webnovel

BOUND (ON GOING)

Lira tidak pernah bermimpi untuk terjerat pada Laki-laki misterius bernama Arash, laki-laki aneh yang sekaligus paling mengerikan di angkatannya. Terikat  dengan Arash membuat kehidupan Lira berubah seratus persen, laki-laki itu mendekap erat batinnya hingga lira kesulitan bernafas, tidak jarang lira mendapatkan perlakuan keji yang sangat kasar oleh Laki-laki itu, itu semua ia lakukan karena ia tidak ingin kehilangan Lira, Arash sudah terlanjur gila karena Gadis itu. Namun semuanya berubah saat Lira hampir merenggang nyawa akibat hukuman yang di berikan laki-laki itu. Arash berjanji, tidak akan lagi melukai gadisnya, perempuan kesayangannya.

amelianggi7 · Horror
Not enough ratings
8 Chs

Bagian 4, First Kiss

Dengan tangan bergetar Lira Menyuapkan Bakso yang tadi di pesankan Arash Untuknya, seandainya saja laki-laki itu tidak ada di hadapannya gadis itu pasti sudah lahap memakan makan siangnya yang sedari tertunda, tapi Lira tidak bisa tenang, tatapan tajam itu seolah mengulitinya, dan ia benar-benar gugup.

"Kamu kenapa?"

"Ke-napa?" Dengan tatapan bodohnya Lira justru bertanya balik, hal itu dibalas tatapan datar dari laki-laki di hadapannya.

Tanpa Lira duga, Arash justru menyodorkan sendok berisi makanan di depan mulut Lira, berniat untuk menyuapi gadis itu, Lira melotot hendak protes.

"Hm Ara-"

"Makan!"

Mendengar itu, Lira terpaksa menerima suapan Dari laki-laki itu, jangan tanyakan lagi bagaimana jantung Lira bekerja sekarang, terlebih saat Laki-laki itu menyendok kan makanan untuk dirinya sendiri yang sudah jelas sendok itu bekas Lira tadi, Hal itu berlanjut hingga Makanan itu tandas tak tersisa.

Saat ini mereka sedang berada di uks, tepatnya Ruangan khusus Anggota PMR yang terhubung Langsung ke UKS, karena Hari ini adalah jadwal Lira untuk menjaga, Arash memaksa ikut untuk jaga-jaga jika ada laki-laki yang datang.

"Aku... Gak ngerti Rash," Lira membuka suara memecah Hening, Arash menatap Lira yang tengah menunduk di sampingnya.

"Apa?" Tanya Arash, meski ia sebenarnya sudah tahu maksud dari ucapan Lira tadi.

"Kenapa harus aku?" Lira bertanya dengan nada rendah, ia kemudian mendongak dan menemukan wajah Arash yang mengeras.

"Karena aku mau kamu," Suara itu begitu datar, tapi membuat siapapun yang mendengarnya ikut merinding.

"Tapi ini sama sekali gak masuk akal Rash,"

"AKU GAK PEDULI, AKU CUMA MAU KAMU LIRA, HARUS BERAPA KALI AKU BILANG!"

Lira mendadak Tremor, Respon Arash jauh di dalam Perkiraannya, ia fikir, Laki-laki itu tidak akan semarah ini, tapi Arash saat ini benar-benar terlihat mengerikan, Apa Lira bisa bertahan dengan sosok mengerikan seperti Arash?, Lira bahkan tidak pernah di Bentak oleh keluarganya hingga seperti ini.

"Jangan coba-coba pergi, Jika itu sampai terjadi, Aku tidak akan segan menghancurkan satu-persatu kebahagiaan kamu,"

Lira ingin menangis sekarang, ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, semuanya terlalu tiba-tiba, ia belum bisa menerima kenyataan jika harus terikat dengan sosok laki-laki gila di depannya.

Lira tersentak saat tangan Arash membingkai Wajahnya, Laki-laki itu tersenyum miring, lalu memajukan wajahnya hingga nyaris tak ada jarak, Lira menahan nafas.

Cup

Lira melotot terkejut, Astaga ini terlalu spontan. Meski hanya sedetik, tapi mampu membuat Lira  membatu.

First kiss nya.

****

Dalam sehari, hidup Lira seolah berubah drastis. Ia tidak pernah bermimpi akan berada di posisi ini sekarang, semuanya terlalu rumit untuk Lira percaya, Menjalin hubungan dengan orang yang bahkan baru di kenalnya merupakan hal yang paling tidak masuk akal, terlebih orang itu adalah Arash, laki-laki paling Aneh di angkatannya sekaligus Orang yang masuk dalam Black list Lira.

Sekarang ia sedang berada di halte busway, menunggu kakaknya datang, lebih tepatnya menghindari laki-laki yang sekarang berstatus menjadi pacarnya, setidaknya, biarkan Lira untuk mencerna semua yang telah terjadi.

"Bang Raka kok lama banget sih!" gerutu Lira, ia menoleh kearah jalan raya yang sepi, tidak ada tanda-tanda kedatangan Abangnya itu. Lira jadi cemas sendiri, ia takut jika Arash melihat keberadaannya di sini.

"Lira Ya?" Lira tersentak saat suara berat seseorang mengejutkannya dari arah samping, saat menoleh yang ia lihat justru sosok Laki-laki dengan wajah rupawan bak dewa Yunani, Ah ralat, itu terlalu berlebihan sebab pacarnya jauh lebih tampan, heiiii TIDAKKK, Enyahkan pikiran itu Lira.

"Iya, Kamu..... siapa yah?" Tanya Lira, karena ia merasa Tidak mengenali Laki-laki di depannya.

"Gue Deva, Temen SD Lo kalau Lo lupa!"

Lira mencoba mengingat, dan setelah meneliti wajah Laki-laki di depannya yang sedikit familiar, Lira tiba-tiba tertawa, Ahhh ia tidak tahu saja kalau Tawanya  terdengar semerdu itu di telinga Deva.

"Jadi Lo Deva yang pernah muntah-muntah dulu waktu bersihin kamar mandi?" Tanya lira saat Tawanya mulai mereda, Ia ingat sekali kejadian itu, mereka pernah di hukum  berdua membersihkan toilet karena tidak mengumpulkan tugas.

"Iya gue, jangan ingetin lah, Malu!" Deva membuang muka.

"Pffft...Habisnya Lucu banget sih," Lira menjeda, "kok Lo bisa di sini?, Bukannya ikut nyokap ke kanada?"

"Cuma pengen Liburan sih, kangen sama Jakarta,"

Lira mengangguk, ia menoleh ke kanan dan Kiri, khawatir jika Arash melihat interaksinya dengan Deva.

"Mau gue anterin pulang?"

"Emang gak ngerepotin?" Sebenarnya itu hanya alasan Lira saja untuk sedikit jual mahal, karena sekarang juga ia sangat butuh tumpangan untuk pulang.

"Enggak kok, santai aja," Deva kemudian merangkul Lira dan membukakan gadis itu pintu untuk masuk, Siapapun yang melihat itu pasti akan salah paham, dan menimbulkan persepsi yang tidak-tidak, termasuk sosok yang saat ini mengamati mereka dari jauh dengan wajah mengeras.

"Beraninya kamu Alira," geram laki-laki itu tertahan.

Brakkkkk

Laki-laki itu baru saja membanting setir mobil dengan keras, mata tajamnya yang nyalang terfokus pada satu mobil yang kini melenggang pergi menjauh. Gadisnya ada di dalam sana bersama laki-laki sialan itu, tidak.... Lira hanya miliknya, ia sungguh tidak rela jika ada bakteri di hubungan mereka, ia bersumpah akan melenyapkan laki-laki itu dengan tangannya sendiri.

Tinggal menunggu saja, karena Arash memang sudah sangat rindu dengan Aroma darah, dan rintihan kesakitan korbannya.

Ia kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap akan sampai lebih dulu dari dua manusia itu.

sementara di sisi lain, Lira antusias mendengarkan Deva yang bercerita banyak mengenai Masa-masa sekolahnya di kanada, sekaligus bernostalgia dengan cerita random semasa SD-nya dahulu.

"Seriusan Dev, Muka Lo berubah banyak, beda banget sama yang dulu" Lira cekikikan, ia jadi teringat masa-masa SD-nya.

"Kenapa? Gue jadi tambah ganteng Yahh?" Deva yang sedang menyetir mengangkat wajahnya angkuh, namun senyuman usil tidak hilang di wajahnya.

"Pede banget Lo" Deva hanya menanggapinya dengan mengangkat bahunya cuek.

Setelah itu hening, tidak ada lagi yang membuka percakapan hingga Mobil berhenti tepat di depan kediaman Lira.

"Thanks Dev, gue masuk yah," Ucap Lira di balas anggukan dan senyuman manis oleh Deva.

"Gak di ajakin masuk?"

"Boleh sih, Tapi lo harus nanggung Resiko Bonyok di tangan Bokap gue,"

Deva mendengus lantas menggelengkan kepalanya mengingat Ayah Lira yang sangat over protektive pada putrinya itu, Ia kemudian pamit dan meninggalkan kediaman Lira.

Saat mobil Deva tidak lagi terlihat, Lira melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah, entah hanya perasaan Lira saja, sejak ia turun dari mobil Deva, ia merasa tengah di perhatikan oleh seseorang.

"Lama-lama gue jadi gila beneran nih". Batin Lira saat tidak menemukan seorangpun manusia di sekitar rumahnya.