webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

28. Mas Erlan(18+)

Manda tertawa puas sambil menuruni tangga mendengar suara Erlan dari luar kamar yang masih terus menggerutu.

Manda menuju dapur melihat kuenya sudah diluar oven bahkan sudah di potong mungkin Bunda atau Bik Surti. Manda mengambil satu potong mencoba merasakan rasanya, enak.

Manda melihat masakan Bunda yang terdapat kepulan asap artinya masakan itu baru saja di panaskan. Manda mengambil nampan, piring dan gelas membuatkan makan untuk Erlan. Manda teringat kalau ia sudah memotong sayur kangkung karena tadi tumis kangkung habis di serbu jadi ia akan memasak lagi untuk Erlan.

Bude sepertinya belum pulang karena Manda masih mendengar suara tawa Bude dan Bunda di taman belakang.

.

.

.

.

Erlan berlari keluar, mengambil mobilnya dan menuju hutan. Hatinya sudah deg-degan mendengar Bunda dan Bude teriak sambil menangis di luar kamarnya.

Erlan mengejar mobil Papanya yang sedang mengikuti mobil orang lain. Erlan dengan mobil sportnya mengebut menyalip mobil Papanya dan berusaha menyalip mobil didepan Papanya.

Erlan membanting stir ke kiri menghalangi laju mobil itu, ia tak peduli pengguna jalan lainnya marah ia hanya peduli Manda dan anak-anaknya. Erlan keluar dari mobil mengarahkan pistol ke mobil itu, Papa Erlan menghalangi mobil untuk mundur dengan mobil Papa. "KELUAR LO!!"

Erlan berusaha membuka pintu mobil ia bahkan memenyokkan pintunya. Sampai semua orang di dalam mobil keluar. Erlan tersenyum sinis ketika wajah yang dulu membuat usaha orang tuanya hampir bangkrut ada di depan matanya saat ini.

"Waw semakin besar kamu semakin hebat ya Erlan." Erlan meludahi orang itu ia tak butuh pujiannya. "Kalem anak muda, hahahhah..."

Manda yang tangannya terikat di belakang tubuhnya di tarik paksa keluar oleh salah satu orang di dalam mobil. Manda menatap Erlan dengan air matanya yang terus keluar, ia benar-benar takut sekarang.

Suara tarikan pelatuk membuat mereka semua was-was. Dengan bersama Erlan mengarahkan pistol ke Alex dan Alex mengarahkan pistolnya ke Manda. "Bukankah menakjubkan Erlan. Kamu membunuh satu orang dan aku membunuh empat orang," ucap Alex pada Erlan.

DOR

"Manda!!!"

Erlan terbangun dari tidurnya, dadanya naik turun dengan kasar. Mimpi itu serasa nyata, Erlan keluar dari kasur ia harus mencari isterinya.

Ceklek..

Manda membuka pintu kamar mereka membuat Erlan langsung menerjang Manda membuat nampan berisi makan dan minum Erlan tumpah. Manda melotot mulutnya menganga tak percaya semua makanan dan minumannya tumpah di lantai untung saja dia mengambil gelas dan piring yang tidak mudah pecah.

"Kamu tuh kenapa sih?! Jatuh semua tu." Manda berusaha melepaskan pelukan Erlan sambil terus memarahi Erlan karena hal ini. Erlan gak peduli ia menulikan telinganya dan mengeratkan pelukannya. Ia benar-benar takut sekarang, ia takut sangat takut, ia sudah dua kali memimpikan Manda yang dalam bahaya disatu hari yang sama. Mentalnya tiba-tiba saja down merasakan dua mimpi itu.

Manda merasakan basah di bahunya. "Kamu nangis?" tanya Manda. Manda ingin melihat Erlan tapi posisi mereka yang seperti ini membuat Manda sulit melihat Erlan.

Manda menghela nafasnya ia mengelus punggung suaminya ini. Manda bingung kenapa Erlan jadi menangis masa gara-gara yang tadi sih, Erlan juga biasanya langsung ke kamar mandi.

Erlan mengangkat Manda tiba-tiba membuat Manda terpekik kaget dan langsung mengalungkan tangannya ke leher Erlan. Erlan mengangkat Manda seperti koala dan masih menenggelamkan wajahnya di bahu Manda. Erlan merebahkan tubuh mereka berdua saling menyamping menghadap satu sama lainnya.

Manda mengangkat kepala Erlan dari bahunya, wajah Erlan sudah merah mata dan pipinya sudah sembab. "Kenapa hm?" tanya Manda sambil menghapus air mata Erlan yang sempat menetes.

Erlan hanya diam dan hanya memandang Manda membuat Manda jadi keheranan. Manda yang tak mau menuntut Erlan berbicara lagi akhirnya memeluk Erlan dan menepuk punggung suaminya. Erlan menikmati tepukan Manda ia mengatur nafasnya seirama dengan tepukan Manda dan itu membuatnya lebih tenang. Erlan menaruh kepalanya di kepala Manda sambil menatap korden kamarnya.

Ia masih terbayang dua mimpinya, Manda yang terjun dari tebing dan Manda yang tertembak. Erlan benar-benar takut sekarang, ia tak tahu bagaimana rasanya ia ingin menghilang saja bersama Manda dan anak-anaknya.

Manda merasakan Erlan yang lebih tenang tapi suaminya hanya diam saja. Manda masih menepuk punggung Erlan ini adalah cara yang di ajarkan guru senam hamilnya tadi. Menepuk atau berhitung adalah salah satu cara jitu meredamkan emosi ataupun tekanan dalam diri kita.

"Man," panggil Erlan dengan posisi mereka yang masih sama. Manda yang mendengar panggilan Erlan sedikit merasa bagaimana gitu, karena Erlan selalu memanggilnya Yang, Sayang atau Bunda.

"Iya?" jawab Manda.

"Jangan pernah kemana-mana sendiri. Kemana pun." Manda mengangguk, mengiyakan dulu perkataan Erlan yang terkesan serius.

Erlan memegang wajah Manda menempelkan dahi mereka membuat mereka saling berpandangan. "Ingat ya Man, jangan pernah sendiri kemanapun kamu pergi, kalau di rumah kamu sendiri kamu langsung telefon aku." Manda mengangguk patuh siratan mata Erlan sangat serius membuatnya sedikit, takut.

Erlan mulai menciumi Manda, Manda sedikit kaget ketika ciuman Erlan sedikit lebih kasar dan tergesa-gesa. "Auw!!" teriak kesakitan Manda ketika Erlan menggigit sudut bibirnya, Erlan seperti orang tuli terus melanjutkan ciumannya bahkan ia mensesap darah di bibir Manda.

Manda berusaha mengimbangi ciuman Erlan tapi ia tak bisa, ia bukan ahli di bidang ini dan Erlan sebelumnya tak pernah kasar seperti ini. Dari ciuman ini Manda merasakan sebuah tekanan dan Manda tak suka itu. "Stop!"

Manda memegangi kepala Erlan menahan Erlan melanjutkan ciumannya. Wajah Erlan mengeras seperti orang yang menahan emosinya, Manda menatap mata Erlan yang seperti mata orang yang sedang depresi. "Jangan pakai emosi Mas," ucap lembut Manda.

Manda memulai ciuman itu lebih lembut semampunya. Menyalurkan rasa sayang yang berharap membuat Erlan lebih tenang. Erlan membalas lumatan Manda yang menghipnotis dirinya menjadi lebih tenang, ketakutannya dan segala emosinya meluap begitu saja.

Erlan membalas lumatan itu mengimbangi Manda yang masih kaku dalam hal ini. Erlan membalik tubuhnya menjadi di atas Manda. Kedua tangan Erlan menahan tubuhnya agar tidak menindih Manda.

Erlan menjadi pemimpin permainan kali ini. Manda hanya pasrah dan hanya bisa meremas rambut dan bahu Erlan. "Ahh.." desah Manda ketika Erlan mengisap bahunya kuat-kuat.

Tangan Erlan menjamah bagian tubuh bawah Manda membuat Manda menggigit bibirnya menahan sesuatu akibat tindakan Erlan. "Mass.. pintunya," ucap Manda. Ia tadi lupa mengunci pintu karena Erlan yang tadi tiba-tiba memeluknya.

Erlan menghentikan ciuman mereka lalu berjalan ke pintu dan mengunci pintu itu, Erlan juga mengecilkan suhu AC. Manda sedikit tersipu malu ketika Erlan memandangnya yang sudah keadaan berantakan akibat tangan Erlan.

Erlan mendekati Manda kembali kali ini ia mengangkat daster Manda mempertontonkan perut buncit istrinya ini. Erlan mengecupi tiga kali perut Manda di sisi yang berbeda seakan-akan dia menciumi satu-satu anaknya. "Bantu Ayah jaga Bunda dan kalian ya kembar, jangan tinggalin Ayah Bunda ya sayang," kata dalam batin Erlan untuk anak-anaknya.

"Ahh.." Manda mendesah ketika Erlan melakukan sesuatu di bawah sana. Manda memejamkan matanya erat-erat ia menutup mulutnya karena ia malu jika mengeluarkan kata itu.

Erlan terus melakukan hal dibawah sana ia membawa Manda ke permainan yang akan dia sukainya di siang hari ini. "Mari berjumpa baby."