webnovel

Chalissa

Devy_shandra98 · Teen
Not enough ratings
13 Chs

Belajar Untuk Tidak Takut

Weekend kali ini Chalissa habiskan di rumah Narendra untuk memperdalam ilmu bela dirinya. Selain aktivitas kampus Chalissa hanya belajar beberapa ilmu bela diri itu pun harus dari keluarganya bukan dari orang asing. Beruntung keluarganya mewajibkan setiap laki-laki untuk menguasai salah satu jenis bela diri.

Waktu luang kebanyakan Chalissa habiskan untuk bersama saudara saudaranya semuanya laki-laki. Kadang mereka berenang, berkuda dan memanah bersama, untuk latihan bela diri, Chalissa melakukannya diwaktu luang setelah selesai kuliah kecuali untuk seni bela diri Wing chun.

Selesai berenang, Chalissa memandang air kolam dengan tatapan kosong, kadang ia merasa jenuh dengan rutinitasnya yang tidak pernah berubah. Hanya berada di lingkup keluarganya, tapi ia terlalu takut untuk keluar, kejadian kejadian itu masih menghantui pikirannya. Ia kalah dengan rasa takutnya.

"Hai". Ucap seseorang dari arah belakang menepuk pundaknya. Mendengar itu suara yang asing Chalissa reflek mengambil tangan orang itu dan membanting tubuhnya hingga jatuh ke dalam kolam.

Melihat orang yang dibanting tak juga mencuat kepermukaan, membuat Chalissa menjadi panik. Tanpa berpikir panjang Chalissa melombat kedalam kolam mencari keberadaan orang yang dibantingnya. Setelah menemukannya, ia membawanya ke tepi kolam.

"Aduh, harus gimana?.". Ucap Chalissa panik. Chalissa mencoba meraba nadi radialis yang ada ditangan orang itu. Masih terasa walaupun lemah. Ia kemudian beralih ke napas. "Mampus nggak ada napas". Chalissa semakin panik. "Rendra kemana sih?". Ucapnya menggigit jari telunjuknya.

"Mikir Chalissa, mikir". Ucapnya pada diri sendiri.

Ia kemudian teringat dengan apa yang Tarra ajarkan kepadanya mengenai bantuan hidup dasar tanpa menggunakan alat. "Ah, RJP". Ucap Chalissa. Melihat korbannya adalah laki-laki Chalissa ragu. Menggelengkan kepala dan menyakinkan dirinya Chalissa mulai membuka jalur napas dan melakukan pijatan pada dada orang itu sebanyak tiga puluh kali, setelah itu ia menutup hidup orang itu dan memberikan napas buatan. Setelah tiga kali memberikan napas buatan, orang itu terbatuk menandakan bahwa ia telah sadar. Chalissa segera membantu orang itu membalik badannya dengan posisi miring agar mempermudah air keluar dari mulutnya.

Orang itu kemudian mencoba untuk duduk, wajahnya masih terlihat pucat.

"Chalissa". Teriak Narendra kemudian langsung berlari ke arah sepupunya itu. Memeluknya kemudian menangkup wajah Chalissa dengan kedua tangannya. "Lo nggak papa kan?". Tanya Narendra khawatir.

Sementara orang yang ada disebelahnya terheran, bukannya yang seharusnya dikhawatirkan Narendra adalah dia yang sebagai korban, bukan wanita yang ada dihadapannya itu. Apakah Narendra buta, jelas-jelas dia disini sebagai korban, tapi Narendra malah menghawatirkan orang yang sehat santosa.

"Ren, yang lagi kena musibah itu gua bukan cewek ini". Ucap Oris. Ya namanya Oris orang yang ditolong oleh Chalissa.

"Diam lo!". Bentak Narendra. Orang yang mendapatkan bentakan dari Narendra hanaya mampu terdiam dengan penuh tanya. Apa Naredra gila, seharusnya yang ditanya itu dia bukan cewek itu, cewek itu baik baik saja. Heloo Narendra kayaknya lo salah makan deh.

"Lo baik baik aja kan, lo nggak luka sedikit pun?". Tanya Narendra. Ia kemudian menuntun Chalissa menuju kursi panjang yang ada disana tanpa mempedulikan Oris. Oris mengikuti Narendra dari belakang.

Setelah mendudukkan Chalissa Narendra menyambar botol minum yang ada disampingnya dan menyodorkannya pada Chalissa. Chalissa menerimanya dengan wajah bingung.

Oris memperhatikan apa yang dilakukan Narendra. Menurutnya Narendra terlalu berlebihan. Ia jadi penasaran terhadap cewek itu sampai-sampai Narendra memperlakukannya bagaikan berlian yang bisa saja pecah.

Setelah memperhatikan Chalissa baik-baik saja Narendra menjadi lebih tenang dari sebelumnya. "Lo ganti baju nggih, ntar sakit". Ucap Narendra lembut yang dianggukan Chalissa.

"Dia siapa?". Tanya Oris setelah kepergian Chalissa.

"Sepupu gua". Jawab Narendra.

"Kok lo kayak takut banget dia kenapa-napa?". Tanya Oris lagi.

"Iyalah gimana gua nggak takut, liat dia kayak gitu disamping lo lagi". Jawab Rendra.

"Kayak gua bakalan makan dia aja". Ucap Oris heran dengan sikap Narendra yang seperti ini. ini pertama kali ia melihat Rendra yang sebegitu paniknya. "Dia yang nolong gua". Lanjut Oris sontan membuat Narendra melihat ke arahnya.

"Apa lo bilang?". Memastikan apa yang didengarnya.

"Nggak usah mendadak budek deh lo". Ucap Oris acuh tak acuh.

Melihat wajah Narendra yang terkejut terlihat konyol Oris melanjutkan ucapannya. "Dia yang nolongin gua".

"Maksud lo?". Tanya Narendra tidak sabaran. Ada apa dengan sahabatnya ini, untuk pertama kalinya ia melihat orang setenang Narendra menjadi tak sabaran seperti sekarang ini.

Oris kemudian menceritakan kejadian yang sebenarnya bagaimana ia bisa ditolong oleh sepupu Narendra itu.

Narendra tersenyum bahagia membuat Oris bergidik ngeri. "Lo nggak sakit, masih waras kan?". Tanya Oris dengan hati-hati.

"Gua masih waras keles". Ucap Narendra menjitak kepala Oris.

Oris mengaduh kesakitan mengelus kepalanya tanpa membalas perlakuan Narendra.

"Lo ganti baju, ntar gua certain". Ucap Narendra membaca ketidak mengertian Oris. Oris hanya manut kemudian melangkah menuju kamar Naredra.

Saat menuju kamar, Oris melihat sepupu Narendra sedang menonton tv sambil mengunyak kripik kentang.

"Terima kasih". Ucap Narendra tulus.

"Buat apa?". Tanya Oris. Pasalnya ia tidak melakukan apa apa untuk Narendra. Mengapa Narendra berterimakasih padanya.

"Karena lo nggak buat Chalissa takut".

"Oh jadi nama cewek itu Chalissa". Batin Oris.

Narendra kemudian menceritakan masa lalu Chalissa hingga trauma yang dialami Chalissa. "Sepertinya lo orang ketiga yang nggak buat Chalissa takut". Lanjut Narendra diakhir ceritanya.

"Semoga saja". Ucap Oris tidak terlalu yakin dengan ucapan Narendra setelah mendengar cerita Naredra.

"Lo nginap di rumah gua ya?". Ucap Narendra.

"Ngapain gua nginep, rumah kita masih satu komplek". Ucap Oris heran. Biasanya jika ia menginap di rumah Narendra itu bersama dengan teman yang lain. Itu pun kalau ada kegiatan yang mengharuskannya menginap.

"Gua mau buktiin kalau Chalissa nggak takut sama lo. Mungkin saja dengan begitu Chalissa nggak lagi takut sama orang lain".

"Bolehlah"