webnovel

Bab 11

Ternyata masih banyak Murid yang belum masuk kelas, saat mereka melihatku tidak ada yang bertanya apa yang terjadi kepadaku. Semua orang malah menertawakanku, aku segera berlari dan pada saat melewati gerbang sekolah Pak Satpam yang pernah menolongku, memanggilku tapi aku tidak berhenti dan pada saat aku menaiki angkot orang-orang protes dengan bau badanku. Karena Sopir tidak mau kehilangan semua penumpangnya di menyuruhku untuk turun, dengan berat hati aku berjalan kaki walau jarak rumahku lumayan jauh.

Aku tidak berhenti menangis dan aku merasa frustrasi, aku berhenti di sebuah jembatan yang di bawahnya terdapat sungai yang airnya deras. Aku menatap ke bawah dan yang terlintas di pikiranku aku ingin mengakhiri hidupku. Aku tidak mau terus hidup seperti ini, saat aku hendak melompat. Ada yang menarik badanku dan membuatku gagal melompat.

"Apa yang kamu lakukan?" ternyata itu Dea.

"Bagaimana kamu tahu aku ada di sini?" tanyaku.

"Aku tadi sudah berobat, dan aku lihat kamu di sini jadi aku berhenti untuk menemui kamu," jawabnya.

Seketika itu aku menangis yang membuat Dea kebingungan.

"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kamu tidak di sekolah." Dea melihat-lihat badanku yang kotor.

"Lisa dan Nina menggangguku," aku menangis saat membicarakan hal itu.

"Sudah kuduga," Dea memelukku.

Lalu Dea mengajakku pergi ke sebuah taman, aku menolak karena takut Dea dan Ayahnya akan terganggu dengan bau badanku. Tapi Dea memaksaku agar ikut, dan Ayahnya juga tidak keberatan. Sesampainya di taman Dea memintaku untuk memberitahunya apa yang sedang aku alami sekarang, aku menceritakan ketakutan tentang Mamah yang sedang dekat dengan seorang Laki-laki.

"Aku takut kalau Mamah menikah lagi dan aku sampai punya Adik, kasih sayang Mamah akan berkurang kepadaku," Dea mendengarkan dengan serius.

"Itu hanya ketakutan kamu saja, walaupun Mamah kamu menikah lagi kasih sayangnya tidak akan berkurang karena kamu tetap Anaknya," Dea mencoba meyakinkanku agar aku tidak memikirkan hal itu lagi, aku juga mengatakan sudah lelah dengan perlakuan orang-orang.

"Aku sudah berusaha untuk diet, tapi badanku masih tidak kurus juga, aku bahkan olahraga setiap pagi, dan lihat wajahku, aku sudah pernah melakukan perawatan tapi tidak ada hasilnya," aku tidak berhenti menangis.

"Aku akan bantu kamu." Aku menatap Dea saat dia berkata seperti itu.

"Iya aku akan membantu kamu untuk menurunkan berat badan dan perawatan wajah kamu." Dengan spontan aku memeluk Dea.

"Jadi kamu jangan berpikir untuk bunuh diri lagi ya, karena ada aku yang akan selalu membantu kamu," aku mengangguk.

Kami melakukan janji kelingking, kami berjanji untuk menjadi Sahabat selamanya, dan kami akan selalu bersama di situasi apa pun. Bagiku berteman dengan Dea adalah anugerah, Sekarang aku memiliki orang yang peduli kepadaku seperti Mamah. Aku akan merelakan Angga untuk Dea, aku tidak akan berharap lagi kepadanya dan aku akan fokus untuk memperbaiki diriku. Agar tidak ada yang menghinaku lagi, dan soal Mamah yang sedang dekat dengan seseorang, aku sudah tidak keberatan lagi. Aku yakin Mamah akan selalu menyangyangiku sampai kapan pun, setelah aku sudah tenang Dea mengantarku pulang, tapi di tidak mampir dulu karena Ayahnya masih banyak urusan.

"Nanti kapan-kapan aku main ke sini ya, agar bertemu dengan Mamah kamu," ucapnya dengan semeringah.

"Iya terima kasih sudah mengantarku," Dea tersenyum lalu pergi.

Aku segera masuk dan mandi, aku juga mencuci tas dan seragamku. Aku tidak mau Mamah sampai melihat baju dan tasku kotor, pada saat tadi pergi, aku tidak memberitahu Guru. Sepertinya pihak sekolah akan memberitahu Mamah kalau aku bolos, dan benar saja saat Mamah pulang, Mamah menghampiriku.

"Mamah dapat telepon dari sekolah, katanya kamu bolos, apa itu benar?" tanya Mamah.

"Tadi kepalaku sangat pusing Mah, jadi aku pulang karena tidak bisa istirahat di ruang UKS karena berisik," jawabku.

"Kenapa kamu tidak izin ke Guru?" tanya Mamah lagi.

"Iya tadi aku tidak sempat karena aku ingin segera pulang, kepalaku tadi sangat pusing," jawabku.

Mamah sepertinya mempercayai ucapanku, besok aku harus ke Ruang Guru, dan meminta agar pihak sekolah tidak Mamah tentang hal yang menimpaku. Karena pihak sekolah sepertinya akan tahu karena Satpam Sekolah melihatku saat berlari keluar, Mamah membuatkan kue dan makanan enak lagi karena Mamah pikir aku sakit karena diet. Aku tidak bisa membiarkan begitu saja makanan yang Mamah buat, lagi pula sudah beberapa hari aku tidak makan enak, dan besok aku akan membicarakan dengan Dea bagaimana cara diet yang benar. Dengan lahap aku memakan makanan yang Mamah buat, Mamah terlihat senang melihatku kembali makan dengan lahap.

"Sudah lama Mamah tidak melihat kamu makan seperti ini," Mamah memandangiku saat makan.

"Sudah lama aku tidak makan ini Mah, rasanya sangat luar biasa," perasaanku berubah menjadi sangat bahagia.

Selesai makan aku berbicara serius kepada Mamah, aku mengatakan kalau aku mengetahui Mamah sedang dekat dengan seseorang, Mamah terlihat kaget saat mendengar hal itu.

"Mamah jangan khawatir, aku akan bahagia kalau Mamah bahagia." Aku menggenggam tangan Mamah.

"Sejak kapan kamu tahu?" tanya Mamah.

"Aku melihat saat Mamah diantar pulang, kemudian aku tidak sengaja mendengar saat Mamah bertelepon," jawabku.

"Kamu tidak apa-apa jika Mamah menjalin hubungan lagi?" tanya Mamah serius.

"Awanya aku khawatir, takut kasih sayang Mamah akan terbagi, tapi sekarang aku sadar kasih sayang Mamah kepadaku tidak akan berkurang, walaupun Mamah menikah lagi," Mamah memelukku.

"Terima kasih ya,"

Aku berharap setelah membicarakan ini Mamah akan memperkenalkan laki-laki itu, karena aku ingin melihat dan menilainya secara langsung. Aku takut Mamah akan di sakiti lagi, setelah itu aku pergi tidur. Aku tetap memasang alarm dan bangun pagi untuk olahraga, hanya saja hari ini Mamah menyiapkan sarapan yang enak lagi. Mamah meminta agar aku tidak diet lagi, karena tidak mau aku sampai sakit lagi. Hari ini aku juga tidak membawa bekal, Mamah menyuruhku untuk membeli makanan yang aku suka. Saat sampai di sekolah, KM menyuruhku untuk ke Ruang Guru karena ada hal yang akan di bicarakan, sepertinya aku tahu hal apa yang akan Guru bicarakan kepadaku.

"Permisi," ucapku saat masuk ke Ruang Guru.

"Oh Silva, masuk saja ke Ruang BK," ucap Pak Guru, aku masuk ke ruangan itu dan sudah ada Guru BK yang menungguku.

"Silva silakan duduk," ucap Bu Ima.

"Ibu memanggil saya?" tanyaku, Bu Ima mengangguk.

"Ibu mau tanya apa ya g terjadi kepada kamu kemarin?" aku hanya terdiam.

"Jangan takut, kamu bisa beritahu Ibu semuanya,"