webnovel

9 Di antar Pulang

"Iya, gue merasa cewek yang tadi benci, deh, sama gue. Wajah dia itu familier banget, tapi gue nggak inget pernah liat dia di mana," jujur Amanda merasa penasaran.

"Perasaan lo aja kali. Kan lo baru pindah ke sini, mana mungkin lo kenal dia. Namanya itu Gadis, orangnya memang gitu. Tapi nggak usah dimasukin ke hati masalah yang tadi." Ucap Nabila.

"Bener tuh, orangnya memang gitu, suka iri. Heran, deh, gue. Kenapa si Gilang_" ucapan Irma terpotong ketia Gadis tiba-tiba datang dan langsung mengebrak meja mereka, membuat Amanda yang tengah minum tersedak. Nabila langsung menyodorkan air minum.

"Eh, lo apa-apaan, sih, main gebrak meja segala?! Tuh liat teman, gue keselek," okel Irma.

"Lo punya masalah apa, sih, sama gue? Tanya Amanda bangkit dari duduknya karena tidak terima dengan perlakuan Gadis.

"Gue nggak pernah buat jahat sama lo, ya."

"Memang nggak pernah, tapi lo udah seenaknya gabung di OSIS tanpa susah payah," ujar teman Gadis bernama Indah.

"Oh, lo iri sama Amanda karena dia bisa langsung jadi sekretaris? Itu, kan, usulan dari pembina OSIS juga. Eh, Gadis, lo jangan sok cantik, deh. Jangan sok kuasa," sindir Nabila.

"Eh, gue nggak ngomong sama lo," tunjuk Gadis.

"Kalau lo mau protes jangan ke gue, tuh sama pembina yang di bilang Gilang,"ucap Amanda.

Baru saja Gadis ingin membalas ucapan Amanda, matanya menangkap sosok Gilang yang baru saja memasuki kantin karena tak mau buat masalah, kali ini dia mengalah.

"Urusan kita belum selesai. Kali ini gue biarin lo, tapi jangan harap gue terima lo di OSIS sama seperti yang lain," kata Gadis bergegas meninggalkan Amanada bersama temannya.

"Mereka kenapa?"gumam Amanda.

"Tuh lihat siapa yang datang." Dagu Irma mengarah ke pintu kantin.

"Oh, Gilang. Pantes saja si Gadis langsung cabut, takut kena amukan Gilang dia," ujar Nabila.

"Memang dia galak? Sampai ditakuti segala?"tanya Amanda.

"Iya,lah. Lo belum tahu siapa dia, da. Kalau si Gilang dan Roy ngamuk semua orang pilih menghindar saja,"ucap Nabila.

"Hai,"Gilang menyapa Amanda yang sudah berada didepannya.

"Hai," balas Amanda.

"Pulang sekolah ada rapat. Lo ikut, ya, sekalian ajak Roy," ucap Gilang.

"Iya. Eh tapi gue nggak liat roy dari tadi.

"Dia pasti ada di luar," balas Gilang.

"Sampai bertemu nanti," kata Gilang mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi.

Amanda dan Roy telah berkumpul di ruangan OSIS bersama pengurus lainnya karena jam pulang sudah berlalu.

"Baiklah, karena semuanya telah hadir gue mau bilang kalau sekolah kita dapat undangan mengikuti lomba lampion di lapangan merdeka menyambut tujuh belas agustus. Kali ini kita sebagai pengurus OSIS di tunjuk sebagai peserta, gue harap kita semua bisa bekerja sama demi sekolah kita dan meraih juara seperti tahun-tahun sebelumnya," ucap Gilang.

SMA MEKAR memang sangat terkenal dengan keunikan lampionnya, sekolah ini selalu meraih juara pertam. Tapi tahun kemarin mereka tidak mengikuti lomba karena ada kendala.

"Wow, bakalan seru tuh nanti lmapion kita," ujar Roy.

"Iya, pak Aryo menyuruh kita berkumpul besok buat kerjain persiapannya, jadi gue mohon sama kalian semua buat relain waktu belajarnya selama tiga hari ke depan. Masalah surat izin, Amanda yang bakal kerjain dan di kasih ke tiap kelas kalian."

"Jam pertama besok gue ikut ulangan harian dulu, boleh?" Ucap Amanda.

"IU ya, boleh, kok," ucap Gilang dengan senyum manisnya.

"Cih! Baru aja masuk udah dimanjain," sinis Gadis yang didengar Roy.

"Heh, bilang aja lo iri karena Gilang baik sama Amanda. Ya. Kan?" Tebak Roy, membuat Gadis kesal.

"Apaan, sih, lo! Jangan sok tahu."

"Bilang aja lo iri karena gue lihat si Gilang suka, deh, sam Amanda," bisik Roy, membuat Gadis panas.

Gadis merasa kesal dan memilih meninggalkan ruangan OSIS lebih dahulu. Sementara itu, Gilang menatap punggung Gadis dan menghela napas, diantidak tahu mengapa cewek itu selalu saja bersikap yang tidak dia sukai.

Setelah rapat selesai, Amanda menuju halte dekat sekolah menunggu bus datang. Dia sengaja tifak memakai mobil karena gadis itu meloncat dari balkon kamarnya yang tidak terlalu tinggi dan kamarnya dia kunci dari luar agar tidak ketahuan. Amamda tidak perduli dengan keadaan kamarnya yang terkunci dari dalam. Toh keluaganya pasti tidak mengkhawatirkannya, mana mungkin mereka peduli dengan dirinya, sekalipun dia mati dalam kamar tidak akan ada yang mencarinya.

Suara motor membuyarkan lamunan Amnada di halte. "Woi, ngapain lo di situ? Kagak pulang memang?" Tanya Roy.

"Tunggu bus," jawab Amanda.

"Lah, udah sore banget nih, mending gue antar pulang aja, yuk," ajak Roy.

"Nygak usah, gue bisa pulang sendiri, kok, " tolak Amanda.

"Mobil lo mana? Tumben pulang naik bus," tanya Roy mulai melepas helmnya sehingga rambutnya acak-acakan membuat aura kegantengannya terpancar.

"Lagi pengin aja." Amanda mengalihkan pandangannya karena malu melihat Roy yang sangat ganteng di hadapannya ini.

Si Roy, kok ganteng sih. Baru sadar gue, batin Amanada, menggelengkan kepalanya.

"Woi, bengong aja. Terpesona, ya, sama gue?"

"Ih, pede banget.

"Mau gue anterin gak nih? Buruan, udah setengah enam. Jam segini bus mh udah jarang lewat, tuh lihat, adanya para preman. Memangnya lo mau di gangguin sama mereka?" Tanya Roy adanya beberapa preman dari jauh.

Amanda melihat segerombongan preman itu, lalu bergidik ngeri. "Ya udah, untuk kali ini gue terima tawaran lo, " kata Amanda langsung buru-buru naik ke motor Roy.

"Nah, gitu, dong. Dari tadi kek, " Roy terkekeh.

Roy menuntun Amanda menaiki motornya "pegangan."

"Dasar modus."

"Gue mau ngebut nih. Kalau lo jatuh, kan, berabe."

"Iya, iya. Bawel."

Roy tertawa melihat Amanda yang hanya memegang tasnya. Setelah sampai di depan rumah Amanda, Roy melihat seseorang berdiri di ambang pintu. Melihat mukanya, Roy yakin bahwa orang itu marah.

"Makasih udah antar gue,' ujar Amanda.

"Eh, i-iya, sama-sama. Da, minta nomor WA lo dong," pinta Roy mendoronkan handphone-nya ke arah Amanda. Amanda mengetik nomornya dan bersiap masuk.

"Eh, tunggu dulu. Lo masih ingat obrolan kita di sekolah, kan? Kalau ada masalah, lo bisa cerita sama gue. Karena mulai malam ini kita jadi teman, ok?"

Amanda mengangguk, "iya. Gue masuk duluan kalau gitu."

Setelah Amanda masuk, Roy pun menyalakan motor dan meninggalkan pekarangan rumah Amanda.

Sebelum masuk kedalam rumah, Amanda melihat sekeliling rumahnya terlebih dahulu untuk memstikan ada orang atau tidak. Tapi, kalau di pikir-pikir mana mungkin ada yang mengawasi dia suruh pulang atau tidak pasti orang di dalam tidak akan pernah mengkhawatirkan. Dia. Akan tetapi Amanda salah karena tepat didepan pintu Dodi sudah berdiri.

"Bagus, ya, baru pulang jam segini. Sudah keluar tanpa pamit lagi, kamu pikir semua orang nggak khawatir sama kamu?" Bentak Dodi, membuat Amanda terkejut.