webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

29. Tetangga Baru

Manda terbangun ketika suara ketukan pintu mengganggu tidurnya. Manda membuka matanya menyesuaikan cahaya yang ada disini.

"Den Erlan Non Manda ada tamu Den Non." Manda menatap pintu yang ada di belakang tubuh suaminya. "Iya Bik tunggu sebentar."

Manda melihat Erlan yang tertidur pulas terlihat wajahnya yang sedikit lelah mungkin efek luar kota singkatnya dan kegiatan mereka barusan. Manda menatap jam, sudah sore ternyata. Manda melepas pelukan Erlan di pinggangnya lalu memegang erat selimut dan berusaha meraih bajunya yang di bawah kasur karena Erlan yang melemparnya.

Manda memakai baju itu, ia risih jika harus berjalan telanjang menuju kamar mandi padahal tidak ada siapa-siapa tapi ya gitu. Manda membetulkan selimut di tubuh Erlan lalu menuju kamar mandi ia akan mandi terlebih dahulu.

Manda mengatur suhu shower menjadi hangat beberapa hari ini ia senang sekali mandi dengan air hangat padahal ia sering kegerahan. Manda melepas bajunya lalu menyalakan shower membiarkan tubuhnya dibasahi oleh air hangat itu.

Minggu depan adalah jadwalnya periksa kandungan, tapi Erlan tadi saat kegiatan mereka di atas ranjang dia bilang kalau minggu depan dia harus ke luar kota buat meeting dengan klien besar dan Erlan belum memberitahukan jadwal pasti hari kapan ia akan berangkat.

Manda sedikit sedih berarti minggu depan akan menjadi pertama kalinya ia periksa tanpa Erlan. Manda menghela nafasnya pasrah, ia jadi merindukan hidupnya yang sederhana bersama Erlan. Eh, Manda harus bersyukur sekarang kamu dan keluarga kamu jadi baik-baik aja, alhamdulillah.

Manda segera menyelesaikan mandinya lalu menuju walk in closet untuk berganti pakaian dan menyiapkan pakaian Erlan. Manda mengaca dirinya, ia melihat tubuhnya yang banyak tanda merah dimana-mana bahkan di bahu berwarna merah keunguan, dasar Erlan!

Manda mengambil pakaian yang dapat menutupi semua tanda kemerahan itu lalu keluar dari kamar dan membiarkan suaminya itu istirahat. Ia menginginkan martabak telor saat ini, padahal ia sudah memasuki trimester dua tapi masih suka mengidam.

"Bik, tadi yang cariin aku siapa?" tanya Manda menuju Bik Surti yang sedang di dapur. Manda mengintip ke arah ruang tamu tapi tidak ada siapa-siapa.

"Temennya Non sama Den Sam, Den Daniel. Sekarang lagi ada di taman belakang sama Tuan Nyonya sama Bude Non Manda." Manda mengangguk lalu membantu Bik Surti yang sedang membuatkan minum dan camilan untuk mereka.

Manda mencium bau yang sangat ia idamkan sekarang, martabak telor. "Martabak dari siapa Bik? boleh aku makan gak?" ucap Manda sambil membuka plastik putih itu.

Bik Surti tertawa nona mudanya itu sangat lucu jika menginginkan sesuatu, "Tadi Den Sam bawain ini, boleh dimakan kok Non." Manda lalu membuka kardus berisi martabak telor.

Ia berterimakasih pada Sam Sam itu, jadi ia bisa menyantap martabaknya saat ini juga tanpa harus menunggu Erlan atau Pak Mar membelikannya. Setelah habis tiga potong martabak telor Manda menyusun martabak itu di atas piring untuk disajikan.

Manda membawa nampan berisi toples dan kue yang tadi ia bikin. Di taman sangat rame apalagi Bunda dan Budenya itu satu frekuensi, bakal banyak topik yang membuat mereka terus berbicara.

Manda tiba-tiba kepikiran almarhum ibunya, apa jika ibunya masih ada akan seperti Bude dan Bunda mengobrol dari hati ke hati tentang Erlan dan Manda, senang pasti rasanya. Manda baru sadar jika mereka duduk di atas tikar yang digelar di pinggir taman dan kolam. Papa mertuanya juga membentuk kubu sendiri yang dapat Manda tebak dua orang itu Sam dan Daniel tapi Manda masih belum tahu mana yang Sam dan mana yang Daniel karena memang mereka belum pernah berjumpa.

Manda diantara Bude dan Salsa, "Udah kamu marahi Erlan Man?" tanya Bunda pada Manda. Manda mengangguk sambil tersenyum membuat Bunda tertawa, ancaman itu ide dari Bunda sebenarnya katanya Erlan harus di kasih pelajaran dulu baru dia gak akan ngulangi lagi.

"Tumben pakai kaos Man?" tanya Salsa yang ada di sampingnya. "Lagi pingin hehehe," bohong Manda, ia mana berani menjawab jujur kalau dia pakai kaos ini karena hanya kaos ini yang kerahnya cukup tinggi jadi menutupi bahu dan lehernya yang ada bekas tindakan ia dan Erlan tadi.

Manda hanya menggunakan baju yang sedikit membentuk tubuhnya karena perut buncit nya dengan lengan sampai siku dan berwarna biru cerah. Manda memakai rok di bawah lutut berwarna hitam ia sekarang jadi lebih nyaman menggunakan rok ketimbang celana padahal dulu ia anti memakai rok kalau bukan sekolah dan disuruh.

"Erlan mana Man?" tanya Bude.

"Masih tidur, kayaknya Erlan kecapean jadi Manda gak bangunin Erlan." Bunda dan Bude mengangguk lalu melanjutkan mengobrol.

Manda mengajak Salsa dan Hanin ke ruang tamu saja, "Dera mana?" tanya Manda pada mereka berdua. "Lagi ribet sama acaranya tadi kita juga abis dari sana, terus kita sini. Eh Man, ini aku mau balikin barang yang waktu itu aku pinjem. Sudah berbulan-bulan di rumah aku cuy."

Salsa memberikan paperbag berisi dua buku dan hoodie crop yang dulu pernah Salsa pinjam. Ya namanya sudah sangat dekat jadi sudah terbiasa bulan-bulan dulu baru dikembalikan, Manda juga kadang begitu pada temannya.

"Eh kita kembaran yok warna bajunya waktu di acara Dera, lucu gemes gemes deh," ajak Hanin. Manda jelas mau mau saja, ia juga bingung harus memakai baju seperti apa dengan baju kembaran sedikit membantunya walau hanya menentukan warnanya aja sih.

Salsa, Hanin dan Manda langsung sibuk memilih warna di ponsel mereka sambil melihat outfit di sosial media atau situs pencarian. Sesekali mereka mempertontonkan baju yang mereka suka kadang bagus, kadang model baju yang gemas, kadang model baju seksi, random yang mereka tunjukkan. "Dahlah bingung Aku, ini warna soft pink ya," ucap Hanin sambil menunjukkan warna.

"Masih seminggu lagi kan? lumayanlah buat mikir baju apa," ucap Manda. "Iya masih lumayanlah," balas Salsa.

"Man kita pamit pulang, udah sore mau pergi sama keluarga nih Aku," kata Hanin yang di balas anggukan oleh Manda.

Salsa dan Hanin pamit juga dengan dua mertua Manda, Bude Manda dan dua orang laki-laki Sam dan Daniel. Manda mengantarkan Salsa dan Hanin ke depan rumah. "Hati-hati ya kalian," kata Manda pada Salsa dan Hanin.

Salsa mengangkat satu ibu jarinya lalu menyalakan mesin motornya begitu juga dengan Hanin. Manda masih di depan teras sampai motor kedua sahabatnya sudah tak terlihat.

"Halo permisi Mbak."

Manda melihat ibu-ibu yang ada di depan pagar rumahnya. Pak Mar membuka gerbang dan menanyakan pada ibu itu. Manda mendekat ke arah sana, ibu itu bersama dua anaknya. "Eh Non Manda, jadi ibu ini tetangga baru."

"Iya Mbak, saya tinggal di sebelah, oh iya Mbak ini ada bingkisan dari saya semoga suka ya. Salam kenal juga, ini anak saya Dela dan Dane."

Manda menatap dua anak itu lalu berjongkok dihadapan merea berdua, "Ucapkan salam baby twin ke Tante." Manda menatap Ibu itu dengan sedikit terkejut, kata-katanya sedikit tidak asing di telinga Manda seperti dirinya sering mendengarnya.

"Halo Ante, aku Dane ini Dila," kata Dane dengan suara khas balita dan sedikit kaku mungkin dia masih merasa asing dengan Manda. Manda tersenyum kepada dua balita yang berwajah mirip didepannya ini.

Dila bocah itu sangat terlihat malu-malu, karena terus menunduk sambil menggandeng tangan kembarannya. Manda tertawa kecil, "Kalian manis banget, Tante juga mau punya adik kecil tiga loh, nanti kalau udah lahir diajak main ya Kakak Dane Kakak Dila, boleh gak?" Dila yang mendengar kata adik kecil langsung menatap Manda. Manda sedikit tertegun mata Dila, sama seperti matanya, tatapan Dila sungguh tak asing di hatinya. Senyuman Dila dan nada bicara Dila juga membuat Manda teringat sesuatu, dirinya waktu kecil.

"Kakak, enger gak? kita au unya teman baru. Jadi kita unya anyak temen."

Dane mengangguk lalu mengangkat kedua jempolnya. Mereka tersenyum girang tapi tidak dengan Manda justru ia merasa sedikit tertegun melihat kedekatan anak kembar beda jenis kelamin itu. Kenapa Manda sedikit tak asing ya dengan hal ini.

"Non jangan lama lama jongkoknya." Perkataan Pak Mar membuat Manda langsung tersadar, ia tersenyum pada dua balita itu yang mungkin berumur tiga atau empat tahun. Manda berdiri pelan-pelan, "Adeknya di cini ya?" tanya Dila dengan menunjuk perut Manda. Manda mengangguk sambil tertawa kecil melihat keimutan Dila.

"Kalau gitu kami pamit ya, mari Pak Mbak. Ayo baby twin beri salam buat semuanya."

"Dadah.. terimakasih," ucap dua balita itu bersamaan. Manda menatap kepergian tiga orang itu yang sesekali tertawa entah membahas apa. "Non masuk Non."

Manda mengangguk lalu menatap rumah di sampingnya yang dulu kosong sekarang sudah terisi dan lebih hidup. Manda masuk kedalam rumah dengan perasaan yang aneh silih berganti hinggap di hatinya.

"Kenapa aku merasa aku pernah seperti mereka?" tanya dalam batin Manda.

.

.

.

.

Manda membangunkan Erlan yang enak-enaknya masih terlelap di atas kasur sedangkan dia meminta Sam dan Daniel menunggunya sampai ia bangun.

"Mas.. Mas Erlan."

"Mas, ck."

Manda menabok pantat Erlan yang tertutup selimut. "Ya Allah Yang berdosa banget kamu. Dimarahin Allah loh kamu," gerutu Erlan sambil mengelus pantatnya yang baru saja di tabok Manda. Padahal ada selimut dan lumayan tebal kenapa rasa sakitnya masih kerasa, sungguh mengerikan tangan istrinya ini.

"Bangun Mas, mandi keramas terus sholat keburu abis loh waktu sholatnya."

Erlan menutup kepalanya dengan bantal lalu kembali tidur dengan tengkurap. Manda menatap tak suka suaminya ini, bisa-bisanya ya. Manda menaiki kasur lalu merebahkan tubuhnya terlentang di atas tubuh Erlan.

Erlan yang merasa dadanya terhimpit karena suluh tubuh Manda yang menindihnya di tambah tiga bayi meraka di perut Manda membuat Erlan susah bernafas.

"Ash Yang! uhuk uhuk"

Manda tertawa puas melihat Erlan yang terbatuk-batuk bengek. Ia lalu turun dari kasur sambil terus tertawa, "Makanya bangun, dah sana mandi!"

Erlan menarik nafasnya lalu menghempaskan selimutnya, ia berjalan ke kamar mandi sambil keadaan telanjang. Manda hanya geleng-geleng melihat suaminya yang masih mengantuk dan keadaan telanjang tanpa malu ada dirinya.

Manda menata kasur yang berantakan akibat tindakan mereka berdua. Manda menunggu Erlan di atas kasur sambil bermain ponselnya dan menyilangkan kakinya.

Erlan cukup lama jika di kamar mandi, entahlah ritual apa saja yang Erlan lakukan, bahkan lebih cepat mereka mandi bersama ketimbang Erlan mandi sendiri.

Manda menaikkan suhu AC karena dingin juga lama-lama. Erlan yang sudah selesai dan sudah berpakaian menuju Manda seperti biasa Erlan akan meminta Manda untuk mengeringkan rambutnya.

"Ih basah nanti, jangan nempel sama baju aku!" ucap kesal Manda karena Erlan yang duduk di lantai sedangkan dirinya di kasur dan Erlan malah menempelkan rambut basahnya diperutnya.

Manda menggosok rambut Erlan dengan handuk kecil. "Mas kita ternyata punya tetangga baru loh, anaknya kembar, cowok cewek." Erlan mengecupi perut buncit Manda, "Terus?" balas Erlan.

Manda berdecak Erlan mode gak seru, gak suka Manda. Erlan menaikkan baju Manda, "Tumben kamu pakai baju? biasanya juga daster atau baju terusan," tanya Erlan sambil memeluk perut Manda yang sudah tak terhalang apapun.

"Gara-gara kamu! Dibilangin juga jangan kasih merah-merah. Baju aku tuh semua kerahnya rendah, mau pakai baju apapun masih kelihatan, malu tahu aku untung aku masih simpan baju ini."

Erlan tertawa namanya juga orang lagi begitu mana bisa mikir jernih yanga da trabas aja semuanya. Manda menyisiri rambut Erlan dengan tangannya. "Nih, jemur lagi handuknya," ucap Manda sambil memberikan handuk pada Erlan.

Manda dan Erlan turun ke dapur setelah Erlan menjemur kembali handuk. Erlan terus terusan memeluk pinggang Manda membuat Manda risih, bukan karena tangan Erlan tapi tatapan orang yang ada di rumah yang menatap Manda dan Erlan menggoda.

"Mmm... pengantin muda hobinya di kamar mulu," ejek Bunda ketika Erlan dan Manda melewati dapur. Erlan dan Manda menuju taman karena semua orang menuju ke taman.

Erlan bergabung dengan Papa, Sam dan Daniel sedangkan Manda dengan Bude dan Bunda. "Pakde belum ke sini juga Bude?" tanya Manda karena tak melihat Pakde nya.

"Iya, lagi kena macet paling bentar lagi. Mumpung masih di jalan sana kalau mau titip," kata Bude. Manda menggeleng rasa ngidamnya martabak telor sudah terobati. Manda lalu menjadi penonton gibahan Bude dan Bunda.