webnovel

Hutan Bambu

Malam ini gw sudah ada janji dengan Rio. Gw juga belom sempat bertanya mau di anter kemana tuh si item malam malem

Setelah pulang dari warung pengkolan milik Teh Yuyun, gw memang langsung pulang kerumah. Ibu sempat memarahi gw soal kejadian gw sama Rio yang tertidur di kelas tadi pagi.

Tante Septi yang menceritakan hal itu pada ibu lewat telpon. Untung saja, ibu tidak berniat memberitahu ayah setelah gw berjanji untuk tidak akan tidur lagi di kelas.

Tadi saat ibu ke warung, gw sempat WA Rio untuk menunggu gw di dekat hutan bambu dekat rumah gw.

Nada dering tanda sebuah pesan WA masuk terdengar dari hp gw.

"Gw tunggu 5 menit di depan hutan bambu. jangan pake lama. gw takut" Gw tersenyum membaca pesan WA dari Rio. Badan doank item, sama setan aja takut. Kata gw dalam hati.

"Bu, Imam keluar sebantar sama Rio" Kata gw stengah berteriak.

"Jangan malam2 pulangnya" terdengar sahutan suara ibu dari dalam dapur.

Gw langsung berlari menuju tempat Rio menunggu. Di sana, di depan hutan bambu gw lihat Rio sedang asyik bermain hp.

Gw sengaja berjalan mengendap-endap ke arahnya. Dan, DARRR... Gw mengagetkan Rio.. Dia melompat hampir jatuh dari atas motor matic berwarna pink milik kakak perempuannya.

Semua isi kebun binatang langsung keluar dari mulutnya. Setelah agak tenang, gw pun mengajaknya untuk lekas pergi. Masih dengan mulut yang terus mengumpat, Rio mulai menjalankan motornya.

"Koq malah masuk hutan bambu, io. Emang mo kemana kita?" Tanya gw penasaran.

"Lu anter gw kerumah temen SD gw si Nunu, ambil undangan Reunian akbar angkatan gw, Mam" Balas Rio sambil terus fokus memandang ke arah jalan.

Setahu gw Nunu itu rumahnya memang ada di ujung kampung, tapi sebenarnya masih bisa cari jalan lain selain harus melewati hutan bambu yang tak tahu mengapa berkesan lain buat gw pribadi.

Karena malas berdebat dengan Rio hanya karena jalan, gw pun duduk berboncengan dengannya. Sesekali gw lihat layar HP, sekedar untuk menghilangkan rasa bosan.

Tiba tiba, motor matic yang kami kendarai berjalan tersendat sendat lalu mati, persis di tengah-tengah hutan bambu.

"Motor kakak lu ga ada bensinnya, men?" Tanya gw sambil turun dari motornya Rio.

Sesekali pandangan gw berkeliling menjelajahi area hutan bambu yang gelap. Di dalam hutan bambu ini memang sama sekali tak ada penerangan.

Pernah beberapa bulan yang lalu, saat ketua RW baru di lingkungan gw terpilih, salah satu programnya adalah membuat penerangan jalan termasuk di dalam hutan bambu ini. Tapi entah kenapa, baru semalam lampu di pasang esok harinya lampu itu langsung putus.

Beberapa kali, pak RW mengganti bohlamnya dari yg harganya murah hingga yg paling mahal, akan tetapi hasilnya tetap sama.

Rio yang nampak berkeringat karena mencoba menghidupkan motornya dengan cara di sela, mulai menggaruk garuk kepalanya.

"Bensin penuh, aki bagus, tapi kenapa ga mau hidup juga ya?" Tanya Rio entah pada siapa.

Gw yang sedang asyik main game di hp Cuma mengangguk.

"Eh, setan!! Bantuin kek lu. Malah asik maen game" Gw yg melihat Rio mulai jengkel langsung keluar dari aplikasi game.

Saat gw mencoba membantunya mendorong motor, tiba tiba sebuah gelombang angin besar menerpa kami berdua.

Sesaat pandangan kami tertutup debu dan daun daun bambu kering yang beterbangan. Gw bahkan menutup hidung dengan kaos yang gw kenakan..

"Angin darimana sih?" Tanya Rio heran. Gw menaikkan bahu sambil menggelengkan kepala.

Setelah udara kembali bebas dari debu dan daun daun bambu kering yang beterbangan, kami melanjutkan mendorong motor Rio yang mati.

Gw yang mendorong dari arah belakang, merasakan motor Rio bertambah berat. Rio sepertinya merasakan hal yg sama. Dia memandang gw dengan pandangan layaknya orang yang sedang kebingungan.

Keringat mulai mengucur dari dahi gw. Rio pun sama, kulit wajahnya yang berminyak nampak mengkilap dibasahi keringat.

"Kita istirahat dulu, men" Kata gw yg sudah mulai lelah.

Rio mengangguk tanda setuju.. Lalu dia menstandarkan motornya.

"Ini ga beres, io" Kata gw sambil duduk di atas jok dengan kaki yang masih berpijak di tanah.

Entah kenapa perasaan gw mulai ga enak. Rio sudah duduk selonjoran di atas tumpukan daun2 bambu yang ia jadikan alas.

Saat kami sedang mencoba mengatur nafas kami yang memburu, mendadak sebuah bayangan hitam terbang dengan cepat melintas di atas kami.

Rio langsung melompat dan buru-buru mencoba menghidupkan motor matic berwarna pink milik kakak perempuannya itu.

Tapi hasilnya tetap sama, motor sialan tersebut tak juga hidup. Ada guratan rasa takut yang terpancar dari wajah Rio saat dia memandang gw.

Gw yang juga sempat melihat sekilas kejadian tadi langsung berdiri dan kembali mencoba mendorong motor kakaknya Rio.

Gw sengaja menyembunyikan rasa takut dan berusaha tenang untuk terus mendorong. Namun yang gw rasakan berat motor itu semakin bertambah berpuluh kali lipat.

Serasa mendorong sebuah Truk rasanya. Sepertinya Rio yg menuntun motornya di depan juga merasakan keanehan ini.

Tak satupun dari kami berdua yang mengeluarkan suara. Bagi kami saat itu, sebuah tindakan akan jauh lebih berguna di banding mengeluarkan kata kata.

Tiba tiba, telinga gw menangkap seperti suara benda jatuh di dekat gw. Gw berhenti mendorong motor Rio. Pandangan gw menyisir tiap meter tanah di sekeliling gw. Dalam hati gw penasaran, suara benda apa yang tadi jatuh yah.

"Mam, itu apa di dekat kaki lu" Kata Rio sedikit membuat gw terkejut.

Gw lantas mengambil benda yang memang berada persis di depan kaki kanan gw. Sebuah pistol mainan anak anak.

"Apaan, mam?" Tanya Rio.

Gw tak langsung menjawab tapi malah menghampiri Rio.

"Pistol mainan men" Kata gw sambil menunjukkan benda tersebut.

"Udah bantuin dorong motor gw lagi, cepet.. Parno gw lama lama di sini" Jawab Rio lalu mulai menuntun motornya kembali.

"Aneh banget dah, sekarang motor gw berasa enteng lagi men" Ujarnya.

Gw masukkan mainan tersebut ke dalam kantung jaket dan mencoba menggantikan posisi Rio.

"Biar gw yg coba nyalain" Kata gw.

Rio mundur beberapa langkah ke belakang, Gw tekan tombol starter beberapa kali, namun motor itu tak juga hidup.

Rio sempat mencibir. Tapi saat gw menyela motor nya dan hidup, rio langsung mengacungkan kedua jempol tangannya ke depan.

"Alhamdulillah, idup juga nih motor sialan" Rio tak membalas ejekan gw pada motornya.

Dia langsung nangkring duduk di atas motor kakaknya itu.

"Ga sia sia gw punya temen anak motor" Ucapnya setengah berseloroh.

"Gw anak emak bapak gw, kambing" Jawab gw sambil menoyor kepala Rio dari belakang.

Mereka pun mulai kembali melaju meninggalkan hutan bambu. Tanpa mereka berdua sadari, sepasang mata berwarna merah terlihat sedari tadi memperhatikan dari balik rimbunnya daun daun bambu.

Mimpi..

BRUGG..

Gw rebahkan badan gw di atas kasur..

Lelah sekali rasanya..

Pandangan mata gw menerawang langit langit kamar.. Cukup membuat merinding juga insiden motor yang mati di dalam hutan bambu tadi.

Gw dan Rio sempat panik. Pistol Mainan yang tadi gw temukan juga masih ada dalam kantung jaket. Gw ambil mainan itu kemudian duduk bersila di atas kasur.

Gw ambil remote AC, karena hawa kamar gw terasa sedikit panas. Gw juga ambil bantal dan meletakkannya di atas betis. Kedua tangan gw tertumpu di atas bantal.

"Kaya nya gw pernah liet nih pistol, tapi dimana yah?" Tanya gw pada diri sendiri.. Sedikit debu yang masih menempel di benda itu gw seka..

Kembali gw mencoba mengingat ingat dimana gerangan gw pernah lihat mainan yang masih gw pegang itu. Tapi sia-sia, gw benar-benar tidak ingat. Karena masih lelah dan jam dinding di kamar gw sudah menunjukkan jam 10.30 malam, gw pun memutuskan untuk segera tidur.

Pistol mainan gw letakkan di atas meja belajar. Mata gw mulai terpejam. Gw coba untuk serileks mungkin agar dapat tertidur lebih cepat. Tiba tiba, telinga gw menangkap suara benda jatuh. Gw kembali bangun dan melihat pistol mainan yg semula ada di atas meja belajar gw, kini sudah tergeletak di lantai.

Gw melihat di sekeliling kamar, mungkin ada sesuatu yang menjatuhkan mainan tersebut, namun gw tidak menemukan apapun yang bisa gw jadikan tersangka.

"Aah, sudah lah".. Kata gw sambil kembali merebahkan diri. Rasa kantuk membuat otak gw malas untuk berfikir yang tidak-tidak.

"Imam.. Bangunlah.." Gw mendengar sebuah suara lembut terngiang beberapa kali di telinga.

Gw membuka mata perlahan dan melihat pemandangan yang sangat aneh.

Gw menemukan diri gw sudah tidak ada lagi di dalam kamar, melainkan berada di dalam sebuah bangunan megah. Bahkan pakaian gw yang sebelumnya hanya kaus lengan pendek dan celana jeans pendek pun sudah berganti.

Pakaian gw berubah menjadi seperti pakaian kerajaan tempo dulu. Gw memakai sebuah kain hitam yang berbentuk seperti rompi dengan banyak bordiran benang emas.

Celana panjang hitam yang kini gw kenakan setengahnya tertutup oleh kain batik yang juga berwarna keemasan. Di kepala gw pun tersemat sebuah mahkota kecil yang bertabur batu batu mulia.

"Selamat datang, Imam.." Tiba-tiba sebuah suara seorang wanita dari arah belakang mengejutkan gw yang masih terheran-heran dengan kejadian ini.

Nampak seorang wanita yang sangat cantik sedang berdiri dan tersenyum ke gw. Penampilannya sangat anggun layaknya pakaian seorang puteri kerajaan lengkap dengan mahkota yang hampir sama dengan yang gw kenakan, hanya sedikit lebih besar dan bertabur lebih banyak batu mulia.

"Siapa kamu, kenapa saya bisa berada di sini?" Tanya gw yang masih tidak mengerti dengan apa yang sedang berlaku.

"Silakan duduk, nanti aku akan jelaskan semua yang ingin kamu ketahui".

Gw pun menuruti perintahnya dan duduk di sebuah kursi kayu berwarna keemasan dengan ukiran yang sangat indah.. Sementara wanita itu juga duduk di kursi yang sama persis yang ada di depan gw.

Posisi kami saat ini berhadapan.

"Perkenalkan, namaku Sekar Kencana. Kau saat ini sedang berada di kerajaan kecil ku Imam.." Ucapnya dengan suara lembut.

"Kerajaan kecil, bagaimana bisa.. Aku tadi masih tertidur di dalam kamar kenapa bisa sampai disini.. Ini pasti cuma mimpi.." Jawab gw berusaha menolak penjelasan darinya.

Wanita cantik yang mengaku bernama Sekar Kencana tersenyum kembali mendengar penolakan gw.

"Aku meminjam sukma mu sebentar, saat ini kau memang masih tertidur, hanya saja sukmamu sedang tidak berada di dalam raga.." Terangnya lagi.

Gw mengerutkan dahi. Benar-benar tidak mengerti akan penjelasannya.

"Semua bisa kulakukan dengan kesaktian yang aku miliki.." Tambah wanita itu.

"Lalu, apa hubungannya dengan ku, hingga kau membawa ku kesini?" Tanya gw penasaran.

Wanita tersebut tak menjawab malah mengeluarkan sesuatu yang berbentuk seperti cermin bulat yang bergagang emas. Benda itu penuh ukiran indah yang mengelilingi pinggirnya. Ada beberapa batu akik berwarna merah dan biru tersemat di sisi kanan dan kiri benda tersebut.

"Akan ku tunjukkan alasannya kenapa aku membawa mu kesini.." Ucapnya sambil berpindah tempat dan duduk di samping gw.

DEGG.. Jantung gw berdetak lebih cepat ketika melihat belahan buah dada wanita itu terlihat jelas.

Sekar Kencana tersenyum genit dan seperti sengaja merapatkan tubuhnya ke dekat gw..

Darah gw juga ikut berdesir merasakan benda empuk menempel di samping lengan kanan gw.

Dengan cepat gw menutupi pangkal paha gw yang perlahan lahan meninggi dengan kedua tangan.

"Perhatikan cermin ini, jangan perhatikan yang lain dulu.." ucapan Sekar membuat wajah gw bersemu.

Gw mulai perhatikan cermin yang di pegang nya sengaja ia acungkan ke hadapan kami. Mulut Sekar terlihat seperti sedang merapalkan sesuatu.

Perlahan, cermin yang awalnya memantulkan bayangan gw dan Sekar mulai memudar dan berganti dengan gambar yang lain.

Gw melihat gambar seorang pemuda yang wajahnya sangat mirip dengan gw sedang memadu kasih dengan seorang gadis mirip Sekar.

"Itu adalah suamiku Raden Jagat Tirta dan aku.. Kami saling mencintai satu sama lain, hingga seorang perempuan yang telah bersekutu dengan Jin jahat mengahancurkan cinta kami.." Ucap Sekar Kencana dengan suara bergetar.

Gw sempat menoleh ke arahnya. Jelas sekali raut kesedihan tampak di wajah Sekar.

Kembali gw perhatikan lagi cermin yang kini sudah menampilkan gambar seorang wanita lain berpakian hampir sama dengan Sekar. Wanita yang juga tak kalah cantik tersebut sedang bersama sesosok mahluk berwajah mengerikan dengan sepotong tubuh berupa tubuh ular. Di kepala mahluk itu terlihat ada sebuah mahkota berbentuk kepala naga.

"Perempuan laknat itu lah yang membunuhku dan jabang bayi dalam kandunganku dengan ilmu hitam hingga menyebabkan suami ku menjadi gila karena kehilangan kami dan akhirnya membunuh dirinya sendiri.."

Kali ini sorot mata Sekar menatap penuh dendam. Gw mulai sedkit mengerti jalan cerita kehidupan Sekar akan tetapi begitu gambar selanjutnya yang menampilkan sosok gw saat masih kecil yang sedang di gendong oleh mahluk menyeramkan, pemahaman gw kembali menemui jalan buntu.

"Itu adalah sosok diriku saat mengambil mu dari ibu mu beberapa belas tahun yang lalu.." Kata Sekar sambil memandang gw yang nampak terkejut.

Sekar kembali menyimpan cermin miliknya di balik selendang yang terikat di pinggangnya. Sesaat dia menghembuskan nafas panjang lalu kembali duduk di kursi nya yang semula.

"Kenapa kau harus menculikku saat masih kecil?" Tanya gw penasaran. Ada sekelumit rasa tidak suka di batin gw atas tindakannya dahulu.

"Aku bukan lah Sekar yang dulu saat masih mejadi puteri kerajaan, Imam.. Aku yang sekarang adalah mahluk golongan Jin yang biasa kalian panggil dengan sebutan Kolong Wewe atau Wewe Gombel.. Kalian, para manusia yang membuat citra buruk atas namaku".

"Aku tidak pernah menculik anak kecil untuk ku makan atau untuk ku bunuh. Aku hanya mengambil anak yang memang sedang merajuk dan berusaha menghiburnya, setelah sedihnya hilang anak itu pun aku kembalikan lagi ke orang tuanya. Mungkin terdengar jahat bagi manusia, karena aku membawa anaknya tanpa izin. Itu semua aku lakukan karena kesedihanku yang harus kehilangan jabang bayiku dahulu. Sama seperti saat aku mengambil mu yang pada masa itu juga sedang merajuk. Hanya saja saat aku menyentuh mu, bayangan suamiku kembali muncul di benakku. Karena itulah aku kembali menemui mu saat kau sudah memasuki usia akil baligh dan membawa mu sekarang ke kerajaan ku.." Gw kembali terkejut mendengar penuturan panjang Sekar.

"Jadi kau berniat untuk menahanku di sini selamanya?" Tanya gw dengan pandangan tajam.

"Jika kamu bersedia, maka aku akan mewujudkannya.. Kita lanjutkan kisah kasih kita yang sempat kandas di masa lalu, Kang Mas.." Kata Sekar sambil mendekati gw lalu dengan erat memeluk gw secara tiba-tiba.

Gw hanya bisa tertegun dalam pelukannya.

Entah apa yg merasuki fikiran gw. Dengan perlahan, gw balas pelukan Sekar jauh lebih erat lalu memegang dagunya.

Wajah kami hanya berjarak beberapa senti. Dengan jelas gw bisa lihat betapa cantiknya wanita yang saat ini ada di hadapan gw. Birahi gw mulai terpancing, dengan lembut gw kecup bibir Sekar lalu turun ke lehernya yg jenjang.

Sekar terdengar mendesah. Suaranya semakin menyulut api birahi gw. Tiba-tiba, sesuatu menarik tubuh gw dengan kuat hingga membuat gw terjungkal kebelakang.