webnovel

17. Pertemuan Catherine dan Nathan

Enrique dan Ivory benar – benar menikmati kenangan bersama mereka hari itu, jarang sekali mereka bisa memiliki waktu bersama. Ivory hanya bingung mengapa Enrique tidak pernah membawa Moniq ke sana untuk sekedar berkunjung, ia berpikir apakah mungkin Enrique tidak percaya kepada Moniq. Namun Enrique hanya menjawab bahwa belum saatnya ia bisa membawa ibunya ke sana bersama mereka. Untuk sehari itu saja ia hanya ingin membawa Ivory ke sini, berdua antara ayah dan anaknya. Ia ingin berbagi rahasia kepada anaknya agar suatu hari bisa menjadi seorang wanita tangguh yang mampu menjaga dirinya sendiri dan ibunya dengan baik andai saja dirinya tidak bisa lagi menjaga mereka berdua. Namun Enrique berjanji kepadanya bahwa ia akan mengatur lain waktu lagi untuk membawa Moniq dan Ivory kembali lagi ke tempat tersebut. Ketika sedang berbincang – bincang, tiba – tiba saja Ivory teringat akan sesuatu. Ia mengungkapkan pada Enrique bahwa ia tanpa sengaja melihat sosok seorang pria paruh baya yang wajahnya sangat mirip dengan James, hanya saja wajahnya sedikit tidak beraturan seperti terlihat hancur berlubang berbentuk sayatan yang dalam dan matanya tertutup sebelah dan hancur, lalu kaki pria tersebut cacat dan tidak bisa berjalan, sehingga hanya mengandalkan sebuah kursi roda dan sedang ditemani oleh seorang wanita paruh baya yang menemaninya, bahkan mereka terlihat sangat mesra seperti pasangan suami istri yang sudah hampir termakan usia bersama. Enrique hanya mengangkat alisnya mendengar cerita putrinya tersebut dengan menyunggingkan sebuah senyuman, lalu hanya meledeknya bahwa suatu hari nanti ia juga akan menua bersama seseorang seperti pasangan suami istri paruh baya itu lalu memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. Ia berharap semoga suatu hari nanti putrinya tetap bisa berbahagia dengan seseorang yang tulus padanya.

Acara annual anniversary perusahaan yang sekaligus menjadi hari jadi pernikahan Enrique dengan Moniq juga ulang tahun Ivory yang ke 15 pun kembali digelar setelah beberapa tahun vakum sejak kepergian James. Enrique menyadari bahwa tidak seharusnya ia terus - terusan bersungut dan berduka atas kematian kakaknya itu selama bertahun - tahun dan mengabaikan kebahagiaan keluarganya sendiri. Terutama di hari yang benar – benar spesial bagi Enrique dan kedua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya itu, harusnya ia membahagiakan mereka bukan sebaliknya. Hanya saja ia merasa bahwa semuanya mungkin akan lebih sempurna lagi andaikan James masih bisa berkumpul bersama dengan mereka. Ivory malam itu terlihat begitu cantik dan manis dengan rambut pirangnya yang dibuat lurus terurai dengan mahkota kecil di atas kepalanya memakai gaun panjang berwarna kuning keemasan yang bertahtakan bintang – bintang bersinar dengan desain lengan panjang seperti selendang yang terbelah dua dibagian bahu dan kedua lengannya, bagaikan bidadari yang turun dari khayangan ketika ia berjalan turun dari tangga atas yang menghubungkan antara ruang tamu dengan kamar mereka. Jade yang seketika memandang pemandangan itu begitu terpesona hingga tidak mampu menutup kedua bibirnya yang sedari tadi menganga dengan mata yang berbinar – binar. Tanpa sengaja Jade yang malam ini juga terlihat bagaikan seorang pangeran berkuda putih dari langit yang sedari tadi berdiri di bawah tangga, mengulurkan tangan sebelah kirinya layaknya seorang pangeran yang ingin membawa sang bidadari berjalan ke singgasana mereka. Ivory tersenyum dan tersipu malu melihat tingkah kakak angkatnya itu dan hanya memberikan tangan kanannya kepada Jade lalu kemudian mereka berjalan bersama. Ketika mereka berjalan menuju tengah ruangan yang sudah beralaskan karpet merah yang begitu indah, mereka terlihat seperti pasangan yang serasi yang diturunkan dari langit bersamaan. Semua orang yang melihatnya bersorak dengan penuh kebahagiaan dan bertepuk tangan meriah. Mereka berjalan menuju ke tempat Enrique dan Moniq yang sedari tadi sudah berdiri lama menunggu mereka bersama. Mereka sangat bahagia dan bangga melihat putri satu - satunya itu kini telah tumbuh menjadi seorang remaja yang penuh talenta dan sangat cantik. Ia mewarisi kecantikan wajah ibu dan ketampanan ayahnya. Sungguh perpaduan yang sempurna. Mereka terlihat sedang berdiri bersamaan dengan Catherine yang sedari tadi sudah memasang muka cemberut melihat kelakuan kakaknya yang dianggapnya terlalu berlebihan kepada Ivory. Ia merasa kakaknya begitu perhatian kepada adik angkatnya itu melainkan kepada dirinya yang jelas – jelas merupakan adik kandungnya sendiri. Ia juga tidak senang karena selama tinggal bersama dengan kedua orang tua angkatnya itu, mereka bahkan tidak pernah sekalipun merayakan hari ulang tahunnya dan kakaknya. Padahal Enrique dan Moniq sendiri pun bingung bagaimana ia harus merayakan ulang tahun kedua anak angkatnya itu kalau mereka sendiri saja tidak tahu tanggal lahir mereka berdua. Meski mereka sudah menanyakannya kepada Jade pun, ia selama ini hanya menggeleng tidak tahu dan hanya membuat tanggal mereka diadopsi saja sebagai hari jadi mereka dan terkadang hanya dirayakan kecil – kecilan bersama keluarga inti mereka saja.

Ketika mereka sudah berdiri bersama, Catherine segera menarik tangan Jade untuk mengajaknya berbicara dan menjauh dari pusat perhatian. "Kak Jade itu apa – apaan sih? Berlebihan banget. Jangan bilang kakak suka sama dia ya." "Shhh…jangan keras – keras. Kamu yang apa – apaan? Kamu gak perlu selalu memprotes apa yang kulakukan ya, aku gak suka." "Kak, sadar…mereka itu penyebab kematian ayah kita. Sudah berapa tahun kita bersama dengan mereka dan kamu tidak pernah sedikit pun ada niatan untuk membalas perbuatan mereka terhadap kita?" "Cath! Tidak semua hal harus kita balas. Lagipula kematian ayah bukan karena Papa Enrique. Itu murni kecelakaan. Kamu waktu itu masih kecil jadi masih belum ngerti apa – apa. Kamu hanya termakan oleh emosi dan keegoisanmu sendiri. Kalo kamu terus – terusan bersikap seperti ini, aku gak akan pernah peduli lagi samamu. Urus saja urusanmu sendiri dan ingat, jangan pernah kamu sekalipun merusak kebahagiaan Ivy dan menyakitinya atau kamu akan berhadapan dengan kakakmu ini. Paham?" "Aku benar – benar gak nyangka ya, kamu sekarang sudah berubah. Kamu seperti bukan kakakku lagi. Kamu bahkan lebih membela keluarga pembunuh itu daripada adik kandungmu sendiri. Aku kecewa sama kamu." Catherine lalu berlari keluar dan lebih memilih untuk menyendiri di taman ketimbang melihat kebahagiaan keluarga pembunuh itu pikirnya. Jade tidak lagi mengejar Catherine karena ia merasa mungkin adiknya saat ini lebih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

Acara pun berlanjut dan berlangsung dengan begitu meriah di dalam, sementara Catherine yang sedang menyendiri di taman dekat rumah hanya bisa menangis sesenggukan seolah hatinya kini terasa begitu sakit dan perih. Ia merasa dunia ini begitu tidak adil terhadap dirinya dan keluarganya. Hatinya dipenuhi oleh kebencian yang teramat sangat melihat kesempurnaan keluarga itu hingga membuatnya tidak bisa berpikir jernih, baginya semua kebaikan yang selama ini dilakukan oleh keluarga tersebut kepada dirinya dan Jade hanya merupakan sebuah topeng demi melindungi nama baik mereka agar tidak dicap sebagai pembunuh ayahnya dan sebagai penebus dosa yang telah dilakukan oleh Enrique dulu. Ketika ia sedang lengah, tiba – tiba muncul tangan yang menutup mulutnya dari belakang. Ia begitu terperanjat namun tidak mampu menjerit. Ia terus menerus memukul tangan kekar yang membekap mulutnya itu dan meronta – ronta agar melepaskannya, lalu sosok tersebut menampakkan dirinya di hadapannya. Sosok berjubah hitam yang menutup wajahnya. Wajah yang begitu ia kenal yang membuat ia mengedipkan matanya berkali – kali hingga matanya berbinar – binar tidak percaya pada apa yang sedang dilihatnya di hadapan itu, seperti antara mimpi atau kenyataan.

Pelan – pelan pria tersebut melepaskan tangan dari mulutnya, lalu Catherine menyerukan, "Papa?!" Kemudian pria tersebut kembali menutup mulut Catherine dengan tangannya. "Shhh… Jangan keras – keras. Nanti kedengaran semua orang." "Papa masih hidup? Ini beneran dan aku gak lagi bermimpi kan?" "Iya, ini papa sayang. Papa sangat merindukan kamu, putri kecil papa." Nathan yang sudah terlihat lebih tua dari terakhir kalinya Catherine melihatnya itu pun memeluk putri kesayangannya. "Maafkan papa ya nak, kamu terpaksa jadi harus menderita selama ini dan papa minta maaf terpaksa harus ninggalin kamu dan kakakmu, papa tidak punya pilihan lain. Tapi kamu tenang saja, papa janji tidak lama lagi kita akan bersatu kembali dan apa yang kamu inginkan selama ini akan terpenuhi segera. Kamu sabar sebentar lagi ya. Keadaan akan segera berubah. Percaya sama papa." "Tapi papa mau ke mana lagi? Kan kita baru ketemu. Mau ngapain lagi, pa?" "Akan ada saatnya kamu mengetahui semuanya. Sudah dulu ya, papa gak bisa berlama – lama di sini. Jangan bilang ke siapa – siapa kalo papa masih hidup termasuk kakakmu." "Tapi pa?" "Cath? Catherine kamu di mana?" Ketika Nathan dan Catherine sudah hampir selesai berdiskusi, terdengar suara Jade yang terus memanggil dan mencarinya. Nathan segera saja melompat dan bersembunyi di balik semak – semak taman ketika Jade sudah sampai di taman dan hampir melihatnya. "Cath? Kamu lagi ngomong sama siapa?" "Lagi ngomong sendiri. Lagian ngapain ke sini? Masih peduli sama adikmu ini rupanya?" "Cath, aku minta maaf sama kamu, tapi aku gak bermaksud untuk gak peduli sama kamu. Tapi..." "Sudahlah kak, aku tau kok kalo kamu sudah mulai jatuh cinta kan sama adik angkat kesayanganmu itu? Jijik aku. Dasar pecundang. Sadar diri dong kak, kamu ini siapa? Dia itu cuma manfaatin kamu, jangan naif jadi orang." "Kamu...?" "Kenapa? Kakak mau nampar aku? Nih tampar aja. Aku benar – benar gak ngerti lagi sama jalan pikiran kamu sekarang kak, rasanya kita udah gak bisa lagi jadi saudara. Mulai sekarang kamu gak usah peduliin aku lagi, gak ada yang bisa peduli dan mengerti aku selain papa." Setelah bersitegang dengan Jade, akhirnya Catherine pun pergi kembali ke kamarnya dan meninggalkan Jade yang sedang terpaku sendirian seperti orang bodoh di taman. Nathan yang sedari tadi bersembunyi di balik semak – semak hanya bisa meratap sedih melihat kedua anaknya yang baru saja bertengkar. Ia pun tidak terima mendengar bahwa Jade, putra satu – satunya yang selama ini ia banggakan yang harusnya selama ini bisa membantunya untuk merebut semua yang harusnya menjadi miliknya malah sekarang memilih untuk bergabung dengan keluarga itu dan mencintai putrinya Enrique. Ini tidak bisa dibiarkan pikirnya. Maka ia pun sudah mulai menyusun rencana perlahan – lahan untuk menyusup dan menghancurkan keluarga itu dari dalam. Sudah cukup lama ia menunda rencananya karena mengurus James yang sempat mengalami koma dan sempat kehilangan James untuk bertahun – tahun lamanya dan kini James sudah berada dalam pengawasan dan kendalinya lagi, sehingga kini ia sudah bisa memulai kembali rencananya.

It's so nice that I still have your support. Thank you for enjoy the reading ^_^

linajapardycreators' thoughts