webnovel

10 Bertengkar Lagi

"Papa?" Amnda kaget melihat keberadaan Papanya.

"Siap cowok yang barusan antar kamu, hah?" Tanya Dodi.

Nyali Amanda menciut saat melihat kemarahan Dodi. Belum pernah sekali Amnda melihat Papanya seperti sekarang, aura Dodi sangat menakutkan.

"Jawab, Amanda!"

"Di_dia teman aku, Pa," jawab Amanda menunduk.

Kenapa pulang jam segini? Papa kira kamu tidak mau berangkat sekolah, semua orang mencari kamu, sampai kami mendobrak pintu kamar dan menemukan isinya kosong!"

"Amanda nggak bermaksud gitu, Pa. Amanda cuma mau bebas semntara," ucap Amanda dengan suara bergetar.

"Bebas? Memangnya selama ini kami nggak beri kamu kebebasan?" Ujar Nining muncul di belakang dengan wajah galaknya.

"Coba kalian pikir, apa pernah Mama sama Papa nggak berdebat tiap pagi? Amanda pengin kaya keluarga lain, tiap pagi mereka sarapan dengan harmonis, saling bercanda, nggak seperti kalian tiap pagi pasti memarahi Amanda terus. Apa salah Amanda? Apa benar memang Amnda bukan anak kalian?

Apa tiap kali mama ngomong kalau Amanda bukan anak Mama, itu benar? Amanda capek. Kenapa, sih, kalian sangat benci sama Amanda? Dulu kalian sangat menyayangi Amanda, tapi semuanya berubah," Air mata Amanda sudah menetes, gadis itu sudah menangis.

"Kalau kalian benci sama Amanda, ngomong yang jujur. Amanda bakalan pergi dari rumah ini, Amanda bakalan tinggal bersama nenek dan kakek saja dari pada suasana pagi menjadi buruk. Alasan Amanda keluar adalah karena Amanda nggak mau menjadi objek kemarahan kalian di pagi hari, makanya Amanda loncat dari balkon," lanjut Amanda, membuat Dodi kaget.

"Kamu loncat dari balkon? Kamu nggak apa-apa? Ada yang luka, nggak? Tanya Dodi ingin menyentuh tangan Amanda, namun terhenti karena Amanda memilih mundur.

Apa sekarang aku berubah di mata anakku? Bahkan dia gak sudi aku sentuh, batin Dodi sedih.

"Baguslah kalau kamu sadar diri. Sana tinggal sama kakek dan nenek kamu," sinis Nining, membuat Dodi menatapnya tajam.

"Apa? Kamu mau belain anak ini lagi? Tanya Nining menyadari tatapan Dodi.

"Amanda nggak bakalan ke mana-mana. Dia tetap tinggal sama kita," ucap Dodi dengan tegas.

"Belain aja terus anak pembawa sial ini," sindir Nining.

"Jaga ucapan kamu, Nining. Amanda bukan anak pembawa sial!!!" Bentak Dodi, membuat nyali Nining menciut.

"Kalau bukan anak pembawa sial, lalu apa lagi, hah? Dia sudah hampir membuat Tika celaka!" Balas Nining.

"Kamu_"

"Cukup!" Teriak Amanda, tidak tahan melihat keduanya bertengkar.

"Kalau Mama sama Papa hanya berdebat karena Amanda, apa perlu Amanda bunuh diri sekarang juga supaya kalian nggak terus berdebat lagi!?!" Kata Amanda muak mendengar perdebtan mereka yang sudah sering kali seperti ini dan berhasil membuat hatinya terluka.

Dua kali tamparan keras di pipi Amanda mendarat sangat kencang. Dodi menampar putrinya sendirin karena ucapan Amada membuatnya marah.

"Amanda, kamu nggak apa-apa kan?" Entah dari mana asalnya Rendy bisa berada di sini dan langsung menghampiri Amanda saat melihat gadis itu di tampar oleh ayahnya sendiri. Sebenarnya Rendy ada di rumah Amanda sedari tadi bersama Tika untuk mengerjakan tugas sekolah. Tapi mereka terganggu karena suara perdebatan Amanda dan kedua orangtuanya yang cukup ribut, sebagian percakapan itu terdengar oleh Rendy, dan menyaksikan Amanda di tampar. Refleks dia langsung berlari karena terkejut. Sementara itu dodi merasa bersalah dengan apa yang telah dibperbuat.

"Amanda, maafkan Papa, Papa nggak sengaja nampar kamu_"

"Amnada pants, kok, Pa, dapt ini. Mama mungkin bent Amanda ini pembawa sial. Kalau gitu Amanda ke kamar dulu. Selamat malam." Ujar Amanda menepis tangan Rendy dan berlari ke kamarnya dengan air mata bercucuran.

"Kasian banget sih," sinis Tika. Amanda tidak menanggapi perkataan Tika, dia hanya berlari naik ke kamarnya.

Sementara di sisi lain Roy mondar mandir di kamar. Perasaan tidak enak setelah pulang dari rumah Amanda. Entah secara kebetulan atau tidak karena yang pasti saat ini dia teringat dengan gadis itu.

"Tuhan, semoga Amanda baik-baik saja," ucap Roy

"Telepon dia, nggak, ya?" Roy mengacak rambutnya frustasi. Setelah berperang batin, dia memutuskan untuk menghubungi Amanda.

Dan kali ini Amanda menangis sejadi-jadinya dibalkon kamar, gadis itu mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Semarah-marahnya Dodi, dia tidak pernah main fisik seperti tadi. Rendi menatap gadis itu di pintu kamar yang terbuka sedikit, melihat keadaan Amanda yang sekarang membuatnya sedih karena bagaimanapun Amanda pernah menjadi ornag yang sangat dia cintai, bukan sampai sekarang.

"Andai keadaan masih kayak dulu, da, mungkin sekarng aku ada di samping kamu. Maafin laki-laki brengsek ini, suatu saat kamu bakalan tahu alasan aku sakiti kamu," gumam Rendy kembali ke bawah, takut Tika melihatnya berada di depan kamar Amanda.

"Eh, tunggu dulu. Kamu masih ingat kata-kata aku di sekolah kemarin, kan? Kamu bisa, kok, cerita sama aku, mulai malam ini kita jagi teman, ok."

Amanda berhenti menangis saat teringat dengn kata-kata Roy. Mungkin malam ini adalah waktu yang tepat untuk memenuhi janji itu. Amnda berfikir sejenak, apa yang dikatakan Roy memang benar karena saat in sudah membutuhkan sosok teman. Lamunannya terhenti ketika ponselnya berbunyi pertamda Whatshap masik.

Roy

Da, gue roy. Ini lo, kan?

Me

Iya, ini gue

Roy

Lo nggak apa-apa kan?

Amanda berfikir, apakah tidak terlalu cepat membuka hatinya menerima teman? Tetapi setelah memikirkan semuanya, dia sudah mengambil keputusan. Tidak masalah mempunyai teman sekarang, siapa tahu Roy bukan sosok seperti mereka yang mengkhianatinya.

Di sisi lain Roy langsung kaget bercampur senang saat melihat pesan Amanda yang mempertimbangkan dirinya menjdi teman.

Roy

Serius lo

Me

iya,bgue serius. Sekarang kita bisa ketemu, nggak?

Gue butuh lo sebagai teman baru gue.

Roy

Otw

Selepas membaca pesan dari Amanda, Amanda bergegas mengganti pakaian lalu mngambil kunci mobilnya dan turun ke bawah. Langkahnya terhenti melihat pemandangan di depannya, Tika bergelenyut manja dilengan Rendy lalu cowok itu mengusap kepala Tika. Nggak usah pikirin mereka, kamu harus bisa lupain laki-laki itu, da. Dia nggak pantas buat kamu dia itu cuma laki-laki berengsek! Maki Amanda dalam hti. Amanda tersadar dari lamunannya, dia melewati sofa itu dengan santai seolah menganggap mereka berdua adalah patung. Akan tetapi panggilan Raka sang kakak, membuat Amanda hrus berhenti.

"Amanda mau ke mana malam-malam gini?"

"Mau cari angin, kak. Di sini sangat panas.

"Tapi ini sudah malam, kamu nggak bisa keluar jam segini."

"Aku mungkin bisa antar kamu, da?" Tawar Rendy.

"Apa, sih? Biarin aja dia keluar, biar di tangkap preman," sinis Tika.

"Da, kamu jangan keluar sendiri. Mending kamu ajak Lina dan Sela

Mendengar nama itu membuat Amanda mengepalkan tangannya." Amanda nggak punya teman nama itu, kak!" Tegas Amanda rifleks membuat Raka dan Rendy kaget.