Melawan Rasa Takut

Chalissa terbangun, saat sang surya bertukar peran dengan sang bulan. Cahaya bulan menerangi langkahnya yang keluar dari perpustakaan. Kampus terlihat sepi, hanya ada bunyi binatang malam yang sesekali saling bersahutan.

Chalissa berjalan di lorong kampus, sembil menoleh kiri kanan berharap ada orang lain atau pak satpam yang lewat.

Nyala lampu mulai berkedip kedip menambah aura horror kampus. Ia tidak takut hantu yang ia takut sekelebat fikiran negative tentang kejadian dulu mulai terbentuk di kepalanya. Sekuat tenaga Chalissa berlari menuju parkiran mobilnya. Akhir akhir ini ia mulai menggunakan mobil dikarenakan ia ingin belajar mandiri tidak merepotkan orang lain lagi selain itu karena sepedanya belum diperbaiki.

Setelah menyapa mamanya yang sedang menonton tv, Chalissa langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia bertekad untuk melawan traumanya. Dicarinya artikel-artikel bagaimana cara orang lain melawan rasa traumanya, mungkin ia bisa menirunya.

Waktu terus berlalu dari detik ke menit, menit ke jam Chalissa masih berkutik pada laptopnya membaca artikel dan mencatat poin-poin penting yang sekiranya yang akan ia lakukan ke depannya.

"Belum tidur?". Ucap mamanya sambil membawakan segelas susu coklat.

"Bentar lagi ma".

"Lagi ngapain sih?". Tanya mamanya yang melihat keseriusan putrinya, ia bahkan tidak menoleh sedikit pun untuk melihat wajah mamanya.

"Ini ma, Lissa mau lawan rasa takut Lissa. Lissa akan belajar berdamai dengan masa lalu biar kalian nggak khawatir lagi sama Lissa".

Risa tersenyum mendengar penuturan putrinya, akhirnya putrid semata wayangnya mau mencoba melawan rasa takut yang menghantuinya selama ini, semoga dengan ini akan mengembalikan Chalissa seperti dulu lagi.

"Kalau gitu mama tinggal ya, cayo!". Ucap mamanya memberi semangat. Ia tidak ingin mengganggu semangat dan konsentrasi anaknya.