webnovel

Cleaning Servis

Setelah hampir 2 jam gw dan Rio bersenda gurau dengan guru BP di ruangannya, kami pun di perbolehkan kembali ke kelas.

Itu hanya khayalan gw aja. Kenyataannya, Tidak semudah itu kami bisa bernafas lega, tugas lain siap menanti gw dan Rio.

Guru BP memerintah kami untuk membersihkan semua koridor sekolah. Awalnya malah gw dan Rio harus membersihkan pula koridor semua area gedung, artinya kami harus bersih bersih dari gedung SD tempat Ayu belajar, gedung SMP dan juga tentunya gedung sekolah gw sendiri.

Tapi dengan proses tawar menawar yang alot dengan guru BP, akhir nya dia menyetujui bahwa tugas lain kami hari itu cukup membersihkan koridor gedung SMU di tambah mencuci motor butut milik nya selama seminggu.

Sebelum kami memulai PJB alias Praktek Jadi Babu, gw menyempatkan diri untuk menemui Ayu yang memang saat itu sedang istirahat.

Cukup sulit menemukan sosok adik gw itu diantara ratusan siswa berseragam putih merah. Dengan beberapa kali bertanya ke teman kelasnya, akhirnya gw bisa melihat Ayu yg sedang asyik membaca buku sambil menjilati eskrim nya di pojok kantin.

"Yu, nanti pulang bareng sama tmen kamu Tantri yah. Abang ga bisa bareng, mau ada acara selesai sekolah."

Ayu menghentikan kegiatan membacanya. Masih dengan menjilati eskrim di pegangannya, sesekali Ayu menatap gw dengan tatapan menyelidik.

"Abang ada acara, apa ada hukuman?" Tanyanya singkat.

Gw sempat salah tingkah mendengar pertanyaan yg langsung to the point dari Ayu.

Udah, pokonya abang ga bisa bareng sama kamu.. Kata gw sambil ngeloyor pergi.

Di perjalanan sepulang menemui Ayu, gw berpapasan dengan Joni dan Mail. Keduanya langsung memberondong gw dengan banyak pertanyaan. Jawaban gw Cuma satu, leave me alone.

Iya lah, karena gw harus mengejar waktu agar bisa langsung menjalankan tugas bersama Rio. Jika meladeni pertanyaan bedebah2 itu, maka waktu gw bakal terbuang percuma.

Dan gw sama Rio otomatis bakal bisa sampai malam untuk menyelesaikan hukuman kami.

Dan mulailah gw bersama Rio mempersiapkan peralatan perang kami. Gw membawa kain pel dan ember lengkap dengan pembersih lantainya. Sementara Rio bersenjatakan sapu dan tempat sampah.

Gw membuka baju putih gw dan mengikatkannya di pinggang. Masih untung gw selalu memakai kaus singlet sebagai dalaman. Berbeda dengan Rio, sepupu gw yg tingkat kepedeannya hampir di ambang batas, hari itu dia memang tidak memakai kaus dalam atau singlet. Alhasil dengan PD nya dia melakukan hal yg sama dengan gw. Bedanya, klo badan gw masih tertutup singlet nah klo Rio menjadi setengah tanpa busana alias bertelanjang dada.

"Lu yakin mo bersih2 koridor kg pake baju, io?" Tanya gw memastikan.

"Emang kenapa Mam, lu napsu ama gw?"

"Kambing lu!" kata gw sambil melemparnya dengan ember.

Rio menangkis ember yang gw lempar dengan tendangannya lalu tertawa terbahak bahak. Gw males ladenin orang sinting macam dia. Kemudian kami berjalan menuju koridor 1.

FYI, di gedung SMU gw ada 3 koridor. Koridor 1 ada di lantai bawah, koridor 2 dan 3 ada di atasnya.

Gw sama Rio sepakat bahwa kami tidak membagi tugas, maksudnya kami akan bersihkan tiap koridor bersamaan. Di koridor satu terdapat kelas 11.1 sampai 11.8, ruang kepala sekolah, ruang guru dan ruang BP serta 4 ruang toilet siswa.

Gw dan Rio pun mulai membersihkan tiap sudut koridor dengan sedikit cepat. Mumpung semua siswa masih belajar dalam kelas. Jadi ga malu malu amat pikir gw dalam hati.

Beberapa siswa yg kemungkinan izin untuk ke toilet memandang kami dengan tatapan meledek.

"Eh, monyet! Bisa ga lu jalan ga usah injek lantai, abis gw pel tuh" Bentak Rio ke arah 2 orang siswa laki laki yg ada di depannya.

Siswa yg di bentak langsung pucat. Lalu dengan hanya mengenakan kaus kaki dan menenteng sepatu, mereka jalan berjinjit melewati kami. Seorang di antara nya berkali kali meminta maaf. Gw yang mendengarnya Cuma tertawa.

"Jangan kan ade kelas, jin aja klo di bentak lu yang lagi telanjang trus tolak pinggang begitu bakal kabur men"

Perawakan Rio memang tinggi besar. Tinggi nya hampir 175 cm, berbeda 5 cm dari gw yg hanya 170.. Dengan kulit hitam, rambut cepak militer dan otot otot yang menyembul keluar hasil latihan angkat bebannya semakin menambah seram penampilan sepupu gw itu.

"Eh, Mam.. lu tau ga Viny anak kelas 11. 3 kelasnya Rendi sama Mail?" Tanya Rio.

Gw menggeleng kan kepala karena memang tidak mengenal siswi yg di maksudnya.

"Ah, Lu payah bgt dah.. Tuh cwe demen banget ama lu men.. Cakep dah, kulit putih mulus, body meliuk kaya gitar spanyol, rambut panjang, hidung mancung pokonya gw klo jadi lu pasti langsung demen juga klo udh liet orangnya" Katanya menjelaskan dengan penuh penghayatan.

"Emang lu udh pernah liet langsung tuh cwe?" Kali ini gw balik bertanya.

Rio diam sesaat lalu menjawab belom.

Gw ambil ember yang berisi air sisa pel dan mengambil ancang ancang untuk menyiramnya.

Rio lari untuk menghindar tapi tiba tiba pintu ruang kelas 11.3 terbuka dari dalam dan...BUGG!!!

Rio terjungkal kebelakang setelah menabrak pintu yang barusan terbuka. Dua orang siswi yg membuka pintu terkejut melihat nya.

Gw juga langsung berlari untuk menolong sepupu gw itu.. Beberapa orang siswa yg ada di kelas 11.3 berhamburan keluar kelas untuk melihat apa yg sedang terjadi.

"Mam, kenapa si Rio?" Tanya Mail.

Gw yg sudah memegangi tubuh Rio belum sempat menjawab karena sedikit panik melihat hidung sepupu gw itu mengeluarkan darah.

"Dia nabrak pintu yg barusan aku buka" Kata seorang gadis berkacamata dengan wajah khawatir.

Sementara temannya yg ada di belakang hanya terdiam ketakutan..

"Mail, bantuin gw bawa nih kebo ke UKS.. Dia pingsan kayanya" Pinta gw ke Mail.

Mail dan beberapa orang siswa teman sekelasnya langsung membantu gw mengangkat Rio.

"Busyett.. Nih orang badannya berat banget, kebanyakan dosa kali yah" Celetuk salah seorang temannya Mail yg ikut membopong Rio.

"Lu jangan ngomong, kalo ga mau bantuin pergi aja sana" Bentak gw yg memang ga suka klo ada yang bercanda di saat seperti ini.

Siswa tadi meminta maaf dan terus membantu kami mengantar kan jasad eh mengangkat badan Rio ke UKS..

Sekitar 15 Menit, Rio pun siuman. Gw yang masih setia menemaninya di UKS sedikit lega.

"Nama lengkap lu siapa?" Kata gw.

"Rio Mahendra"

"Nama bokap lu?" Tanya gw lagi..

"Mahendra" Jawab Rio dengan wajah mulai heran.. "Satu lagi, nama pembantu komplek sebelah rumah lu yang sempet lu intip waktu mandi siapa?" Tanya gw terakhir kali..

"Mpok Hindun" Jawab Rio dengan lugas.

"Alhamdulillah, berarti kepala lu sehat ga jadi geger otak men" Kata gw sambil bernafas dengan lega.

Dua orang siswi yang sedang piket menjadi petugas UKS tertawa kecil mendengar pertanyaan konyol gw.. sebagai saudara sepupu, keselamatan Rio adalah tanggung jawab gw. Gw harus memastikan otaknya sehat selepas insiden menabrak pintu beberapa saat yg lalu. Makanya gw beri Rio 3 pertanyaan tadi.

"Hidung gw sakit banget Mam" Ucap Rio seraya mengusap-usap hidungnya yg masih di sumpal kapas.

"Lu sih, segala pintu lu cium.. Emang masih kurang baik semalem?"

Belom sempet Rio melempar gw dengan sepatunya, tiba2 pintu ruang UKS terbuka. Ternyata dua orang siswi yang menyebabkan Rio harus berciuman dengan pintu yg datang menemui kami..

Gw dan Rio saling pandang. Lalu, siswi yang berkacamata yg merupakan pelaku utama terbukanya pintu itu mengulurkan tangannya ke arah Rio.

"Maafin gw yah.. Gw ga tau ada lu di belakang pintu" Kata nya sambil tertunduk.

Gw menaikkan dagu agar Rio menerima uluran tangan siswi tersebut.. Sepertinya Rio tidak faham dengan kode gw.. Gw jadi garuk2 kepala sendiri.

"Ohh, jadi pintu yg gw tabrak tadi itu lu yg buka ya?" Tanya Rio dengan polos. Nih anak emng oon, jelas jelas tuh cwe tadi udh bilang sendiri.

"Iya, kita berdua kebelet pipis jadi agak buru burubuka pintunya" Kata siswi yg satunya lagi..

Wajahnya cantik, putih bersih meski sepertinya bukan warga keturunan chinese (No Sara), hidungnya yg mancung dan rambut panjangnya yg hitam terurai semakin menambah kecantikannya.

"Ohh, pantes gw sampe bisa nabrak tuh pintu" Kali ini Rio sedikit menaikkan nada suaranya dan berganti menaikkan dagunya ke arah cwe yang barusan bicara..

Kedua mata Rio terlihat berkedip ke gw. Gw yang kali ini berbalik ga faham kode darinya Cuma bisa kembali meng'Ohh kan ucapan Rio.

"Jadi gimana, kita udh di maafin kan?" Ucap si cwe berkacamata.

Rio mengangguk dengan disertai senyuman yg sumpah bikin gw merinding ngelietnya.

"Ya udah, kita balik ke kelas dlu yah" Kata si cwe berkacamata lagi, kali ini sambil menggandeng lengan temannya, lalu pergi meninggalkan ruang UKS.

"Imam, lu tuh tolol apa bego sih!!!" Tiba tiba Rio membentak gw.

"Cewe yg tadi itu si Viny oon" lanjutnya lagi.

Gw terkejut sekaligus bingung, tadi katanya Rio dia belum pernah ngeliet Viny sebelumnya koq sekarang dia bisa tau cwe itu yg namanya Viny.

"Udah jangan kelamaan mikir.. Buruan sana, kejar sekalian kenalan" Seru Rio.

Dengan cepat gw membuka pintu UKS, dan langsung mengejar Viny yg sudah agak jauh berjalan.

"Viny!!" Gw setengah berteriak memanggil mereka. Dan panggilan gw pun berhasil menghentikan langkah mereka.

Dengan nafas sedikit tak beraturan, gw berhasil tiba di hadapannya.

"Eh, ada yg ketinggalan yah?" Tanya si cewe berkacamata.

Gw ga menjawab pertanyaannya tapi malah mengulurkan tangan kanan gw ke arah Viny.

"Gw Imam Al Fattah, anak kelas 11.2"

Viny terlihat sedikit terkejut dengan aksi spontan gw dan wajahnya tampak memerah.

"Aku sudah tahu kamu koq" Katanya sambil menarik lengan temannya lalu pergi meninggalkan gw.

Terus uluran tangan gw gimana? Ya ga masalah, mau Viny menjabat tangan gw atau tidak, yg penting gw sudah tau seperti apa rupa nya pengagum rahasia gw. Dengan hati sedikit berbunga, gw berjalan kembali menuju UKS.

Karena insiden tertabraknya pintu oleh Rio, maka hukuman gw dengannya pun terpaksa di batalkan. Mengingat kondisi fisik Rio tidak memungkin kan untuk meneruskan tugas sebagai cleaning Servis dadakan.

Padahal luka nya cuma di hidung, yang notabene ga ada hubungannya dengan kegiatan menyapu koridor. Tapi dengan lebaynya sepupu gw itu berhasil membujuk ibunya untuk membatalkan hukuman kami.

Awalnya Bu Septi tak mau begitu saja percaya dengan akal akalan anak bungsunya tersebut. Tapi saat Rio mengeluhkan pusing di kepalanya, mau tidak mau ibunya yang merupakan salah satu guru di sekolah ini pun luluh dibuatnya.

Dengan berdentangnya bel sekolah, gw dan Rio mulai merapikan buku. Gw sempat membuka WA, ada pesan dari Rendi yang mengatakan bahwa mereka ada pertandingan Judo sore ini. Sementara Joni sudah sejak tadi pulang dengan alasan izin ingin membesuk keluarganya di Rumah sakit.

Memang adik laki laki nya Joni ada yang sedang di rawat karena DBD. Gw sama Rio sudah ada di area parkir motor. Beberapa kali pandangan gw tertuju ke gedung sekolahnya Ayu.

"Lu ngapain si Mam celingak celinguk dari tadi?" tanya Rio yg memang sedang memperhatikan gw dari atas motor Ninja nya.. Hidung terlihat masih agak merah.

"Gw nyari Ayu, udh pulang blom yah?" Jawab gw pelan.

"Lah, sejak kapan lu punya cewe yg namanya Ayu, Mam?" Gw langsung toyor jidat sepupu gw yg bloon nya pake banget.

"Ayu ade gw oon, alias sepupu lu juga" Rio terkekeh dengan reaksi gw.

"Nah, itu ada temen sekelasnya Ayu" Kata gw dan langsung menghampiri 4 orang anak berseragam putih dan merah.

"De, liat Ayu ga anak kelas 4 A?" Tanya gw pada anak dengan rambut dikepang dua dengan banyak pita.

Si anak tampak bingung, dan melirik ke arah temannya yg lain.

"Ayu sudah pulang bareng Tantri, kak" Jawab seorang anak yang lain.

Gw pun mengucapkan terima kasih pada mereka dan langsung kembali ke tempat parkir dimana Rio masih menunggu.

"Ayu udh pulang, men bareng temennya" Kata gw sambil menyela motor matic merah yg siap gw kendarai.

"Eh nih anak songongnya pake banget, gw yang dari tadi nunggu lu nyari si Ayu, sekarang malah mau di tinggal gitu aja" Kata Rio seraya menarik tas gw dari belakang. Gw terpaksa mematikan lagi motor gw.

Tau tau Rio merebut kunci motor dari tangan gw..

"Sini lu, temenin gw sebentar ke warung depan pengkolan, mulut gw asem banget nih" Kata Rio sambil melirik jok motornya.

"Gw lu suruh bonceng di belakang?" Tanya gw.

Rio mengangguk dengan senyuman mencurigakan. Dia tau persis gw ga bakal mau berboncengan naik motor sport yang jok belakangnya sudah di modif menjadi super nungging.

Gw tau apa yg ada di benak sepupu gw yg rese itu.. Rio pasti mau bikin gw malu saat naik motornya, yang mana mau tidak mau gw harus memeluknya dari belakang.

"Eh, emak lu tuh lewat" Kata gw sambil menunjuk ke arah belakang Rio.

Sepupu gw tersebut sempat menoleh. Dengan cepat gw rebut kunci motor gw lagi dari tangannya dan langsung menghidupkan mesinnya.

"Gw tunggu di warung depan, buruan!!!" Teriak gw yg sudah melaju lebih dahulu..

Warung tempat kami berlima biasa nongkrong selepas sekolah memang berada persis di pengkolan jalan. Warung dengan ukuran 4x4 meter itu menjual nasi beserta lauk dan barang barang pendukung lain seperti rokok, kopi juga mie instan.

Gw yang sudah duduk dan sudah menghabiskan sepotong tempe goreng meminta sebatang rokok Mild yg kebetulan di keteng disini.

"Saya minta sebatang teh" Kata Rio yg baru tiba.

Teh Yuyun sang pemilik warung menyodorkan sebatang rokok yg di minta Rio. Asap rokok sejenak memenuhi rongga paru2 dan gw keluarkan perlahan.

"Eh, Mail kemana ama Rendi?" Tanya Rio.

"Dia WA gw tadi, sore ini dia ada lawan tanding katanya"

Rio bersungut-sungut mendengar jawaban gw.

"Nanti malem lu latihan ga, Mam? Kalo emng ga latihan, lu temenin gw yah sebentar" Ucap Rio.

"Kemana?" Tanya gw langsung.

"Kalo Cuma nemenin lu belanja kebutuhan toko lu, mending gw latihan silat aja"

Keluarga Rio memang memiliki toko sembako di rumahnya. Dan sebagai anak bungsu laki-laki satu2 nya dari 3 bersaudara, maka otomatis dia lah yg selalu mendapat tugas belanja.

"Kasih kesempatan gw buat jawab napa, Mam" Pinta Rio sedikit jengkel.

Gw tertawa melihat reaksinya sampai sampai gw tersedak asap rokok dan langsung terbatuk-batuk. Mata gw berair karena pedih, tenggorokan gw pun panas.. Teh Yuyun yg melihat, langsung meyodorkan segelas air putih buat gw.

"Makasih, teh" Kata gw sambil menerima gelas yg ia sodorkan..

Gw mencoba mengatur nafas yang awalnya terasa sesak. Setelah merasa enakan, gw duduk agak mendekat ke Rio. Sepupu gw itu dengan wajah aneh menggeser duduknya ke belakang. Gw tarik ujung celana abu abu nya dengan kuat.

"Lu mo ngapain si, Mam?" Kata nya sedikit bernada panik.

"Sini lu, kambing. Gw mo nanya soal Viny" Ucap gw to the point.

"Mo nanyain Viny aja pake mepet mepet gw segala, ampir aja gw meragukan status normal lu Mam" Jawab Rio.

Gw lempar muka si Rio pakai sisa tempe goreng yg setengahnya sudah gw kunyah.

"OK, serius io.. No more joking, dude" Ucap gw.

Rio mencibir gw yang memang jauh lebih pandai dalam bahasa inggris. Beda dengannya yang nyebut bahasa inggrisnya jalan-jalan dengan istilah walking-walking.

"Gw tanya lu dan lu harus jujur jawabnya" Rio mengangguk.

"Lu bilang lu belom pernah ngeliat Viny sebelumnya tapi pas kita ada di UKS, lu malah yang ngasih tahu gw kalo Viny itu cewe yang tadi ke UKS"

Sepupu gw yg agak tengil itu, meminta sebatang rokok lagi ke Teh Yuyun..

"Jadi gini, Mam. Lu kenal temen karate gw yg namanya Ronal ga? Yang kuliahnya di UI. Nah si Viny itu adenya dia. Awalnya gw juga naksir ke do'i tapi pas gw deketin eh yang di tanyain malah lu melulu.. Gw kan jadi illfeel, Mam" Terang Rio lalu wajahnya berubah sendu.

"Terus, pas tadi gw kenalan sama dia, lah dia malah udh tau nama gw sebelumnya, io? Gw ngeliat Viny aja baru pertama kali ya tadi pas lu nyium pintu kelasnya" Balas gw.

Rio yang masih menikmati sisa rokoknya tiba tiba merangkul bahu gw.

"Gini, Mam.. Lu sebagai laki laki dengan potensi muka yg sedikit lebih ganteng dari gw terlalu kaku sama cewe.. Padahal kalo lu mau tau banyak cwe yang suka nanya nanya gw, Rendi, Mail sama Joni soal lu.. Sampe si Riri, temen sekelas kita yg super cupu juga kayaknya naksir sama lu men" lanjut Rio lagi.

Gw langsung melepaskan rangkulan Rio setelah mendengar nama Riri si cewe cupu temen sekelas gw di sebut olehnya.. Rio tertawa melihat reaksi gw.

"Makanya jadi cowo jangan sok cool, Mam. giliran yang suka kaya si Riri malah ga mau" Kembali sepupu gw itu tertawa.

"Lebih bagus jadi cowo cool Kang Imam, sudah ganteng pendiam pula, dari pada jadi cowok sudah jelek, item eh petakilan, mana ada cewe yg mau" Sahutan Teh Yuyun yang tadi sedang menumis sayuran, langsung gw sambut dengan tawa sepuas hati.

Rio yang merasa Teh Yuyun sengaja menyindirnya, cuma bisa ngedumel ga jelas.