webnovel

Penyesalan & kekesalan

Aku berdiri sambil berfikir langkah apa yang harus aku pilih,diantara dua pilihan yang sedikit membingungkan.Apakah aku harus memilih mengungkapkannya atau tetap dalam pendirian menutupinya.Foto yang berserakan dilantai itu sudah menjadi bukti yang kuat dan aku seharusnya tidak dapat mengelaknya.Tapi aku yakin pasti ada jalan untuk mengambil keputusan agar hubungan kami tidak terbongkar saat ini

"Apakah ini cara yang papa anggap baik untuk bertanya padaku tentang lelaki yang ada di foto itu?apakah papa tidak bisa dengan cara baik-baik menanyakannya padaku layaknya pembicaraan seorang ayah kepada putrinya?"elakku dan memandang balik tatapan amarah lelaki dihadapan ku

"Aku sudah menanyakannya berulang kali dan kau tidak memberitahukannya..apakah kau tidak mengingatnya sama sekali?" serang balik ayah

"Bagaimana aku menjawabnya sedangkan aku tahu papa tidak akan pernah mendengarnya.Sekian kali terulang dimana aku merasa diadili pernahkah papa memberikan kata-kata yang lemah lembut?aku selalu mendapatkan perkataan kasar dan tidak pernah diberi kesempatan untuk membela diri."ungkapku dan masih menatap matanya

Ayah hanya terdiam membisu dan aku tidak yakin apakah dia mencerna aduanku selama ini.Apakah dia hanya menunggu pengakuanku.

"Baiklah aku jelaskan sekarang,dia adalah temanku sekaligus sahabat lelakiku yang terbaik dari semasa SMA.Kami sudah sangat dekat dan sama-sama saling memahami.Dan harus kau tahu papa..!!darinya aku mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari seorang lelaki.Selama ku mengenalnya dia sangat tulus dan tidak meminta imbalan sedikitpun.Asal kau tahu papa..!!aku sangat kecewa dengan sengaja kau memata-mataiku dan berfikir yang bukan-bukan kepadaku.Aku sangat sedih sekali selama ini kau tidak pernah mengenalku dengan baik."akupun spontan menangis

"Dan harus kau akui papa..!!kau tidak layak menjadi seorang ayah buatku..karena kau aku berlari padanya,aku ingin selalu bersamanya dan lebih mengutamakanya karena kau tidak pernah memberikan kasih sayangmu yang cukup sebagai seorang ayah..aku berharap kau jangan pernah berfikir mengusiknya karena dia bukan orang yang pantas kau benci seperti kau membenciku.."Lanjutku diantara titikan air mata yang tak kuasa ku bendung

Ayah hanya terdiam menatapku,aku tak perduli dengan akibatnya dia mau murka mendengarnya atau mau mengakuinya.Misiku yang terpenting saat ini dapat keluar dari ruangan ini dengan tetap menutupi hubungan kami

"Sudah cukup jelas sekarang pa..??Dan satu hal lagi yang ku pinta aku berharap tidak pernah sekalipun kau tiba perlakukan aku dengan manis yang pada akhirnya hanya mengecewakanku.."Usai kuucap kalimat itu kularikan tubuh ini meninggalkan ruangan itu dengan cepat tanpa sedikitpun ku toleh wajah lelaki itu

"Merisa...Merisa....."Panggil ayah sedikit bernada keras.namun aku tak menghiraukannya dan berlari menuju kamar

Sesudah aku pergi Sanjayapun terduduk kaku dan mengepalkan kedua tangannya.Ia sedikit kaget atas perkataanku dalam hati kecilnya ia membenarkannya bahwa selama ini ia memperlakukanku layaknya seorang musuh.Semasa hidupku dia tidak pernah sekalipun memberikan pelukan hangat layaknya seorang ayah.Sanjaya merapatkan punggungnya dikursi kerjanya diapun memejamkan matanya sambil memijit pelipis dahinya

Bohong bila ia tidak menyesalinya.Selama ini karena ego diri yang tinggi membuat hatinya beku dan tertanam kebencian.

Perlahan ia buka sorog mejanya,disana tergambar foto dirinya dengan kekasih hatinya yang telah lama hilang.Senyumannya yang manis dan memikat takan bisa ia lupakan seumur hidupnya.Bahkan saat ini rasa yang ia pertahankan bersama Mirna bukan rasa cinta seperti yang telah ia curahkan pada Marina.Untuk beberapa kali ia mengutuk dirinya sendiri akan dosa kemunafikannya itu.Lagi-lagi karena egonya yang kuat ia korbankan perasaan Mirna agar selalu disampingnya karena dengan adanya Mirna ,Sanjaya bisa memeluk,mendekap,melihat dan menatap sosok yang mirip dengan Marina.Ia tidak sanggup untuk tidak melihat wajah Marina.

Namun selama ini Sanjayapun selalu berusaha agar rasa itu terkubur bersama raganya.Seharusnya cukup kenangan manis Marina yang tersisa dihatinya dan mencoba membuka hati untuk Mirna.Tapi kenyataannya sampai detik inipun ia tidak pernah bisa

"Aku telah membodohi dan mengorbankan adikmu demi rasa egoku.Aku tanpa sengaja menyakiti dan terlanjur melakukannya.Aku tidak bisa berterus terang karena dengan kejujuranku itu akan lebih menyakitkan...itu karenamu sayang (sesaat terdiam menahan isakan yang memaksanya untuk keluar)Kau telah mengambil jalan hidupmu untuk meninggalkanku.Kau telah memutuskan sendiri menghilang tanpa kau bertanya padaku.Jika saja aku tahu nyawamu dipertaruhkan untuk mendapatkan seorang anak.Mungkin aku lebih memilih tua bersamamu walapun tanpak memiliki keturunan.Kau teramat berharga untukku sayang.Harusnya kau tahu itu..!??..harusnya kau tak lakukan hal itu.."cercanya dan tangisanpun pecah walaupun hanya terdengar diruangan itu saja.Bagi Sanjaya hal paling terberat yang tak bisa ia terima adalah kehilangan Marina

"Kini semuanya terlambat..sayang.Aku terlanjur sering menyakiti anak kita.aku terlanjur selalu terbawa oleh rasa ego dan emosi hingga bertahun lamanya aku dibutakan oleh rasa amarah yang disertai kebencian padanya..benar memang benar aku tidak layak menjadi ayahnya.."cercanya kembali dan sanjayapun larut dalam tangisan

Dirumah ini kedamaian seolah tidak pernah dirasakan.entah kapan akan berakhir..?

Mirna terduduk ditepi ranjang dan memandang pintu.Ia menarik napas berat karena ketidakberdayaannya.Mirna tidak mampu merubah perasaan benci suaminya terhadap putrinya sendiri.Begitupun Mirna merasa selama bertahun lamanya hidup dengan sanjaya tidak pernah merasa dia menjadi orang yang Sanjaya cintai,sepertinya ruangan kosong yang dulu terisi oleh Marina kakaknya itu belum memberikan sedikit ruang untuknya.Selama bersamanya ia tidak pernah melihat senyum bahagia dan tawa lepas.Ia merasakan itu sangat ia rasakan.Sebenarnya ia bertahan bukan karena Merisa dan Maya namun rasa sayang dan cintanya pada Sanjaya tumbuh begitu saja seiring waktu selalu bersama.

Ia tidak mampu bertanya pada Sanjaya,apakah rasa cintanya pada Marina masih tertanam dalam hatinya dan belum mampu ia lepas...??

Dan apakah tidak cukup waktu baginya untuk mengganti nama wanita lain yaitu dirinya yang selama ini bersamanya dihatinya..???

Mirnapun sudah jauh lebih keras menerima kenyataan untuk bisa melupakan suaminya terdahulu.

Mirna sedikit terbayang masa lalu dia teringat saat Sanjaya memintanya untuk jadi istrinya.Setelah paska percobaan bunuh diri yang selalu gagal Mirna tinggal bersama Sanjaya.Selain karena amanat Marina pada Sanjaya untuk selalu menjaganya jauh lebih penting lagi yaitu merawat bayi mungil Merisa.Semenjak mengetahui kebencian Sanjaya pada Merisa kecil.Mirna selalu melindunginya dan merawatnya layaknya anaknya sendiri.Bayi Merisa adalah satu-satunya yang Marina tinggalkan dan Merisa satu-satunya kelirga yang ia miliki.Selain itu Bayi cantik mungil Merisa mampu menyembuhkan depresiku atas luka kehilangan.Senyumnya yang manis penyemangat untuk terus menjalani hidup

Pagi itu Merisa terduduk ditaman sambil menggendong bayi Merisa yang tertidur lelap dan masih berusia 6 bulan.Tiba-tiba Sanjaya menghampirinya

"Bagaimana keadaanmu..?pasti cape sudah merawat bayi itu.."tanyanya dan memandang bayi merisa

"Merisa nama bayi itu..''tegasku sedikit marah karena Sanjaya tidak sekalipun memanggil namanya bahkan mengatakan putrinya

"Aku sangat baik seperti yang kau lihat.Aku bahkan ingin hidup lebih lama untuk melihat Merisa tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti mamanya.."jelasku dan memandang langit penuh harap

"syukurlah kalo begitu..Marina pasti akan bahagia melihatmu sekarang."

"Aku lebih bahagia andai saja kakak melihatnya langsung dihadapan ku."balasku dan memandang wajah bayi yang ku gendong

Sanjaya hanya tersenyum melihatnya

"Apakah kau habis pulang mengunjungi pemakamn Kakak ??"tanyaku kembali karena aku tahu Sanjaya sering berkunjung kesana sebagai pelepas rindunya

Sanjayapun mengangguk pelan dan sedikit sedih kemudian memandang bayi merisa

"Apakah kau mau menggendongnya..?"tanyaku kembali.Karena seingatku semenjak ia tinggal di rumah ini ia tidak pernah sekalipun melihat Sanjaya menggendong bayi Merisa

"Tidak..tidak usah nanti dia terbangun..kasian.."tolaknya dengan gelagapan

Akupun terdiam dan tidak memaksanya.Dalam hati aku berkata sayang suatu hari nanti kau pasti akan dipeluk ayahmu..sabar ya sayang

"Ada yang ingin aku bicarakan.."sambungnya

"Ya katakanlah..!!"pintaku dan memandang datar matanya

"Apakah kau bersedia menikah denganku..?"terdengar lantang dan seolah langit mengeluarkan suara petir.Dia adalah kakak ipar ku dan baru ditinggal 6 bulan oleh istrinya yang berjuang untuk memberikan keturunan padanya.

"Apa..apakah aku tidak salah dengar..??"jeritku tiba-tiba dan Merisa kecilpun bergerak menggeliat-liat sepertinya terganggu oleh suara jeritku.akupun mengeyong-ngeyong perlahan agar tertidur kembali

"Kau jangan salah faham dulu Mirna..!"Belanya

"Bagaimana aku tidak salah faham..aku tidak mengerti kau begitu mudahnya memintaku menikah yang jelas-jelas istrimu adalah kakakku dan meninggal belum lama."gerutuku dengan sedikit emosi dan bernada pelan takut membangunkan bayi Merisa

"Justru itulah alasannya...Kau tau aku memiliki bayi itu..."sambil menunjuk bayi yang ku gendong

"Bayi ini bernama Merisa .."potongku

"iya bayi Merisa dan aku percaya hanya kamu yang mampu merawat dan mengurusnya dengan baik layaknya ibu kandungnya sendiri dan untuk saat ini bayi Merisa membutuhkan seseorang untuk menjadi ibunya.Aku tahu akan terasa berat bagimu jika aku menikah dengan wanita lain dan memberi ibu untuknya."jelasnya pelan

"Apakah kau akan melakukan itu...?"

"Mau tidak mau aku harus memberinya seorang ibu untuk merawat dan mengurusnya.Kau tahu aku terlalu sibuk dalam pekerjaan dan aku tidak percaya bila bayi Merisa diurus oleh pengasuh.''jelasnya kembali

"Apakah tidak bisa kita tanpa menikah mengurusnya bersama-sama.Aku tidak mungkin menikah dengan suami kakakku..itu sangat diluar fikiranku."elakku

"Kita hidup bermasyarakat untuk sementara waktu semua akan terlihat baik-baik saja.Tapi apakah tidak terpikirkan kedepannya aku lelaki beranak 1 dan ditinggal meninggal oleh istrinya dan tinggal bersama dengan adik iparnya yang tidak memiliki hubungan apa-apa denganku.Akan ada berita yang tidak mengenakan dan kau harus siap untuk berpisah dengan bayi Merisa."jelasnya kembali

Aku sedikit termenung dan memikirkan jauh lebih lama.Tak sedikitpun aku membayangkan menikah dengan kakak ipar ku.Sungguh ini kenyataan yang diluar nalarku.

"Baiklah sebelum aku memutuskan apakah kau mau berjanji padaku..?"

Sanjayapun mengangguk

"Berjanjilah kau akan menyayangi bayi Merisa layaknya ayah pada anaknya sendiri.bila kau menerimanya akupun akan menyetujui permintaanmu"pintaku

"Aku berjanji dan aku meminta padamu untuk melakukannya perlahan.."jawabnya pelan dan memandang tajam wajahku

"Baiklah aku setuju dengan permintaanmu."

"aku akan berusaha untuk menyayangimu dan aku berharap kau bersabar menunggunya.."lanjutnya dan memandang ku dengan tatapan menusuk.Akupun mengangguk dengan diiringi senyuman tanda mengerti

Tak percaya rasanya dengan kenyataan ini,akupun berfikir ada baiknya mencoba membuka lembaran baru walaupun terlalu dekat dengan kedukaan yang telah dirasakan.Mungkin dengan hubungan semacam ini awal dari saling mengobati hati kami.Aku tahu dibalik semua ini Tuhan telah menggariskan sebuah cerita baik untuk kami.

Kamipun menikah namun sampai sekarang rasa itu belum seutuhnya aku miliki.Seharusnya aku tidak pantas cemburu pada kakakku Marina dan akupun tak pantas memaksa Sanjaya untuk melupakannya dan mencintaiku.Suamiku Sanjaya sampai detik ini tak jua melupakan cintanya pada kakakku dan aku tahu itu.

"lihatlah kak...sampai saat ini dia masih mencintaimu.Dan sampai saat ini dia masih menjagaku dan menyayangiku sesaui yang kau inginkan.Maafkan aku kak..karena aku mencintainya,kebersamaan kami menumbuhkan rasa itu.Bodoh aku sangat bodoh mencintai lelakimu.Kita ditakdirkan untuk mencintai lelaki yang sama."bisiknya dan masih memandang pintu yang tak jua terbuka

Dikamar lain aku sedang memanggil seseorang terkasihku lewat Hp.Cukup sudah tangisan sedih,cukup sudah beban akibat sakit hatiku.Yang aku inginkan sekarang hanya mendengarkan suaranya

"Ya..sayang..."terdengar suaranya yang lembut dan membuat bibirku merekah dalam senyuman

"Besok bolehkan aku memintamu untuk bolos kuliah,tuan?" tercetus berani dari bibirku

"Apa ....???"responnya kaget.karena seingatnya aku tidak pernah mengajaknya untuk tidak masuk kuliah.Aku mahasiswi terpandai dan tidak pernah menyia-nyiakan jam kuliah.

"Haruskah aku ulang ..tuan?..Aku lagi ingin bersamamu dan menghabiskan waktuku denganmu,tuan."ajakku berani seolah bukan diriku sendiri

"Tunggu sebentar apakah ini gadis cantikku.."candanya

"Aku jadi berubah karenamu.."rayuku

"hmm..baiklah,nona cantik.Besok aku akan menjemputmu."jawabnya tanpa bertanya karena dia pasti tahu bagaimana perasaanku saat ini

"jangan..kita bertemu di kampus saja."tolakku

"baiklah.."jawabnya pelan dan lemah

"sepertinya kau terdengar kecewa...tuan???"canda balikku

"yah..begitulah nona.."jawabnya singkat

"kalo begitu rencana kita besok batalkan saja,tuan."celotehku

"Kau terlalu pemarah nona...aku takut kecantikanmu akan berkurang."jawabnya dan akupun tersenyum

"Kecantikanku Takan berkurang,tuan.Karena hanya dengan wanita cantik sepertiku yang pantas mendampingi pria tampan sepertimu."rayuku

"Ternyata kau baru menyadarinya kalo selama ini setampan itu.."

"terpaksa..untuk menghiburmu,tuan."dan akupun tertawa pelan

"Aku sempat terbang tinggi sesaat namun jatuh kembali."diapun balik tertawa

"Aku berjanji nanti bila waktunya sudah tepat akan aku kenalkan kau sebagai kekasihku pada seluruh keluargaku....aku harap kau bersabar sebentar.."

"Aku berharap tidak terlalu lama nona.Aku ingin cepat-cepat orang tua kita saling menyapa sebagai sahabat dan calon mertua anak mereka..."

"Ternyata kau sudah terlalu jauh membayangkannya... tuan.Sepertinya aku perlu memikir kembali untuk mengundur waktu lebih lama lagi proses perkenalan itu.Aku tidak berharap melepas masa lajangku diusia yang masih muda."candaku kembali

"Aku fikir kau ingin cepat-cepat hidup bersamaku,nona."celotehnya

"sepertinya tidak.."candaku sambil tertawa kecil

"Sepertinya ini mendorongku untuk datang ke rumahmu saat ini juga walaupun kau tidak meperbolehkanku."balasnya sambil tertawa

Kamipun larut dalam berbagai candaan dan tawa.Hubungan kami memang masih teramat panjang masih banyak kerikil-kerikil kecil yang akan menghadang.Satu-satunya kerikil tajam saat ini adalah ayahku.

Entah apa yang aku rencanakan esok hari...???

Dengan beraninya aku menawarkan diri mengajaknya padahal semenjak kami berhubungan tidak sekalipun aku begitu.

Apakah aku merindukan dan menginginkan hal yang telah kulewati bersamanya di hari ulang tahunku...???

Apakah aku mulai terkena candunya hingga hilang akal sehatku..???

Aku tidak perduli entah apa yang akan esok aku terima dari ayahku bila ayah tahu aku bolos kuliah..

Yang aku pedulikan sekarang adalah rasa yang begitu kuat untuk bersama kekasihku...

HAaaayyy semuaaa....👋👋👋

Jarang-jarang nih aku nyapa...😁

Maaf Yach...sebagai penulis yang baru tentu masih banyak kekurangannya...

Tapi aku selalu berusaha DECH ...dengan penuh keyakinan...dibalik cerita yang sedikit tulisannya agak berantakan (dimaafin y)..disitu terdapat jiwa emak-emak yang super sibuk dengan aktifitas ke ibu-ibuannya🤣

Maka dari itu dibutuhkan dukungan biar tambah stroong nih emak dengan like sebanyak mungkin berhubungan baru dikit like yang diperoleh hikhikhik...dan koment yang terbaik dan bersifat membangun (jangan pedes-pedes ya..cukup emak kepedesan makan sambel cabe rawit aj hikhikhik)😄😄😄

Kita tunggu yaa...gimana kelanjutan ceritanya Merisa yang agak berubah nih dari jati dirinya..emak juga kagak yakin nih Napa bisa gtu hikhikhik...

Yang jelassss tunggu aja kisah menarik selanjutnya...