webnovel

Bab 9

Bel masuk berbunyi aku dan Dea masuk ke kelas, sesampainya di kelas lagi-lagi Dodi menghentikanku.

"Tunggu, kamu alerginya sudah sembuh? Kenapa cepat sekali?" tanyanya, lalu datang Roni.

"Va pipi kamu agak tirus, kamu sakit?" tanyanya, aku menggelengkan kepala.

"Sudah hentikan jangan ganggu Silva," Dea mengajakku untuk duduk.

Lalu datang Nina dan Lisa, seperti biasa mereka selalu tidak suka melihatku, "apa kamu lihat-lihat!" bentaknya saat aku tidak sengaja melirik ke arahnya. Dea hendak memarahi Lisa tapi aku mencegahnya, karena aku tidak mau terjadi keributan gara-gara aku.

Lalu datang Bu Guru dan kami mulai belajar, pada saat jam istirahat seperti biasa semua orang pergi ke kantin kecuali aku, karena aku selalu bawa bekal. Pada saat aku akan memakan buah-buahan yang telah Mamah siapkan, Lisa dan Nina datang dan mengambil bekalku.

"Apa ini, kamu makan ini?" tanya Lisa ketus.

"Iya kan dia ingin kurus," ucap Nina seperti meledekku.

"Jangan mimpi! Sudah aku katakan kamu tidak akan pernah berubah!" ucap Lisa.

"Iya kamu akan tetap seperti ini, seperti Badak," Nina mengaburkan bekalku ke lantai dan menginjak- injaknya.

"Jangan ... Jangan ..." Aku mencoba mencegah mereka tapi makananku sudah di injak-injak.

"Sekarang kamu tidak bisa makan," Ucap Lisa merasa puas.

"Halah paling juga dia beli donat di kantin, dia pasti tidak akan kuat menahan lapar," ucap Lisa.

Setelah berbuat itu lalu mereka pergi dan aku membersihkan lantai karena kotor oleh bekalku yang di injak, aku menahan air mataku agar tidak menangis. Tapi tidak bisa, air mataku keluar begitu saja lalu datang Dea dan Angga, mereka kaget melihatku sedang membersihkan lantai sambil menangis.

"Kamu kenapa? Kamu pasti di ganggu lagi mereka aku akan beri mereka pelajaran," Dea hendak pergi, tapi aku memegang tangannya dan memintanya untuk tidak pergi.

"Mereka harus di beri pelajaran!" Dea marah.

"Aku tidak apa-apa," ucapku agar Dea tidak emosi lagi.

"Kamu harus melawan kalau mereka mengganggu kamu lagi," ucap Angga.

"Iya nanti aku akan melawan," jawabku datar.

Laku aku pergi ke toilet dan kembali menangis, perutku terasa lapar dan membuat badanku lemas. Aku pergi ke kantin tapi tidak ada buah-buahan, jadi aku membeli roti saja daripada aku pingsan karena lapar. Untungnya di kantin tidak ada Nina Lisa, jadi aku bisa makan dengan tenang. Selesai makan aku kembali ke kelas, tapi Dea dan Angga sudah tidak ada. Perutku masih lapar, tapi aku harus bisa menahannya karena satu roti saja seharusnya sudah cukup, bel masuk berbunyi semua Murid masuk kelas.

"Kamu dari mana, aku dan Angga mencari kamu?" tanya Dea khawatir.

"Aku dari kanti membeli roti karena tadi aku lapar," jawabku.

"Ya ampun kami khawatir, takut terjadi sesuatu kepada kamu," ucap Dea.

"Kamu tenang saja aku tidak apa-apa," ucapku, agar Dea tidak khawatir lagi.

Sekarang waktunya pulang, aku dan Dea pergi ke bazar buku yang sudah kami rencanakan. Dan ternyata Angga benar-benar ikut, saat sampai di sana aku libat banyak sekali buku-buku novel dan buku lainnya, kami mulai melihat-lihat dan mencari buku yang kami mau.

"Nah ini dia buku yang aku mau." Dea membawa sebuah Novel.

"Iya aku dengan buku ini bagus," ucapku.

"Kamu mau buku apa?" tanya Dea.

"Aku masih mencari," aku masih melihat-lihat buku di sana.

"Terus Angga kamu mau buku apa?" tanya Dea.

"Aku tidak akan membeli buku," jawab Angga.

"Terus kamu ke sini mau apa?" tanya Dea.

"Aku ikut karena bosan di rumah sendirian," jawabnya sambil tersenyum agar Dea tidak kesal lagi.

"Dasar," Dea kembali melihat-lihat buku.

"Ini dia," ucapku saat menemukan buku yang aku mau.

Aku hendak menghampiri Dea dan Angga, aku mendengar banyak orang yang mengatakan kalau mereka serasi. Aku juga setuju dengan perkataan orang-orang, mereka memang serasi, aku menghampiri mereka dan menganak untuk membayar buku.

"Kita makan dulu yuk," ajak Angga.

"Tapi ..." Belum selesai Dea berbicara aku mengiyakan permintaan Angga.

No"Kamu tidak keberatan?" tanya Dea.

"Enggak kok," jawabku.

Kami masuk ke sebuah Cafe, dan aku melihat semua menu tapi pada akhirnya aku hanya memesan jus jeruk tanpa gula.

"Kamu tidak pesan makanan?" tanya Angga.

"Tidak aku masih kenyang," jawabku.

Melihat mereka makan membuatku jadi lapar, tapi aku memilih untuk membaca buku saja, agar aku tidak tergoda untuk makan. Setelah selesai kami mulai membayar dan lalu pergi, di perjalanan pulang Dea tiba-tiba sakit perut, dengan sigap Angga membelikan obat.

"Kamu kenapa?" tanyaku khawatir.

"Sepertinya asam lambungku kambuh," jawab Dea menahan sakit.

"Ini makan dulu obatnya." Angga membukakan obat dan minum.

Setelah sakitnya sudah reda, kami pulang ke rumah masing-masing. Saat pulang ternyata Mamah sudah ada di rumah, dan sedang menyiapkan makan.

"Bagaimana hari ini, menyenangkan?" tanya Mamah.

"Iya, aku membeli ini." Aku menunjukkan buku yang aku beli.

"Kamu pasti menabung lagi untuk ini," Mamah melihat-lihat bukuku.

"Iya Mah," jawabku.

"Kalu kamu ingin membeli sesuatu, kamu tinggal bilang saja sama Mamah, nanti Mamah belikan," ucap Mamah terlihat murung.

"Tidak apa-apa Mah, lagian sekarang aku tidak jajan dan Mamah tetap memberiku uang jajan, jadi aku tabungkan saja." Mamah memelukku.

Setelah itu aku pergi mandi, dan seperti biasa kami makan malam bersama. Hari ini aku senang karena bisa merasakan pergi bersama Teman seperti Remaja lainnya, tapi hatiku juga sedih karena perlakuan Lisa dan Nina hari ini. Entah kenapa badanku terasa sangat lelah, aku tidur lebih awal hari ini. Sebelum tidur aku memasang alarm agar tidak bangun kesiangan, keesokannya alarm berbunyi. Dan aku langsung terbangun, tapi hari ini aku tidak keluar untuk berolahraga. Karena aku takut ada yang mengikutiku lagi, pagi ini aku melakukan gerakan olahraga yang sudah aku unduh kemari. Setengah jam aku berolahraga dan aku rasa cukup, aku keluar kamar hendak mandi.

"Kamu tidak olahraga?" tanya Mamah.

"Olah raga kok, hanya saja aku melakukannya di rumah," jawabku.

"Kamu berlari di rumah?" tanya Mamah bingung.

"Tidak Mah aku melakukan gerakan olahraga," jawabku.

Mamah memahaminya, kemudian aku mandi karena badanku sangat gerah. Setelah selesai bersiap kami sarapan, rasanya aku malas untuk pergi ke sekolah. Tapi aku harus tetap semangat demi Mamah, Mamah sudah susah payah menyekolahkan aku. Bagaimana bisa aku menyia-nyiakan perjuangan Mamah, hanya karena sikap orang-orang kepadaku. Saat sampai di sekolah aku melihat Nina Lisa sedang berbisik sambil melirikku, sepertinya mereka akan mengerjaiku lagi, dengan cepat aku masuk kelas untuk menghindari mereka.