webnovel

Bab 10

aku memeriksa bengkuku yang masih tertempel rok seragamku. Aku takut mereka menaruh sesuatu lagi di meja dan bangkuku, tapi ternyata tidak ada apa-apa. Bel masuk sudah berbunyi tapi Dea masih belum datang, aku mengirim pesan kepadanya dan menanyakan kenapa dia tidak masuk sekolah. Dan ternyata dia sakit, mungkin asam lambungnya kambuh lagi. Aku sungguh merasa kesepian di sekolah karena tidak ada Dea, aku hanya diam karena tidak ada yang mengajakku berbicara seperti Dea. Dan hari ini Guru mata pelajaran pertama tidak datang lagi, untungnya aku membawa Novel. Jadi aku bisa membaca daripada hanya terdiam sendirian, namun lagi-lagi Lisa dan Nina menggangguku.

Tidak ada yang berani menegur mereka saat mereka mengganggu atau melukai orang lain, karena mereka tidak akan segan untuk memberi pelajaran kepada orang berani menentang mereka. Termasuk KM kelasku, Nina mengambil tasku, aku menarik dan mempertahankan tasku agar tidak diambil. Sampah akhirnya tasku robek, mereka pasti mau mengambil bekalku lagi, aku sangat sedih dan marah karena tas ini hadiah ulang tahunku dari Mamah, tapi aku tidak berani melawan mereka.

Dea tidak masuk, jadi tidak ada yang membelaku. Aku menangis dan memeluk tasku, untungnya bekalku tidak berhamburan. Bel pelajaran ke dua bunyi dan Gurunya datang, tidak ada yang melaporkan perbuatan Nina dan Lisa kepada Guru termasuk aku. Karena aku takut mereka akan melakukan hal yang lebih jahat kalau aku melaporkan mereka, saat pulang ke rumah Mamah belum pulang. Mamah mengirim pesan akan pulang telat hari ini, karena lapar aku makan roti dan minum susu. Setelah itu aku menjahit tasku yang robek, aku tidak mau Mamah melihat tasku rusak. Karena aku sudah berjanji akan menjaga tas ini dengan baik, setelah selesai aku bercermin dan melihat jerawat di mukaku bertambah banyak.

Aku tidak mengerti padahal aku sering mencuci muka, terdengar suara mobil dan sepertinya berhenti di depan rumahku. Aku lihat dari jendela kamar, ternyata itu Mamah dan seorang Laki-laki yang umurnya tidak jauh dengan Papahku. Dia memegang tangan Mamah, dan Mamah seperti tidak keberatan dengan itu. Laki-laki itu tidak mampir dulu ke rumah, mungkin Mamah takut aku akan kesal kalau Laki-laki itu ke rumah. Mamah masuk rumah setelah dia pergi, aku pura-pura tidur saat Mamah masuk ke kamarku.

"Va kamu sudah tidur ya." Mamah mengelus kepalaku.

"Eh Mamah," aku pura-pura terbangun.

"Kamu sudah makan?" tanya Mamah.

"Tadi aku sudah makan roti dan minum susu Mah," jawabku.

"Mamah buatkan makan ya, kamu harus makan dengan benar walau sedang diet," aku mengangguk dan tersenyum.

Aku pura-pura tidak tahu kalau Mamah diantar pulang oleh seorang Laki-laki, aku juga tidak bertanya. Aku akan menunggu sampai Mamah memberitahuku, aku pergi ke ruang tengah dan aku lihat Mamah sedang menyiapkan makan. Saat aku duduk dan membaca Novelku, tiba-tiba berpikir mungkin Teman yang Mamah maksud setiap keluar adalah Laki-laki itu. Apa mungkin Mamah berpacaran dengannya, dan bagaimana kalau mereka sampai menikah dan memiliki Anak. Yang berarti itu adalah Adikku, apakah kasih sayang Mamah kepadaku akan tetap sama.

"Kamu memikirkan apa?" Mamah mengagetkanku.

"Ini aku sedang mengingat sesuatu Mah," jawabku.

"Mengingat apa?" tanyanya.

"Barangku ada yang hilang," jawabku instan.

"Sudah sekarang makan saja dulu, siapa tahu nanti kamu akan ingat," ucap Mamah.

"Iya Mah," aku segera ke meja makan dan makan bersama.

Setelah makan biasanya kami menonton bersama, tapi kali ini Mamah fokus lada ponselnya. Aku memperhatikan Mamah, Mamah seperti senyum tersipu. Pasti Mamah sedang berkirim pesan dengan Laki-laki itu, kami seperti memiliki kesibukan masing-masing sekarang. Padahal sebelumnya Mamah selalu berbincang hangat denganku di waktu santai seperti ini, aku mulai takut kalau bayanganku tadi akan menjadi kenyataan.

"Mah aku tidur dulu ya." Aku berhenti membaca dan menutup bukuku.

"Iya sayang," jawab Mamah sambil terus melihat ponselnya.

Aku pergi ke kamar tapi tidak langsung tidur, aku mendengar Mamah seperti berbicara. Dan aku mendengar secara saksama, ternyata Mamah sedang bertelepon. Dan dari perkataannya sepertinya terdengar dengan seseorang yang sangat dekat, aku mulai khawatir takut hidupku akan kesepian. Tidak terasa air mataku mengalir begitu saja, tapi aku tidak boleh egois. Mamah juga harus bahagia dan mendapatkan yang dia mau, aku mulai terlelap tidur, tapi aku lupa tidak memasang alarm, jadi aku bangun kurang pagi dan tidak sempat olahraga.

"Ah sudah jam 06:00 WIB, aku harus segera mandi." Aku keluar dari kamar, dan ternyata Mamah sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan.

"Mamah sudah bangun dari tadi?" tanyaku.

"Iya ... Eh tunggu." Mamah menghentikanku saat aku hendak masuk kamar mandi.

"Mata kamu kenapa sembab?" tanyanya.

"Semalam aku banyak membaca dan saat bangun mataku sembab," jawabku.

"Mamah kira saat kamu masuk kamar langsung tidur," terlihat agak kaget.

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku baca Novel, aku mandi dulu ya Mah," aku mencoba bersiap biasa agar Mamah mengira aku tidak mendengarnya bertelepon semalam.

Saat di sekolah Dea belum masuk juga, aku mengirim pesan tapi tidak di balas. Karena tidak ada Dea, Angga tidak ke kelasku, dan sudah dua hari aku tidak melihatnya. Seperti biasa Lisa dan Nina menggangguku, namun kali ini aku marah dan mendorong Lisa sampai terjatuh. Mungkin karena emosiku sedang meluap-luap karena banyak memikirkan hal-hal yang membuatku stres, semua terdiam melihatku melakukan itu. Lalu aku pergi ke toilet, tidak lupa aku membawa tasku karena aku takut Nina dan Lisa akan mengambil tasku. Ternyata Nina dan Lisa mengikutiku ke toilet, saat semua orang sudah keluar mereka menyuruhku untuk keluar dari bilik toilet.

"Keluar kamu dasar Badut!" Lisa menendang pintu, aku tetap tidak membuka pintu karena takut.

"Kalau tidak dibuka kami akan dobrak!" ucap Nina sambil berusaha membuka pintu.

Aku sangat ketakutan, aku takut mereka akan melukaiku. Karena aku tidak juga membuka pintu mereka keluar, aku merasa lega saat mereka keluar. Tapi tidak lama terdengar ada yang masuk, aku mulai khawatir lagi. Dan terjadilah hal yang tidak aku duga, Mereka mengguyurku dengan air yang sangat bau, mereka naik ke toilet di sampingku. Aku tidak sempat melindungi kepalaku, jadi seluruh badanku terguyur air itu. Aku menangis dan mereka tertawa senang dengan yang aku alami, kemudian mereka berdua pergi. Aku membersihkan badanku tapi tetap bau, aku tidak bisa pergi ke kelas seperti ini. Aku memutuskan untuk pulang saja, Saat aku keluar toilet, aku kira sudah tidak ada siapa- siapa.