webnovel

BOUND (ON GOING)

Lira tidak pernah bermimpi untuk terjerat pada Laki-laki misterius bernama Arash, laki-laki aneh yang sekaligus paling mengerikan di angkatannya. Terikat  dengan Arash membuat kehidupan Lira berubah seratus persen, laki-laki itu mendekap erat batinnya hingga lira kesulitan bernafas, tidak jarang lira mendapatkan perlakuan keji yang sangat kasar oleh Laki-laki itu, itu semua ia lakukan karena ia tidak ingin kehilangan Lira, Arash sudah terlanjur gila karena Gadis itu. Namun semuanya berubah saat Lira hampir merenggang nyawa akibat hukuman yang di berikan laki-laki itu. Arash berjanji, tidak akan lagi melukai gadisnya, perempuan kesayangannya.

amelianggi7 · Horror
Not enough ratings
8 Chs

Bagian 3, Terikat

"Hari ini Abang gak bisa nganterin kamu, kamu naik ojek aja, yah?"

Lira mendesah kecewa melihat Kakaknya yang kini terlihat terburu-buru memakan sarapannya.

"Kenapa emang Bang?"

"Abang jadi panitia di acara kampus," Jawab Raka cuek Pandangannya tidak luput dari jam yang ada di pergelangan tangannya. Lira hanya mengangguk pelan, meski hatinya menggerutu sebal.

Selesai sarapan, Raka berangkat duluan menuju kampusnya, kini tinggal Lira yang berdiri di depan rumah menunggu ojek yang tadi di pesannya via online.

Sepuluh menit berlalu, tapi belum juga ada tanda-tanda datangnya  Ojek, Lira mendesah kasar. Tak lama, sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya mengalihkan perhatian Lira dari jam yang ada di pergelangan tangannya, namun hal itu tak berlangsung lama sebab ia kembali mengalihkan atensinya ke arah lain karena menurutnya, pemilik mobil ini pasti hanya Kolega bisnis Ayahnya.

"Nunggu angkot Yah?"

Suara itu, Lira terkejut ketika ia tak asing lagi mendengar pemilik suara itu, ia menoleh dan melihat Arash tengah tersenyum lebar memandangnya.

"Ini udah telat, bareng aku aja," Arash menarik lengan Lira yang Refleks di tepis kasar oleh gadis itu.

"Ma-maaf aku udah pesen Ojek"

"Sepuluh menit lagi bel masuk bunyi," Ucap Arash yang kini memperlihatkan jam tangannya.

Lira berfikir keras, seandainya saja yang menawarinya adalah orang lain, ia pasti dengan senang hati menerima tumpangannya, tapi kini yang menawarinya adalah sosok Arash, Laki-laki Aneh yang di takuti seluruh siswa di sekolahnya.

"Ayo," Ucap Arash tenang.

Lira bahkan seolah tidak sadar saat lelaki itu menuntunnya masuk kedalam mobil. Suasana canggung sangat terasa di benak Lira, ia hanya menghadap ke jendela di sampingnya, berusaha menghilangkan rasa gugup dan takut bersamaan.

Sampai di sekolah, Lira baru mengalihkan pandangannya ke arah Arash yang sialnya juga tengah menatapnya.

"Terimakasih, yah, Arash," 

Tidak ada Jawaban dari Arash, laki-laki itu hanya memberi tatapan yang entah kenapa terasa Aneh di mata Lira, Lira berbalik berniat untuk turun dari mobil, namun ketika ia baru saja memegang handel pintu mobil, Arash justru menahan pergelangan tangannya yang kosong.

Lira berusaha bersikap biasa saja meski rasa gugup dan Takut kini menggerogoti dirinya.

"Ada apa?"

"Nanti, ketika kamu merasa dunia mu tidak lagi sama, aku harap kamu bisa menerima semuanya,"

Ucapan Arash dengan suara seraknya benar-benar membuat Lira merinding, ia bahkan tidak tahu maksud dari ucapan laki-laki itu, Arash seolah Menebak apa yang akan terjadi di kehidupannya nanti, Yang Lira tahu, Semua ada kaitannya dengan Laki-laki itu juga.

"Maksud kamu apa?" Arash hanya menggeleng pelan.

"Sana, Masuk kelas, udah mau bel"

Lira baru tersadar, buru-buru ia keluar dari mobil tanpa pamit oleh Arash, dan berlari menyusuri koridor menuju kelasnya.

Sedangkan Arash terdiam di dalam mobil sembari menampilkan Smirk andalannya.

•••••

Entah hanya perasaan Lira saja, sejak ia masuk kedalam kelas hingga bel berbunyi terdengar, tidak ada satupun suara manusia yang ia dengar, semua orang mendadak Bisu, padahal biasanya kelas selalu Berisik.

Lira menatap sekelilingnya dengan raut wajah bingung, ia rasa ia tidak punya masalah apapun dengan teman sekelasnya, namun semua orang seakan menjauhinya, Windy pun juga sama, Windy bahkan pindah ke bangku paling  belakang hanya untuk menghindari Lira, ia hanya diam ketika Lira menanyakan apa sedang terjadi.

Tatapan Lira beralih pada Nathan yang duduk tepat di belakangnya, laki-laki itu tengah membaca buku, tapi Lira tahu bahwa laki-laki itu hanya berpura-pura, Nathan seakan tidak menganggap keberadaan Lira yang saat ini menatapnya sengit.

"Jangan bilang Lo juga jauhin gue!" Ucap Lira geram, Laki-laki itu masih bungkam.

"Woi Nat, ini ada apaan sih?"

Laki-laki itu hanya diam tak menjawab, Lira benar-benar kesal, ia lantas memegang tangan Nathan dan di balas tepisan kasar dari laki-laki itu, Lira terkejut, bukan main biasanya Nathan tidak tidak akan mempermasalahkan hal itu.

"Jj-jangan pernah ajak gue ngomong lagi, Ra," Ujar Nathan dan beranjak pergi dari tempat itu, menyisakan Lira Yang membatu di sana.

Apa-apaan ini heh!

Ia merasa Menjadi parasit di kelas ini, dia di jauhu, Sebelumnya, Lira tidak pernah membayangkan akan di jauhi seperti ini, ia sosok yang ramah dan di sukai banya orang, kini Lira sendirian, ia bahkan tidak tahu di mana letak kesalahannya.

Lira melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu dan berjalan menuju Kantin. tapi ada yang berbeda kali ini, di sepanjang koridor kelas yang ia lewati, Lira sama sekali tidak mendengar kegaduhan yang biasa ia dengar setiap harinya, hening, padahal di sini banyak sekali orang-orang.

"Juna!" Teriaknya keras ketika matanya menangkap sosok laki-laki yang merupakan teman kelasnya di masa SMP dahulu.

Laki-laki bernama Juna itu menegang, ia lantas mempercepat langkahnya ketika di ujung mata melihat Sosok Lira yang kini berjalan membuntutinya. Sungguh ia tidak mau cari mati dengan mengusik milik dari laki-laki gila itu.

"Jun, Lo kenapa sih!"

"Juna tungguin gue mau bicara!"

"Yeiiii dapet," Juna menutup matanya sekilas ketika tangan Lira menggapai lengannya, ia akan benar-benar habis, tinggal menunggu waktu saja.

"Ra, jangan ajak gue ngomong plisss," laki-laki itu sudah berkeringat dingin, ia lantas menyentakkan tangan Lira dari lengannya dan berjalan dengan langkah lebar.

"Emang kenapa?, Gue ada salah apa sampai  satu sekolah ngejauhin gue? dan Kenapa hari ini kalian semua jadi Aneh kaya gini?"

Pertanyaan beruntun Lira tidak diabaikan oleh laki-laki itu, tapi Lira masih saja membuntuti Juna, hingga ia tiba di ujung koridor kelas sebelas, pandangannya justru teralih pada Sosok jangkung yang berdiri tidak jauh darinya.

Sosok itu adalah Arash, Laki-laki yang benar-benar ingin Lira hindari, sosok  yang tadi pagi mengantarnya ke sekolah, dan ia sudah berharap lebih bahwa itu adalah interaksi terakhirnya dengan laki-laki itu, Lira lantas membalikkan tubuhnya berniat kembali ke kelas, namun sebuah tangan mencekal  tangannya. Lira menahan Nafas, kenapa seolah takdir tidak mau berpihak kepadanya.

"Kenapa balik?" Tanya Arash, laki-laki itu lantas meremas tangan Lira kuat, saat dirasa gadis itu ingin melepasnya.

"Le-lepasin Rash,"

"Bukannya tadi kamu ngejar Laki-laki itu?, Kenapa balik?"

Lira mengerutkan keningnya bingung, jadi sejak tadi Arash melihatnya?, ia membalikkan tubuhnya menghadap kearah Arah Lelaki itu yang tengah memandangnya tanpa ekspresi, Lira meringis pelan.

"Ka-kamu gak pp-punya hak untuk tau" ujar Lira Terbata, Lira meringis kesakitan saat Laki-laki itu meremas tangannya kuat, kini tangannya serasa ingin remuk.

"Kamu bilang apa?"

"Ka-mu gak punya hak un-"

"Aku bahkan punya hak seutuhnya atas kamu"

Ucapan itu begitu ambigu, Lira mengerutkan keningnya bingung. Tapi kalimat selanjutnya membuat Lira mematung.

"Karena Kamu milik aku,"

Detak Jantung Lira bertalu-talu lebih cepat, laki-laki yang ingin ia hindari justru mengklaim dirinya sebagai miliknya, laki-laki yang baru saja kenal.

"Ma-maksud kk-kamu?"

"Kamu milik aku, Alira, Milik Arash,"

Lira menggeleng, ia benar tidak habis pikir dengan isi kepala manusia di hadapannya. Tolong beritahu Lira bahwa ini semua hanya mimpi.

"Gak. Aku gak mau, aku bahkan gak kenal sama kamu!"

"Terserah kamu mau bilang apa, itu udah keputusan aku!"

"In-ini gak masuk akal Arash!"

Lira ingin menangis saat melihat smirk yang ditunjukkan oleh Arash, namun yang lebih mengejutkan lagi saat Arash tiba-tiba memeluknya.

Laki-laki gila!, Umpat Lira dalam benaknya.