pa... apakah selama ini Pak Sanjaya menyembunyikan sesuatu hal dimasa lalunya?tanya Restu tiba-tiba dan jelas pertanyaan itu tepat mewakiliku

"maksudmu ..."tanya balik nya

"Nanti saja aku akan ceritakan semuanya pada kalian."Terang Restu dan memandang lembut wajahku.aku tahu dia tidak ingin merubah suasana pertemuan ini berakhir dengan cerita yang tidak menyenangkan.

"lihatlah ma..putra kita sekarang terlihat lebih dewasa.papa harap kau akan menjadi lelaki yang bertanggung jawab."Puji ayahnya

"Aku akan selalu berusaha pa.."jawabnya.Dan kembali memandangku dengan tatapan lembut dan akupun membalasnya dengan senyuman

Tiba-tiba terdengar tawa bahagia dari mulut kedua orang tua itu dengan tatapan penuh pengharapan.Kamipun bercerita,bercanda,tertawa.Obrolan akrab dan jamuan manis pun terasa dilidahku.Dan tak terasa sang waktu begitu cepat berlalu.Waktu telah menunjukan pukul 6 sore.Akupun berpamitan pulang dan diantar oleh Restu

Dalam perjalanan pulang hatiku terus meracau..semoga ayah belum pulang..semoga Dewi Fortuna baik hati memihakku.Aku teringat biasanya ayah pulang dari kantor jam 8 malam kalaupun pulang cepat pasti jam 7 malam.Semoga aku tidak keduluan doaku dalam hati

Mobil terhenti tepat didepan gerbang.Restu membuka sabuk pengaman dan mau membuka pintu mobil

"Kau mau kemana??"tanyaku gelagapan

"Aku mau mengantarmu ke dalam."jelasnya dan melirik ke arah gerbang

"jangan..jangan hari ini."larangku dan terburu-buru ku buka sabuk pengaman ku

"kenapa ..?bukankah sudah jelas orang tuaku memberi lampu hijau,kini fikiranku untuk memperkenalkan diri pada keluargamu."

"Orang tuamu berbeda dengan orang tuaku..sangat berbeda.."Belaku

"Sayang,Mulai dari sekarang ayo kita hadapi bersama apapun yang terjadi."pintanya lembut sambil menggenggam erat jemariku

"Sungguh aku belum siap..aku masih takut hal buruk akan menimpa kita.Hari ini saja aku pulang dengan hati was was karena sudah melanggar perintah ayah untuk pulang tepat waktu.Aku takut kalo hari ini kau datang bersamaku bersamaan dengan masalah ayah akan murka."sanggahku agar lelaki yang ku cintai itu mengerti

"Aku mohon satu kali ini saja.."pintaku dengan memancarkan tatapan memohon dan belas kasihan

Restu menarik napasnya berat,terlihat kekecewaan yang besar padanya.

"Baiklah..untuk yang terakhir kalinya aku menuruti keinginanmu..tapi ingat untuk kedepannya tidak lagi ada alasan."Diapun mengalihkan kedua tangannya menghempas setir sebagai pelampiasan kesalnya

"Makasih sayang...kau memang lelaki terbaikku.aku janji disaat yang tepat kau boleh memenuhi keinginanmu bertemu dan berkenalan dengan keluargaku."

Akupun beranikan diri mencium pipinya sebelum beranjak pergi.Dan dengan cepat dan rasa malu aku terburu-buru keluar dari mobilnya.Diapun terkejut dan tersenyum senang

"Kau sudah berani menggodaku nona..entah apa yang nanti aku lakukan saat bertemu lagi denganmu."selanya

Dan akupun melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan.Restupun pergi melajukan mobilnya meninggalkanku.Sesaat aku berdiri ku tegakkan badan dan kutarik napas dalam-dalam dan hempaskan sebagai salah satu rileksasi dari segala ketegangan yang aku alami

Akupun melangkahkan kaki menuju gerbang disana terlihat pak Somad sang satpam dengan terburu-buru membuka gerbang dan menghampiriku

"Maaf,non.bapak tadi berpesan katanya kalo non pulang langsung ke ruangan kerjanya."sambut pak Somad

"Papa sudah pulang mang..?"

"sudah non..malahan mang lihat wajah bapak sepertinya sedang marah."jelasnya dengan memasang wajah cemas.Pak Somad tahu pasti penyebab kemarahan ayah

"iya mang makasih informasinya.saya masuk ya.."akupun berjalan dengan tubuh yang lunglai,fikiranku menerawang tak tentu arah.Saat kubuka pintu ibu berdiri diruang tamu sepertinya ia sengaja menungguku dan dia pun menghampiriku

"Darimana saja sayang..?kenapa baru pulang?"tanyanya cemas

"Tadi aku diajak ke rumah temen ma,sambil makan dan ngobrol."

"mama dengar cerita dari Mpok inah..kenapa kamu bisa lupa perintah ayahmu nak."tuturnya

"Aku minta maaf ma,aku lupa karena keasikan mengobrol."jawabku polos

"Papa menunggumu diruang kerja dari tadi.Entah apa lagi yang akan terjadi,mama liat dari wajahnya dia begitu marah.kamu harus katakan hal tadi dengan sejujurnya jangan membantah bila dia mulai marah."keluhnya

"Baik,ma...sekarang aku masuk dulu."

Akupun melangkah dan berdiri didepan pintu kuketuk beberapa kali namun tak jua ku dapatkan jawaban.akhirnya ku coba membukanya walaupun tanpa izin masuk dari si pemilik ruangan.Akupun melangkah masuk ku lihat ayah sibuk dengan lembaran-lembaran dimejanya seolah dia tidak mengetahui kehadiranku.Memang dia sengaja seperti itu dan aku terlalu biasa diperlakukan seperti itu jiga membuat masalah.

"Apa papa memanggilku..? Sapaku memulai topik pembicaraan yang suasananya semakin mencekam.Aku tak perduli lelaki yang berada di hadapanku menganggap ku tidak ada.kulihat jarinya berhenti dari aktifitasnya

"Apakah kau pantas memanggilku papa..?"tanya balik dia dan memandang tajam

"aku minta maaf.."

Tapi sebelum ku selesaikan kata-kataku terdengar pukulan keras dari hantaman tangan ayah diatas meja.Dan membuatku terperanjat kaget

"Apakah kau benar-benar putriku?kalo memang benar kau putriku coba sekali saja kau tak membuatku kecewa ."sambungnya agak sedikit bernada keras

"maafkan aku..."

"aku sudah terlalu bosan dengan kata-kata itu.."sinisnya

Akupun terdiam membeku,dari pengalaman sebelumnyapun aku sudah tahu bagaimana pun aku beralasan Dimata ayah aku salah.jadi percuma saja aku memberi pembelaan

"Apakah kau tidak dengar dengan jelas tadi pagi aku mengatakan untuk pulang tepat waktu dan seingatku aku sudah berbaik hati mengirim supir agar bisa antar jemput kamu agar kau mendapatkan kemudahan transportasi ke kampus.Tapi apa balasanmu kau masih jadi anak yang selalu mengecewakanku.aku sangat menyesal memiliki putri sepertimu."terangnya sambil menatap mataku penuh kesal

"untuk sekali ini aku minta maaf dan aku berjanji takan mengulanginya lagi pa.."balasku sambil melangkah mendekatinya

"Berhenti..aku tidak suka berada di dekatmu."tolaknya dan menghentikan langkahku

Hatiku sangat sakit mendengarnya sebenci itukan padaku hingga denga. mudahnya dia lontarkan kalimat menusuk itu

"jujur saja aku sempat berfikir dan mencoba berubah tapi seketika berubah kembali dengan kelakuanmu sekarang."terangnya kembali

""Siapa lelaki itu...?"tanyanya kembali sambil melempar foto yang seketika berserakan dilantai

Kulihat gambar foto saat aku dan Restu dikantin dan posisi kedua jemariku digenggam erat olehnya,sepertinya itu kejadian tadi

terlihat pula foto dimana kami sedang berjalan bergandengan ke arah parkiran

terlihat pula foto aku memasuki mobilnya

banyak lagi dan jelas itu foto kejadian tadi

Jadi ini imbalan yang aku dapatkan dari peristiwa baik dipagi hari yang ayahku berikan.Ayah sengaja memata-mataiku.Aku sedikit muak menerimanya.yang ku sangka ketulusan ternyata sangkaan belaka.Ayah tetaplah lelaki yang menjadi orang yang selalu menyakitiku

Aku berfikir sesaat haruskah aku mengatakan yang sebenarnya..??

Apakah seperti biasa hanya dia saja dan menutupinya dengan konsekuensi mendapatkan kemurkaan dan makiannya..??

Kutatap balik sorot matanya yang penuh dengan kemarahan..

aku berdiri ditengah-tengah...

Antara mengungkap kebenaran atau menutupi kebenaran...