webnovel

Bab 5

"Apa yang kau pikirkan." Rama bertanya dengan menatap kesal.

Caroline tersenyum. "Aku masih belum mengenalmu. Jadi biarkan aku belajar tentangmu." menunggu persetujuan.

Rama terlihat berfikir, dan pada akhirnya setuju.

"Baiklah. kita berkenalan lebih dulu." Langkahnya menuju sofa kemudian duduk dengan angkuhnya.

"Aku adalah Ramaa go aston, yang akan menjadi penerus perusahan ASTON GRUP, aku lebih suka berada di ruangan kerja. Aku tidak suka di larang dan di perintah, jangan menyuruhku apapun itu." Gaya angkuhnya tak ada yang bisa mengalahkan, apalagi gaya bicaranya seperti anak usia 5 tahun.

"Orang gila." Caroline mendengarkan dengan malas. "Lagian orang gila mana lagi yang bisa menyuruhmu." gerutu dalam hati. walaupun wajahnya tersenyum penuh maksud

"Kenapa kau tersenyum. dasar bodoh. Apa yang lucu ulangi perkataan ku." Galagat memaksa. Caroline berkeringat dingin.

'Sialan! "Aku tahu anda adalah orang paling, bisa dalam segela hal, tak ada yang meragukan anda. Semua pebisnis pasti ingin menjalin kerja sama dengan ASTON GRUP yang saat ini anda pimpin. Senang rasanya saya bisa bertemu secara langsung dengan bapak." Caroline tersenyum ramah.

Ramaa tertawa hingga suaranya menggema di ruangan.

"Aku memang menjadi kiblat para pengusaha." terus tertawa bangga. "Kalau begitu perkenalkan dirimu. Kemampuan apa yang bisa kau lakukan." memperhatikan seksama.

"Namaku Carroline, bisa memanggilku Aylen. Aku hanya gadis biasa dengan predikat comlaude pertama di angkatan tahun ini." Caroline terlihat percaya diri dan rasa bangga.

"hem." Ramaa dengan wajah santainya. Menganggukan kepala.

"Hm, hm." Aylen tak terima dengan tanggapan Rama. "Hah apa dia pikir dia benar benar hebat.? Dengan melirik kesal mulai menenangkan diri.

"Kau akan senang setiap hari yah." Rama terlihat berfikir. " Malik akan memberikan nya padamu besok." Beranjak dari tempat duduknya.

"Memberikan apa? Rumah? Pekerjaan? Atau resort.? Aylen mematung dengan wajah gembira.

Hehe Apakah ini seperti pasangan romantis lainya di malam pertama. Senyumanya menghilang kala Rama mendekat.

"Dengar." Raama berkata. " Hei kamu, kamu gak ada urusannya dengan kehidupanku. Jadi aku juga gak ada alasan buat marah sama kamu." Rama menatap serius.

Suasana terasa mencengkam. Beberapa detik setelah pintu di ketuk.

"Panggilan dari Rose."

Pandangan yang tertuju pada bagian dada yang padat di balik hiasan pita lucu.

Bola mata kembali menatap dengan penuh arti. Sebelum laki laki yang berparas rupawan itu pergi meninggalkannya tanpa sebuah kata apapun.

Tatapan sinis dengan gaya meledek kesal. "Wah, siapa Rose." meringai penasaran. " Wah dia cukup berpangaruh sampai sampai si arogan itu pergi." Aylen kembali melihat rungan yang megah.

Hening dan sunyi.

Langit malam menampakkan cahaya bintang dan bulan. Rumah megah, dengan cahaya yang minim membuat Aylen tak berani masuk menulusur lebih dalam.

Tak mau mati konyol. Aylen dengan pemikiran yang pendek segera meraih ponselnya dan memainkan jarinya di layar kaca.

Dirinya menghubungi seseorang.

"Reina kamu di mana." Dengan sedikit manja

"Aku? Aku di jalan mau pulang." Reina berkata dengan nada judes

"Emm, aku boleh nginap di apartemen kamu gak? Cuman buat malam ini doank." Suaranya terdengar berbisik.

"Boleh sih. Tapi tumben! Kamu gak lagi berantem sama Endi kan." Protes Reina.

"Entar aku jelasin. Pokoknya jemput aku dulu yah. Alamatnya aku kirim." Panggilanya terputus.

Reina yang merupakan teman seperjuangannya itu segera meluncur ke alamat yang di kirim melalui pesan singkat.

Banyak pertanyaan yang muncul di benak sahabatnya itu ketika melihat rumah megah dengan desain mewah.

Reina mendaratkan mobilnya pelan untuk melihat bangunan megah dan mewah itu. Padangan takjub terlihat dari sorot matanya yang tak berkedip sama sekali. Sekali lagi memastikan alamat yang berada di ponselnya benar.

Kaca mobil di turunkan serendah mungkin. Pandangan keluar dari jendela untuk bisa menikmati bangunan langkah yang sekarang sedang di tatapnya tanpa henti.

"Kamu dapat sugar dady yah." Reina dengan menodong pertanyaan ketika bertemu.

"Entar deh aku jelasinnya. Sekarang kita balik ke apartemen kamu aja dulu." Dengan rasa malas.

Apakah itu sejenis kastil kerajaan? Entahlah bisa jadi itu adalah benteng Maria di attack on Titan. Wkwkwk author bercanda.

Reina menggeleng kepala ketika mereka meninggalkan bangunan megah itu. Dan sekarang mereka sudah berada di apartemen miliknya.

Reina masih tergolong orang kaya. Hanya saja dirinya tak sekaya tuan Rama.

"Aylen." Panggil Reina ketika mereka sudah berada di dalam apartemen. " Jelasin kek. Aku udah penasaran banget." Reina melirik dengan sangat penasaran.

"Apaan sih." Dirinya masih merasa tak yakin.

"Aku balikin ke tempat tadi nih." Reina berkata dengan nada ancaman.

"Jahat banget sih." Melemparkan bantal ke wajah Reina.

"Sebenarnya aku mau jelasin." menggantung ucapannya. "Cuman masih malas." Memakan cemilan dengan malas.

"Eh, kalau mau cerita, ceritain sekarang! kalau enggak buruan pergi." Menatap kesal dan curiga.

"Aku desain bagian koridor, Dikenalin sama prof Razak." Ucapannya cukup masuk akal. Mengingat Aylen sahabatnya adalah lulusan comlaude tahun ini.

Reina percaya. Aylen tak merasa bersalah karena berbohong, itu memang haknya untuk mengatakan atau tidak.

Rasanya sedikit lelah, keduanya menghabiskan malam dengan percakapan ringan.

Sementara itu di tempat lain.

Malik berdiri beberapa langkah di belakang Rama yang tengah bicara dengan ibu Rose.

"Dokter mengatakan kalau dirinya punya kenalan bertangan tuhan di Jerman. Aku di tawari untuk membawa Rose ke sana." Tutur seorang wanita paruh baya dengan bicara dengan air mata yang terus membasahi wajahnya yang awet muda kerena make up.

"Itu terdengar menyenangkan. Malik akan mengurus semua keperluannya selama di sana." Rama dengan nada perintah.

Rama seharian tanpa istriahat, dengan jadwal padat tanpa nepotisme dari bos. Sekarang malah harus ke Jerman.

"Kembali ke Brescout." Rama mengatakan dengan nada kesal. Dirinya siap untuk meledak sempurna.

Jangan lupa guys tanggapanya

Ig:pzaima