webnovel

15. Pengasingan James

Keesokan harinya Enrique pun kembali ke kediamannya. Ia tidak banyak bicara seperti biasanya bahkan masih cenderung diam membisu. Melihat keadaannya yang begitu lusuh dan kotor sempat membuat Moniq khawatir. Bagaimana tidak, sejak pemakaman James dan Nathan, Enrique terus menghilang bagaikan ditelan bumi dan tidak kembali semalaman. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Akan tetapi, Moniq pun tidak berani berkata banyak. Ia sadar bahwa pasti ini merupakan hal terberat dalam hidup Enrique. Ketika kita kehilangan seseorang yang paling berharga dari hidup kita terkadang memang bisa membuat kita kehilangan akal sehat dan tidak tahu harus bagaimana untuk bertahan hidup namun ia bersyukur melihat Enrique masih terlihat cukup kuat dari dalam sehingga ia tidak melakukan suatu hal sembrono yang berpotensi melukai dirinya sendiri. Ia yakin suaminya pasti kuat menghadapi cobaan ini. Namun, ketika hendak membantu Enrique untuk membersihkan diri dan berbenah, Enrique tiba - tiba sudah terkulai lemas dan tiba – tiba tidak sadarkan diri. Ketika hendak mengangkat tubuh Enrique, Moniq merasakan suhu badan suaminya yang sudah panas tinggi. Merasa khawatir, Moniq segera memanggil dokter kepercayaannya untuk datang dan memeriksa keadaan suaminya itu. Sekujur tubuh Enrique pun tiba - tiba mengejang dan gemetar. Melihat kondisinya yang seperti itu, membuat Moniq menjadi semakin panik. Sudah beberapa kali dikompres pun suhu panas Enrique masih belum kunjung reda dan belum sadar hingga akhirnya dokter keluarga mereka tiba dan melakukan pemeriksaan terhadapnya. Dokter menyarankan agar Enrique lebih banyak beristirahat dan tidak terlalu banyak pikiran karena kondisinya saat ini belum begitu stabil dan masih sangat lemah akibat kelelahan dan terlalu memforsir diri untuk bekerja. Bahkan dalam tidurnya yang begitu lelap pun Enrique masih mengigau dan memanggil nama James serta selalu mengungkit mengenai permintaan maaf atas segala kesalahannya. Ivory kecil menangis sejadi - jadinya melihat kondisi ayahnya. Moniq dan Jade berusaha untuk menenangkannya hingga Moniq meminta Jade untuk mencoba menghiburnya terlebih dahulu, sedangkan Catherine terlihat sibuk sendiri dengan mainannya. Moniq benar – benar tidak mengerti mengapa semuanya menjadi begini. Moniq memahami maksud Enrique dengan mengangkat kedua anak itu menjadi anak asuh mereka karena semata – mata ingin menebus rasa bersalahnya karena telah menyebabkan ayah mereka terlibat dalam perjalanan bisnis yang menewaskan ayahnya. Akan tetapi, didalam hati kecilnya ia sebenarnya merasa sedikit keberatan dengan keputusan suaminya itu, karena menurutnya Ivory pun masih kecil dan membutuhkan kasih sayang yang lebih dari mereka berdua sementara sekarang mereka malah harus membagi kasih sayang mereka kepada kedua anak yang baru dikenal tersebut. Apalagi, Catherine terkadang mau menyakiti Ivory membuat Moniq terkadang merasa sedikit kesal.

Demi menghormati keputusan dan mencoba untuk memahami perasaan Enrique, mau tidak mau Moniq pun terpaksa menahan gejolak emosinya agar tidak membuat Enrique lebih terpuruk lagi. Setelah sadar, Moniq segera menanyakan kondisi yang dirasakan Enrique dan menanyakan ke mana ia semalaman tidak pulang sehingga mengalami hal seperti itu. Enrique hanya meminta maaf karena telah membuat istri dan anaknya itu khawatir. Ia berusaha menenangkan Moniq dan hanya mengatakan bahwa ia hanya mengunjungi kediaman lama James. Ia sadar bahwa dirinya tidak sepantasnya berbohong kepada istrinya namun ia hanya tidak ingin agar istrinya terlibat atau mengkhawatirkan dirinya apalagi menceritakan tentang masa lalunya yang berhubungan dengan keluarga iblis itu yang akan membuatnya merasa tidak nyaman jika berada di dekatnya. Akan tetapi ia berjanji bahwa ia akan menceritakan hal ini kepada Moniq suatu hari nanti disaat yang tepat. Untuk saat ini, biarlah ia sendiri yang memikul beban tersebut. Mungkin ini adalah jalan terbaik pikirnya. Sejak saat itu, Enrique mencoba untuk terus mencari tahu keberadaan sepupu angkatnya itu karena menurutnya jika memang psikopat itu masih hidup, ia yang akan turun tangan sendiri menyeretnya ke dalam sel untuk mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya seperti yang telah diterima oleh ibunya dulu. Namun seberapa kerasnya ia berusaha tetap ia tidak mampu menemukan tanda - tanda seperti yang diungkapkan oleh James dalam suratnya. Psikopat itu seakan – akan bagaikan bayangan yang mengikuti dirinya ke manapun ia pergi namun tidak pernah bisa digapainya. Apa yang kita percaya belum tentu bisa kita lihat. Sepertinya apa yang diungkapkan James kepada Enrique dalam surat itu benar pikirnya. Ia percaya bahwa eksistensi orang itu ada, namun ia tidak bisa melihatnya begitu juga sebaliknya, ia merasa bahwa bisa jadi orang - orang yang ada di dekatnya merupakan psikopat tersebut, namun rasanya tidak mungkin karena semua orang yang berada di dekatnya itu adalah orang - orang yang dikenalnya. Apakah mungkin mereka begitu tega terhadapa dirinya dan James?

Sementara itu, jauh di pedalaman Selandia Baru di suatu tempat terpencil dan mendalam terdapat sebuah goa tertua yang diduga sudah mencapai ribuan tahun dan berlokasi mengarah ke samudera luas, dan orang – orang sering menyebutnya 'Northern Territory'. Tempat tersebut konon katanya hanya bisa dijangkau menggunakan helikopter. Siapa yang bisa menyangka, bahwa ternyata James dan Nathan masih hidup. Kecelakaan yang diberitakan ternyata merupakan tipuan belaka yang diciptakan oleh Nathan sendiri. Ketika James sudah kembali sadar, ia melihat dirinya dengan tangan dan kaki yang diikat dengan menggunakan penjepit berantai besi yang telah terpahat pada dinding goa tua tersebut. Tubuhnya penuh dengan luka memar. Apa yang telah terjadi padanya pikirnya. Ia mencoba untuk mengingat kembali terakhir kalinya ia hanya melakukan sebuah perjalanan bisnis bersama dengan salah satu orang kepercayaannya dan Enrique, yaitu Nathan. Dan ketika sedang dalam perjalanan pulang kembali ia hanya mengingat bahwa dirinya dan Nathan terakhir kali sempat mengalami kecelakaan kecil lalu ia tidak sadar lagi apa yang terjadi selanjutnya. Tiba - tiba, dari luar goa terdengar gelak tawa seorang pria yang rasanya ia kenal. "Nathan?" Tanya James. "Ya, ini aku. Sudah sadar Pak Direktur?" Nathan kembali menyerang James dengan sebuah pertanyaan sindiran. James yang mendengarnya langsung terperanjat dan langsung berubah menjadi lebih tegas. "Apa - apaan kamu? Sedang apa kamu rupanya? Ini di mana? Kenapa kita tidak pulang?" "Aku tidak akan mengantarkanmu pulang ke rumah Pak Direktur, tapi aku akan mengantarkanmu ke neraka. Sebelum waktumu berakhir, kamu pikirkan saja dulu aku ini sedang apa. Masa iya aku kasih tau duluan. Gak kejutan lagi dong." Nathan kembali menertawakan James sementara James masih terlihat sangat bingung dengan semua itu dan terus berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan besi itu namun tidak bisa, hingga membuat api di dalam dirinya semakin membara. "Ini apa lagi? Lepasin gak? Kenapa kamu melakukan semua ini? Apa kamu sadar akan resikonya? Kamu akan..." "Akan apa Pak Direktur yang terhormat? Akan kamu jebloskan aku juga ke dalam jeruji besi dan menerima hukuman mati seperti ibuku dulu?"

Mendengar pernyataan itu, seketika bulu kuduk James berdiri dan matanya segera membelalak menatap Nathan tidak percaya. Ia sangat terperanjat setelah mendengar pernyataan Nathan tersebut. "Jadi kau adalah???" "Ya, aku Nathanael Lodrick. Orang yang sudah kamu cari - cari selama ini. Aku kira kamu itu lebih pintar sedikit dariku tapi ternyata aku salah. Ternyata kekhawatiranku selama ini tidak berarti karena ternyata kamu dan adikmu yang sama - sama pecundang itu tidaklah lebih pintar dariku. Bagaimana? Apakah permainanku ini cukup sempurna?" Nathan terlihat sedang berusaha melepaskan topeng kulit di wajahnya secara perlahan - lahan lalu kini yang terpampang dihadapan James bukan lagi wajah Nathan yang dikenal dan dilihat olehnya ataupun seluruh orang disekitarnya. Wajahnya benar - benar mirip dengan Charlotte, siluman rubah yang pernah ia masukkan ke dalam jeruji besi dan menerima hukuman mati tersebut. Sorot mata yang sinis dan penuh dengan tatapan api yang membara. Sekali lagi kedua mata James memelototi Nathan seakan kedua bola mata tersebut akan terlepas dari kerangkanya. "Jadi kamu??? Memangnya ibumu pernah menikah?" "Kenapa? Apakah kamu berpikir bahwa aku ini juga anak asuh seperti adikmu yang tidak jelas asal usulnya itu? Kaget bagaimana ini semua bisa terjadi? Perlu aku ceritakan sekarang kisah hidupku hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini? Tidak semudah itu bro, sebelum itu, aku ingin kamu merasakan ini dulu." James menatap ngeri melihat Nathan mengambil sebuah cambuk besi yang dibakar di atas api unggun di hadapan mereka lalu menggunakan cambuk tersebut untuk mencambuk bagian dada James, kaki dan tangannya. Betapa pilu dan menyayat hati teriakan dan jeritan yang dikeluarkan oleh James dari pita suaranya hingga burung – burung yang selama ini bertengger di sekitar sana pun beterbangan keluar. Suara kesakitannya begitu menggema dan menggelegar hingga ke mana - mana dan memenuhi seisi goa hingga ke luar Samudera. "Ayo James, lebih keras lagi. Seberapa kerasnya pun suara teriakan dan jeritanmu pun tetap tidak akan ada yang mendengarnya. Di tempat ini hanya ada kita berdua dan beberapa orang dari suku pedalaman aborigin sini. Kamu meminta tolong kepada mereka sekalipun mereka tidak akan mengerti bahasa kita. Menjeritlah sepuasnya hingga pita suaramu itu habis." Nathan kembali menertawai James dan terus melakukan siksaan fisik pada tubuh James. Semakin lama semakin keras hingga James telah berkali - kali kehilangan kesadaran atas siksaan tersebut.

Untuk kesekian kalinya, James tersadar kembali, namun sudah dalam keadaan fisik yang semakin melemah dengan keadaan tubuh yang kini berlumuran darah segar. "Asal kamu tau James, yang kamu terima ini belum seberapa dibandingkan dengan apa yang telah dialami oleh ibuku, aku, istriku dan kedua anakku yang sekarang sedang berada di rumah adikmu itu. Disaat kamu menyeret ibuku ke dalam penjara dan kamu dengan semua kegilaanmu ketika membongkar semua bukti - bukti di rumah ibu saat aku masih kecil, dan masih membutuhkan sosok beliau, kamu tidak pernah kan, mengetahui akan diriku yang kala itu sedang bersembunyi di bawah meja itu. Tapi aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kamu dan anak buahmu itu memperlakukan ibuku. Aku cukup menyesal karena menuruti permintaan ibuku untuk bersembunyi dan tidak bisa menunjukkan diriku karena itu adalah permintaan beliau. Yang kuingat, ibuku terakhir kalinya meneriakkan nama kalian berdua di hadapanku yang akhirnya kusadari bahwa ibu ingin aku membalaskan semua dendam dan rasa sakitnya terhadap kalian, terutama kamu yang telah menyeret ibuku terlebih dahulu. Kenapa kamu selalu saja jadi biang kerok dan selalu ikut campur dalam keluarga ini? Padahal kamu bisa saja mengambil dan menguras seluruh harta kekayaan pamanku dan anak asuhnya itu dengan mudah. Ahh..aku baru ingat, aku ada ide baru. Bagaimana kalo kamu bersekutu saja denganku? Kamu bantu aku menguasai seluruh harta kekayaan mereka dan aku akan membebaskanmu lalu kamu bisa pergi ke manapun kamu inginkan. Bagaimana? Tawaran yang menarik bukan?" "Cuih. Tidak sudi aku mengambil uang haram dengan cara kotor sepertimu. Aku lebih baik mati di sini daripada bersekutu denganmu." "Lebih enak mati ya daripada bekerjasama denganku? Bodoh amat sih dirimu James, terlalu naif kamu jadi orang. Gak usah sok munafik James, aku tau kalo kamu juga butuh uang yang banyak dan kamu juga ingin hidup berkecukupan seperti adikmu itu dan ingin hidup bahagia bersama dengan orang yang akan kamu cintai nantinya kan?" "Gak usah samakan aku dengan dirimu pecundang. Aku tidak sudi." "Baiklah, bagaimana jika taruhannya adalah Enrique dan keluarganya? Aku yakin kamu akan bekerjasama denganku jika kamu tau bahwa aku sudah menyuruh komplotanku untuk mengawasi mereka semua. Kuncinya ada ditanganmu James."

Creation is hard, cheer me up! Thank you ^_^

linajapardycreators' thoughts