webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

30. Tetangga Sebelah Rumah

Pagi yang cerah ini, Manda dan Erlan berjalan berdampingan menuju halaman depan. "Aku kayaknya nanti pulang malam, Papa belum kerja lagi jadi aku harus ke kota sebelah buat cek proyek bareng Daniel. Kamu langsung tidur, ingat kalau dirumah sendirian langsung hubungi aku ya."

CUP...

Erlan mengecup lama kening Manda lalu menekuk lututnya mengecup perut buncit istrinya. "Kembar Ayah pulang malam kalian bantu Ayah jaga Bunda ya. Jangan nyusahin Bunda, ingetin Bunda buat istirahat juga ya kembar Ayah." Cup...

Manda mengelus rambut Erlan yang berbicara pada bayinya. "Dah sana berangkat keburu telat loh," ucap Manda menghentikan Erlan yang masih mengecup perutnya.

Erlan mengambil tas kerjanya di tangan Manda lalu menuju mobilnya. Erlan membunyikan klakson lalu keluar dari pekarangan rumah. Manda melihat ke halaman samping rumahnya terlihat tetangga barunya yang sedang bermain dengan anak kembarnya.

Manda melihat terus kegiatan ibu dan dua anak itu. Ia jadi terpikirkan oleh ibu dan kakak kembarnya. Tiba-tiba tetangga barunya meminta anak-anaknya masuk Manda masih bisa mendengar ibu itu menyuruh anaknya segera masuk karena memang suaranya cukup keras.

Seorang laki-laki bermotor datang dan terlihat tetangga barunya yang begitu mesra dengan laki-laki yang baru saja datang itu.

Klis...

Tiba-tiba sebuah bayangan asing muncul dikepala Manda. Manda memegangi kepalanya, tubuhnya sedikit terhuyung, "Non Manda! Ya ampun Non," kata Pak Mar yang memang berjaga di depan gerbang rumah ini.

Manda berpegangan pada tembok putih disampingnya. Pak Mar berlari menuju Manda dan membantu Manda untuk berjalan duduk di sofa dalam rumah. "Non gak papa Non?" tanya Pak Mar pada Manda yang terduduk lesu sambil memegangi kepalanya.

"Gak papa kok Pak, terimakasih ya Pak. Saya naik ke kamar saja." Pak Mar tetap mengawasi nona mudanya berjalan dengan gontai menaiki tangga. Pak Mar merasa sedikit khawatir nona mudanya terlihat tidak baik-baik saja, lebih baik Pak Mar memberitahu ini pada Tuan dan Nyonya.

Manda meraih handle pintu. Ia menyalakan AC lalu merebahkan tubuhnya. Manda berkali-kali menenangkan dirinya yang tiba-tiba sangat tak nyaman dan gelisah. Manda memilih untuk memejamkan matanya berusaha tidur terlelap.

.

.

.

.

"Ibu," panggil gadis kecil manis berpipi gembul.

"Yes princess?"

"Ibu hari ini kita akan panggang apa? pie? roti?" tanya gadis itu sambil memangku dagunya dengan kedua tangannya dia atas meja pantry.

"Kalau princess Ibu mau buat apa hari ini?" Gadis kecil itu berpikir, "Tanya Kak Made ya Ibu?" Wanita itu mengangguk dengan senyuman di bibirnya.

Gadis kecil itu berlari membuat pipi chubby nya bergerak seirama langkahnya. Ia menghampiri kembarannya yang sedang bermain sendiri di ruangan bermain. "Kak, hari ini mau panggang apa?" tanya gadis.

"Mmm pie susu bagaimana?"

"Oke, kita ke Ibu yok Kak." Gadis itu menarik tangan anak laki-laki itu menuju ibunya yang ada di dapur.

Suasana di dapur sangat indah untuk dipandang, Ibu tak marah pada kedua anaknya yang justru tidak membantunya sama sekali. Tapi mereka tersenyum dan tertawa menikmati kelucuan yang ditimbulkan dua anak kecil dengan wajah sama itu.

"Sambil nunggu di oven, kita keluar yuk beresin mainan di depan rumah. Ayo baby twin Ibu," ajak Ibu pada mereka.

Dua anak kecil itu berlari sambil sesekali saling bercanda menjahili satu sama lain. Mereka memasukkan mainan mereka ke dalam kotak mainan kembali. Sampai tiba-tiba sang ibu meminta mereka segera masuk ke dalam rumah.

Tanpa sang ibu sadari dua anak kecil itu mengintip dibalik korden, melihat Ibunya yang dicium oleh laki-laki dewasa selain Ayahnya. "Adek kita lihat pie yuk, pasti sudah hampir matang," ucap anak laki-laki itu.

"Kenapa ibu dicium oleh paman itu Kak?" tanya gadis itu sedikit sedih. "Mereka pasti teman yang dekat, bukankah Tante dan Ayah juga begitu. Sudah yuk kita ke dapur lagi."

Gadis kecil itu mengangguk lalu berlari menuju dapur berbeda dengan anak laki-laki itu yang menatap sedih dua orang dewasa di luar itu.

.

.

.

.

Erlan sampai di kantor, hari ini dia akan sangat sibuk. Apalagi dua karyawan yang akan terlibat bersamanya terlihat tidak begitu menyukai kehadirannya.

Erlan menuju meja sekretaris Papanya untuk mengambil berkas-berkas yang akan di gunakan satu hari ini untuk berbagai meeting. Erlan menuju ke ruangannya, ketika melewati ruangan Sam dan Daniel Erlan menghentikan langkahnya. "Sam buat proyek yang waktu itu bareng Papa mintain LPJ nya ya."

"Dan, nanti kita berangkat jam empat aja ya biar lebih cepat sampai sana." Sam dan Daniel mengangguk mengiyakan kata Erlan.

Erlan menghela nafasnya, pikirannya semakin banyak ditambah Mbak Rosalinda akan mengambil cuti hamilnya. Astaga pusing kepala ini, untung Sam dan Daniel itu jomblo angkut jadi mereka gak sibuk dengan urusan lainnya.

Erlan mulai menyelesaikan satu persatu pekerjaannya tiga jam lagi dirinya akan ada rapat lanjutan bersama para petinggi perusahaan. Erlan melihat figura yang ada di samping komputernya, foto dirinya dan Manda di taman dekat kontrakan mereka dulu.

Ketika ia melihat foto itu rasanya waktu berlalu dengan cepat, sekarang kembar sudah empat bulan dan sebentar lagi Erlan akan tahu jenis kelamin mereka dan sebentar lagi Erlan akan menyambut mereka bersama Manda.

Erlan kembali fokus ke pekerjaannya yang menumpuk terlalu banyak. Sampai waktu rapat tiba, Sam memanggilnya untuk segera ke ruang meeting.

Erlan masuk ruangan bersama Sam yang ada di belakangnya. Mata Erlan tertuju langsung pada dua laki-laki perut buncit dan sudah berumur. Pak Rogi dan Pak Ruben. Mereka adalah investor perusahaan ini dan mereka tak menyukai Erlan di sini, entah mengapa Erlan juga tak tahu.

Erlan memulai rapat dan memandu presentasi tentang kerjasama yang akan di garap oleh perusahaan. Seharusnya ini tugas Mbak Rosalinda tapi Erlan mana tega menyuruh ibu hamil besar itu untuk berdiri lama-lama.

"Sampai sini apa ada pertanyaan?" tanya Erlan ketika sudah menjelaskan semua desain dan beberapa pertimbangan alasan kenapa hal ini harus dilakukan.

"Saya kurang setuju, mengingat ini proyek yang cukup beresiko," ucap Pak Ruben. Dalam hati Erlan dia mengumpat, setahu Erlan Pak Ruben sangat mudah mengenai resort ataupun berbau wisata, dan sekarang laki-laki tua itu menolaknya, jangan bilang dia punya dendam kesumat sama Erlan.

"Apalagi resort itu akan di bangun di pinggir tebing. Saya akui view sangat bagus, bahkan mungkin wisatawan asing akan langsung terpikat hanya saja saya kurang setuju resiko pinggir tebing itu sangat tinggi. Keuntungan yang diberikan juga sangat dikit."

Erlan menatap datar Pak Ruben, tentang uang ternyata memang ya dasar mata duitan. "Pak Ruben, jadi kami sudah menghitung keakuratan ketelitian bersama arsitek yang memang pengalaman membangun di pinggir tebing di dalam negeri maupun luar negeri, jadi tak perlu khawatir tentang kekokohan bangunan dan untuk keselamatan kita bisa membangun suatu fitur atau ketentuan bersama."

"Untuk keuntungan, kita bisa menulis di surat kerjasama jika saham bisa naik jikalau keadaan juga mendukung. Atau mungkin ada saran lain? saya rasa dengan keuntungan sekian persen ini bisa cukup untuk perusahaan." Erlan menjawab dengan tenang walau dalam hatinya ingin memukul kepala Pak Ruben.

Semua orang kecuali Pak Ruben mengangguk setuju, Erlan menatap Pak Ruben yang masih menatapnya kurang suka. Erlan menghela nafasnya sudahlah Pak Ruben juga kalah suara kok.

Rapat kembali berlanjut dengan membahas lainnya. Sam kali ini yang menjelaskannya karena dia yang sudah bertugas dilapangan.

Di lain sisi Manda terbangun dari tidurnya, mimpinya sangat aneh dimana ia bermimpi ketika ia masih kecil, pikirannya menuju kejadian pada pagi hari tadi.

Manda sudah jarang bermimpi tentang masa kecilnya, terakhir adalah dirumah sakit, tapi ia tak yakin itu ingatannya yang hilang atau bunga tidurnya saja. Manda menatap kosong bantal di sampingnya.

"Kenapa hanya aku yang tidak bisa mengingat."

. . . . .

Manda terus berdiam diri dalam kamar, Bik Surti yang selalu naik turun kamarnya untuk mengantarkan makanan ataupun susu hamilnya. Bunda dan Papa lagi check up.

Manda berusaha terus membuka matanya, ia takut untuk tidur karena mimpinya terus berulang dan semakin membuatnya sakit hati. Wajah balita yang tak jelas di mimpinya membuat Manda bingung tapi hatinya selalu merasa sedih sangat sedih.

Erlan baru saja menelponnya menanyakan kenapa ia tak keluar kamar, Manda pingin menceritakan pada Erlan tapi Erlan sangat sibuk tadi saja ia terus dipanggil oleh seseorang terus menerus.

Manda menghela nafasnya, apa ini ingatan masa kecilnya? tapi kenapa ia tak bisa melihat jelas wajah mereka. Tapi Manda yakin mereka berdua adalah dirinya dan kembarannya, karena bocah kecil itu memanggil kembarannya dengan panggilan Made.